You are on page 1of 3

Nadytia K/D1 Tropmed/Case 2

Aedes aegypti
Vektor utama DBD adalah nyamuk Aedes aegypti, sedangkan vektor potensialnya yang lain adalah Aedes albopictus. Morfologi dan Daur Hidup Aedes aegypti Aedes aegypti dewasa lebih kecil dibandingkan dengan nyamuk rumah, memiliki warna dasar hitam dengan bintik putih pada bagian badan dan kakinya. Nyamuk ini juga memiliki gambaran menyerupai kecapi (lyre-form) yang putih pada punggungnya. Telur Aedes aegypti menyerupai dinding yang bergaris-garis dan membentuk bangunan menyerupai gambaran kain kasa. Spesies ini menjalani proses metamorfosis sempurna. Nyamuk betina melekatkan telurnya di atas permukaan air dan menempel pada dinding tempat berkembang biak-nya. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur setiap 1x bertelur. Setelah 2 hari telur akan menetas menjadi jentik, lalu selama proses pertumbuhannya, kulit jentik akan mengelupas sebanyak 4 kali sehingga akhirnya tumbuh menjadi pupa dan dewasa. Pertumbuhan dari telur menjadi dewasa memerlukan waktu kurang lebih 9 hari. Tempat berkembang biak Ae. aegypti adalah tempat-tempat berisi air bersih yang berada di dalam rumah atau berdekatan denan rumah penduduk, yang bisa berupa tempat penyimpanan air, bak mandi, talang hujan, pot bunga, kaleng yang berisi air hujan, dsb. Di tempat berkembang biak Ae. aegypti seringkali dijumpai jentik Ae. albopictus yang hidup bersama.

Perilaku Nyamuk Dewasa Betina Aedes aegypti Nyamuk dewasa betina menghisap darah manusia pada siang hari. Pengisapan dilakukan dari pagi sampai petang dengan dua puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (jam 8-12) dan sebelum matahari terbenam (jam 3-5)

Nadytia K/D1 Tropmed/Case 2 Tempat bersembunyi Ae. aegypti diantaranya adalah di semak-semak atau tanaman rendah, rumputrumputan, juga benda-benda yang tergantung di dalam rumah, seperti sarung, pakaian, dsb. Umur nyamuk dewasa betina di alam bebas kira-kira 10 hari, sedangkan di lab mencapai umur 2 bulan. Epidemiologi Nyamuk ini tersebar di seluruh Indonesia. Selain ditemukan di kota-kota pelabuhan yang penduduknya padat, nyamuk ini juga ditemukan di daerah pedesaan yang terletak di sekitar kota pelabuhan hal ini karena larva Ae. aegypti terbawa melalui transportasi yang mengangkut bendabenda berisi air hujan pengandung larva tsb. Walau umurnya pendek (sekitar 10 hari), tetapi dapat menularkan virus yang masa inkubasinya 3-10 hari. Pengendalian Pengendalian spesies nyamuk ini dilakukan dengan: 1. Perlindungan perseorangan untuk mencegah terjadinya gigitan Ae. aegypti yaitu dengan memasang kawat kasa di lubang-lubang angin di atas jendela atau pintu, tidur dengan kelampu, penyemprotan dengan insektisida malathion, dan penggunaan repellent. 2. Mencegah nyamuk meletakkan telurnya dengan cara membuang, membakar, atau mengubur benda-benda yang dapat menampung air hujan seperti kaleng, botol, dsb. 3. Mencegah pertumbuhan jentik dan membunuh telur dengan cara mengganti air atau membersihkan tempat-tempat air secara teratur tiap seminggu sekali. 4. Pemberian larvasida (abate) ke dalam tempat penampungan air/penyimpanan air 5. Melakukan fogging dengan malathion untuk membunuh nyamuk dewasa setidaknya 2x dengan jarak waktu 10 hari, terutama di daerah yang terkena wabah dan di daerah endemi DBD dimana indeks kepadatan nyamuk relatif tinggi. 6. Pendidikan kesehatan masyarakat melalui ceramah agar masyarakat dapat memelihara kebersihan lingkungan dan turut secara perseorangan memusnahkan tempat-tempat berkembang biak Ae. aegypti di sekitar rumah. 7. Memonitor kepadatan populasi Ae. aegypti untuk membantu evaluasi adanya ancaman DBD dan juga untuk meningkatkan tindakan pengendalian vektor. Pengukuran kepadatan populasi stadium jentik dilakukan dengan cara pemeriksaan tempat-tempat berkembang biak di dalam dan luar rumah dari 100 rumah yang ada di daerah pemeriksaan. Ada 3 indeks yang perlu diketahui: a. Indeks rumah (house index) persentase rumah yang positif dengan larva Ae.aegypti dari 100 rumah yang diperiksa b. Indeks wadah (container index) persentase tempat perindukan yang positif dengan larva Ae. aegypti dari 100 wadah yang diperiksa c. Indeks Breteau (Breteau index) jumlah tempat perindukan yang positif dengan larva Ae. aegypti dalam tiap 100 rumah

Epidemiology
Demam berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara

Nadytia K/D1 Tropmed/Case 2 itu, terhitung sejak tahun 1968-2009 WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia pada tahun 2007 dilaporkan ada 150.000 kasus DBD dengan lebih dari 25.000 kasus berasal dari Jakarta dan Jawa Barat. Menurut data Kementrian Kesehatan RI, Jawa Barat di tahun 2010 merupakan salah satu propinsi dengan kasus DBD ke-2 tertinggi di Indonesia dengan 25.727 kasus. Sementara hingga Desember 2011, Propinsi Jawa Barat merupakan propinsi dengan kasus DBD tertinggi, yaitu 13.971 kasus. Kasus DBD per kelompok umur dari tahun 1993-2009 terjadi pergerseran. Dari tahun 1993 sampai tahun 1998 kelompok umur terbesar kasus DBD adalah kelompok umur <15 tahun, tahun 1999-2009 kelompok umur terbesar cenderung pada kelompok umur 15 tahun.

Bioethics
Sebelum melakukan pemeriksaan dan melakukan tindakan pada pasien kita harus melakukan informed consent. Lebih lagi, pada kasus ini, pasien diharuskan diambil darah setiap 4 jam untuk pemantauan penyakit. Pastikan pasien mengerti dengan tindakan yang akan kita lakukan, tujuan pemeriksaan dan tindakan, serta dampak pastikan juga pasien mengerti mengenai keadaan penyakit.

PHOP
Vektor DBD berkembangbiak di tempattempat penampungan air bersih di dalam rumah maupun di sekitar lingkungan kita, seperti : bak mandi/WC, tempayan, drum, tempat minum burung, vas bunga/pot tanaman air, kaleng bekas, ban bekas, botol, tempurung kelapa, plastik yang dibuang di sembarang tempat, talang air yang rusak dan saluran air hujan yang tidak lancar, pagar atau potongan bambu yang berlubang, dsb. Cara pencegahan DBD yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan memberantas vektor (nyamuk penularnya), karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia. Memberantas vektornya adalah dengan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah (PSN DBD). Selain itu, untuk membatasi penularan, mencegah KLB dan menekan angka kesakitan dan kematian, maka dilaksanakan juga pemberantasan menggudakan insektisida (fogging) di desa/kelurahan yang ditemukan adanya penderita. Fogging dilakukan untuk memberantas nyamuk dewasa, sedangkan untuk memberantas jentik nyamuk dilakukan PSN DBD. 3M Plus: Menguras tempattempat penampungan air (bak mandi/WC, tempayan, ember , vas bunga , dsb) seminggu sekali. Menutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember, gentong dan drum. Menimbun barangbarang bekas yang ada di sekitar atau di luar rumah yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, botol, plastik dan tempurung kelapa. Menaburkan bubuk abate atau altosid 23 bulan sekali di tempat air yang sulit dikuras atau tempat sulit air. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk (kepala timah, ikan gupi, ikan cupang/tempalo, dll.) Cegah gigitan nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk, memakai obat repelant, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, menggunakan kelambu saat tidur, dsb.

You might also like