You are on page 1of 1

Cheilitis angularis

Cheilits angularis adalah infeksi yang terjadi pada sudut mulut, sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, namun umumnya penderita tidak memperhatikan keadaan ini karena penyakit ini tidak mengganggu kegiatannya sehari-hari. Banyak factor predisposisi untuk terjadinya cheilitis angularis, baik local maupun sistemik, sehingga keberhasilan terapi sangat ditentukan oleh factor tersebut. Infeksi sekunder dapat terjadi karena jamur candida albican, kuman streptokokus maupun stafilokokus. Infeksi ini bersifat kronik. Pemeriksaan klinis yang adekuat, anamnesis yang dilakukan penderita, serta memperhatikan kondisi rongga mulut dan kesehatan penderita secara menyeluruh akan sangat membantu dalam menegakkan diagnosa, serta mempermudah dalam memberikan terapi. Pada kasus tertentu perlu dilakukan pemeriksaan mikrobiologi dan hematology terutama bila pada perawatan pertama tidak menunjukkan adanya perbaikan. Cheilitis Angularis dapat mengenai anak-anak, orang dewasa dan orang tua. Cheilitis Angularis pada anak, lebih sering terjadi hal ini disebabkan karena stretokokus. Keadaan ini bila tidak segera diatasi dapat menjadi empitigo yang mudah menular. Angular cheilitis ditandai dengan adanya fisur-fisur, retak-retak pada sudut bibir, berwarna kemerahan, mengalami ulserasi disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa kering pada sudut mulut. Banyak pendapat yang mengemukakan tentang etiologi dari angular cheilitis, antara lain defisiensi vitamin B kompleks, denture soremouth, defisiensi besi, kebiasaan bernafas melalui mulut, membasahi bibir dengan air ludah, menjilati samping mulut dan sering mengeluarkan air Iiur (mengences). Faktor terpenting terjadinya Cheilitis Angularis pada anak adalah keadaan dimana sudut mulut senantiasa basah oleh ludah sehingga terjadi gangguan pada barier kulit dan mengakibatkan terjadinya maserasi. Angular cheilitis didiagnosa banding dengan lesi herpes Iabialis, ulser, impetigo dan lesi sifilis sekunder. Perawatan terhadap angular cheilitis adalah dengan menghilangkan faktor etiologinya. Harus diingat adanya infeksi merupakan hal sekunder. Bila penyebab primer tidak dikoreksi, perawatan terhadap infeksi tidak akan menghasilkan kesembuhan permanen.

You might also like