You are on page 1of 15

RUAM MERAH SELURUH TUBUH Seorang ibu membawa anak perempuan usia 3 tahun ke RS dengan keluhan keluar ruam

merah di seluruh tubuh sejak tadi malam. Sejak 4 hari yang lalu anak demam di sertai batuk, pilek, mata merah, nyeri menelan, muntah, nafsu makan menurun dan buang air besar lembek 2-3x/hari. Pemeriksaan fisik di temukan keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran composmentis, takikardia, dan suhu 38,5C. Di temukan ruam makulopapular di belakang telinga, wajah, leher, badan dan ekskremitas. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Hasil laboratorium di dapat leukopenia. Dokter mendiagnosis pasien menderita campak dan menyarankan untuk di rawat inap di RS.

SASARAN BELAJAR LI.1. Mampu Memahami dan Menjelaskan Virus Morbili LO.1.1 Memahami dan Menjelaskan definisi Virus Morbili LO.1.2 Memahami dan Menjelaskan Morfologi Virus Morbili LO.1.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Virus Morbili LO.1.4 Memahami dan Menjelaskan Replikasi Virus Morbili LI.2. Mampu Memahami dan Menjelaskan Campak LO.2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Campak LO.2.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Campak LO.2.3 Memahami dan menjelaskan Epidemiologi Campak LO.2.4 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Campak LO.2.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi dan patogenesa Campak LO.2.6 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Campak LO.2.7 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Campak LO.2.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Campak LO.2.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Campak LO.2.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Campak LO.2.11 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan diagnosis banding

PEMBAHASAN LI.1. Mampu Memahami dan Menjelaskan Virus Morbili LO.1.1 Memahami dan Menjelaskan definisi Virus Morbili Morbili adalah virus yang mengakibatkan penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000) Morbili adalah suatu virus yang menyebabkan penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan pasien. Nama lain penyakit ini adalah campak, measles, atau rubeola. (Arif mansjoer, 2000) Campak yang disebut juga dengan measles atau rubeola merupakan suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh paramixovirus yang pada umumnya menyerang anak-anak. Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui percikan liur (droplet) yang terhirup.

LO.1.2. Memahami dan menjelaskan morfologi morbili Secara morfologi tidak dapat dibedakan dengan virus lain anggota famili paramyxoviridae. Virion campak terdiri atas nukleokapsid berbentuk heliks yang dikelilingi oleh selubung virus(peplos) yang penuh dengan tonjolan-tonjolan serta mudah sekali rusak karena pengaruh penyimpanan,pembekuan dan pencairan atau pengolahan. Sifat infeksius virus campak ditunjukkan dengan tingginya sensitivitas dan aktivitas hemolitiknya (Handayani, 2005). 1. Bentuk virus Virus morbili termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan bergaris tengah 140 nm dan dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein Didalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan struktur helix

nukleo protein dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek, suatu protein yang berada diselubung luar muncul sebagai hemaglutinin.

2. Ketahanan virus Virus morbili adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi, apabila berada diluar tubuh manusia keberadaanya tidak kekal. Pada temperatur kamar ia kehilangan 60% sifat infektisitasnya selama 3-5 hari, pada 370c waktu paruh umurnya 2 jam, pada 560c hanya satu jam. Dalam keadaan yang lain ia bertahan dalam keadaan dingun. Pada media protein ia dapat hidup dengan suhu -700c selama 5,5 tahun, sedangkan dalam lemari pendingin dengan suhu 4-60c dapat hidup selama 5 bulan apabila dimasukkan dalam media protein dan hanya dapat hidup 2 minggu bila tanpa media protein. Tanpa media protein virus campak dapat dihancurkan oleh sinar ultraviolet. Oleh karena selubungnya terdiri dari lemak maka termasuk mikroorganisme yang bersifat eter labile, pada suhu kamar dapat mati dalam 20% eter selama 10 menit dan 50% aseton dalam 30 menit. Virus morbili sensitif pada 0,01% betapropiaceton dalam setiap konsentrasi, pada suhu 370c,akan kehilangan sifat infektisitasnya dalam2 jam, walaupun demikian ia tetap memiliki antigenitas penuh. Dalam 1/4000 formalin menjadi tidak efektif selama 5 hari, tetapi tidak kehilangan antigenitasnya. Tripsin mempercepat hilangnya potensi antigenik.

LO. 1.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Virus Morbili Virus morbili berasal dari famili Paramyxoviridae. Famili ini sendiri pecah menjadi 2 subfamili dan 6 genus. Diantaranya patogen pada manusia. a. Paramyxoviridae Respirovirus Rubelavirus

b. Pneumoviridae Morbilivirus Pneumovirus Metapneumovirus Henipavirus

LO.1.4 Memahami dan Menjelaskan Replikasi Virus Morbili Replikasinya terjadi di sitoplasma dari sel inang dan budding melalui membran plasma. Virus rubella mengalami replikasi di dalam sel inang. Siklus replikasi yang umum terjadi dalam proses yang bertingkat terdiri dari tahapan: 1) Perlekatan 2) Pemasukan (penetrasi) 3) Uncoating 4) Biosintesis 5) Pematangan dan pelepasan Meskipun ini merupakan siklus yang umum, tetapi akan terjadi beberapa ragam siklus dan bergantung pada jenis asam nukleat virus. Tahap perlekatan terjadi ketika permukaan virion atau partikel virus terikat di penerima (reseptor) sel inang. Perlekatan reversible virion dalam beberapa hal, agar harus terjadi infeksi, dan pengasukan virus ke dalam sel inang. Proses ini melibatkan beberapa mekanisme, yaitu: 1) Penggabungan envelope virus dengan membrane sel inang (host) 2) Pemasukan langsung ke dalam membrane

3) Interaksi dengan tempat penerima membrane sel 4) Viropexis atau fagositosis. Setelah memasuki sel inang, asam nukleat virus harus sudah terlepas dari pembungkusnya, (uncoating) atau terlepas dari kapsulnya. Proses uncoating ini terjadi di permukaan sel dalam virus. Secara umum, ini merupakan proses enzimatis yang menggunakan prakeberadaan (pre-existing) enzim lisosomal atau melibatkan pembentukan enzim yang baru. Setelah proses uncoating, maka biosintesis asam nukleat dan beberapa protein virus merupakan hal yang sangat penting. Sintesis virus terjadi baik di dalam inti maupun di dalam sitoplasma sel inang, bergantung dari jenis asam nukleat virus dan kelompok virus. Pada virus RNA, seperti virus rubella, sintesis ini terjadi di dalam sitoplasma, sedangkan pada kebanyakan virus DNA, asam nukleat virus bereplikasi di inti sel inang sedangkan protein virus mengalami replikasi pada sitoplasma. Tahap terakhir replikasi virus yaitu proses pematangan partikel virus. Partikel yang telah matang ini kemudian dilepaskan dengan bertunas melalui membrane sel atau melalui lisis sel. Replikasi siklus virus di host Replikasi paramyxovirus sangat mirip dengan virus lain dalam kelompok ini. Strategi keseluruhan paramyxovirus sangat mirip dengan influenza. Namun, semua tindakan dalam replikasi paramyxovirus terjadi di sitoplasma. Replikasi siklus virus campak, virus dalam keluarga Paramyxoviridae virus menempel pada permukaan sel host dan amplop sekering ke membran plasma. Nukleo kapsid dilepaskan ke dalam sel dan digunakan sebagai template genom. Negatif-sense RNA ditranskripsi menjadi RNA messenger individu dan positif-akal kerangka RNA, yang digunakan untuk membuat lebih negatif-senseRNA. Majelis terjadi dan tunas baru virus dari membran sel dan mendapatkan amplop. Untuk paramyxoviruses, mereka memiliki kemampuan untuk menyebabkan sel-sel fusi, menciptakan sel-sel berinti besar yang disebut syncytia. Akumulasi siklus replikasi virion in vitro sensitif terhadap amantadine, sebuah obat anti-virus. Host virus dapat menginfeksi inang invertebrata berbagai termasuk manusia, anjing, anjing laut, lumba-lumba dan porpoise, burung, dan ternak.

LI.2. Mampu Memahami dan Menjelaskan Campak LO.2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Campak Campak adalah penyakit virus sangat menular yang ditandai dengan ruam, demam, batuk, pilek dan konjungtivitis. Infeksi campak dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), penyakit merusak otak yang selalu menyebabkan kematian. Anak-anak dan orang dewasa dapat dilindungi dari campak melalui imunisasi. LO.2.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Campak Di indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga Morbili menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%). Morbili merupakan penyakit endemis, terutama di negara sedang berkembang. Di Indonesia penyakit morbili sudah dikenal sejak lama. Di masa lampau morbili dianggap sebagai suatu hal yang harus di alami setiap anak, sehingga anak yang terkena campak tidak perlu diobati, mereka beranggapan bahwa penyakit morbili dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar. Ada anggapan bahwa ruam yang keluar banyak semakin baik. Bahkan ada usaha dari masyarakat untuk mempercepat keluarnya ruam. Ada kepercayaan bahwa penyakit morbili akan berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul didalam rongga tubuh lain seperti didalam tenggorokan, paru, perut, atau usus. Hal ini diyakini akan menyebabkan sesak nafas atau diare yang dapat menyebabkan kematian. Secara biologik, morbili mempunyai sifat adanya ruam yang jelas, tidak diperlukan hewan perantara, tidak ada penularan melalui serangga (vektor), adanya musiman dengan periode bebas penyakit, tidak ada penularan virus secara tetap, hanya memiliki satu serotipe virus dan adanya vaksin campak yang efektif.

LO.2.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Campak Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, famili paramyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH asam, ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka.
7

Virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Cara penularan adalah dengan droplet dan kontak langsung dengan penderita.Yang patut diwaspadai, penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul. Virus campak dapat bertahan selama beberapa hari pada temperature 0C dan selama 15 minggu pada sediaan beku. Di luar tubuh manusia virus ini mudah mati. Pada suhu kamar sekalipun, virus ini akan kehilangan infektivitasnya sekitar 60% selama 3-5 hari. Virus ini mudah hancur dengan sinar ultraviolet. LO.2.4 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Campak Gejala klinis yang sering timbul adalah demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis, dan koriza atau disebut juga 3C (coryza, cought, counjutivity). Gejala khas (patognomonik) adalah timbulnya bercak koplik menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum, dikelilingi oleh eritema, dan berlokalisasi dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Ruam eritematosa yang berbentuk makula papula disertai meningkatnya suhu badan. Ruam mula-mula timbul di belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut, dan bagian belakang bawah. Dapat terjadi perdarahan ringan, rasa gatal, dan muka bengkak. Dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian belakang, splenomegali, diare, dan muntah. Variasi lain adalah black measles, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus. Gejala penyakit campak dikategorikan dalam tiga stadium, dengan masa inkubasi sekitar 10-12 hari. 1) Stadium masa prodromal : demam ringan sampai sedang batuk makin berat, coryza, nyeri menelan, faring merah dan konjungtivitas. Biasanya koplik spot (di mukosa pipi) muncul 2-4 hari setelahnya 2) Stadium erupsi : demam tinggi, ruam mukopapular (5-6 hari) dari belakang telinga, lalu ke leher, muka, tubuh dan ekstremitas. 3) Stadium konvalsens : 3 hari ruam mulai menghilang, kehitaman dan mengelupas. Hilang ruam sekitar 1-2 minggu.
8

LO.2.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi dan patogenesa Campak Morbili virus masuk kedalam tubuh hospes melalui droplet dan menyerang sel inangnya dengan menempel pada reseptor spesifik di permukaan sel inang. Lalu virus bereplikasi dibagian sitoplasma sel inang dan memperbanyak diri dan akhirnya matang, lalu virus yang sudah matang ini akan merusak sel inangnya untuk keluar dari dalam sel dan mulai menginfeksi sel lainnya yang ada di tubuh hospes. Pada saat banyak sel yang di infeksi virus, maka akan terjadi eksudat yang serius. Karena ada eksudat, maka sistem imun kita bekerja dengan adanya reaksi inflamasi yaitu demam (suhu meningkat). Lalu virus ini akan menyebar ke berbagai organ melalui hematogen (aliran darah). Jika mengenai saluran cerna maka akan menyebabkan diare karena ada bercak koplik, nafsu makan menurun, dan nutrisi kurang dari kebutuhan. Jika mengenai saluran napas, bisa menyebabkan pilek dan batuk. Jika mengenai konjungtiva radang bisa menyebabkan konjungtivitis. Jika virus menyebar di kulit dan sekitar sebasea dan folikel rambut akan membentuk makulapapular di kulit. Patofisiologi demam: Mikroba masuk di fagositosis makrofag, makrofag

mengeluarkan bahan kimia yang disebut sebagai pirogen andogen, pirogen andogen bekerja pada pusat termogulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat melalui pemicuan pelepasan lokal (sintesis) prostaglandin (mediator kimiawi lokal yang bekerja langsung pada hipotalamus) memicu mekanisme respon dingin (menggigil) agar produksi panas segera mengikat mendorong vasokonstriksi kulit untuk mengurangi pengeluaran panas suhu meningkat (demam).

LO.2.6 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Campak Pemeriksaan penunjang : Pembiakan (kultur) virus: mengetahui ada atau tidaknya virus morbili Pada pemeriksaan darah: didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan Sitologi : ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi. Tes serologi: untuk mendeteksi antibodi IgM sebagai tanda adanya infeksi morbili akut dan terjadi atau tidaknya leukopenia dengan limfositosis relative.
9

Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada dua hari pertama munculnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu setelah muncul rash. Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik biasanya didapatkan kelainan yang biasanya didapatkan dari penderita morbili. Kemungkinan dapat ditemukan beberapa tanda seperti: Keadaan Umum : compos mentis Mata: terdapat konjungtivitis, fotofobia Kepala: Sakit kepala Hidung:Banyak terdapat secret, koriza Mulut dan bibir: Mukosa bibir kering, batuk Kulit: permukaan kulit kering, turgor kulit menurun, gatal, ruam makulopapular pada leher, muka, lengan dan kaki, eritema, febris Respirasi: Batuk, sesak napas, sputum Tumbuh Kembang : BB, TB, BB lahir untuk mengetahui tumbuh kembang anak untuk mewaspadai timbulnya komplikasi pada anak gizi buruk

LO.2.7 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Campak Pengobatan campak berupa perawatan umum seperti pemberian cairan dan kalori yang cukup.terapi campak bersisat suportif.

10

Obat Simtomatik yang perlu diberikan yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk, dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan yang lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul. (Hassan.R. et al, 1985) a. Istirahat b. Pemberian makanan atau cairan yang cukup dan bergizi. c. Medikamentosa : Antipiretik : parasetamol 7,5 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari. Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitusive (codein) tidak boleh digunakan. Mukolitik bila perlu Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat. Selain itu vitamin A dapat melindungi salauran cerna pada penderita campak. Dosis 6 bulan 1 tahun : 100.000 IU per oral sebagai dosis tunggal > 1 tahun : 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal. Ulangi dosis hari berikutnya dan minggu ke-4 bila didapatkan keluhan oftalmologi sehubungan dengan defisiensi vitamin A.

LO.2.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Campak 1. Otitis Media: Otitis media mungkin merupakan komplikasi sekunder tersering dan harus diterap sesuai dengan bakteri pathogen yang diduga. 2. Pneumonia: Pneumonia suatu komplikasi kedua yang terlazim tetapi penyebab kematian utama bagi pasien morbili. 3. Ensafalitis: Ensafalitis suatu komplikasi yang jarang terjadi pada kira-kira 1-2 kasus per 1000. 4. Purpura: Purpura timbul 3-15 hari setelah dimulainya rash dan mungkin menyertai penghitungan trobosit yang rendah atau normal. Terapi salsilat harus dihentikan jika timbul komplikasi ini. 5. Abdomen Akut: Abdomen akut mungkin disebabkan oleh limfa denitis generalisata yang menyertai penyakit ini.

11

Berdasarkan berapa seringnya muncul, komplikasi yang ditimbulkan akibat penyakit campak diantaranya: Otitis media (infeksi telinga): 7% Pneumonia: 6% Encephalitis akut (radang otak): 1 per 1000 SSPE (penyakit degenerative pada otak): 1 per 100.000 Penyakit campak terjadi pada ibu yang sedang hamil beresiko untuk melahirkan premature atau melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Sedangkan komplikasi yang ditimbulkan akibat dari pemberian vaksinasi diantaranya: Sekitar 5 - 15% muncul demam pada anak dengan suhu 39.5 C atau lebih dan 5% muncul ruam pada hari ke 6-12 setelah diimunisasi Encephalitis (1 per 1000) Anaphylaxis (< 1 per 1000).

LO.2.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Campak Dengan morbiditas morbili yang telah diketahui, pencegahan menjadi tujuan utama dan terpilih. Vaksin morbili hidup yang telah dilemahkan (Attenuvax) harus diberikan pada usia 15 bulan untuk perlindungan maksimum. Idealnya

dikombinasikan dengan vaksin untuk parotitis epideika dan rubella (M-M-R II) Yang Divaksinasi : a. Anak sehat di atas umur 15 bulan b. Bayi-bayi diimunisasi sebelum umur 1 tahun c. Yang diberikan bersamaan gama globulin dan vaksin morbili hidup. d. Orang-orang yang sebelumnya telah diimunisasi dengan vaksin virus mati. e. Orang-orang yang tinggal di derah endemic morbili yang tinggi dapat menerima vaksin pada umur 6 bulan dan divaksinasi ulang pada umur 15 bulan. Kontraindikasi vaksin hidup : a. Pasien-pasien imunokompromis (keganasan generalisata, cacat sel T, yang mendapat terapi imunosipresi). b. Orang-orang dengan kemungkinan Tuberkulosis. c. Wanita hamil.
12

d. Pasien-pasien yang alergi terhadap neomisin (Attenuvax atau M-M-R II). e. Pasien-pasien yang telah mendapatkan darah lengkap,plasma, atau gama globulin dalam 8 minggu sebelum diberikan vaksin. Efek samping mungkin terlihat pada 7 sampai 10 hari setelah pemberian vaksin hidup yang terdiri dari rash, demam atau keuanya dan yang lebih berat disertai malaise, demama, limfadenopayi setempat, eritema setempat dan indurasi, bisa terjadi pada orang-orang yang sebelumnya diimunisasi dengan vaksin mati.

LO.2.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Campak Prognosis baik jika tidak terjadi komplikasi. Prognosis buruk bahkan akan mengakibatkan kematian yang disebabkan oleh komplikasi yang terjadi. Komplikasi campak jarang terjadi, akan tetapi dapat menjadi serius apabila bersamaan dengan munculnya diare, pneumonia, dan encephalitis. Komplikasi hebat biasanya terjadi pada orang dewasa. LO.2.11 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan diagnosis banding Diagnosis Diagnosis dibuat dari gambaran klinis, selama stadium prodromal, sel raksasa multinuklear dapat ditemukan pada apusan mukosa hidung. Virus dapat diisolasi pada biakan jaringan. Angka leukosit cenderung rendah dengan limfositosis relative. Punsi lumbal pada penderita dengan ensefalis campak biasanya menunjukkan kenaikan protein da sedikit kenaikan limfosit. Kadar glukosa normal. Bercak koplik dan hiperpigmentasi adalah patognomonis untuk rubeola/campak. Diagnosis banding 1. Rubella: ruam makulopapul yang menyebar cepat dari garis batas rambut ke ekstremitas dalam 24 jam, menghilang sesuai dengan timbulnya ruam. Tidak ada demam prodromal (ringan-sedang), nyeri tekan kelenjar postservikal, artritis sering terjadi pada orang dewasa. 2. Infeksi yang disebabkan parvovirus B19: eritema di pipi diikuti ruam menyerupai pita difus di badan, tidak ada gejala prodromal (demam ringan), artritis pada orang dewasa.

13

3. Eksantema subitum: makulopapul pada batang tubuh saat demam menghilang, demam prodromal menonjol selama 3-4 hari sebelum timbul ruam. 4. Infeksi HIV primer: makulopapul tersebar di badan, penyakit meyerupai demam kelenjar, meningitis, ensefalitis (jarang) 5. Infeksi enterovirus: makulopapul tersebar di badan, demam, mialgia, nyeri kepala. 6. Dengue: makulopapul tersebar luas, sering menjadi konfluen, nyeri kepala hebat dan mialgia, mual, muntah. 7. Demam tifoid/paratifoid: 6-10 makulopapul pada dada bagian bawah /abdomen atas pada hari 7-10 demam menetap, splenomegaly. 8. Tifus epidemik: makulopapul pada batang tubuh dan wajah sreta ekstremitas kecuali telapak tangan dan telapak kaki, mungkin terjadi peteki, 3-5 haridemam, menggigil, toksemia sebelum timbulnya ruam. 9. Tifus endemik: makulopapul pada tubuh kecuali telapak tangan dan kaki. 10. Scrub thypus: makulopapul difus pada batang tubuh yang menyebar ke ekstremitas, demam sebelum ruam.

14

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi (2007) Farmakologi dan Terapi ed. 5, FKUI, Jakarta Jawetz, Melnick, Adelberg (2008) Mikrobiologi Kedokteran ed. 23, EGC, Jakarta Widoyono (2011) Penyakit Tropis , Erlangga, Semarang Nelson E waldo, et.al, Morbili dalam Bab infeksi virus Buku ilmu Kesehatan Anak Volume 2, Edisi 15, EGC, 1999, hal 1068 1071 Soegianto S. Campak. Dalam: Buku Ajar Infeksi & Penyakit Tropis. Jakarta; IDAI, 2002:125-33. Yuliana. July 9, 2008. CAMPAK (Morbili, Measles, Rubeola). http://pediatricinfo.wordpress.com/2008/07/09/campak-morbili-measles-rubeola/

15

You might also like