You are on page 1of 3

Tes weber Tes weber merupakan salah satu pemeriksaan fungsi pendengaran.

Tes weber digunakan untuk menentukan seseorang mengalami tuli konduktif atau tulis sensorineural. Tujuan tes weber adalah membandingkan hantaran suara pada tulang antara kedua telinga pasien. Tes weber dilakukan dengan cara : 1. Pemeriksa berdiri di depan pasien dan letakkan garpu tala 512 Hz yang sedang bergetar pada bagian tengah dahi pasien atau bagian tengah tengkorak pasien. 2. Pasien diminta untuk menunjukkan apakah pasien mendengar atau merasakan bunyi pada telinga kanan, kiri, atau dibagian tengah dahi pasien.

Apabila pasien mendengar bunyi atau merasakan getaran pada bagian tengah dahi merupakan respon normal. Karena pada telinga orang normal terdapat bising normal yang akan mencapai membrane timpani melalui hantaran udara. Suara bising normal ini akan menutupi bunyi yang dihasilkan oleh garpu tala yang terdengar melalui hantaran tulang, sehingga pada orang normal tidak terjadi lateralisasi (Swartz, 1995). Jika bunyi tidak terdengar pada bagian tengah dahi, menunjukkan bunyi tersebut mengalami lateralisasi dan gangguan pendengaran. Pada tuli konduksi suara akan dilateralisasikan pada sisi yang terganggu karena hantaran udara berkurang, ini terjadi karena hantaran udara berkurang sehingga suara bising normal yang dihantarkan lewat udara tidak bisa menutupi suara yang dihantarkan lewat tulang. Sehingga mengakibatkan telinga yang mengalami gangguan konduksi akan mendengar suara garpu tala lebih baik (Swarts, 1995). Pada individu yang mengalami tuli sensorineural, suara bunyi garpu tala akan di lateralisasikan pada sisi telinga yang sehat. Karena pada tuli sensorineural, hantaran suara melalui udara atau tulang tidak dapat diteruskan ke susunan saraf pusat (Burnside, 1995).

APKLIN GANGGUAN KESEIMBANGAN 1. BPPV Benign Paroksismal Position Vertigo (BPPV) merupakan penyakit degenerative yang idiopatik yang sering ditemukan. BPPV banyak diderita pada usia dewasa muda dan pada usia lanjut. Gejala umum yaitu pusing, biasanya muncul setelah beberapa gerakan

kepala, bermasalah dengan keseimbangan, dan pasien mengeluhkan rasa ingin muntah (mual). Vertigo muncul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu sisi pada waktu berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk atau waktu menegakkan kembali badan, menunduk atau menengadah. Vertigo pada BPPV dirasakan berputar dan disertai rasa mual, tapi tidak selalu, kadang-kadang sampai muntah. Setelah rasa berputar akan

menghilang pasien akan merasakan seperti melayang. Umumnya BPPV

menghilang sendiri dalam beberapa hari sampai minggu, namun kadang-kadang bisa kambuh lagi. Diagnosis BPPV dapat ditegakkan dengan : 1. Anamnesis Pasien akan mengeluhkan vpusing berputar, onsetnya mendadak pada perubahan posisi kepala atau badan, lamanya kurang dari 30 detik, dan disertai oleh rasa mual, kadang-kadang muntah. 2. Pemeriksaan fisik Pada yang idiopatik tidak ditemukan kelainan. Pada yang sistomatik bisa ditemukan kelainan neurologic fokal, atau kelainan sistemik. 3. Tes Dix Hallpike a. Normal : tidak timbul vertigo dan nistagmus pada mata terbuka. Kadang-

kadang dengan mata tertutup bisa terekam dengan elektronistagmografi adanya beberapa detak nistagmus. b. Abnormal : timbulnya nistagmus posisional yang pada BPPV mempunyai 4 ciri, yaitu: ada masa laten, lamanya kurang dari 30 detk, disertai vertigo yang lamanya sama dengan nistagmus, dan adanya fatigue, yaitu nistagmus dan vertigo yang makin berkurang setiap kali manuver diulang

NEURITIS VESTIBULAR

Neuritis vestibular merupakan disfungsi system vestibular perifer yang bersifat akut. Disfungsi diakibatkan karena infeksi virus pada nervus vestibular. Gejala utama adalah vertigo yang hebat dengan onset akut dan berlangsung beberapa hari akan diperberat dengan gerakan kepala. Keluhan disertai nistagmus torsional horizontal yang arahnya menjauhi lesi, memiliki kecenderungan untuk terjatuh ke sisi lesi, nausea, muntah, dan malaise yang hebat. Gejala prodromal ringan yaitu sensasi vertigo yang singkat dan sementara. Neuritis vestibular cenderung menyenrang manusia pada usia 30 60 tahun. Diagnosis ditegakkan dengan temuan gangguan eksitabilitas labirin yang terkena pada pemeriksaan kalori, tanpa disertai adanya menifestasi neurologis lain. Vertigo dan ketidakseimbangan akan membaik secara perlahan selama 1 2 minggu (Baehr, 2010).

Aw ST, Todd MJ, Aw GE, McGarvie LA, Halmagyi GM. 2005. Benign positional nystagmus: A study of its three-dimensional spatio-temporal characteristics. Neurology Baehr. M. 2010. Diagnosis Tpik Neurologi. Jakarta : EGC Burnside, 1995. Diagnosis Fisik. Jakarta : EGC Swartz, Mark. H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC

You might also like