You are on page 1of 2

NOTA SEHAT

Seiring perubahan gaya hidup masyarakat yang tidak sehat, berbagai penyakit yang dikenal dengan sindrom metabolik, seperti hipertensi, diabetes, obesitas, dan gangguan lemak darah menjadi marak. Dan, salah satu yang menjadi tren adalah fatty liver atau perlemakan hati.

Perlemakan Hati
salah satu sindrom metabolik
erlemakan hati merupakan salah satu penyakit hati yang sering terjadi selain hepatitis A, B, dan C. Dalam kasus ini, terjadi penumpukan zat lemak, terutama trigliserida, di dalam sel hati. Perlemakan hati dapat menyerang segala usia, meskipun lebih banyak pada usia di atas 30 tahun. Dari data epidemiologi, perlemakan hati terjadi pada 1035% populasi umum, dan mencapai 4090% pada obesitas. Gejala yang mungkin timbul adalah rasa rasa tidak nyaman atau terkadang nyeri pada perut kanan atas, disertai cepat lelah, lesu, dan lemas. Pada keadaan berat, dapat menyebabkan berat badan menurun. Penyebab dan faktor risiko perlemakan hati bermacam-macam, di antaranya sindrom metabolik yang terdiri atas dislipidemia (kelainan lemak darah kolesterol dan trigliserida), diabetes, dan obesitas. Faktor lainnya adalah penggunaan rutin beberapa obat jantung dan kemo terapi. Asupan makanan yang banyak mengan dung lemak, tinggi karbohi drat, serta konsumsi alkohol yang belebihan (alkoholik) merupakan faktor pencetus yang paling se ring terjadi pada perlemakan hati. Untuk kasus di Indonesia, perlemakan hati yang umum

bentuk hati setelah mengalami perlemakan

40

NOTA SEHAT
terjadi tentunya bukanlah jenis alkoholik (Non Alcoholic Fatty Liver Disease/NAFLD) karena sebagian besar masyarakatnya bukanlah alkoholik. Perlemakan hati jenis ini mempunyai derajat berat yang berbeda. Yang ringan berupa perlemakan hati saja atau steatosis. Yang lebih berat dikenal dengan Non Alcoholic Steatohepatitis/NASH. Jenis ini dapat menyebabkan peradangan atau inflamasi sel hati, bahkan kematian sel hati, yang akhirnya membentuk jaringan parut (fibrosis) hati. Proses perada ngannya dapat berlanjut dalam kurun 1020 tahun dan menjadi pengerasan serta pengecilan hati yang sering dikenal de ngan istilah sirosis. Kelanjutannya akan membuat kerusakan hati menjadi permanen, tidak berfungsi de ngan baik, bahkan menimbulkan kanker hati. Pemeriksaan Perlemakan hati sering diketahui pada saat pemeriksaan ke sehatan tahunan yang ditandai oleh pemeriksaan laboratorium fungsi hati, yaitu meningkatnya SGOT dan SGPT

tanpa adanya sebab lain seperti hepatitis. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan bentuk hati yang membesar. Ultrasonografi (USG) abdomen, CT-scan, dan MRI abdomen dapat pula dijadikan pemeriksaan penunjang. Untuk memastikan adanya perlemakan hati, terutama adanya NASH, diperlukan tindakan biopsi hati atau pengambilan jaringan hati, meskipun tidak lazim dilakukan.

dari. Olahraga teratur juga sangat dianjurkan bersamaan dengan diet. Beberapa obat untuk menurunkan kadar lemak darah dan diabetes terbukti dapat memperbaiki perlemakan hati. Selain itu, pemberian antioksidan terutama vitamin E juga bermanfaat. Perlemakan hati merupakan penyakit yang makin sering terjadi. Diperlukan deteksi dini, penatalaksanaan yang tepat dengan mengobati faktor risiko, dan perubahan gaya hidup yang lebih sehat untuk menghindarinya

Penatalaksanaan perlemakan hati bergantung pada faktor risikonya. Jika disebabkan sindrom metabolik, maka penurunan berat badan dan kadar lemak serta gula darah menjadi sangat penting untuk memperlambat perjalanan penyakit. Perubahan ke gaya hidup lebih sehat mutlak diperluAsupan makanan kan. Berat badan yang banyak diharapkan turun mengan dung lemak, setengah kilotinggi karbohi drat, gram perminggu serta konsumsi secara bertahap alkohol yang dan terkontrol. belebihan (alkoholik) Diet yang disamerupakan faktor rankan adalah pencetus yang paling rendah lemak dan se ring terjadi pada karbohidrat, namun tinggi protein. perlemakan hati. Selain itu, alkohol pun harus dihin-

hasil mikroskop perlemakan pada hati

dr. Femmy Nurul Akbar, Sp.PD Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Pondok Indah

41

You might also like