You are on page 1of 11

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Praktikum Berikut adalah data praktikum yang didapat selama proses praktikum. 4.1.1 Pengukuran Kebulatan Dengan V-Blok Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data hasil pengamatan seperti ditunjukkan tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Data Pengukuran Kebulatan Satu Titik Metode V-Block
POSISI PENGUKURAN 1 PENGAMAT 1 PENGAMAT 2
0 0

2
-12 -7

3
-14 -11

4
-12 -10

5
-6 -3

6
-3 -2

7
-1 +1

8
-1 +1

9
-2 +1

10
-4 -5

11
-5 -4

12
-7 -8

13
-10 -8

4.1.2

Pengukuran Kebulatan Dengan Senter Meja Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data hasil pengamatan

seperti ditunjukkan tabel dibawah ini : Tabel 4.2 Data Pengukuran Kebulatan Satu Titik Metode Senter Meja
POSISI PENGUKURAN 1 PENGAMAT 1 PENGAMAT 2
0 0

2
+12 +12

3
+18 +22

4
+17 +22

5
+21 +25

6
+22 +27

7
+11 +18

8
+1 +7

9
-7 +2

10
-9 -4

11
-13 -8

12
-13 -8

13
-7 -8

4.1.3

Pengukuran Kesilindrisan Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data hasil pengamatan

seperti ditunjukkan tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Data Pengukuran Kesilindrisan
POSISI PENGUKURAN 1 TITIK KE 1 TITIK KE 2 TITIK KE 3
0 +10 +19

2
+12 +25 +20

3
+22 +26 +25

4
+22 +26 +33

5
+25 +31 +35

6
+27 +31 +33

7
+18 +23 +27

8
+7 +15 +12

9
+2 +6 +10

10
-4 +1 +6

11
-8 0 +6

12
-8 +1 +10

13
-8 +8 +12

4.1.4

Pengukuran Sudut dengan Batang Sinus Harga sudut terukur dari benda ukur adalah = 21 45 dengan memakai bevel protracktor dengan kecermatan 5.

4.2 Contoh Perhitungan 4.2.1 Pengukuran Kebulatan Dengan V-Blok Selisih dari salah satu pengamatan (pengamat 1) : Toleransi = data terbesar data terkecil = 0 (-14) = 14 [m] = 0,014 [mm] 4.2.2 Pengukuran Kebulatan Dengan Senter Meja Selisih dari salah satu pengamatan (pengamat 1): Toleransi = data terbesar data terkecil = 22 (-13) = 35 [m] = 0,035 [mm] 4.2.3 Pengukuran Kesilindrisan Selisih dari salah satu titik (titik ke 3) : Toleransi = data terbesar data terkecil = 35 (6) = 29 [m] = 0,029 [mm]

4.2.4

Pengukuran Sudut dengan Batang Sinus a. Pengukuran Sudut Dengan Bevel Protaktor Pengukuran dengan bevel protactor didapat sudut sebesar 21 45, atau sama dengan 21,75. Sehingga sudut = 21,75 ( ada di kuadran II)

b. Perhitungan Tinggi Blok Ukur Sin =h/L h = L sin = 200 [mm] . sin 21,75 = 74,111 [mm] Didapatkan tinggi blok ukur yang digunakan adalah 74,111 [mm].

c. Menyusun Blok Ukur Dari perhitungan diatas didapatkan tinggi blok ukur sebesar 74,111 [mm]. Sehingga dari tinggi blok ukur tersebut didapatkan susunan blok ukur : Tinggi awal Blok ukur 1 Sisa Blok ukur 2 Sisa Blok ukur 3 Sisa Blok ukur 4 Sisa = 74,111 = 1,001 = 73,11 = 1,11 = 72 = 22 = 50 = 50 =0 [mm] [mm] [mm] [mm] [mm] [mm] [mm] [mm] [mm]

d. Memeriksa Kerataan Setelah menyusun blok ukur setinggi h (74,111[mm]), diperiksa kerataannya dengan menggunakan kombinasi batang sinus dan jam ukur. Dan didapatkan pergeseran jarum jam ukur bergerak sebesar d =

88 [m] kearah CCW (melawan arah jarum jam). Sehingga harga y adalah: y=d. y = 0,088 . y = 0,352 [mm] Sehingga didapatkan harga h sebesar : h = h + y = 74,111 + 0,352 = 74,463 [mm]. Karena pergeseran jarum ukur pada saat pemeriksaan kerataan yang pertama sudah memenuhi syarat. Maka h yang telah dihitung ini adalah harga tinggi blok ukur yang digunakan untuk menghitung sudut.

e. Penghitungan Sudut Hasil Koreksi Dari hasil perhitungan h sebesar 74,463 [mm], didapat harga sebesar: Sin = = = 0.372 [mm] = sin-1 0,372 [mm] = 21,84 Didapatkan sudut hasil koreksi sebesar 21.84.

4.3 Pembahasan 4.3.1 Pengukuran Kebulatan Dengan V-Blok

Pengukuran Kebulatan Dengan V-Blok


PENGAMAT 1 1 13 12 -1 -6 -11 11 -16 10 9 8 7 6 5 4 2 3 PENGAMAT 2

Gambar 4.1 Pengukuran Kebulatan dengan Metode V-Block

Salah satu alat untuk pengukuran kebulatan adalah dengan memakai blok V dan jam ukur yang diletakkan diatas benda kerja. Metode ini merupakan cara klasik untuk mengetahui kebulatan. Dimana benda ukur diletakkan di atas blok-v kemudian diputar, kemudian dengan menggunakan jam ukur kita lihat apakah ada penyimpangan. Jika terjadi penyimpangan dari jam ukur, hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan pusat benda ukur. Dari grafik diatas dapat diketahui hasil pengukuran kebulatan dengan metode V-block. Tren grafik hasil pengukuran pengamat 1 terlihat naik turun. Pada pengukuran yang ke 2 hasil pengukuran turun kemudian naik pada

pengukuran ke 3, pada pengukuran ke 4 konstan sampai pada pengukuran ke 11. Tetapi pada pengukuran ke 12 dan 13 hasil pengukuran. Tren grafik hasil pengukuran pengamat 2 terlihat memiliki pola identik dengan pengamat 1, tetapi

grafik tidak berhimpit, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat variasi hasil pengukuran dari masing-masing pengamat. Dari data hasil pengamatan yang telah didapatkan dari praktikum pengukuran kebulatan dengan V-block dapat diketahui nilai terbesar penyimpangan jarum dial indikator yaitu 1 m. Dan nilai terkecil penyimpangan jarum dial indikator sebesar -14 m. Dari data tersebut maka didapatkan nilai toleransi dari pengukuran kebulatan dengan V-block sebesar. Penyimpangan = Nilai terbesar Nilai terkecil = 1 m (-14 m) = 15 m Dari grafik diatas terlihat bahwa hasil pengukuran ke 1 dan 13 tidak berhimpit, yang berarti bahwa hasil pengukuran kebulatan dengan v-blok ini tidak kembali ke titik awal. Karena titik 1 dan 13 adalah titik yang sama. Hal ini dapat terjadi karena kestabilan nol yang kurang bagus dari dial indicator yang digunakan. Dan juga dari kemampuan penggunaan dial indicator dari operator yang kurang.

4.3.2

Pengukuran Kebulatan Dengan Senter Meja

Pengukuran Kebulatan Dengan Senter Meja


PENGAMAT 1 1 13 12 30 20 10 0 11 -10 -20 4 3 2 PENGAMAT 2

10

9 8 7

Gambar 4.2 Pengukuran Kebulatan dengan Metode Senter Meja

4.3.3

Pengukuran Kesilindrisan

PENGUKURAN KESILINDRISAN
1 13 12 40 30 20 10 11 0 -10 10 5 4 TITIK KE 1 TITIK KE 2 TITIK KE 3 3 2

9 8 7

Grafik 4.3 Pengukuran Kesilindrisan

4.3.4

Pengukuran Sudut dengan Batang Sinus a. Pengukuran Sudut Dengan Bevel Protaktor Pengukuran dengan bevel protactor didapat sudut sebesar 21 45, atau sama dengan 21,75. Sehingga sudut = 21,75 ( ada di kuadran II) b. Perhitungan Tinggi Blok Ukur Sin =h/L h = L sin = 200 [mm] . sin 21,75 = 74,111 [mm] Didapatkan tinggi blok ukur yang digunakan adalah 74,111 [mm].

c. Menyusun Blok Ukur Dari perhitungan diatas didapatkan tinggi blok ukur sebesar 74,111 [mm]. Sehingga dari tinggi blok ukur tersebut didapatkan susunan blok ukur : Tinggi awal Blok ukur 1 Sisa Blok ukur 2 Sisa Blok ukur 3 Sisa Blok ukur 4 Sisa = 74,111 = 1,001 = 73,11 = 1,11 = 72 = 22 = 50 = 50 =0 [mm] [mm] [mm] [mm] [mm] [mm] [mm] [mm] [mm]

d. Memeriksa Kerataan Setelah menyusun blok ukur setinggi h (74,111[mm]), diperiksa kerataannya dengan menggunakan kombinasi batang sinus dan jam ukur. Dan didapatkan pergeseran jarum jam ukur bergerak sebesar d = 88 [m] kearah CCW (melawan arah jarum jam). Sehingga harga y adalah: y=d. y = 0,088 . y = 0,352 [mm] Sehingga didapatkan harga h sebesar : h = h + y = 74,111 + 0,352 = 74,463 [mm]. Karena pergeseran jarum ukur pada saat pemeriksaan kerataan yang pertama sudah memenuhi syarat. Maka h yang telah dihitung ini adalah harga tinggi blok ukur yang digunakan untuk menghitung sudut.

e. Penghitungan Sudut Hasil Koreksi Dari hasil perhitungan h sebesar 74,463 [mm], didapat harga sebesar: Sin = = = 0.372 [mm] = sin-1 0,372 [mm] = 21,84

Didapatkan sudut hasil koreksi sebesar 21.84.

You might also like