You are on page 1of 6

Lab : Kekuatan Bahan

Hari, Tanggal : Selasa, 20 September 2011

PENGUKURAN KUAT TARIK BAHAN LOGAM PADA JENIS LOGAM BAJA SNI DAN NON-SNI

Oleh : Kania Dewi Nastiti Kelompok 6 F44090064

Asisten : Nina Tri Lestari Anggi Ghazali Nur Rahmat Kurniawan F44080070

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor 2011

LATAR BELAKANG
Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah (titanium), krom (chromium), nikel, vanadium, cobalt dan tungsten (wolfram). Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility) (Anonim, 2011).

TUJUAN
Tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari kekuatan tarik bahan logam pada jenis logam SNI dan non-SNI.

METODE
Metode yang digunakan dalam praktikum ini ialah pengukuran langsung dengan mengukur dan menghitung variabel kuat tarik logam dengan menggunakan bantuan alat pengukuran kuat tarik berupa Universal Testing Machine (UTM). Alat yang digunakan pada praktikum ini, yaitu : Universal Testing Machine (UTM), thermometer bola basah dan bola kering, stopwatch, dan jangka sorong, sedangkan bahan yang digunakan adalah spesimen bahan logam. Metode kerja dalam praktikum ini yaitu disediakan spesimen logam, yaitu baja SNI dan non-SNI. Universal Testing Machine dipersiapkan terlebih dahulu dan dilakukan kalibrasi agar hasil yang diperoleh akurat. Visual spesimen logam diamati terlebih dahulu apabila ada cacat atau kerusakan pada spesimen tersebut, selanjutnya dimensi dari spesimen diukur. Pengujian dilakukan sesuai dengan spesimen yang telah disediakan. Data yang diperoleh setiap 5 detik, dicatat pada tabel data pengujian. Selanjutnya, dihitung kuat tarik pada spesimen yang digunakan dengan menggunakan rumus seperti di bawah ini :

= TINJAUAN PUSTAKA

.. (1)

Titik luluh terjadi pada daerah dimana deformasi plastis mudah terjadi pada logam grafik - berbelok secara bertahap sehingga titik luluh ditentukan dari awal perubahan kurva - dari linier ke lengkung. Titik ini di sebut batas proporsional ( titik p pada gambar). Setelah titik luluh, tegangan terus naik dengan berlanjutnya deformasi plastis sampai titik maksimum dan kemudian menurun sampai akhirnya patah. Kekuatan tarik adalah tegangan maksimum pada kurva - . Hal ini berhubungan dengan tegangan maksimum yang bisa di tahan struktur pada kondisi tarik (Anonim, 2008).

HASIL
Jenis Pengujian : Jenis Bahan Kayu : Dimensi Spesimen (sebelum pengujian) p l t L Tbb Tbk Dimensi Spesimen (setelah pengujian) p l t ^ Uji tekan Sengon 148,5 51,1 50,85 2598,435 15% 27 C 290C 14,775 5,2 5,145 0,33 49,5 0,495 waktu (s) 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 L (mm) 3,5 9 19 19,1 19,1 23 34 45 56 66 83 94 107 123 138 mm mm mm kg/cm2 kg/mm2
0

mm mm mm mm2

Luas Penampang : Kadar air spesimen : Kondisi ruang pengukuran :

berat jenis tegangan ijin

P (kgf) 1625 1750 2075 2375 2675 2750 3300 3525 3800 4125 4350 4575 4875 5075 5325

regangan () 0,02 0,06 0,13 0,13 0,13 0,15 0,23 0,30 0,38 0,44 0,56 0,63 0,72 0,83 0,93

tegangan () 0,064 0,069 0,081 0,093 0,105 0,108 0,129 0,138 0,149 0,162 0,171 0,179 0,191 0,199 0,209

80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170

5550 5825 5925 6200 6350 6500 6675 6800 6975 7125 7225 7275 7375 7525 7600 7625 7725 7825 7850

150 163 177 192 205 222 236 252 266 286 303 339 368 394 428 469 504 544 584

1,01 1,10 1,19 1,29 1,38 1,49 1,59 1,70 1,79 1,93 2,04 2,28 2,48 2,65 2,88 3,16 3,39 3,66 3,93

0,218 0,229 0,232 0,243 0,249 0,255 0,262 0,267 0,274 0,280 0,283 0,285 0,289 0,295 0,298 0,299 0,303 0,307 0,308

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengukuran kekuatan tarik bahan logam pada jenis baja SNI dan non-SNI. Digunakan Universal Testing Machine (UTM) untuk mengetahui deformasi yang terjadi pada spesimen yang digunakan. Dari data yang diperoleh, untuk mendapatkan nilai kuat tarik pada logam yang diuji, maka digunakan force (tekanan) dan luas bahan ke dalam persamaan (1) dan dicari rata-ratanya. Pada pengujian kelompok 6, baja SNI yang digunakan, memiliki dimensi awal yaitu : diameter = 9.9 mm ; panjang = 500 mm. Pada awal pengukuran dimensi baja SNI belum terdapat nilai diameter patahan. Setelah dilakukan pengujian, dimensi pada bahan yang digunakan menjadi : diameter = 10 mm ; panjang = 590 mm ; diameter patahan : 5.6 mm. Pada pengujian baja nonSNI yang digunakan, memiliki dimensi awal yaitu : diameter = 9.8 mm ; panjang = 500 mm , dan belum terdapat diameter patahan. Setelah dilakukan pengujian, dimensi pada bahan yang digunakan menjadi : diameter = 10 mm ; panjang = 550 mm ; diameter patahan : 6.1 mm. Jika dilihat dari data tersebut, maka terjadi perbedaan antara dimensi spesimen sebelum pengujian dan sesudah pengujian, hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari tekanan tarik yang terjadi pada spesimen akibat UTM. Untuk pengujian jenis Baja SNI pada kelompok 6, diperoleh besarnya kuat tarik rata-rata sebesar 74.372 Kgf/mm2 atau setara dengan 7437.2 Kgf/cm2. Untuk pengujian jenis Baja non-SNI, diperoleh besarnya kuat tarik ratarata sebesar 81,599 Kgf/mm2 atau setara dengan 8159.9 Kgf/cm2. Jika data tersebut dibandingkan, maka baja SNI memiliki nilai kuat tarik yang lebih besar dibandingkan dengan baja non-SNI. Oleh karena itu, Baja SNI yang digunakan pada pengujian tarik kali ini, memiliki sifat yang lebih kuat dibandingkan dengan baja non-SNI karena semakin besar nilai kuat tarik yang diperoleh, maka semakin kuat bahan yang digunakan.

Pada data hasil praktikum, terdapat beberapa bagian yang kosong pada tabel data sebelum akhirnya bahan yang digunakan patah dan pembacaan diberhentikan. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, yaitu karena waktu pembacaan yang terbilang singkat yaitu setiap 5 detik sehingga praktikan kesulitan dalam pembacaan skala. Setelah data diperoleh, maka nilai tegangan dan regangan pada setiap baja diplot menjadi sebuah kurva tegangan vs regangan. Untuk Baja SNI, kurva yang diperoleh adalah sebagai berikut :
160.000 140.000 tegangan (kgf/mm2) 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0.000 0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060 0.070 regangan 103.168 129.163

Dari kurva yang diperoleh dapat dilihat bahwa tegangan leleh sebesar 103.168 kgf/mm2 dan tegangan patah sebesar 129.163 kgf/mm2. Untuk Baja non-SNI, kurva yang diperoleh adalah sebagai berikut :
160.000 140.000 tegangan (kgf/mm2) 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 99.281 135.912

20.000
0.000 0.000 0.020 0.040 regangan 0.060 0.080

Dari kurva yang diperoleh dapat dilihat bahwa tegangan leleh sebesar 99.281 kgf/mm2 dan tegangan patah sebesar 135.912 kgf/mm2. Uji tarik ini diperlukan dalam pembangunan, seperti untuk menghitung kekuatan baja tulangan.

KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kuat tarik Baja SNI lebih besar dibandingkan dengan kuat tarik Baja non-SNI. Baja SNI memiliki kuat

tarik rata-rata sebesar 74.372 Kgf/mm2 dan baja non-SNI memiliki kuat tarik ratarata sebesar 81,599 Kgf/mm2. Semakin besar nilai kuat tarik suatu baja, maka baja tersebut akan semakin kuat. Setelah melakukan praktikum ini, praktikan dapat mengetahui dan mempelajari kekuatan tarik bahan logam pada baja SNI dan nonSNI. Dengan demikian, tujuan praktikum ini tercapai.

DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2011 . Baja. [terhubung berkala]. http://id.wikipedia.org/wiki/Baja (25 September 2011) [Anonim]. 2008 . Sifat Mekanik Logam. [terhubung http://ft.unsada.ac.id/wp-content/uploads/2008/03/bab4-mt.pdf September 2011) berkala]. (25

You might also like