You are on page 1of 5

Kasus hukum PTPN X Gandeng Kejati untuk Kasus Perdata dan Tata Usaha 23 Januari 2013 PT Perkebunan Nusantara

X (Persero) kembali melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur Bidang Hukum Perdata dan Tata Usaha Negara. Perjanjian kerjasama ini dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah hukum perdata dan tata usaha negara baik di dalam maupun di luar pengadilan. Kepala Biro Hukum PTPN X, Murdwijanto, SE., SH mengatakan, perjanjian kerjasama ini dilakukan setiap tahun. Hal ini dinilai perlu oleh perusahaan mengingat perseroan milik negara harus berjalan sesuai dengan aturan dan hukum yang berlaku. Untuk itu, pihaknya melakukan kerjasama dengan Kejati yang akan membantu PTPN X dalam menghadapai permasalahan perdata dan tata usaha negara baik di dalam maupun di luar persidangan. Dalam surat perjanjian nomor pihak pertama : XX-KONTR/13.002, pihak kedua yaitu Kejati bersedia untuk memberi bantuan hukum, pertimbangan hukum dan tindakan hukum lainnya kepada pihak pertama yaitu PTPN X, ungkap Murdwijanto usai acara Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Bidang Hukum Perdata dan Tata Usaha Negara antara PT Perkebunan Nusantara X (Persero), PT Perkebunan Nusantara XI (Persero), PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) dengan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, di Wonosari, (22/01/2013). Murdwijanto menambahkan, dalam kerjasama tahun lalu telah dilakukan sosialisasi hukum sebanyak dua kali oleh Kejati kepada seluruh unit usaha di lingkungan PTPN X, mulai dari unit usaha pabrik gula, tembakau hingga rumah sakit. Dalam kerjasama kali ini, sambung Murdwijanto, sosialisasi hukum lanjutan diharapkan ada. Sehingga, informasi dan pengetahuan seputar hukum perdata dan tata usaha negara akan benar-benar bisa dipahami dan dikerjakan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. Di tempat yang sama, Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur Arminsyah, SH., M.Si mengungkapkan sudah kami sampaikan bahwa MoU ini merupakan payung hukum dan kesepakatan. Dalam bertindak, jaksa harus memiliki surat kuasa khusus dari PTPN. Dalam penyelesaian masalah hukum, akan diupayakan penyelesaian di luar pengadilan karena dinilai lebih efektif namun bila tidak bisa diselesaikan. Maka upaya terakhir yang dilakukan adalah di pengadilan. Karena PTPN adalah milik negara, maka jaksa yang mendampingi berhasil menyelesaikan kasus jangan diberi success fee. Karena itu tidak boleh, perseroan cukup membayar ongkosnya saja, tegas Arminsyah di depan para direktur PTPN X, PTPN XI, PTPN XII serta karyawan ketiga perseroan dan perwakilan dari Kejati.

Arminsyah juga menegaskan ketiga PTPN yang sudah melakukan kerjasama dengan Kejati tidak perlu sungkan untuk berkonsultasi bila menemui persoalan. Konsultasi bisa dilakukan dengan tatap muka atau bahkan dengan komunikasi melalui telepon. Termasuk juga konsultasi dalam menghadapi rekanan yang nakal. Banyak rekanan berupa PT atau CV yang nakal dan suka menganggu. Jangan ragu, laporkan saja ke kami. Maka kami akan melakukan pemeriksaan, bila perusahaan tersebut tidak benar maka akan kami bubarkan, pungkasnya. Kejaksaan Dalami Kasus Kolam PG Santoso, Direktur PT Tenaga Jaya, rekanan PG Gempolkrep, Kabupaten Mojokerto kembali menjalani pemeriksaan di Kejaksaan Negeri (Kejari) Mojokerto, Senin (17/92/2013). Hingga kini rekanan yang diduga ikut terlibat dalam dugaan korupsi proyek pembangunan peninggian kolam pengolahan limbah senilai Rp 400 juta itu sudah dimintai keterangan oleh kejaksaan sebanyak tiga kali. Kasi Intel Kejari Mojokerto Moch Iryan menyatakan bahwa pihaknya masih perlu memeriksa kembali rekanan dalam rangka penyelidikan. "Kami masih terus dalami apakah ada dugaan korupsinya. Ini baru penyelidikan tertutup. Nanti pada saatnya kita akan sampaikan ke media," kata Iryan. Ia pun menolak memberikan keterangan lebih jauh soal materi pemeriksaan. Sabar dulu lah," kata Iryan. Iryan berjanji akan melakukan ekspos ke media jika sudah selesai melakukan pemeriksaan. Entah nanti di hentikan sementara apa diteruskan ke penyidik kami akan memanggil media untuk ekspos, janji dia. Dikabarkan, PT. PG Gempol Kerep di Desa Gedeg, Kabupaten Mojokerto sejak 2008 - 2009 mengerjakan kolam untuk pengolahan limbah. Ada kejanggalan dalam pengerjaan proyek di perusahaan gula milik PTPN X ini. Selain kolam juga pengerjaan sistem drainase. Pihak PG Gempol Kerep belum bisa dikonfirmasi atas diperiksa rekanannya. Menteri BUMN Dinilai Lalai dalam Kasus Konflik PTPN-Warga Seharusnya Presiden SBY dan DPR meminta penjelasan Dahlan Iskan soal langkah-langkah penyelesaian konflik PTPN. Menteri BUMN Dahlan Iskan didesak untuk benar-benar bekerja, dengan mencari solusi ketegangan antara warga petani dengan PTPN yang dibantu polisi di Sumatera Utara (Sumut) dan Sulawesi Selatan (Sulsel), sehingga konflik agraria dengan kekerasan tidak kembali terulang.

"Ironisnya, inilah yang dilupakan Menteri BUMN Dahkan Iskan. Seharusnya Presiden SBY dan DPR meminta penjelasan Dahlan Iskan soal langkah-langkah penyelesaian konflik (tersebut)," kata Ketua Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHCS), Gunawan, di Jakarta, hari ini. Menurut Gunawan, guna menghentikan kekerasan, Dahlan seharusnya memfasilitasi mediasi antara warga dengan PTPN, serta melibatkan Pemda dan BPN. "Yang utama (adalah) menghentikan pengerahan polisi dan PAM swakarsa, serta mencegah adu domba pekerja perkebunan dengan warga," katanya. Sedangkan untuk menyelesaikan konflik tanahnya, Gunawan mengusulkan bisa dimulai dengan melakukan audit pertanahan PTPN, khususnya dari aspek sejarahnya, serta audit kewajiban hukum PTPN dalam CSR dan kemitraan. "Ini berguna untuk mengevaluasi sejauh mana PTPN berdampak baik pada masyarakat sekitarnya," kata dia. Selain itu, menurut Gunawan pula, penyelesain konflik agraria di PTPN juga memerlukan kebijakan dari Presiden tentang penyelesaian konflik agraria yang merupakan warisan dari pelanggaran HAM di masa lalu. Hal ini harus segera direspons, karena penguasaan dan penggunaan tanah yang timpang atau tidak adil, akan terus menjadi penyebab konflik sosial, kemiskinan, dan kerawanan pangan. Gunawan menuturkan, konflik warga dengan pihak perkebunan memang sering kali terjadi. Salah satu yang mencuat misalnya (adalah) tindak penculikan dan kekerasan oleh aparat kepolisian terhadap warga Desa Sei Mencirim dan Desa Namurube Julu, Kecamatan Kutalim Baru, Kabupaten Deli Serdang. Hal itu berawal dari konflik lahan antara warga dengan PTPN II Deli Serdang. Lalu, pada 2011, terjadi pula konflik lahan antara warga Desa Niur Kecamatan Sukaraja, Seluma, dengan PTPN VII Padang Pelawi, yang berujung pada bentrok berdarah. Sementara pada Juli lalu, bentrokan pun terjadi antara warga di Ogan Ilir, Sumsel, dengan pasukan Brimob. Dalam peristiwa ini, satu remaja bernama Angga, tewas dengan luka tembak. Dirjen Pajak Incar Penggelapan Pajak PTPN X dan XI Jawa Pos, 12 Maret 2010 SURABAYA - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terus memburu para pengemplang pajak. Kali ini DJP mengincar dua BUMN bidang pergulaan yang beroperasi di Jatim. Yakni, PT Perkebunan Nasional (PTPN) X dan XI. Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Muhammad Tjiptardjo menyebutkan, pengusutan dua BUMN ini terkait kasus penggelapan pajak yang dilakukan tiga perusahaan di bidang teknik pergulaaan. Mereka berinisial CV PT, PT MNTP, dan PT MNTC yang dimiliki oleh seorang wajib pajak (WP) berinisial WD. Ketiga perusahaan tersebut berdomisili di Surabaya.

''Perusahaan-perusahaan itu pemasok spareparts untuk pabrik gula,'' kata Tjiptardjo di sela acara Pekan Panutan dan Simulasi Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di Surabaya kemarin (11/3). Nila penggelapan pajak itu Rp 4,4 miliar yang dilakukan selama 2005-2006. Tjiptardjo menyebutkan, modus operandi penggelapan itu ialah me-mark up biaya untuk mengurangi pajak penghasilan (PPh). ''Mereka menerbitkan faktur pajak palsu,'' ujarnya. Saat ini kasus tersebut masuk proses P21 (berkas sempurna) dan siap dilimpahkan ke pengadilan oleh Kejaksaan Tinggi Jatim. ''Karena perusahaan tersebut merupakan pemasok peralatan suku cadang ke pabrik gula milik PTPN X dan XI, kami akan terus mengembangkan kasus tersebut untuk meneliti lebih jauh adanya kemungkinan keterlibatan BUMN bersangkutan,'' tandasnya. DJP menduga, masalah tersebut juga terkait produksi dan distribusi gula. ''Ada indikasi ke arah situ. Ini yang membuat PTPN meminta gula impor. Alasannya, pabrik gula tidak bisa beroperasi karena mesin rusak,'' katanya Menurut dia, DJP bakal menjadikan kasus itu sebagai momentum penindakan secara tegas terhadap pelanggaran pajak. Itu sekaligus peringatan bagi WP yang lain. Dia mengatakan, kasus penggelapan pajak secara hukum bisa dihentikan berdasar keputusan Kejaksaan Agung. Saat ini, lanjut dia, ada perusahaan distributor gula berlokasi di Malang, PT MA, menunggu putusan Kejaksaan Agung untuk menghentikan kasus. WP tersebut menunggak pajak hingga Rp 5 miliar. ''Mereka telah menyediakan dana Rp 25 miliar yang terdiri atas tunggakan plus denda 400 persen. WP pun telah menyurati menteri keuangan,'' tuturnya. Secara nasional, pada 2007, DJP telah menangani sedikitnya 23 kasus. Setahun kemudian bertambah besar, sekitar 40 perkara pelanggaran oleh WP mulai yang ringan hingga berat. Begitu juga tahun lalu, jumlahnya hampir sama dengan 2008. Sedangkan, tunggakan pajak per 28 Februari lalu tercatat Rp 44 triliun. Terjadi koreksi jika dibandingkan dengan per 20 Januari 2010 yang membukukan Rp 51 triliun. Di antara jumlah tersebut, sekitar Rp 340 miliar berasal dari Kanwil DJP Jatim I. Selain penegakan hukum, DJP terus melakukan sosialisasi untuk menggugah kesadaran WP perorangan. Menurut Tjiptardjo, beberapa tahun terakhir hanya 52 persen WP yang mengembalikan SPT. Sisanya tidak menyerahkan SPT sehingga menjadi potential lost. DPRD Jatim Online (Kamis; 26/07) Suara Indrapura : Kasus pencemaran kali Surabaya yang dilakukan Pabrik Gula (PG) Gempolkrep rupanya terus berbuntut panjang. Setelah kasus tersebut ikut menyeret-nyeret nama lembaga ITS, kini keberadaan PTPN X juga ikut digugat. Komisi B DPRD Jatim meminta PTPN X bertanggung jawab, khususnya atas ketidakpastian nasib para petani tebu setelah ada sanksi yang dijatuhkan

Pemprov Jatim pada PG Gempolkrep. Ingat, sebagai instansi structural, seharusnya PTPN X menanggung persoalan tersebut. Ketua Komisi B DPRD Jatim, karena masalah IPAL. Sebaliknya, kata Agus Dono, kebijakan Gubernur Jatim, Soekarwo untuk menutup IPAI milik PG Gempolkrep merupakan kewenangan seorang kepala daerah dalam melindungi rakyatnya. Dikatakan, kasus pencemaran limbah PG Gempolkrep ke Kali Surabaya telah berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat yang selama ini mengonsumsi Kali Surabaya untuk minum. "Saya kira, apa yang dilakukan gubernur sudah benar sebagai seorang kepala daerah yang melindungi Agus Dono menegaskan, seharusnya PTPN X yang memiliki kewenangan terhadap PG, menyelesaikan persoalan yang ada. Mulai soal IPAL milik PG Gempolkrep yang bocor hingga masalah petani tebu yang tidak bisa giling. "PTPN X tidak boleh cuci tangan. Semua permasalahan yang terjadi itu menjadi tanggungjawab PTPN X," tegas Agus Dono, Selasa (24/7). Termasuk, lanjut politisi asal Demokrat ini, menanggung ongkos angkut kepada para petani tebu yang saat ini tidak bisa giling di PG Gempolkrep yang ditutup rakyatnya. Sebaliknya, seharusnya PTPN X turun tangan menyelesaikannya. Apalagi, keuntungan yang mereka peroleh selama ini cukup besar sebagai produsen gula," lanjutnya. Terpisah, anggota Komisi B DPRD Jatim yang lain, Freddy Purnomo menengarai sikap PTPN X yang sengaja cuci tangan sebagai keinginan dari perusahaan pelat merah ini untuk impor gula. Indikasi ini terlihat tidak ada upaya PTPN X menyelesaikan permasalahan petani yang selama ini memasok tebu di PG Gempolkrep.

You might also like