You are on page 1of 15

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

TAMAN VERTIKULTUR DI SEKITAR TIANG LAMPU MERAH UNTUK MENGURANGI POLUSI UDARA DI JALAN RAYA KOTA SURABAYA

BIDANG KEGIATAN : PKM-GT

Diusulkan oleh: Farihatus Solikhah Nikita Danniswara Shella Dessima N Esther Mega Stefia 1512100072 1512100075 1510100022 1512100073 Angkatan 2012 Angkatan 2012 Angkatan 2010 Angkatan 2012

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2012
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur rahmat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis kami tepat waktu. Banyak rintangan yang telah kami lalui untuk menyelesaikan karya tulis ini, tetapi kami tetap berusaha mengerjakan karya tulis ini dengan sebaik-baiknya. Banyak ide yang muncul dalam pikiran kami tetapi penulis kali ini memilih tema Polusi. Tema tersebut dipilih karena di kehidupan sehari-sehari penulis, mulai kecil sampai dewasa, masalah polusi di Surabaya adalah masalah yang berkelanjutan dan belum ada solusi yang efektif. Oleh sebab itu karya tulis ini memberikan suatu gagasan tentang taman vertikultur di sekitar tiang lampu merah di jalan raya Kota Surabaya. Gagasan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam upaya mengurangi polusi yang ada di Kota Surabaya. Tak ada gading yang tak retak, penulis sadar kesempurnaan masih sangat jauh dari karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran untuk perbaikan karya tulis ini di kemudian hari. Akhir kata, penulis berharap agar karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, 15 Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI Lembar judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Ringkasan PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat GAGASAN Vertikultur Efektivitas Tanaman Penyerap Polutan Tiang Lampu Merah Sebagai Media Vertikultur Kondisi Kekinian Solusi yang Pernah Ditawarkan Gagasan Baru yang Ditawarkan Pihak-Pihak yang Akan Mengimplementasikan Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan KESIMPULAN Inti Gagasan Teknik Implementasi Gagasan Prediksi Keberhasilan Gagasan DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Indeks Standar Polusi Kota Surabaya Gambar 2. Kendaraan Bermotor Tahun 2008 2010 Gambar 3. Konsep Vertikultur Pada Tiang Lampu Merah

RINGKASAN Bertambah banyaknya jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya

menyebabkan masalah polusi yang ada di Kota Surabaya semakin berada pada level yang mengkhawatirkan. Selain itu, asap dari pabrik juga turut memberikan kontribusi yang besar terhadap polusi. Kondisi yang demikian menimbulkan berbagai dampak negatif di antaranya membuat suhu udara semakin panas dan mengganggu kesehatan pernapasan pada manusia. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu kegiatan penghijauan namun dari solusi yang pernah dilaksanakan belum ada yang berkerja secara optimal dan efektif. Gagasan yang diajukan dalam karya tulis ini adalah taman vertikultur di sekitar tiang lampu merah di jalan raya Kota Surabaya. Vertikultur merupakan teknik penanaman yang tidak memerlukan lahan yang luas karena penanamannya menggunakan teknik penanaman bertingkat. Sehingga lahan yang tersedia dapat digunakan secara optimal dan efektif. Taman vertikultur ini menggunakan tanaman Sansevieria dan puring (Codiaeum variegatum) karena berdasarkan hasil penelitian, tanaman-tanaman tersebut memiliki kemampuan untuk menyerap gas-gas buangan emisi kendaraan bermotor. Implementasi program ini akan dapat dilakukan apabila izin telah diberikan oleh Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, bekerja sama dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang untuk melaksanakan pembuatan taman vertikultur ini, dan melakukan sosisalisasi kepada masyarakat. Sosialisasi dapat dilakukan melakukan penyuluhan oleh pihak BLH Surabaya agar secara berangsur-angsur mengubah pola pikir serta perilaku masyarakat untuk mencintai lingkungannya. Serta dibutuhkan juga komitmen pemerintah untuk melaksanakan program ini dan peran mahasiswa untuk melakukan monitoring terhadap pelaksanaan sehingga tujuan dari program ini dapat tercapai.

PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan penduduk perkotaan baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan masalah perkotaan yang serius. Diantaranya adalah pencemaran udara yang disebabkan oleh polusi dari alat transportasi dan asap pabrik. Kondisi yang demikian menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem perkotaan dengan meningkatnya suhu udara di perkotaan. Saat ini dampak polusi udara semakin hari terasa semakin parah. Pada siang hari suhu udara dari hari ke hari semakin panas. Ini terjadi karena atmosfer bumi sekarang terkontaminasi diluar batas toleransi dan menyebabkan berbagai dampak polusi udara, khususnya masalah kesehatan pernafasan pada manusia. Sebagian besar penyebab pencemaran udara terjadi karena asap kendaraan dan asap pabrik seperti yang terlihat di kota-kota besar. Semakin hari jumlah kendaraan semakin banyak dan kesadaran penanaman pohon makin berkurang. Langkah awal dalam mengatasi pencemaran udara adalah dengan cara melakukan kegiatan penghijauan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menanam tanaman di tempat-tempat yang sekiranya terdapat kadar polusi yang cukup tinggi, seperti di jalan-jalan raya kota besar. Hal ini dilakukan agar dapat terwujud udara yang bersih dari udara yang tercemar akibat asap kendaraan dan asap pabrik yang membahayakan bumi dan makhluk hidup yang tinggal didalamnya. Tanaman adalah penyerap emisi CO2 yang efektif. Namun penanaman tanaman penyerap polusi menghadapi kendala semakin sempitnya lahan. Penyempitan lahan terutama terjadi di wilayah perkotaan. Pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup pesat menyebabkan kebutuhan akan permukiman juga bertambah, sehingga lahan yang tersedia untuk menanam pohon semakin sempit dan terbatas. Untuk itu, diperlukan inovasi cerdas yang bisa menghemat lahan sekaligus mengurangi emisi CO2. Media taman vertikultur adalah solusinya. Taman vertikultur adalah taman yang disusun secara vertikal yang berisi tanaman penyerap polutan (karbondioksida, karbonmonoksida, dan emisi lainnya).

Oleh karena itu gagasan penulisan ini bertujuan untuk mengurangi dampak polusi dengan adanya taman vertikultur di sekitar tiang lampu merah di jalan raya kota Surabaya. Tujuan Karya tulis ini bertujuan untuk menggalakkan program penghijauan melalui penerapan vertikultur di sekitar tiang lampu merah. Melalui vertikultur ini, diharapkan dapat berpartisipasi dalam mengurangi polusi udara akibat emisi gas kendaraan bermotor. Manfaat Manfaat penulisan ini bagi pemerintah ialah memberikan solusi kepada pemerintah untuk mengurangi polusi udara terutama di kota besar seperti Surabaya. Selain itu, dengan adanya taman vertikultur ini dapat memperindah tata kota sehingga mempunyai nilai estetis. Bagi masyarakat ialah terciptanya kesadaran dalam melakukan penghijauan melalui taman vertikultur yang ditanam di sekitar tiang lampu merah jalan-jalan kota Surabaya Masyarakat dapat berperan aktif dalam menanam dan menjaga taman vertikultur mengingat semakin sempitnya lahan yang dapat digunakan untuk melakukan penghijauan. Sedangkan manfaat bagi mahasiswa ialah media pengembangan serta penerapan ilmu dan teknologi dari disiplin ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. Selain itu, dapat menumbuhkan dan meningkatkan jiwa sosial serta kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan sekitar.

GAGASAN Vertikultur Vertikultur diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata "vertical" dan "culture" yang artinya, teknik budidaya tanaman secara vertikal, sehingga

penanamannya menggunakan sistem bertingkat. Teknik ini berawal dari gagasan "vertical garden" yang dilontarkan oleh sebuah perusahaan benih di Swiss, sekitar tahun 1945 yang lalu. Tujuan utama aplikasi teknik vertikultur adalah memanfaatkan lahan sempit seoptimal mungkin (Andoko, 2004). Vertikultur dapat diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara vertikal sehingga penanaman dilakukan secara bertingkat. Teknik budidaya ini tidak memerlukan lahan yang luas. Teknik ini dapat diterapkan di sekitar tiang-tiang lampu merah yang ada di jalan raya. Tanaman vertikultur diharapkan mampu mengurangi polusi yang ditimbulkan dari asap kendaraan bermotor. Ada beberapa tanaman yang dapat memenuhi fungsi tersebut, antara lain Sansevieria, Clorophytum, Aglaonema, Dracaena, Phylodendron, dan Syngonium. Secara estetika, taman vertikultur berguna sebagai penutup pemandangan yang tidak menyenangkan atau sebagai latar belakang yang menyuguhkan pemandangan yang indah dengan berbagai warna. Selain itu, taman vertikultur ini dapat memperindah tata kota agar terkesan asri. Efektivitas Tanaman Penyerap Polutan Tanaman yang dapat digunakan sebagai penyerap polutan antara lain Sansevieria dan puring (Codiaeum variegatum). Sansevieria mengandung polifenol, saponin dan kardenolin. Selain itu terdapat pula bahan aktif yang disebut pregname glikosid. Fungsinya adalah mereduksi polutan menjadi gula dan asam organik. Menurut NASA, di antara 15 tanaman antipolusi yang diteliti, Sansevieria lah yang dapat menyerap lebih dari 107 unsur polutan dan bahan-bahan kimia seperti bahan pembersih, asap rokok, produk petrokimia, cat, pernis, tinta dan pewarna kain. Setiap helai daunnya dapat menyerap 0,938 mikrogram per jam formaldehid. Artinya, untuk membersihkan polutan dalam daerah dengan luas 75 m2, hanya diperlukan empat lembar daun (Nathalia, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dr. Ir. Suparwoko dan Ir. Feris dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, puring merupakan tanaman yang memiliki daun paling baik dalam menyerap unsur timah hitam, sebanyak 2,05 mg/liter. Timbal termasuk salah satu logam berat yang bisa menyebabkan kerusakan otak, darah, ginjal, dan hati yang tidak dapat disembuhkan (Nathalia, 2012). Tiang Lampu Merah Sebagai Media Vertikultur Pemilihan tiang lampu merah sebagai media dimaksudkan untuk

memaksimalkan penyerapan kadar polusi di jalan raya kota besar. Pada siang hari, tanaman vertikultur dapat mengggunakan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, sehingga tanaman bisa menyerap lebih banyak CO2 dan menghasilkan lebih banyak O2. Dengan keberadaan cahaya, bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau bisa menghasilkan bahan organik dan oksigen yang merupakan hasil olahan dari karbondioksida dan air. Menurut Campbell et al. (2002) O2 adalah produk hasil fotosintesis yang bisa menggantikan oksigen di atmosfer yang telah dikonsumsi selama respirasi seluler. Pada tiang lampu merah dipasang kawat-kawat penyangga melingkar untuk meletakkan pot-pot yang berisi tanaman. Pot-pot yang berisi tanaman penyerap polutan tersebut dipasang secara bertingkat sesuai dengan pola kawat yang dibentuk. Selain menjalankan fungsinya sebagai penyerap polutan, taman vertikultur ini juga memberikan nilai estetika. Penggunaan teknik vertikultur dalam pembuatan taman di sekitar tiang lampu merah ini mempunyai kelebihan, antara lain efisiensi penggunaan lahan karena tumbuhan yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan sistem konvensional, penghematan pemakaian pupuk dan pestisida, kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil, dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu, mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman. Selain mempunyai kelebihan, teknik vertikultur ini mempunyai kekurangan, antara lain rawan terhadap serangan jamur, karena kelembaban udara yang tinggi akibat tingginya populasi tanaman dan sistem penyiraman harus kontinu, serta diperlukan beberapa peralatan tambahan, misalnya tangga sebagai alat bantu penyiraman.

Gambar 3. Konsep Vertikultur Pada Tiang Lampu Merah Kondisi Kekinian Terus meningkatnya jumlah kendaraan bermotor menggiring kualitas udara Surabaya ke level mengkhawatirkan. Bahkan, bila pemerintah jadi merealisasikan pengharaman bahan bakar minyak (BBM) subsidi untuk mobil plat hitam, kondisi bisa makin berbahaya karena makin banyak sepeda motor berkeliaran. Untuk diketahui, pakar penyumbang terbesar polusi sekitar 70% adalah sepeda motor (Anonim2, 2009).

Gambar 1. Indeks Standar Polutan Kota Surabaya

Gambar 2. Jumlah Kendaraan Bermotor Tahun 2008 - 2010

Yang jelas, polusi di Surabaya dikarenakan kendaraan bermotor, ungkap ahli transportasi dan tata perkotaan, Prof Haryo Sulistyarso. Polutan gas yang biasanya diproduksi kendaraan, yakni hasil pembakaran mesin baik solar maupun premium karena pembakarannya menghasilkan gas karbondioksida (CO2) (Anonim1, 2012) Solusi yang Pernah Ditawarkan Penanggulangan pencemaran udara tidak dapat dilakukan tanpa menanggulangi penyebabnya. Mempertimbangan sektor transportasi sebagai kontributor utama pencemaran udara, maka sektor ini harus mendapat perhatian utama, yaitu dengan menyerukan kepada pemerintah untuk memperbaiki sistem transportasi yang ada saat ini, dengan sistem transportasi yang lebih ramah lingkungan dan terjangkau oleh publik. Prioritas utama harus diberikan pada sistem transportasi massal dan tidak berbasis kendaraan pribadi. Pemerintah juga mencanangkan Car Free Day yang biasa dilakukan saat akhir pekan. Tetapi solusi tersebut masih dinilai kurang efektif untuk mengurangi polusi karena masyarakat yang kurang aktif berpartisipasi dalam penyelengaraan kegiatan tersebut. Selain itu, hanya disediakan waktu yang sangat terbatas di pagi hari dan hanya dilaksanakan di tempat-tempat tertentu saja. Pemerintah telah mencanangkan kegiatan penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu lintasnya padat serta di sudutsudut kota. Upaya untuk meminimalisir peningkatan emisi gas CO2 juga dilakukan dengan cara membangun kawasan hutan perkotaan. Hal ini dikarenakan hutan kota dianggap lebih efektif dalam meminimalisir peningkatan emisi gas CO2 dibanding dengan taman kota. Pembangunan kawasan hutan perkotaan menurut inmendagri No. 14 tahun 1988 tentang penataan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan yaitu 40% dari wilayah perkotaan harus merupakan kawasan hijau dan sisanya merupakan kawasan terbangun. Namun dalam hal ini sebagian besar daerah perkotaan di Indonesia belum memenuhi syarat untuk membangun kawasan hutan perkotaan. Luas kawasan terbangun lebih besar dibandingkan dengan luas lahan yang akan dibangun kawasan hutan perkotaan. Solusi tersebut kurang efektif karena diperlukan lahan yang luas untuk menanam pohon-pohon di pinggir jalan dan membuat hutan perkotaan. Bila

10

dibandingkan dengan taman vertikultur, penanaman dengan jumlah tanaman yang banyak tidak memerlukan tempat yang luas. Gagasan Baru yang Ditawarkan Berdasarkan fakta empiris yang ada dan solusi yang pernah ditawarkan, maka upaya untuk mengurangi polusi udara di jalan raya Kota Surabaya dapat dilakukan dengan adanya taman vertikultur di sekitar tiang lampu merah. Vertikultur merupakan teknik penanaman secara bertingkat sehingga dapat menghemat lahan penanaman. Tanaman yang digunakan dalam vertikultur ini ialah tanaman yang mempunyai kemampuan untuk menyerap gas-gas buangan emisi kendaraan bermotor seperti Sansevieria dan puring (Codiaeum variegatum). Dengan adanya vertikultur pada tiang lampu merah dapat mengurangi polusi udara di jalan raya Kota Surabaya sehingga masyarakat dapat menghirup udara bersih kembali. Pihak-Pihak yang Akan Mengimplementasikan Polusi di Kota Surabaya kebanyakan berasal dari asap kendaraan bermotor dan asap dari pabrik. Untuk mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan kegiatan penghijauan melalui program taman vertikultur di sekitar tiang lampu merah. Program ini membutuhkan dukungan dari pihak-pihak yang dapat mewujudkan program ini, antara lain: 1. Pemerintah khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang berperan dalam pengaturan dan penataan taman vertikultur pada tiang lampu merah sehingga mempunyai nilai estetika selain menjalankan fungsinya sebagai penyerap polutan. 2. Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya berperan dalam hal perizinan pemakaian tiang lampu merah sebagai pengatur lalu lintas kendaraan yang kemudian digunakan sebagai media taman vertikultur. 3. Pihak LSM yaitu Badan Lingkungan Hidup Surabaya, berperan dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya taman vertikultur pada tiang lampu merah untuk mengurangi kadar polusi udara di jalan raya Kota Surabaya.

11

4.

Mahasiswa berperan dalam penyediaan alat dan bahan serta konsep yang diperlukan. Mahasiswa juga berperan dalam monitoring pelaksanaan bersama dengan LSM yang terkait.

5.

Pengguna jalan raya dan masyarakat sekitar berpartisipasi aktif dalam penanaman dan ikut menjaga dan merawat tanaman penyerap polutan dalam taman vertikultur agar tujuan dari program ini dapat terlaksana dengan baik.

Langkah-Langkah Stategis Implementasi Gagasan Gagasan taman vertikultur ini dapat diimplementasikan dengan baik apabila didukung oleh hal-hal strategis sebagai berikut: 1. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Surabaya berkerja sama dengan Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya menyetujui dan memberi izin dilaksanakannya proyek pembuatan taman vertikultur di sekitar tiang lampu merah di jalan raya Kota Surabaya. 2. 3. Pemerintah segera menganggarkan dana untuk pembuatan taman vertikultur ini. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya taman vertikultur ini untuk menyerap polusi dan mengajak peran serta masyarakat untuk turut mendukung taman vertikultur ini dengan ikut merawat dan tidak merusak taman vertikultur yang telah terpasang di sekitar tiang lampu merah di jalan raya Kota Surabaya. Selain itu juga menjelaskan keuntungan dari taman vertikultur ini bagi pengguna jalan raya dan masyarakat sekitar apabila program ini berjalan dengan lancar. 4. Komitmen pemerintah khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dalam pelaksanaan taman vertikultur di sekitar tiang lampu merah guna mencapai tujuan dari program ini.

12

KESIMPULAN Inti Gagasan Gagasan taman vertikultur ini pada dasarnya merupakan sebuah solusi baru untuk mengurangi dampak polusi udara di jalan raya Kota Surabaya. Tanaman-tanaman penyerap polutan disusun secara bertingkat dalam pot yang mengitari tiang lampu merah jalan raya Kota Surabaya. Tanaman penyerap polutan tersebut memiliki keistimewaan menyerap bahan beracun, seperti karbondioksida, benzene, formaldehyde, dan trichloroethylene. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa tanaman ini secara alami mampu mengurangi kadar polusi udara di jalan raya.

Teknik Implementasi Gagasan Langkah-langkah implementasi untuk mewujudkan gagasan taman vertikultur di sekitar tiang lampu merah untuk mengurangi polusi udara ini adalah : 1. 2. Identifikasi kadar polusi udara tiap daerah sesuai skala prioritas. Melakukan kemitraan strategis dengan pemerintah dan lembaga-lembaga yang menaungi konservasi alam dan tata letak kota sebagai modal awal pengembangan. 3. Melakukan pendekatan secara gradual (bertahap) kepada tokoh masyarakat sebagai awal pelaksanaan kerjasama dengan masyarakat. 4. Penanaman kepercayaan kepada masyarakat bahwa dengan adanya taman vertikultur di sekitar jalan raya ini dapat mengurangi kadar polusi udara sehingga masyarakat dapat menghirup udara segar kembali. 5. 6. 7. Melakukan mekanisme koordinasi dengan membagi tugas secara jelas. Mobilisasi warga untuk melaksanakan program yang di sepakati bersama. Melakukan mekanisme monitoring dan evaluasi secara periodik dan professional.

Prediksi Keberhasilan Gagasan Program ini memerlukan suatu peran serta pemerintah khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Surabaya, aparat Negara, LSM yaitu Badan Lingkungan Hidup Surabaya, mahasiswa dan para pengguna jalan dan masyarakat sekitar. Program ini memiliki

13

peluang diantaranya adalah meminimalisir lahan yang dipakai teknik penanamannya yang vertikal sehingga tanaman yang dipakai bisa lebih banyak, menghemat penggunaan pupuk, kemungkinan adanya gulma dan rumput lebih kecil dan sebagai penutup pemandangan yang tidak menyenangkan atau sebagai latar belakang yang menyuguhkan pemandangan yang indah dengan berbagai warna.

14

DAFTAR PUSTAKA

Andoko, A. 2004. Budi Daya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik. Jakarta: Penebar Swadaya Anonim1. 2012. Polusi Surabaya Lampu Kuning. Disadur dari

www.surabayapost.co.id diakses pada tanggal 13 Desember 2012 pukul 14.50 WIB Anonim2. 2009. Surabaya Peringkat Tiga Kota Terpolusi di Asia. Disadur dari www.greenradio.fm diakses pada 24 November 2012 pukul 17.45 WIB Campbell, et al. 2002. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga Nathalia. 2012. Ular Sontak itu Ternyata Pemangsa Polutan. Disadur dari www.green.kompasiana.com diakses tanggal 14 Desember 2012 pukul 15.00 WIB

15

You might also like