You are on page 1of 13

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PEMBUATAN PREPARAT DAN PENGECATAN

OLEH: NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN : ANNISA DWI CAHYA : J1E111052 : 1 (SHIFT 3) : RADEN DWI T. R.

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI S-1 FARMASI BANJARBARU 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Pustaka Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode ini, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri gram positif dan gram negatif yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp. (Dwijoseputro, 2005). Pemberian alkohol pada pengecatan ini dapat mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan : mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu atau bakteri menjadi tidak berwarna. Safranin merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain , memberikan warna pada mikroorganisme non target (Wahyuningsih , 2008). Pewarnaan Sederhana (Pewarnaan Positif). Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas object glass yang kemudian difiksasi. Jangan menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat, tapi jika suspensi bakteri terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan saat mencari bakteri dengan mikroskop. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan

melekatkan sel bakteri pada object glass tanpa merusak struktur selnya (Campbell dan Reece, 2005). Bakteri kontaminan adalah yang berada di sekitar kita baik pada tanah, udara, debu, air yang keberadaanya sangat tidak menguntungkan. Mikroorganisme yang tersuspensikan dengan udara dan dapat mengendap bersama debu pada berbagai macam permukaan seperti pakaian, meja, lantai dan benda benda lain. Ukuran sel mikroorganisme yang sedemikian kecil dan ringan menyebabkan mudah terhembuskan oleh aliran udara. Keberadaan mikroorganisme dapai. menyebabkan kontaminasi, hal ini sangat berpengaruh pada ruang yang seharusnya terjaga keseterililanya misal ruang operasi, laboratorium dan lainya (Ariyadi & Dewi, 2009). Dalam ruangan labortorium sering ditemukan mikroorganisme kontaminan yang dapat ikut tumbuh dalam suatu media nutrient agar. Bakteri kontaminan yang sering ditemukan diantaranya adalah Bacillus sp, Streptococcus sp, Staphylococcus, Pseudomonas dan Sarcina. Dari mikroorganisme tersebut, yang paling sering menyebabkan kontaminasi adalah Bacillus subtilis. Bacillus subtilis adalah kuman berbentuk batang, gram negatif dan mempunyai spora, fakultatif anaerob dapat bergerak

dengan flagella yang peritrika. Mikroorganisme ini sering sebagai indikator terhadap kontaminasi karena ketahananya dalam mempertahankan diri dengan terbungkus oleh spora tadi (Ariyadi & Dewi, 2009) Nama bakteri berasal dari kata bakterion (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang. Sejalan dengan pertambahnya pengetahuan, sekarang bakteri digunakan untuk mikroorganisme bersel satu, berkembang

biak dengan pembelahan diri, serta memiliki ukuran mikron sehingga hanya tampak dengan mikroskop. Bakteri aerob merupakan bakteri yang membutuhkan O2 untuk pertumbuhannya. Sistem enzimnya membutuhkan O2 sebagai elektron aseptor pada proses fosforilasi oksidatifnya. Contoh bakteri areob adalah Bacillus sp., Escherichia coli, dan Streptococcus (Puspitasari, 2012). Proteus vulgaris adalah sel berbentuk batang, Gram-negatif, dan tidak membentuk spora. Bergerak sangat aktif dengan menggunakan bulu-bulu cambuk disekeliling tubuhnya (flagel peritrih). Mudah tumbuh pada berbagai pembenihan dalam keadaan anaerob. Dapat menghasilkan urease, yang menyebabkan hidrolisis cepat dari urea, dengan melepaskan amonia. Pada infeksi saluran kemih, air kemih dapat menjadi sangat alkali sehingga dapat merangsang pembentukan batu (Yanti, 2004). Bakteri proteolitik adalah bakteri yang mampu mendegradasi protein, karena memproduksi enzim protease ekstraseluler. Protease merupakan enzim proteolitik yang mengkatalisis pemutusan ikatan peptida pada protein. Untuk menentukan kemampuan mikroorganisme dalam mensekresikan protease yang dapat mendegradasikan protein, maka pada medium disertakan susu skim yang mengandung kasien. Kasein merupakan protein utama susu, suatu mikromolekul yang tersusun atas sub unit asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Kasein berfungsi sebagai substrat bagi enzim protease. Pada umumnya bakteri proteolitik adalah bakteri dari genus Bacillus, Pseudomonas, Proteus, Streptobacillus, Staphylococcus, Streptococcus (Puspitasari, 2012).

1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah dapat melakukan pembuatan preparat dari bahan yang berasal dari penderita biak dengan media cair dan padat, serta dapat melakukan pengecatan bakteri khususnya dapat membedakan bakteri Gram positif dan negatif.

BAB II METODE PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan tempat Kegiatan praktikum dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 15 Maret 2013 bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. 2.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah ose, pembakar Bunsen, kaca objek dan pipet tetes Bahan yang digunakan dalam praktikum ini cat gram A, cat gram B, cat gram C, cat gram D, alkohol, dan akuades. 2.3. Prosedur Kerja 1. Diambil kaca objek dan disterilisasi dengan dipanaskan diatas nyala bunsen 2. Diambil ose bulat dan disterilisasi dengan dipanaskan pada bunsen 3. Ditetesi sedikit akuades pada kaca objek 4. Diambil sedikit koloni bakteri, kemudian di letakkan pada kaca objek 5. Diratakan koloni yang ada di kaca objek sampai tipis 6. Dipanaskan kaca objek dan koloni 7. Diteteskan beberapa tetes cat Gram A, didiamkan selama 1 menit, dan dicuci dengan akuades

8. Diteteskan beberapa tetes cat Gram B, didiamkan selama 1 menit kemudian dicuci dengan akuades 9. Diteteskan beberapa tetes cat Gram C, didiamkan selama menit kemudian dicuci dengan akuades 10. Diteteskan beberapa tetes cat Gram D, didiamkan, kemudian dicuci dengan akuades 11. Diamati hasil yang didapat dengan mikroskop

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3. 1. Hasil Tabel hasil Pengecatan Gram No. 1 Spesies Basillus Gambar Keterangan Bentuk : Batang Warna : Ungu Gram : Positif (+) Perbesaran : 10 x 100 2 Basillus Bentuk : Batang Warna : Ungu Gram : Positif (+) Perbesaran : 10 x 100 3 Proteus Bentuk : Coccus Warna : Merah Gram : Negatif (-) Perbesaran : 10 x 100 4 Proteus Bentuk : Coccus Warna : Merah Gram : Negatif (-)

Perbesaran : 10 x 100

3.2. Pembahasan Pewarnaan gram merupakan pewarnaan yang digunakan untuk mengelompokan bakteri gram positif dan gram negatif. Perbedaan zat warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya. Pewarna yang digunakan dalam pewarnaan gram antara lain : crystal violet, alkohol, safranin, dan iodine atau iodium. Crystal Violet memberi warna ungu dan merupakan pewarna primer (utama). Crystal Violet bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam, dengan begitu sel mikroorganisme yang transparan akan terlihat berwarna (Ungu). Iodium merupakan pewarna

Mordan, yaitu pewarna yang berfungsi memfiksasi pewarna primer yang diserap mikroorganisme target. Pemberian iodium pada pengecatan Gram dimaksudkan untuk memperkuat pengikatan warna oleh bakteri. Alkohol berfungsi untuk membilas atau melunturkan kelebihan zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Pemberian alkohol pada pengecatan ini dapat mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan yaitu mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu atau bakteri menjadi tidak berwarna. Safranin merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain , memberikan warna pada mikroorganisme non target (Wahyuningsih, 2008). Zat-zat warna tersebut dapat berikatan dengan komponen dinding sel bakteri dalam waktu singkat. Karena itulah rentang waktu pemberian zat

warna yang satu ke yang lainnya tidak lama sehingga proses identifikasi bakteri berlangsung cepat (efisiensi waktu). Prosedur (tahap) diatas dapat dilakukan sesuai dengan waktu yaitu waktu 30 detik 1 menit untuk

pewarnaan dengan larutan crystal violet kemudian dibilas dengan air mengalir selama 2 detik. Pewarnaan selama 1 menit bertujuan agar cat ini dapat melekat sempurna pada dinding bakteri. Waktu 1 menit untuk penambahan larutan Yodium kemudian juga dibilas dengan air yang mengalir , dilakukan selama 1 menit agar pengikatan warna oleh bakteri menjadi lebih kuat. Waktu 1 menit dilakukan pembilasan dengan alkohol kemudian dibilas dengan air yang mengalir , dilakukan selama 1 menit agar zat warna dapat luntur secara sempurna dan tidak ada yang tersisa. Waktu 30-60 detik dilakukan penambahan larutan safranin, kemudian dibilas dengan air yang mengalir (Prescott, 2002). Gram negatif dengan pencucian alkohol yang memungkinkan kompleks zat pewarna iodium dapat disingkirkan dari sel, akibatnya sel menjadi tidak berwarna. Pada saat ditetesi lugol iodine, sel tetap berwarna ungu dan terbentuk kompleks crystal violet-iodine di dalam sel. Namun hilang ketika pencucian dengan alkohol karena pori-pori mengembang dan kompleks ungu crystal violet-iodine keluar dari sel dan akhirnya menyerap warna merah safranin. Dinding sel bakteri Gram negatif lebih tipis dan mengandung lipid, lemak atau substansi seperti lemak dalam presentase lebih tinggi daripada yang dikandung bakteri Gram positif. Hal inilah yang menyebabkan daya rembes atau permeabilitas dinding sel Gram negatif lebih besar karena

banyak lipid yang terekstraksi ketika bereaksi dengan alkohol, sehingga organisme gram negatif akan kehilangan warna dari kompleks crystal violetiodine yang telah terbentuk pada proses sebelumnya. Setelah melakukan berbagai proses pengecatan diatas maka bakteri dapat dibagi menjadi dua katagori utama yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif adalah bakteri yang tahan terhadap alkohol sehingga tetap mengikat warna cat pertama dan tidak mengikat zat kontras sehingga bakteri akan berwarna ungu. Sedangkan bakteri Gram negatif adalah bakteri yang tidak tahan terhadap alkohol sehingga warna cat pertama dilunturkan dan bakteri mengikat warna kontras sehingga tampak merah. Pada praktikum ini dilakukan pengecatan bakteri Basillus dan Proteus yang selanjutnya diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10x100. Didapatkan hasil sel Basillus yang terlihat bertumpuk. Bacillus memiliki strukutur morfologis yang berbentuk batang (basil), dan susunan bakterinya adalah berantai. Selain itu warna setelah dilakukan menunjukkan warna ungu yang menandakan Basillus merupakan bakteri Gram positif. Selanjutnya, sel Proteus yang diamati dengan mikroskop juga bertumpuk. Proteus memiliki strukutur morfologis yang berbentuk bulat (coccus) dengan susunan bakterinya adalah berantai. Selain itu warna setelah dilakukan menunjukkan warna merah yang menandakan Proteus merupakan bakteri Gram negatif.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari pengamatan dan praktikum ini adalah: 1. Pengecatan Gram dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mempermudah dalam mengamati morfologi sel bakteri. 2. Pengecatan Gram dilakukan dengan pewarna berasal dari crystal violet, lugol iodin, aseton alkohol, dan safranin. 3. Basillus hasil pengamatan memiliki strukutur berbentuk batang (basil) dan berwarna ungu yang menandakan Basillus merupakan bakteri Gram positif. 4. Proteus hasil pengamatan memiliki strukutur morfologis yang berbentuk bulat (coccus) dan berwarna merah yang menandakan Proteus merupakan bakteri Gram negatif. 5. Bakteri Gram positif tahan terhadap alkohol sehingga tetap mengikat warna cat pertama dan tidak lagi menyerap cat warna selanjutnya, sehingga tampak berwarna ungu dari cat crystal violet. 6. Bakteri Gram negatif dengan pencucian alkohol yang memungkinkan kompleks zat warna sebelumnya dapat luntur, sehingga sel menjadi tidak berwarna dan menyerap warna merah safranin yang terakhir diteteskan. 4.2. Saran Agar praktikum selanjutnya berjalan tepat waktu dan lebih teratur.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyadi, T & Dewi, S. S.. 2009. Pengaruh Sinar Ultra Violet Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp. Sebagai Bakteri Kontaminan. Jurnal Kesehatan Vol.2, No.2 Desember 2009 Campbell, N. A. & Reece, J. B., 2005. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta Prescott, H. K., 2002. Microbiology. Mc Graw Hill. New York Puspitasari, F.D, et al. 2012. Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Aerob Proteolitik Dari Tangki Septik. Jurnal Sains dan Seni ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X Yanti, A. 2004. Penetrasi Bakteri Pada Mahkota Gigi Terbuka. Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 3, No.4 Wahyuningsih. 2008. Pengecatan Gram. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

You might also like