You are on page 1of 115

Mata kuliah Wajib Jurusan BUDIDAYA PERTANIAN minat PEMULIAAN TANAMAN

Jumlah 3 sks, terdiri :


Kuliah 2 sks 70 % Praktikum 1 sks 30 %

Komponen Penilaian
(tugas terstruktur, quiz, UTS) 35 % (tugas terstruktur, quiz, UAS) 35 % Praktikum 30 %

Salah satu komponen penilaian utama UTS atau UAS atau praktikum tidak diikuti, nilai E

MANFAAT MATA KULIAH

Mata kuliah Teknologi Pemuliaan Terapan memberikan pengetahuan tentang analisis dalam pemuliaan dan pembentukan varietas hibrida serta varietas toleran lingkungan (abiotik dan biotik)

Menilai parameter genetik tanaman,

interaksi GxE Merancang pembentukan varietas hibrida dan varietas toleran cekaman lingkungan

Deskripsi Singkat Mata Kuliah Pemuliaan Tanaman


Kuliah diselenggarakan dalam 14 kali tatap muka, tugas terstruktur dan 2 kali ujian (UTS/UAS) selama satu semester. Selama tatap muka diberikan wawasan tentang keragaman genetik, peran gen, heritabilitas, respon seleksi, kemajuan genetik dan interaksi genotip x lingkungan serta pembentukan varietas hibrida dan varietas toleran cekaman lingkungan. Pada setiap materi diberikan wawasan tentang teknik operasional di lapang dan contoh analisis serta evaluasi terhadap hasil yang dicapai. Selain tatap muka, juga diberikan praktikum di lapang dari beberapa materi pokok.

Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa mampu menguasai dengan benar

tentang analisis dalam pemuliaan dan pembentukan varietas hibrida serta varietas toleran lingkungan (abiotik dan biotik)

Pendahuluan

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Mahasiswa dapat mengerti serta dapat menguraikan secara jelas analisis dari parameter genetik (ragam genetik, peran gen dan heritabilitas)

WHAT IS GENETIC VARIABILITY?

Genetic variability is a measure of the tendency of individual genotypes in a population to vary from one another

The potential of a genotype to change or deviate when exposed to environmental or genetic factors. genetic diversity is a measure of the tendency of various individuals in a population to have different genotypes

GENETIC VARIABILITY IS VARIABILITY TOTAL THAT CAUSED BY GENETIC FACTOR

Pembentukan Keragaman Genetik

Intra Populasi Keragaman yang terbentuk di dalam satu populasi dalam satu lingkungan ex: keragaman tinggi tanaman dalam suatu populasi jagung pada suatu lahan Inter Populasi Keragaman yang terbentuk antar populasi

Persilangan Interspesies Persilangan yang dilakukan pada tanaman dengan spesies yang sama ex : jagung manis x jagung ketan Persilangan Intraspesies Persilangan yang dilakukan pada tanaman yang berbeda spesies ex : Solanum lycopersicum x Solanum muricatum

Peran gen

Gen aditif: Aksi gen yang saling menambah, satu alel memberi nilai/kontribusi yang sama terhadap perubahan karakter sifat yang dipengaruhi Gen dominan Aksi gen dimana alel yang satu bersifat dominan terhadap alelnya sendiri Gen epistasi Aksi gen dimana alel satu menutupi alel yang lainnya yang berbeda alel sehingga terjadi interaksi antar alel

Heritabilitas
Definisi Tujuan menduga heritabilitas Faktor yang mempengaruhi nilai heritabilitas Cara menduga heritabilitas arti luas dan arti sempit

Pengertian Heritabilitas
Proporsi varian genetik terhadap varian total Nilai antara 0 1 atau 0 100% Heritabilitas tidak mencerminkan derajat genetik suatu sifat, tetapi heritabilitas mengukur proporsi dari varian penotip yang dipengaruhi oleh faktor varian genetik. Terdapat 2 macam heritabilitas :

Heritabilitas arti luas (broad-sense heritability) Heritabilitas arti sempit (narrow-sense heritability)

Faktor Yang Mempengaruhi Heritabilitas

Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya pengukuran heritabilitas antara lain Karakteristik populasi Sampel genotip yang diteliti Metode perhitungan Seberapa luasnya evaluasi genotip adanya ketidakseimbangan pautan yang terjadi Tingkat ketelitian selama penelitian (Fehr, 1987)

Heritabilitas arti luas

Heritabilitas arti luas (broad-sense heritability) adalah rasio dari varian genetik total terhadap varian fenotip. h2= g p h2= g
g+e

h2 = Heritabilitas p = Ragam fenotip e = Ragam lingkungan g = Ragam Genetik

Pendugaan heritabilitas arti luas:


1. 2.

3.

Estimasi Kuadrat Tengah (KT) suatu rancangan percobaan Estimasi Lingkungan menggunakan populasi Tetua (P1 atau P2) atau populasi F1 Respon seleksi

Pendugaan heritabilitas arti luas


Estimasi Kuadrat Tengah (KT) suatu rancangan percobaan
Sumber Keragaman
Blok (M1) Genotip (M2) Galat (M3) Total

Db
r-1 g-1 (r-1)(g-1) rg-1

KT
KTr KTg KTe

TKT
e + g b e + r g e

Ragam genotip g = (KTg - KTe)/r Ragam lingkungan e = KTe Sehingga nilai heritabilitas dapat dicari dengan rumus : g h2 = ---------------g + e

Pendugaan heritabilitas arti luas


Estimasi Lingkungan menggunakan populasi F2, Tetua (P1 atau P2) atau F1

2F2 = 2g + 2e 2F1/P1/P2 = 2e

Rumus 1 : (Populasi F2 dan F1) 2g = 2F2 - 2F1 h2 = 2F2 - 2F1 2F2

Rumus 2 : Populasi F1, F2 , P1 dan P2 2e = 2F1+2P1+2P2 atau (2P1)(2P2)(2F1) 3 2F2 = 2g + 2e

h 2 = 2 2 + 2 + 2 F2 F1 P1 P2

3
2F2

2F2 (2P1)(2P2)(2F1) 2F2

Rumus 4: Populasi F2 , P1 dan P2 2e = 2P1+2P2 atau 2e = (2P1)(2P2) 2 2F2 = 2g + 2e

h2 =

2F2 2P1+2P2 2 2F2

2F2 (2P1)(2P2) 2F2

Pendugaan heritabilitas arti luas


Respon Seleksi

Seleksi perubahan frek gen pop dg susunan genotip baru Perubahan susunan genotip pergeseran rata-rata populasi R = hS = h i

Dimana h : heritabilitas, S : deffenensial seleksi,

i: intensitas seleksi, : simpangan baku pop bahan seleksi

Illustrasi
h = R/s dan R = h s = h i p

Secara statistik

Distribusi keragaman

Nilai Heritabilitas Arti Luas


Jika nilai heritabilitas suatu karakter: Tinggi perbedaan karakter pada populasi tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor genetik dibandingkan faktor lingkungan Rendah perbedaan karakter pada populasi tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan dibandingkan faktor genetik atau perbedaan karakter tersebut sangat kecil (seragam)

Heritabilitas arti sempit

Heritabilitas arti sempit (narrow-sense heritability) adalah rasio dari varian genetik aditif terhadap varian fenotip. h2= A p

h2=

A
g+e

Nilai duga heritabilitas arti sempit lebih kecil daripada arti luas

Heritabilitas Arti Sempit

h2 = a/p h2 = a/(g + e) g = a + d + i Keterangan h2= Heritabilitas p = Ragam fenotip e = Ragam lingkungan g = Ragam Genetik A = Ragam gen aditif D= Ragam gen dominan I = Ragam interaksi antar alel

Nilai heritabilitas arti sempit


Jika nilai heritabilitas suatu karakter: Tinggi karakter tersebut dipengaruhi oleh tindak gen aditif pada tingkat yang tinggi Rendah karakter tersebut dipengaruhi oleh tindak gen bukan aditif (epistasi dan dominan) pada tingkat yang tinggi

Pendugaan Heritabilitas arti sempit


Percobaan dengan populasi P1, P2, F1, F2, BACKCROSS 1, BACKCROSS 2 Berdasarkan Struktur Kekerabatan

1. Hubungan antara keturunan dengan salah

satu tetua 2. Hubungan antara keturunan dengan tetua tengah 3. Hubungan antara saudara tiri 4. Hubungan antara saudara kandung

HUBUNGAN ANTARA SALAH SATU TETUA

A3 A2 A1

C3

B3
B2 B1

C2

A1B1 A2B2 A3B3

FULLSIB

C1
C1B1

FULLSIB

C2B2

C3B3

HALFSIB

Pendugaan Heritabilitas arti sempit


Percobaan dengan populasi P1, P2, F1, F2, BACKCROSS 1(1), BACKCROSS 1(2)

Heritabilitas yang diduga adalah untuk populasi F2

h2 = 22 (2 2 + F2 BC1(1) BC1(2) )

2F2

Pendugaan Heritabilitas arti sempit


Percobaan dengan populasi P1, P2, F1, F2, BACKCROSS 1(1), BACKCROSS 1(2)
Bahan P1 (Ramono) P2 (Baart) F1 F2 BC1 BC2 Rata-rata 13.0 27.6 18.5 21.2 15.6 23.4 2p 11.04 10.32 5.24 40.35 17.35 34.29

2 g = 2 2F2 (2 BC1 +2 BC2) 2F2 =A+D+E 2 BC1 + BC2 = A + D + 2E h2 = 2 2F2 (2 BC1 +2 BC2) 2F2

Pendugaan Heritabilitas arti sempit


Berdasarkan Struktur Kekerabatan

1.

Hubungan antara keturunan dengan salah satu tetua


-

Disarankan untuk dipilih ke arah tetua jantan untuk menghindari adanya pengaruh tetua betina (maternal effect) Dari hubungan keturunan dengan dengan satu tetua dapat diperoleh persamaan regresi liniernya Selanjutnya nilai heritabilitas dapat diduga dari kefisien regresinya (b), yaitu :

Pendugaan Heritabilitas arti sempit


Berdasarkan Struktur Kekerabatan

2. Hubungan antara keturunan dengan tetua tengahnya


-

Dari hubungan keturunan dengan tetua tengahnya juga dapat diperoleh persamaan regresi liniernya Selanjutnya nilai heritabilitas dapat diduga dari kefisien regresinya (b), yaitu :

Pendugaan Heritabilitas arti sempit


Berdasarkan Struktur Kekerabatan

3. Hubungan antara saudara tiri (half sip)


-

Dari hubungan antara saudara tiri dapat diperoleh koefisien korelasinya (t) Selanjutnya nilai heritabilitas dapat diduga darihubungan saudara tiri ini ialah :

Pendugaan Heritabilitas arti sempit


Berdasarkan Struktur Kekerabatan

4. Hubungan antara saudara kandung (full sib)


-

Dari hubungan antara saudara kandung juga dapat diperoleh koefisien korelasinya (t) Selanjutnya nilai heritabilitas dapat diduga darihubungan saudara kandung ini ialah :

PENGGUNAAN HERITABILITAS UNTUK PT


1. 2. 3.

HERITABILITAS ARTI LUAS Menduga ragam genetik pada suatu populasi Menduga efisiensi seleksi Menduga kemajuan genetik

1. 2. 3.

HERITABILITAS ARTI SEMPIT


Untuk memberikan rekomendasi terhadap metode seleksi Heritabilitas tinggi menggunakan seleksi massa Heritabilitas rendah menggunakan seleksi Pedigree, Uji kekerabatan (Sib test), Uji keturunan (Progeny Test) Jika dominan lewat (over dominance) menonjol maka pemuliaan diarahkan ke arah inbreeding dengan tujuan menghasilkan hibrida komersial Heritabilitas arti sempit juga dapat digunakan untuk menduga kemajuan genetik harapan akibat seleksi

4.

5.

CONTOH SOAL HERITABILITAS


F3

Tetua

No

Galur

Umur awal panen (x)

x2

No

Galur

Umur awal panen (y)

y2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

A3 A4 A8 A9 A10 A11 A15 B11 B13 G2 G3 G5 G6 G12 G13 G15 H11 H16
Jumlah

89 108 100 100 108 98 102 109 87 106 90 113 132 87 120 106 102 109
1866

7921 11664 10000 10000 11664 9604 10404 11881 7569 11236 8100 12769 17424 7569 14400 11236 10404 11881
195726

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

A6 A7 A16 B5 B6 B8 B10 B12 B14 C16 F12 G1 G7 G8 H3 Jumlah

95 95 96 130 100 100 100 130 100 111 116 96 101 101 132 1603

9025 9025 9216 16900 10000 10000 10000 16900 10000 12321 13456 9216 10201 10201 17424 173885

F3

PARENTAL

(x)2 = (1866)2 = 3481956 (x)2/n = 3481956/18 = 193442 2 = ((x)2/n) / n = 193442/18 = 103.66


2 F3 103.66 2 parental 89.05

(x)2 = (1603)2 = 2569609 (x)2/n = 2569609 /15 = 142756.056 2 = ((x)2/n) / n = 142756.056 /15 = 89.05
2g h2 2g / 2 F3

2 F3 - 2 PARENTAL

103.66 - 89.05 = 14.61

0.141

CONTOH SOAL HERITABILITAS


SK GALUR ULANGAN GALAT TOTAL db 14 2 28 44 JK 14.41 0.17 6.61 21.20 KT 1.03 0.08 0.24 F HIT 4.36 0.35 F TAB 5% 2.06 3.34 1% 2.79 5.45

Ragam genotip g = (KTg - KTe)/r Ragam lingkungan e = Kte h2 g = ---------------g + e

Bahan P1 (Ramono) P2 (Baart) F1 F2 BC1 BC2

Rata-rata 13.0 27.6 18.5 21.2 15.6 23.4

2p 11.04 10.32 5.24 40.35 17.35 34.29

2 g = 2 2F2 (2 BC1 +2 BC2) 2F2 =A+D+E 2 BC1 + BC2 = A + D + 2E h2 = 2 2F2 (2 BC1 +2 BC2) 2F2

Respon Seleksi dan Kemajuan Genetik


Pengertian respon seleksi Respon seleksi langsung dan tak langsung Kemajuan genetik Kemajuan genetik harapan Perhitungan kemajuan genetik

SELEKSI
TERDAPAT 3 MACAM SELEKSI YAITU: Seleksi Stabilisasi Seleksi Distruptif Seleksi Terarah

Seleksi Stabilisasi

Mempunyai sifat seperti seleksi massa yaitu memilih tanaman yang sifatnya menyimpang dari tipe normal (offtype)

dibuang

diambil dibuang

Seleksi stabilitas akan menghasilkan sebaran sifat dengan nilai tengah yang tetap (stabil) dari satu generasi ke generasi selanjutnya

Seleksi Distruptif

Bentuk seleksi ini kebalikan dari seleksi stabilisasi

diambil dibuang diambil

Tujuan seleksi ini ialah untuk mencari bahan genetik yang akan dijadikan tetua unggul atau tetua superior untuk persilangan berikutnya

Seleksi Terarah

Seleksi terarah ialah pemilihan individu atau famili terbaik sampai batas batas tertentu Macam macam seleksi terarah Tanaman Menyerbuk sendiri : Seleksi galur murni, massa, silang balik, bulk dan pedigree (zuriat atau populasi bersegregasi) Tanaman Menyerbuk silang : Seleksi massa, berulang, fenotipik, ear to row (tongkol baris), seleksi berulang untuk DGU, seleksi berulang untuk DGK, seleksi berulang timbal balik

Respon Seleksi
Seleksi perubahan frek gen pop dg susunan genotip baru Perubahan susunan genotip pergeseran rata-rata populasi R = hS = h i

Dimana h : heritabilitas, S : deffenensial seleksi,

i: intensitas seleksi, : simpangan baku pop bahan seleksi

Perhitungan Kemajuan Genetik

Rumus:

G = (k)(p)(h2) G = (k)(p)(g/p) G = kemajuan genetik k = intensitas seleksi p = simpangan baku fenotipr populasi dasar h2 = Heritabilitas

Koefisien keragaman genetik


Menggunakan rancangan Tidak menggunakan rancangan (single plant)

1. 2. 3. 1.

2.
3.

Definisi Tipe Interaksi Interaksi GxE dan Seleksi Populasi F2 Interaksi GxE dan Rekomendasi Genotip Unggul Pendugaan interaksi GxE Rancangan Percobaan GxE Evaluasi Genetik Analisa Data Pemilihan lokasi untuk pengujian Annova Korelasi antar karakter Cluster analysis

Interaksi Genotip x Lingkungan

Genotip

Lingkungan

Fenotip

genotip

environment
Predictable: pemupukan, pengairan, naungan, jaraktanam

Susunan gen

Unpredictable: Hama, penyakit, suhu, kelembapan, musim, curah hujan

PENGERTIAN GxE
Perubahan rata rata penampilan setiap genotip pada lingkungan yang berbeda Kegagalan suatu genotipe untuk memberikan respon yang sama pada perubahan lingkungan Keadaan saling mempengaruhi antara faktor genetik (genotip) dan lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman

Mengapa GxE itu penting???


Untuk pengembangan kultivar untuk tujuan khusus yang adaptif pada suatu kondisi lingkungan tertentu baik yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang predictable dan kondisi lingkungan yang unpredictable Potensi kebutuhan kultivar yang khas di wilayah geografis yang berbeda memerlukan pemahaman tentan interaksi GxE Pentingnya interaksi ini dapat dirasakan jika membagi wilayah geografis yang besar menjadi sub area diperlukan pengujian genotip baru Tanggapan berbeda tiap genotip apabila ditanam pada kondisi lingkungan yang berbeda menyebabkan perlu adanya data penampilan kultivar

Tipe interaksi

Tidak terjadi interaksi GxE


12

10

Hasil

0 0 1

Lokasi

Terjadi Interaksi GxE (tidak terjadi perubahan rangking)


12 10 8

Hasil

6 4 2 0 0 1

Lokasi

Terjadi Interaksi GxE dengan perubahan peringkat genotip


12 10 8

Hasil

6 4 2 0 0 1 2 3

B A
Lokasi

PEMANFAATAN GXE UNTUK SELEKSI F2


1. SELEKSI F2 Stabilitas penampilan Populasi F2 segregasi tiap individu F2 genotipnya berbeda Petak seleksi sulit mendapatkan yang bener benar seragam lingkungan mikro sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seleksi

1. Tempat yang subur (menguntungkan)


Fenotip baik kombinasi gen baik Fenotip baik kombinasi gen jelek

2. Tempat yang tidak subur (merugikan)


Fenotip jelek kombinasi gen baik Fenotip jelek kombinasi gen jelek

Apabila Individu berbeda dan lingkungan mikro berbeda maka tanggapan juga berbeda. Terdapat interaksi GxE yang harus diperhatikan dalam seleksi populasi F2

1.

Cara Mengatasi: Pembagian petak seleksi Petak seleksi dibagi ke dalam petak-petak kecil ( 40 tan/petak tergantung jenis tanaman dan luas petak serta keragaman tanahnya) Makin beragam sebaiknya petak petak berukutan sempit Setiap lingkungan mikro yang berbeda akan terwakili sehingga pembiasan akibat keragaman dalam petak seleksi dapat diperkecil

2. Rata-rata Bergerak Seleksi dilakukan pada individu tanaman yang menunjukkan penampilan lebih baik dari tanaman yang mengelilingi 1 2 3 4 5 1XXXXX 2XXXXX
RATA2NYA

X = TANAMAN SASARAN

X = TANAMAN YANG DIHITUNG

3XXXXX

Setiap tanaman dijadikan tanaman sasaran Tanaman sasaran yang memiliki selisih lebih tinggi yang dipilih

3. Penggunaan Tanaman Pembanding Penanaman tanaman pagar di antara populasi F2 barisan selang seling XOXOXO XOXOXO Tanaman pagar bersifat homozigot (galur murni, tetua, varietas) untuk melihat apakah variasi hanya disebabkan oleh faktor lingkungan Biasa dilakukan pada tanaman menyerbuk sendiri Seleksi pada generasi F3 dengan metode pedigree

PEMANFAATAN GXE UNTUK UJI GENOTIPE


1. Uji multilokasi (multi musim) Faktor yang mempengaruhi yaitu : Genotip (g) x Lingkungan (L) x T (tahun/lokasi) Kultivar yang dipilih yang mempunyai rata-rata hasil tinggi dan varians rendah

Analisis ragam GXE terhadap lokasi yang berbeda


SK Genotip
Ulangan Lokasi Ulangan dlm Lokasi GxE Error total

Db g-1
r-1 l-1 ul-1 (g-1)*(l-1) glu-1

KT KTG
KTU KTL KTUL KTGxE

KTE 2e + r2gl+ rl2g


2e + g2rl

2e + r2gl 2e

l*(g-1)*(r-1) KTE

Lokasi

GALUR G-1 G-3 G-16 G-17 G-18 G-19 G-20 G-21 H-1 H-8 H-9 H-14 H-16 H-19 H-20 H-21 28 162 85 38 40 42 80 82 85 91 142 Nias Dewata Selayar Rata-rata Indek Lingkungan

Tabel rata-rata hasil panen biji kering di 4 lokasi

Galur G-1, H-14, 28, 38 dan 82 ialah galur galur rekomendasi unggulan

Dau 2.10a 1.66b 1.75b 1.80b 1.84b 1.75b 1.87a 2.19a 1.80b 1.66b 1.61b 1.95a 1.85a 1.53b 1.84b 1.64b 2.18a 2.00a 1.94a 2.08a 2.07a 2.30a 2.05a 2.23a 2.16a 1.69b 2.04a 2.13a 1.97a 1.11b 1.89 0.3

Muneng 1.95a 0.98b 1.93a 1.45a 0.93b 1.52a 0.96b 1.45a 1.47a 1.69a 1.72a 1.96a 1.59a 1.66a 1.64a 1.26b 2.05a 1.53a 0.94b 1.42a 1.03b 1.10b 1.47a 1.56a 1.10b 1.60a 0.94b 2.01a 1.38a 1.08b 1.45 -0.1

Ngajum Tumpang 2.13a 1.58b 2.00a 1.50c 1.14c 1.86a 2.35a 1.28c 0.98c 1.18d 1.62b 1.64b 0.85c 1.28c 1.58b 1.03d 1.57b 1.59b 1.60b 1.66b 1.41c 1.10d 1.82b 1.68b 1.58b 1.68b 1.80b 1.36c 1.53b 1.74b 1.64b 1.38c 2.22a 2.20a 1.23c 1.72b 1.30c 0.94d 1.57b 1.84b 0.91c 1.32c 1.14c 1.54c 1.67b 1.34c 1.77b 1.54c 1.05c 2.05a 1.10c 1.56b 1.40c 1.44c 1.42c 1.35c 1.67b 1.80b 1.26c 1.50c 1.51 1.52 -0.1 -0.1

Ratarata 1.94 1.54 1.67 1.72 1.23 1.63 1.24 1.56 1.61 1.65 1.46 1.85 1.68 1.59 1.69 1.48 2.16 1.62 1.28 1.73 1.33 1.52 1.63 1.78 1.59 1.49 1.45 1.73 1.70 1.24 1.59

Interpretasi Nilai Analisis Ragam GxE


Apabila nilai G x L x T nyata maka : Peringkat tiap genotip berubah ubah dari lokasi ke lokasi, dari musim ke musim atau tahun ke tahun Hal tersebut menimbulkan kesulitan dam menentukan rekomendasi varietas yang cocok ditanam pada area tersebut Apabila nilai G X L nyata maka: Genotip/kultivar tertentu untuk lokasi tertentu Apabila nilai G X T nyata maka: Genotip/kultivar tertentu untuk musim atau tahun tertentu

Apabila nilai G X L nyata maka: Genotip/kultivar tertentu untuk lokasi tertentu Apabila nilai G X T nyata maka: Genotip/kultivar tertentu untuk musim atau tahun tertentu

Kedua hal di atas dapat disimpulkan bahwa genotip tersebut memiliki kemampuan adaptasi secara khusus atau spesifik.

Apabila G x L x T tidak nyata maka: Tidak terjadi interaksi maka genotipgenotip yang diuji memilik kemampuan adaptasi yang luas. Artinya dimanapun dan kapanpun genotip tersebut ditanam akan menunjukkan peringkat yang sama dan stabil karena faktor lingkungan tika begitu mempengaruhi penampakan tanaman tersebut.

Ciri-ciri

tanaman yang beradaptasi

luas:
1.

2.
3. 4.

5.
6.

GxE kecil atau tidak nyata Daya hasil stabil Dapat menyesuaikan diri pada berbagai lingkungan Lebih tahan terhadap biotipe hama dan penyakit Memiliki populasi buffering/individual buffering Sifat populasi homosigot-homogen :galur murni Homosigot-heterogen :self/campuran Heterosigot-homogen :hybrid Heterosigot-heterogen :cross/campuran

Konsep pengujian multilokasi Gandum


Penentuan tujuan uji multilokasi
Pemilihan Bahan uji Pemilihan lokasi

Penanaman dan Pemeliharaan


Pengambilan dan Analysis Data

Penentuan Tujuan Multilokasi

Pengujian multilokasi bertujuan mengetahui besarnya interaksi genotip x lingkungan dan mengevaluasi tigkat adaptabilitas dan stabilitas tanaman gandum yang ditanam di lokasi dengan ketinggian tempat yang berbeda.

Pemilihan bahan uji

Bahan uji yang digunakan ialah berasal dari uji daya hasil pada penelitian sebelumnya. Bahan uji yang dipilih ialah bahan uji yang memenuhi kriteria yaitu yang berdaya hasil tinggi serta yang mempunyai daya adaptasi luas dan stabil di berbagai lokasi

Pemilihan lokasi
Pemilihan lokasi berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk merakit tanaman gandum yang mampu beradaptasi di dataran sedang dan rendah, berarti lokasi yang dipilih harus mewakili daerah dataran rendah dan sedang
Lokasi Ngajum Muneng Tumpang Dau Ketinggian (mdpl) 260 20 450 560 Suhu (C) 27 30 25 24

Penanaman dan Pemeliharaan

Pengambilan data

Analilis ragam
Analisis Varians Gabungan Hasil Panen Biji Kering (t.ha-1)
EFFECT
LOKASI Ulangan(LOKASI) Galur Galur x LOKASI Residual Total

JK
11.13 4.53 15.03 20.59 19.34 70.62

db
3 8 29 87 232 359

KT
3.71 0.57 0.52 0.24 0.08 0.20

Fhit
6.55

ProbF Sign.
0.02 *

2.19 2.84

0.00 ** 0.08 **

YEARS/LOCATIONS: random effect

CV (%) :9.61

Intepretasi Data

Analisis ragam gabungan untuk karakter hasil panen biji kering di empat lokasi menunjukkan adanya interaksi genotip dengan lingkungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keragaman yang muncul untuk karakter hasil panen biji kering akibat adanya interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Keragaman karakter hasil panen biji kering di empat lokasi menurut Moedjiono dan Mejaya (1994) termasuk dalam kategori rendah karena koefisien keragamannya 9,61% (Lampiran 42). Hasil panen biji kering pada keempat lokasi berkisar antara 1,23 t.ha-1 hingga 1,52 t.ha-1.

DIALEL
Persilangan yang melibatkan semua kemungkinan kombinasi pasangan di antara individu-individu (tetua-tetua) terpilih
TUJUAN Menentukan daya gabung umum (DGU) atau daya gabung khusus (DGK) dari galur murni Analisis genetik kuantitatif suatu karakter

MATERI PERSILANGAN

Individu-individu

yang diambil dari populasi F2 / generasi yang bersegregasi Galur-galur murni Penentuan individu (tetua) dapat dilakuan secara acak atau dipilih Jumlah pasangan persilangan ditentukan oleh jumlah tetua yang digunakan

POLA PERSILANGAN DIALEL


i. Persilangan tunggal ii. Persilangan tunggal dan selfing iii. Persilangan tunggal selfing, dan resiprok

p1 p2 p3 p4

p1
p2 p3 p4

c c c

c c

p1

p1 p2 p3 p4 s - - s -

p1 p2 p3 p4 p1 s p2 c p3 c p4 c r s c c r r s c r r r s

p2 c

p3 c p4 c

c c

s c

RE Comstock dan HF Robinson (1948, 1952) Menduga varians aditif dan varians dominan Mengevaluasi famili saudara kandung atau saudara tiri pada seleksi berulang Sering digunakan dalam menduga varians genetik jagung Dapat digunakan pada tanaman menyerbuk silang (sebagian besar) dan tanaman menyerbuk sendiri (sedikit)

Rancangan Tersarang (Nested design) Pada suatu populasi set jantan dipilih acak dikawinkan dengan set betina yang dipilih acak Disebut nested design, karena tanaman betina disilangkan dalam posisi tersarang dalam tanaman jantan. Keragaman yang ditimbulkan oleh tanaman betina adalah keragaman di dalam tanaman jantan Dihasilkan keturunan Full Sib dan Half Sib

Populasi

yang digunakan Populasi bersegregasi (F2) Populasi inbred


M
CM1

O
CO1

CN1

CP1

CM2

CN2

CO2

CP2

Full sib
CM3 CN3

CO3

CP3

Half sib

Design I C

E F G H I J K L MNO P QR S T

AE AF AG AH

BI BJ BK BL

CM CN cm CP

DQ DR DS DT

ANOVA for Design I


Source M.S. Components of variance
2e + 2f/m + rf2m 2e + 2f/m

Covariance of relatives
2e+ (Cov FS-Cov HS) + rf(Cov HS) 2e+ (Cov FS-Cov HS)

Males

M4

Fem/Male M3

Error

M2

2e

2e

Rancangan Persilangan II (North Carolina II) disebut juga sebagai rancangan faktorial Merupakan modifikasi dari NCD I Digunakan untuk mengestimasi varians genetik dan galur inbrid untuk daya gabung

Masing-masing grup jantan disilangkan dengan masing-masing grup betina Umumnya 4 jantan dan 4 betina pada masing-masing grup persilangan digunakan untuk menghasilkan total 16 full sib family

Rancangan ini hanya dapat digunakan pada tanaman yang mempunyai bunga yang banyak (multiflower) Masing-masing tanaman digunakan secara berulang sebagai jantan dan betina

Populasi

Tetua Jantan Acak

Tetua Betina Acak

f1 m1 m2 m3 x x x

f2 x x x

f3 x x x

Design II
P1
P5 P6 P7 P8 X51 X61 X71 X81

P2
X52 X62 X72 X82

P3
X53 X63 X73 X83

P4
X54 X64 X74 X84

Susunan Lapangan

F G H

F G H

F G H

F G H

a e

a f

a g

a h

b e

b f

b g

b h

c e

c f

c g

c h

d e

d f

d g

d h


B
C D


B
C D


B
C D


B
C D


B
C D

ANOVA for Design II


Source Replication Males M5 2e+r2fm+rf2m 2e+ r(Cov FS - Cov HSf - Cov HSm) + rf(Cov HSm) M.S. Components of variance Covariance of relatives

Females
MxF Error

M4
M3 M2

2e+r2fm+rm2f
2e+r2fm 2e

2e+ r(Cov FS - Cov HSf - Cov HSm) + rm(Cov HSf)


2e+ r(Cov FS - Cov HSf - Cov HSm) 2e

NCD 3
Tujuan utama NCD III ialah untuk menduga rata-rata derajat dominansi gen, 2A, dan 2D dari populasi F2. Prosedur : kawinkan dua populasi inbreed, selfing F1 sehingga diperoleh populasi F2

P1

P2 X

F1

F2 seed

Pilih tanaman populasi F2 secara acak, kemudian disilang balik terhadap kedua tetuanya, tanaman F2 sebagai jantan Terdapat sepasang keturunan untuk setiap tanaman jantan F2

Untuk n F2 tanaman yang terseleksi untuk persilangan, entri yang dievaluasi adalah n pasangan keturunan dan galur tetua

P1

F2

P2

ANOVA DESIGN III


Source Replication Inbreed lines F2 () df (r-1) 1 (n-1) MS3 EMS

2 2 e 2r m

x
Within Families

(n-1)

MS2

2 2 e r mf
2 e

2n(r-1) MS1

Total

2nr-1

Terima kasih

You might also like