Professional Documents
Culture Documents
Komponen Penilaian
(tugas terstruktur, quiz, UTS) 35 % (tugas terstruktur, quiz, UAS) 35 % Praktikum 30 %
Salah satu komponen penilaian utama UTS atau UAS atau praktikum tidak diikuti, nilai E
Mata kuliah Teknologi Pemuliaan Terapan memberikan pengetahuan tentang analisis dalam pemuliaan dan pembentukan varietas hibrida serta varietas toleran lingkungan (abiotik dan biotik)
interaksi GxE Merancang pembentukan varietas hibrida dan varietas toleran cekaman lingkungan
tentang analisis dalam pemuliaan dan pembentukan varietas hibrida serta varietas toleran lingkungan (abiotik dan biotik)
Pendahuluan
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Mahasiswa dapat mengerti serta dapat menguraikan secara jelas analisis dari parameter genetik (ragam genetik, peran gen dan heritabilitas)
Genetic variability is a measure of the tendency of individual genotypes in a population to vary from one another
The potential of a genotype to change or deviate when exposed to environmental or genetic factors. genetic diversity is a measure of the tendency of various individuals in a population to have different genotypes
Intra Populasi Keragaman yang terbentuk di dalam satu populasi dalam satu lingkungan ex: keragaman tinggi tanaman dalam suatu populasi jagung pada suatu lahan Inter Populasi Keragaman yang terbentuk antar populasi
Persilangan Interspesies Persilangan yang dilakukan pada tanaman dengan spesies yang sama ex : jagung manis x jagung ketan Persilangan Intraspesies Persilangan yang dilakukan pada tanaman yang berbeda spesies ex : Solanum lycopersicum x Solanum muricatum
Peran gen
Gen aditif: Aksi gen yang saling menambah, satu alel memberi nilai/kontribusi yang sama terhadap perubahan karakter sifat yang dipengaruhi Gen dominan Aksi gen dimana alel yang satu bersifat dominan terhadap alelnya sendiri Gen epistasi Aksi gen dimana alel satu menutupi alel yang lainnya yang berbeda alel sehingga terjadi interaksi antar alel
Heritabilitas
Definisi Tujuan menduga heritabilitas Faktor yang mempengaruhi nilai heritabilitas Cara menduga heritabilitas arti luas dan arti sempit
Pengertian Heritabilitas
Proporsi varian genetik terhadap varian total Nilai antara 0 1 atau 0 100% Heritabilitas tidak mencerminkan derajat genetik suatu sifat, tetapi heritabilitas mengukur proporsi dari varian penotip yang dipengaruhi oleh faktor varian genetik. Terdapat 2 macam heritabilitas :
Heritabilitas arti luas (broad-sense heritability) Heritabilitas arti sempit (narrow-sense heritability)
Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya pengukuran heritabilitas antara lain Karakteristik populasi Sampel genotip yang diteliti Metode perhitungan Seberapa luasnya evaluasi genotip adanya ketidakseimbangan pautan yang terjadi Tingkat ketelitian selama penelitian (Fehr, 1987)
Heritabilitas arti luas (broad-sense heritability) adalah rasio dari varian genetik total terhadap varian fenotip. h2= g p h2= g
g+e
3.
Estimasi Kuadrat Tengah (KT) suatu rancangan percobaan Estimasi Lingkungan menggunakan populasi Tetua (P1 atau P2) atau populasi F1 Respon seleksi
Db
r-1 g-1 (r-1)(g-1) rg-1
KT
KTr KTg KTe
TKT
e + g b e + r g e
Ragam genotip g = (KTg - KTe)/r Ragam lingkungan e = KTe Sehingga nilai heritabilitas dapat dicari dengan rumus : g h2 = ---------------g + e
2F2 = 2g + 2e 2F1/P1/P2 = 2e
h 2 = 2 2 + 2 + 2 F2 F1 P1 P2
3
2F2
h2 =
Seleksi perubahan frek gen pop dg susunan genotip baru Perubahan susunan genotip pergeseran rata-rata populasi R = hS = h i
Illustrasi
h = R/s dan R = h s = h i p
Secara statistik
Distribusi keragaman
Heritabilitas arti sempit (narrow-sense heritability) adalah rasio dari varian genetik aditif terhadap varian fenotip. h2= A p
h2=
A
g+e
Nilai duga heritabilitas arti sempit lebih kecil daripada arti luas
h2 = a/p h2 = a/(g + e) g = a + d + i Keterangan h2= Heritabilitas p = Ragam fenotip e = Ragam lingkungan g = Ragam Genetik A = Ragam gen aditif D= Ragam gen dominan I = Ragam interaksi antar alel
satu tetua 2. Hubungan antara keturunan dengan tetua tengah 3. Hubungan antara saudara tiri 4. Hubungan antara saudara kandung
A3 A2 A1
C3
B3
B2 B1
C2
FULLSIB
C1
C1B1
FULLSIB
C2B2
C3B3
HALFSIB
h2 = 22 (2 2 + F2 BC1(1) BC1(2) )
2F2
2 g = 2 2F2 (2 BC1 +2 BC2) 2F2 =A+D+E 2 BC1 + BC2 = A + D + 2E h2 = 2 2F2 (2 BC1 +2 BC2) 2F2
1.
Disarankan untuk dipilih ke arah tetua jantan untuk menghindari adanya pengaruh tetua betina (maternal effect) Dari hubungan keturunan dengan dengan satu tetua dapat diperoleh persamaan regresi liniernya Selanjutnya nilai heritabilitas dapat diduga dari kefisien regresinya (b), yaitu :
Dari hubungan keturunan dengan tetua tengahnya juga dapat diperoleh persamaan regresi liniernya Selanjutnya nilai heritabilitas dapat diduga dari kefisien regresinya (b), yaitu :
Dari hubungan antara saudara tiri dapat diperoleh koefisien korelasinya (t) Selanjutnya nilai heritabilitas dapat diduga darihubungan saudara tiri ini ialah :
Dari hubungan antara saudara kandung juga dapat diperoleh koefisien korelasinya (t) Selanjutnya nilai heritabilitas dapat diduga darihubungan saudara kandung ini ialah :
HERITABILITAS ARTI LUAS Menduga ragam genetik pada suatu populasi Menduga efisiensi seleksi Menduga kemajuan genetik
1. 2. 3.
4.
5.
Tetua
No
Galur
x2
No
Galur
y2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
A3 A4 A8 A9 A10 A11 A15 B11 B13 G2 G3 G5 G6 G12 G13 G15 H11 H16
Jumlah
89 108 100 100 108 98 102 109 87 106 90 113 132 87 120 106 102 109
1866
7921 11664 10000 10000 11664 9604 10404 11881 7569 11236 8100 12769 17424 7569 14400 11236 10404 11881
195726
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
95 95 96 130 100 100 100 130 100 111 116 96 101 101 132 1603
9025 9025 9216 16900 10000 10000 10000 16900 10000 12321 13456 9216 10201 10201 17424 173885
F3
PARENTAL
(x)2 = (1603)2 = 2569609 (x)2/n = 2569609 /15 = 142756.056 2 = ((x)2/n) / n = 142756.056 /15 = 89.05
2g h2 2g / 2 F3
2 F3 - 2 PARENTAL
0.141
2 g = 2 2F2 (2 BC1 +2 BC2) 2F2 =A+D+E 2 BC1 + BC2 = A + D + 2E h2 = 2 2F2 (2 BC1 +2 BC2) 2F2
SELEKSI
TERDAPAT 3 MACAM SELEKSI YAITU: Seleksi Stabilisasi Seleksi Distruptif Seleksi Terarah
Seleksi Stabilisasi
Mempunyai sifat seperti seleksi massa yaitu memilih tanaman yang sifatnya menyimpang dari tipe normal (offtype)
dibuang
diambil dibuang
Seleksi stabilitas akan menghasilkan sebaran sifat dengan nilai tengah yang tetap (stabil) dari satu generasi ke generasi selanjutnya
Seleksi Distruptif
Tujuan seleksi ini ialah untuk mencari bahan genetik yang akan dijadikan tetua unggul atau tetua superior untuk persilangan berikutnya
Seleksi Terarah
Seleksi terarah ialah pemilihan individu atau famili terbaik sampai batas batas tertentu Macam macam seleksi terarah Tanaman Menyerbuk sendiri : Seleksi galur murni, massa, silang balik, bulk dan pedigree (zuriat atau populasi bersegregasi) Tanaman Menyerbuk silang : Seleksi massa, berulang, fenotipik, ear to row (tongkol baris), seleksi berulang untuk DGU, seleksi berulang untuk DGK, seleksi berulang timbal balik
Respon Seleksi
Seleksi perubahan frek gen pop dg susunan genotip baru Perubahan susunan genotip pergeseran rata-rata populasi R = hS = h i
Rumus:
G = (k)(p)(h2) G = (k)(p)(g/p) G = kemajuan genetik k = intensitas seleksi p = simpangan baku fenotipr populasi dasar h2 = Heritabilitas
1. 2. 3. 1.
2.
3.
Definisi Tipe Interaksi Interaksi GxE dan Seleksi Populasi F2 Interaksi GxE dan Rekomendasi Genotip Unggul Pendugaan interaksi GxE Rancangan Percobaan GxE Evaluasi Genetik Analisa Data Pemilihan lokasi untuk pengujian Annova Korelasi antar karakter Cluster analysis
Genotip
Lingkungan
Fenotip
genotip
environment
Predictable: pemupukan, pengairan, naungan, jaraktanam
Susunan gen
PENGERTIAN GxE
Perubahan rata rata penampilan setiap genotip pada lingkungan yang berbeda Kegagalan suatu genotipe untuk memberikan respon yang sama pada perubahan lingkungan Keadaan saling mempengaruhi antara faktor genetik (genotip) dan lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
Tipe interaksi
10
Hasil
0 0 1
Lokasi
Hasil
6 4 2 0 0 1
Lokasi
Hasil
6 4 2 0 0 1 2 3
B A
Lokasi
Apabila Individu berbeda dan lingkungan mikro berbeda maka tanggapan juga berbeda. Terdapat interaksi GxE yang harus diperhatikan dalam seleksi populasi F2
1.
Cara Mengatasi: Pembagian petak seleksi Petak seleksi dibagi ke dalam petak-petak kecil ( 40 tan/petak tergantung jenis tanaman dan luas petak serta keragaman tanahnya) Makin beragam sebaiknya petak petak berukutan sempit Setiap lingkungan mikro yang berbeda akan terwakili sehingga pembiasan akibat keragaman dalam petak seleksi dapat diperkecil
2. Rata-rata Bergerak Seleksi dilakukan pada individu tanaman yang menunjukkan penampilan lebih baik dari tanaman yang mengelilingi 1 2 3 4 5 1XXXXX 2XXXXX
RATA2NYA
X = TANAMAN SASARAN
3XXXXX
Setiap tanaman dijadikan tanaman sasaran Tanaman sasaran yang memiliki selisih lebih tinggi yang dipilih
3. Penggunaan Tanaman Pembanding Penanaman tanaman pagar di antara populasi F2 barisan selang seling XOXOXO XOXOXO Tanaman pagar bersifat homozigot (galur murni, tetua, varietas) untuk melihat apakah variasi hanya disebabkan oleh faktor lingkungan Biasa dilakukan pada tanaman menyerbuk sendiri Seleksi pada generasi F3 dengan metode pedigree
Db g-1
r-1 l-1 ul-1 (g-1)*(l-1) glu-1
KT KTG
KTU KTL KTUL KTGxE
2e + r2gl 2e
l*(g-1)*(r-1) KTE
Lokasi
GALUR G-1 G-3 G-16 G-17 G-18 G-19 G-20 G-21 H-1 H-8 H-9 H-14 H-16 H-19 H-20 H-21 28 162 85 38 40 42 80 82 85 91 142 Nias Dewata Selayar Rata-rata Indek Lingkungan
Galur G-1, H-14, 28, 38 dan 82 ialah galur galur rekomendasi unggulan
Dau 2.10a 1.66b 1.75b 1.80b 1.84b 1.75b 1.87a 2.19a 1.80b 1.66b 1.61b 1.95a 1.85a 1.53b 1.84b 1.64b 2.18a 2.00a 1.94a 2.08a 2.07a 2.30a 2.05a 2.23a 2.16a 1.69b 2.04a 2.13a 1.97a 1.11b 1.89 0.3
Muneng 1.95a 0.98b 1.93a 1.45a 0.93b 1.52a 0.96b 1.45a 1.47a 1.69a 1.72a 1.96a 1.59a 1.66a 1.64a 1.26b 2.05a 1.53a 0.94b 1.42a 1.03b 1.10b 1.47a 1.56a 1.10b 1.60a 0.94b 2.01a 1.38a 1.08b 1.45 -0.1
Ngajum Tumpang 2.13a 1.58b 2.00a 1.50c 1.14c 1.86a 2.35a 1.28c 0.98c 1.18d 1.62b 1.64b 0.85c 1.28c 1.58b 1.03d 1.57b 1.59b 1.60b 1.66b 1.41c 1.10d 1.82b 1.68b 1.58b 1.68b 1.80b 1.36c 1.53b 1.74b 1.64b 1.38c 2.22a 2.20a 1.23c 1.72b 1.30c 0.94d 1.57b 1.84b 0.91c 1.32c 1.14c 1.54c 1.67b 1.34c 1.77b 1.54c 1.05c 2.05a 1.10c 1.56b 1.40c 1.44c 1.42c 1.35c 1.67b 1.80b 1.26c 1.50c 1.51 1.52 -0.1 -0.1
Ratarata 1.94 1.54 1.67 1.72 1.23 1.63 1.24 1.56 1.61 1.65 1.46 1.85 1.68 1.59 1.69 1.48 2.16 1.62 1.28 1.73 1.33 1.52 1.63 1.78 1.59 1.49 1.45 1.73 1.70 1.24 1.59
Apabila nilai G X L nyata maka: Genotip/kultivar tertentu untuk lokasi tertentu Apabila nilai G X T nyata maka: Genotip/kultivar tertentu untuk musim atau tahun tertentu
Kedua hal di atas dapat disimpulkan bahwa genotip tersebut memiliki kemampuan adaptasi secara khusus atau spesifik.
Apabila G x L x T tidak nyata maka: Tidak terjadi interaksi maka genotipgenotip yang diuji memilik kemampuan adaptasi yang luas. Artinya dimanapun dan kapanpun genotip tersebut ditanam akan menunjukkan peringkat yang sama dan stabil karena faktor lingkungan tika begitu mempengaruhi penampakan tanaman tersebut.
Ciri-ciri
luas:
1.
2.
3. 4.
5.
6.
GxE kecil atau tidak nyata Daya hasil stabil Dapat menyesuaikan diri pada berbagai lingkungan Lebih tahan terhadap biotipe hama dan penyakit Memiliki populasi buffering/individual buffering Sifat populasi homosigot-homogen :galur murni Homosigot-heterogen :self/campuran Heterosigot-homogen :hybrid Heterosigot-heterogen :cross/campuran
Pengujian multilokasi bertujuan mengetahui besarnya interaksi genotip x lingkungan dan mengevaluasi tigkat adaptabilitas dan stabilitas tanaman gandum yang ditanam di lokasi dengan ketinggian tempat yang berbeda.
Bahan uji yang digunakan ialah berasal dari uji daya hasil pada penelitian sebelumnya. Bahan uji yang dipilih ialah bahan uji yang memenuhi kriteria yaitu yang berdaya hasil tinggi serta yang mempunyai daya adaptasi luas dan stabil di berbagai lokasi
Pemilihan lokasi
Pemilihan lokasi berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk merakit tanaman gandum yang mampu beradaptasi di dataran sedang dan rendah, berarti lokasi yang dipilih harus mewakili daerah dataran rendah dan sedang
Lokasi Ngajum Muneng Tumpang Dau Ketinggian (mdpl) 260 20 450 560 Suhu (C) 27 30 25 24
Pengambilan data
Analilis ragam
Analisis Varians Gabungan Hasil Panen Biji Kering (t.ha-1)
EFFECT
LOKASI Ulangan(LOKASI) Galur Galur x LOKASI Residual Total
JK
11.13 4.53 15.03 20.59 19.34 70.62
db
3 8 29 87 232 359
KT
3.71 0.57 0.52 0.24 0.08 0.20
Fhit
6.55
ProbF Sign.
0.02 *
2.19 2.84
0.00 ** 0.08 **
CV (%) :9.61
Intepretasi Data
Analisis ragam gabungan untuk karakter hasil panen biji kering di empat lokasi menunjukkan adanya interaksi genotip dengan lingkungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keragaman yang muncul untuk karakter hasil panen biji kering akibat adanya interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Keragaman karakter hasil panen biji kering di empat lokasi menurut Moedjiono dan Mejaya (1994) termasuk dalam kategori rendah karena koefisien keragamannya 9,61% (Lampiran 42). Hasil panen biji kering pada keempat lokasi berkisar antara 1,23 t.ha-1 hingga 1,52 t.ha-1.
DIALEL
Persilangan yang melibatkan semua kemungkinan kombinasi pasangan di antara individu-individu (tetua-tetua) terpilih
TUJUAN Menentukan daya gabung umum (DGU) atau daya gabung khusus (DGK) dari galur murni Analisis genetik kuantitatif suatu karakter
MATERI PERSILANGAN
Individu-individu
yang diambil dari populasi F2 / generasi yang bersegregasi Galur-galur murni Penentuan individu (tetua) dapat dilakuan secara acak atau dipilih Jumlah pasangan persilangan ditentukan oleh jumlah tetua yang digunakan
p1 p2 p3 p4
p1
p2 p3 p4
c c c
c c
p1
p1 p2 p3 p4 s - - s -
p1 p2 p3 p4 p1 s p2 c p3 c p4 c r s c c r r s c r r r s
p2 c
p3 c p4 c
c c
s c
RE Comstock dan HF Robinson (1948, 1952) Menduga varians aditif dan varians dominan Mengevaluasi famili saudara kandung atau saudara tiri pada seleksi berulang Sering digunakan dalam menduga varians genetik jagung Dapat digunakan pada tanaman menyerbuk silang (sebagian besar) dan tanaman menyerbuk sendiri (sedikit)
Rancangan Tersarang (Nested design) Pada suatu populasi set jantan dipilih acak dikawinkan dengan set betina yang dipilih acak Disebut nested design, karena tanaman betina disilangkan dalam posisi tersarang dalam tanaman jantan. Keragaman yang ditimbulkan oleh tanaman betina adalah keragaman di dalam tanaman jantan Dihasilkan keturunan Full Sib dan Half Sib
Populasi
M
CM1
O
CO1
CN1
CP1
CM2
CN2
CO2
CP2
Full sib
CM3 CN3
CO3
CP3
Half sib
Design I C
E F G H I J K L MNO P QR S T
AE AF AG AH
BI BJ BK BL
CM CN cm CP
DQ DR DS DT
Covariance of relatives
2e+ (Cov FS-Cov HS) + rf(Cov HS) 2e+ (Cov FS-Cov HS)
Males
M4
Fem/Male M3
Error
M2
2e
2e
Rancangan Persilangan II (North Carolina II) disebut juga sebagai rancangan faktorial Merupakan modifikasi dari NCD I Digunakan untuk mengestimasi varians genetik dan galur inbrid untuk daya gabung
Masing-masing grup jantan disilangkan dengan masing-masing grup betina Umumnya 4 jantan dan 4 betina pada masing-masing grup persilangan digunakan untuk menghasilkan total 16 full sib family
Rancangan ini hanya dapat digunakan pada tanaman yang mempunyai bunga yang banyak (multiflower) Masing-masing tanaman digunakan secara berulang sebagai jantan dan betina
Populasi
f1 m1 m2 m3 x x x
f2 x x x
f3 x x x
Design II
P1
P5 P6 P7 P8 X51 X61 X71 X81
P2
X52 X62 X72 X82
P3
X53 X63 X73 X83
P4
X54 X64 X74 X84
Susunan Lapangan
F G H
F G H
F G H
F G H
a e
a f
a g
a h
b e
b f
b g
b h
c e
c f
c g
c h
d e
d f
d g
d h
B
C D
B
C D
B
C D
B
C D
B
C D
Females
MxF Error
M4
M3 M2
2e+r2fm+rm2f
2e+r2fm 2e
NCD 3
Tujuan utama NCD III ialah untuk menduga rata-rata derajat dominansi gen, 2A, dan 2D dari populasi F2. Prosedur : kawinkan dua populasi inbreed, selfing F1 sehingga diperoleh populasi F2
P1
P2 X
F1
F2 seed
Pilih tanaman populasi F2 secara acak, kemudian disilang balik terhadap kedua tetuanya, tanaman F2 sebagai jantan Terdapat sepasang keturunan untuk setiap tanaman jantan F2
Untuk n F2 tanaman yang terseleksi untuk persilangan, entri yang dievaluasi adalah n pasangan keturunan dan galur tetua
P1
F2
P2
2 2 e 2r m
x
Within Families
(n-1)
MS2
2 2 e r mf
2 e
2n(r-1) MS1
Total
2nr-1
Terima kasih