You are on page 1of 17

BAB II LANDASAN TEORI

A. KELELAHAN A.1. Definisi Kelelahan Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbedabeda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Sumamur P.K., 1996). Kelelahan (fatigue) adalah rasa capek yang tidak hilang waktu istirahat (Yayasan Spirita, 2004). Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun itu bukan satusatunya gejala. Secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003). Menurut Tarwaka (2004) kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemuliham setelah istirahat. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot secara statispun (static muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive) (Nurmianto, 2003).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan kelelahan akibat kerja adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh yang dirasakan secara subjektif yang terjadi akibat kerja fisik atau mental secara berulang sehingga menyebabkan ketidaknyamanan, hilangnya efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta

ketahanan tubuh yang ditandai oleh adanya pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi dan kelelahan fisik. A.2. Jenis Kelelahan A. Menurut Tarwaka, 2004 jenis kelelahan dapat diklelompokkan menjadi tiga jenis yaitu, berdasarkan pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, dan kelelahan fisik. a. Berdasarkan pelemahan kegiatan, meliputi : 1) Perasaan berat di kepala 2) Lelah seluruh badan 3) Berat di kaki 4) Menguap 5) Pikiran Kacau 6) Mengantuk 7) Ada beban pada mata 8) Pergerakan canggung dan kaku 9) Berdiri tidak stabil 10) Ingin berbaring b. Berdasarkan pelemahan motivasi, meliputi : 1) Susah berfikir 2) Lelah untuk bicara 3) Gugup 4) Tidak berkonsentrasi 5) Sulit memusatkan perhatian 6) Mudah lupa 7) Kepercayaan diri berkurang 8) Merasa cemas 9) Sulit mengontrol sikap

10) Tidak tekun dalam pekerjaan c. Berdasarkan kelelahan fisik, meliputi : 1) Sakit di kepala 2) Kaku di bahu 3) Nyeri di punggung 4) Sesak nafas 5) Haus 6) Suara serak 7) Merasa pening 8) Spasma di kelopak mata 9) Tremor pada seluruh badan 10) Merasa kurang sehat
Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok menurut Sumamur

(1999), yaitu berdasarkan proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan. a. Berdasarkan proses, meliputi: 1) Kelelahan otot (muscular fatigue) Kelelahan otot menurut Sumamur (1999) adalah tremor pada otot atau perasaan nyeri yang terdapat pada otot. 2) Kelelahan Umum Pendapat Grandjean (dalam Tarwaka, dkk, 2004), biasanya kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja, yang sebabnya adalah pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, Sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi. b. Berdasarkan waktu terjadi kelelahan, meliputi: 1) Kelelahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.

2) Kelelahan kronis merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan pekerjaan, seperti perasaan kebencian yang bersumber dari

terganggunya emosi (Budiono, 2003). c. Berdasarkan penyebab kelelahan, meliputi: 1) Kelelahan fisiologis merupakan kelelahan yang disebabkan karena adanya faktor lingkungaan fisik, seperti penerangan, kebisingan, panas dan suhu. 2) Kelelahan psikologis terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar diri yang berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun dengan atasan (Depnaker, 2004:55). A.3. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Menurut Siswanto (1991) faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan: a. Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasi d. kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan. b. Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun. c. Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja. d. Status kesehatan (penyakit) dan status gizi. e. Monoton (pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan)
Menurut Sumamur (1989: 69) terdapat lima kelompok sebab kelelahan

yaitu: a. Keadaan monoton b. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental c. Keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan.

d. Keadaan kejiwaan seperti tanggungjawab, kekhawatiran atau konflik. e. Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi. B. PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI
Beberapa prinsip ergonomi yang telah disepakati yang dapat digunakan

sebagai pegangan yaitu : 1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penenpatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, caracara, harus menyelaraskan mesin (macam gerak, arah dan kekuatan). 2. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri, harus diambil ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara, sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat digunakan oleh tenaga kerja yang kecil, seperti tempat duduk yang dapat distel naik turun dan lain-lain. 3. Ukuran-ukuran antropometri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran dan penempatan alat-alat industri harus sesuai dengan ukuran tubuh si pemakai.

C. UKURAN-UKURAN KERJA Tempat duduk yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1) Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi lutut, dangkan paha dalam keadaan datar. 2) Papan tolak punggung yang tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung. 3) Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm. 4) Pekerjaan yang berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk.

5) Dalam hal ini tidak mungkin, kepada pekerjaan diberi tempat dan kesempatan untuk duduk. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-27 ke bawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk 32-44 ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed). Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung, lengan seluruhnya dan lengan bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan di daerah tersebut, lebihlebih bila sikap tubuh tidak berubah. Macam gerakan yang kontinyu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan gerakan yang tiba-tiba pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat melelahkan, gerakan ke atas harus dihindari. Berilah papan penyokong pada setiap lengan yang melelahkan. Gerakan ritmis seperti mendayung pedal, memutar roda, dan lain-lain memerlukan frekuensi yang paling optimum, yang menggunakan tenaga yang paling sedikit, misalnya pada frekuensi 60/menit, mengayuh pedal dirasakan tenang. Kemampuan seseorang bekerja seharinya 8-10 jam, lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja sangat menurun. Waktu istirahat didasarkan pada keperluan atas dasar pertimbangan ergonomi, harus dihindari istirahat-istirahat sekehendak tenaga kerja, istirahat oleh karena penurunan kapasitas tubuh dan istirahat curian. Beban tambahan akibat lingkungan sebaiknya ditekan menjadi sekecil-kecilnya. Demikian juga daya penglihatan harus dipelihara sebaik-baiknya terutama dengan penerangan yang baik dan kondisi mental (psikologis) dipertahankan dengan adanya premi perangsang, motivasi, iklim kerja dan lain-lain.

D. DESAIN KURSI D.1. Kursi Ergonomi Penerapan ergonomi dalam pembuatan kursi dimaksudkan untuk mendapatkan sikap tubuh yang ergonomi dalam bekerja. Dengan sikap yang ergonomi ini diharapkan efisiensi kerja dan produktivitas meningkat. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam posisi duduk dan sikap berdiri secara bergantian. Semua sikap tubuh yang tidak alami seperti gerakan tiba-tiba harus dihindarkan, apabila hal ini tidak mungkin hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil. Tempat duduk (kursi) harus dibuat sedimikian rupa sehingga memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan sensibilitas bagian-bagian tersebut (Siswanto, 1995). Kriteria dan ukuran kursi yang ergonomi: 1) Tinggi alas duduk Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas dari bagian depan alas duduk. Ukuran yang dianjurkan 38-48 cm. Tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari jarak antara lekuk lutut dan telapak kaki. 2) Panjang alas duduk Diukur dari pertemuan garis proyeksi permukaan depan sandaran duduk pada permukaan atas alas duduk sampai kebagian depan alas duduk. Ukuran yang dianjurkan adalah 36 cm. Panjang alas duduk harus lebih pendek dari jarak antara lekuk lutut dan garis punggung.

3) Lebar alas duduk Diukur pada garis tengah alas duduk melintang. Lebar alas duduk harus lebih besar dari lebar pinggul. Ukuran yang diusulkan adalah 44- 48 cm. 4) Sandaran pinggang Bagian atas dari sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung tulang belikat, dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul. 5) Sandaran tangan Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan (harus lebih lebar dari pinggul dan tidak melebihi lebar bahu). 6) Tinggi Sandaran adalah setinggi siku Panjang sandaran tangan: sepanjang lengan bawah. Ukuran yang dianjurkan adalah jarak tepi dalam kedua sandaran tangan: 46-48 cm. Tinggi san daran tangan adalah 20 cm dari alas duduk. Panjang sandaran tangan : 21 cm. 7) Sudut alas duduk Alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan bagi pekerja untuk menentukan pemilihan gerakan dan posisi. Alas duduk hendaknya dibuat horisontal. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak

memerlukan sikap sedikit membungkuk ke depan, alas duduk dapat dibuat ke belakang (3-5 derajat). Bila keadaan memungkinkan, dianjurkan penyediaan tempat duduk yang dapat diatur. D.2. Sikap Duduk
Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk. Sikap duduk yang paling baik yaitu tanpa pengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang

belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa (sikap tulang punggung ke depan) pada pinggang dan sedikit mungkin kifosa (sikap duduk ke belakang) pada punggung. Sikap demikian dapat dicapai dengan kursi dan sandatan punggung yang tepat. Dengan begitu otot punggung terasa enak (Santoso, 1997). Keuntungan kerja sambil duduk adalah ; (1) Kurangnya kelelahan, (2) Berkurangnya pemakaian energi, dan (3) Berkurangnya sikap keperluan sirkulasi darah. Namun begitu terdapat pula kerugian-kerugian sebagai akibat kerja sambil duduk antara lain (1) Melembekkan otot-otot perut, (2) Melengkungkan punggung dan (3) Tidak baik bagi alat tubuh bagian dalam, khususnya peralatan pencernaan, jika posisi dilakukan secara membungkuk (Sumamur, 1997) Keterbatasan gerak akan akan membiasakan bekerja dengan sikap tubuh yang salah. Postural/sikap posisi pekerjaan secara salah dan dilakukan menahun akan menyebabkan keluhan yang dikenal sengan Low back point (LBP) yaitu otototot pingang menjadi lelah (fatique) menimbulkan ketidakstabilan dari tulang belakang sehingga timbul proses degeberasi yang dapat menimbulkan keluhan sakit/pegal di daerah pinggang. Apabila hal ini tidak dikoreksi, maka gangguan kesehatan tersebut akan menyebabkan penyakit/kelainan dan akhirnya

menurunkan kemampuan melakukan aktivitas. Atas dasar ukuran-ukuran yang dimiliki, ukuran tempat duduk untuk menurut Santoso (1997) adalah: 1) Tinggi alas duduk sebaiknya dapat disetel di antara 38 48 cm, 2) Topangan pinggang dapat distel ke atas ke bawah dan begerak 8 12 cm di atas alas duduk.

3) Dalamnya topangan pinggang adalah 35 sampai 38 dari ujung depan alas duduk (Depnaker RI, 1994). 4) Dalamnya alas duduk 36 cm. Sikap dan sistem kerja yang ergonomis memungkinkan peningkatan produktivitas. Sikap tubuh dalam bekerja selalu diusahakan dilaksanakan dengan duduk atau dalam sikap duduk dan sikap berdiri secara bergantian. Oleh karena itu, sistem kerja berdiri sebaiknya diganti dengan sistem kerja duduk. Selain pemakaian kursi yang tidak sesuai kita juga harus memperhatikan sikap duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Dan bila ini berlanjut terus akan menyebabkan penekanan pada hernia nucleus polposus. Hernia polposus yaitu saraf tulang belakang sehingga menyebabkan nyeri pinggang dan kesemutan yang menjalar ketungkai sampai kaki. Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada dibelakang serta bokong menyentuh belakang kursi. Caranya, duduk diujung kursi dan bungkukkan badan seolah terbentuk huruf C. Setelah itu tegakkan badan buatlah lengkungan tubuh sebisa mungkin. Tahan untuk beberapa detik kemudian lepaskan posisi tersebut secara ringan (sekitar 10 derajat). Posisi duduk seperti inilah yang terbaik. Duduklah dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks (Nurmianto, 2003).

D.3. Nyeri Pinggang Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Pinggang adalah rasa nyeri pinggang muskulosketal yaitu sindroma Klinik yang ditandai adanya rasa nyeri atau

perasaan lain yang tidak enak didaerah tubuh bagian belakang dari rusuk terakhir vetebra torakal 12 sampai bagian bawah pantat atau anus dan dapat menjalar kekaki terutama bagian belakang dan samping luar. Tulang belakang manusia terdiri dari 33 ruas tulang. Satu sama lain dihubungkan oleh sistem yang unik, terdiri atas tulang rawan, otot serta jaringan ikat. Sistem itu bekerja sama untuk mempertahankan tubuh pada posisi tegak. Gangguan pinggang biasanya Aberhubungan dengan tiga ruas tulang pinggang atau dengan organ di sekitarnya seperti ginjal dan indung telur. (Suzilawat, 2006:1) Nyeri pinggang diakibatkan bergesernya bantalan tulang belakang, lebih dikenal dengan Herniated Nucleus Pulposus. Bantalan tulang belakang (discus intervertebrale) adalah struktur yang kuat dan tidak menimbulkan rasa nyeri jika pembungkusnya tak utuh. Bantalan ini sendiri bentuknya lunak, mirip jeli. Robeknya pembungkus bantalan menyebabkan keluarnya inti dari bantalan tulang yang masuk ke dalam rongga tulang belakang. Hal tersebut dapat menekan pembuluh darah balik, kantung saraf maupun saraf itu sendiri. Iritasi akibat penekanan dari bantalan tulang tersebut dapat menyebabkan rasa nyeri sampai kelumpuhan dari saraf yang tertekan (Sutrisno, 2004). Pada dasarnya timbulnya rasa sakit pinggang terjadi karena ada penekanan pada susunan saraf tepi daerah pinggang (syaraf terjepit). Jepitan pada syaraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot pada jaringan sekitarnya, gangguan pada

syaraf sendiri, kelainan tulang belakang maupun kelainan di tempat lain. (Pearce, 1999). Timbulnya nyeri pinggang erat kaitannya dengan cara kerja, sikap kerja, dan posisi kerja, desain alat kerja, fasilitas kerja, tata letak, sarana kerja dan sebagainya. Dengan memperhatikan dan menata factor-faktor penyebab dan pencetusnya, insiden nyeri pinggang kerja dapat dieliminir atau di tunda kehadirannya. Bebarapa factor kaitan dengan beban angkat-angkat yang mempengaruhi timbulnya nyeri pinggang kerja adalah berat beban, besar beban, bentuk beban, jenis beban, tinggi beban, dan sebagainya. (Depnaker, 1995). D.4. Anatomi Tulang Belakang Tulang belakang adalah sebuah struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut Vertebra atau ruas tulang. Pada orang dewasa panjang tulang dapat mencapai 57-67cm. Tulang belakang memiliki 33 ruas yang terdiri 24 buah ruas merupakan tulang-tulang yang terpisah dengan 9 ruas lainnya bergabung membentuk 2 tulang. Diantara tiap 2 ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang belakang. Vertebra dikelompokkan menjadi beberapa bagian dan diberi nama sesuai dengan daerah yang ditempatinya yaitu: 1. Vertebra servikalis atau ruas tulang bagian leher membentuk daerah tengkuk yang terdiri dari 7 buah. 2. Vertebra torakalis atau ruas tulang punggung membentuk bagian belakang torak atau dada yang terdiri dari 7 buah. 3. Vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk daerah lumbal atau pinggang yang terdiri dari 5 buah.

4. Vertebra sokralis atau rus tulang belakang membentuk sakru yang terdiri dari 5 buah. 5. Vertebra kosigeus atau ruas tulang tungging membentuk tulang konfigus yang terdiri dari 4 buah (Evelyn, 1998).

Gambar Tulang belakang (Grant, 1997:189) Etiologi Nyeri Pinggang

D.5. Etiologi Nyeri Pinggang Nyeri Pinggang disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologi yang mengenai berbagai macam organ. Beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas dasar kelainan atau jaringan yang mengalami kelainan tersebut. Rasa sakit dapat ditimbulkan oleh segala sesuatu yang menekan atau menegangkan syaraf pada tubuh bagian belakang dan di otot-otot. Menurut Audre L (2003) secara garis besar faktor penyebab nyeri pinggang dapat dibedakan menjadi : 1. Sakit pinggang akibat sikap yang salah. Posisi tubuh yang tidak tepat pada saat bekerja karena kursi yang digunakan tidak ergonomis. (Nadesul, 2002). 2. Sakit pinggang pada kelainan tulang belakang. Dapat disebabkan antara lain: cidera, infeksi, tumor, dan osteoporosis. 3. Sakit pinggang pada penyakit organ dalam tubuh yang sering dijumpai adalah sakit pinggang akibat penyakit prostate, batu ginjal, penyakit lambung, kandungan. Sakit pinggang pada penyakit rematik antara lain: Osteoaritis, rematoid dan arthritis. 4. Karena Penyakit Reumatik. 5. Karena Ketegangan Otot (Psikis). Keadaan seperti ini disebut dengan nyeri pinggang psikogenetik. Seperti tekanan mental ataupun pikiran yang berlebihan dapat menyebabkan tulang belakang mengencang dan kaku serta nyeri.

D.6. Mekanisme Nyeri Pinggang Tubuh dilengkapi berbagai macam mekanisme. Pengawasan, kompensasi dan perlindungan untuk mengantisipasi perubahan-peruahan lingkungan baik diluar maupun didalam tubuh. Mekanisme tersebut ada yang didasari dan tidak didasari nyeri salah satu mekanisme perlindungan tubuh yang penting. Rangsangan nyeri dapat membangkitkan dua reaksi yaitu reaksi yang secara sadar mengalami rasa nyeri dan reaksi yang tidak disadari berupa reflek-reflek yang menyertai nyeri seperti menghindari sendi yang mengalami kerusakan dan ketegangan otot. Untuk menghantarkan nyeri dalam tubuh terdapat ujung saraf aferen sebagai reseptor nyeri yang mengubah Rangsangan fisik kimia dan biologi dan menjadi 3 jenis reseptor rasa mekanisme reseptor berbagai rasa tidak enak proses perubahan ini disebut transduksi. Ketiga reseptor tersebut tersambung dengan syaraf aferen yang terdiri dari saraf A alfa, A delta, dan saraf C. Saraf A alfa adalah syaraf bermielin yang menghambat nyeri. Saraf A delta adalah saraf bermielin yang menghantarkan rasa, suhu dan nyeri yang bersifat cepat dan tajam. Sedangkan saraf C adalah saraf yang menghantarkan rasa nyeri lambat yang kronik (Guyton.AC, 1999). Saraf A delta dan serat C meneruskan implus nyeri menuju kolumna dorsalis medula spinalis, saraf eferen A delta masuk kesel saraf di lamina I dan bagaian luar lamina untuk menyebrang kontra lateral yaitu ke anterior medulla spinalis fener berjalan keatas menuju ke batang otak dan felamus melalui 2 jalur. Jalur lengkung yang melalui spiro atau kalamilus ke korfelus somatosensoris sehingga nyeri mulai bisa dirasakan. Sedangkan jalur tidak langsung melalui formasio sefikularis ke korteks selebri dan

korteks asosiasi sehingga dapat dirasakan intensitas, Lokasi dan Lamanya nyeri. Proses perjalanan nyeri dinamakan Transmisi (Guyton, 1999). D.7. Gejala Klinis Gejala-gejala yang sering di jumpai pada penderita nyeri pinggang antara lain: 1. Rasa nyeri di daerah pinggang dan menjalar ke bokong, paha, belakang tumit sampai telapak kaki. 2. Pegal atau nyeri radikuler. 3. Dengan foto rontgen terlihat adanya destruksi. 4. Dengan cara palpasi dijumpai adanya benjolan yang berpulsi. Tulang belakang menjadi kaku dan timbul rasa nyeri.(Wirawan, 1991).

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

You might also like