You are on page 1of 3

Terapi yang Digunakan Dari pengkajian di atas, klien mengalami perasaan duka, sedih dan kehilangan akibat diputus

pacarnya. Salah satu terapi yang dapat digunakan yaitu terapi film atau movie therapy. Sebuah film, biasanya dibuat berdasarkan kiasan (metafora) menurut Birgit Wolz, Ph.D., MFT, psikoterapis dan terapis film dari Oakland, Amerika Serikat. Kiasan itu, dantaranya disajikan melalui kata kata, symbol karakter tokoh, tema, dan konflik, yang di dalam film dilembur menjadi satu berupa cerita. Dengan mengikuti jalan cerita, seseorang merasa melihat pengalaman dan diri sendiri di layar televisi atau di bioskop. Saat melihat diri sendiri itu biasanya seseorang menempatkan diri sebagai pihak ketiga. Biasanya setelah itu seseorang lebih dapat memandang pengalaman secara objektif. Solusi dapat diperoleh dengan mudah, karena telah keluar dari sudut pandang diri sendiri (bersimpati dan berempati) (Olivia, 2010). Cerita film ternyata juga dapat menjembatani cara berpikir seseorang yang biasanya didominasi oleh kecerdasaanya. Sejak lahir , manusia mempunyai 7 macam kecerdasan alami, yaitu kecerdasan logika, bahasa, visual spasial, musik, kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal. Dengan menonton film, sesorang bisa menghubungkan dan mengembangkan 7 jenis kecerdasan tersebut (Olivia, 2010) Selain itu film juga bisa menjadi media yang bisa menjangkau pikiran bawah sadar. Dengan menonton film, seseorang mampu merasakan apa yang dialami tokohnya. Ia bisa menangis sedih melihat pengalaman tokohnya, padahal ia tahu semuanya hanya akting belaka. Terapi film (movie) merupakan terapi pikiran (mind) yang dapat membantu memperbaiki kondisi emosi dan mental. Kiat Melakukan Terapi Film Ternyata, cara mendapatkan efek terapi dari menonton film tidak terlalu sulit. Anda bahkan mungkin juga sudah pernah mencobanya di rumah, meski tanpa menyadarinya. Nah, agar efek terapi kali ini bisa berjalan lebih efektif. Ada beberapa kiat yang bisa dijalani (Olivia, 2010)

1. Pilih tema film sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, jika hanya ingin rileks, tonton film komedi. Jika ingin mendapatkan inspirasi, tonton film-film yang inspiratif. 2. Pilih film yang bermutu. Jalan ceritanya realistis, diambil dengan sudut pengambilan gambar, tata cahaya, serta tata suara yang baik, dan mencerminkan pengalaman pribadi. 3. Saat menonton film. Duduklah senyuman mungkin dan bernapas dengan teratur. Setelah anda merasa tenang dan fokus, mulailah menonton film. Perhatikan bagaimana jalan cerita film itu, karakter tokohnya, percakapan demi percakapannya, tanpa berkomentar atau mengkritiknya. 4. Sendiri atau berkelompok. Beberapa film, bisa anda tonton sendiri. Namun jika anda ingin membuka kesempatan berdiskusi dan berbagi, tonton film bersama kelompok (3-8 orang). 5. Kaitkan kondisi anda dengan kondisi dalam film. Cara ini memiliki 3 fungsi : a. Kreatif : menempatkan satu keadaan dalam berbagai kondisi b. Adaptif : anda sudah menghadapinya, lalu apa tindakan anda selanjutnya c. Akomodatif : jika belum terjadi, bagaimana cara mencegahnya? Dari beberapa penelitian mengenai keefektifan terapi film untuk menurunkan perasaan berduka dan sedih yang berakibat pada tekanan psikologi seseorang. Sebuah penelitian dari Molaie (2010), yang berjudul Comparing the Effectiveness of Group Movie Therapy (GMT) Versus Supportive Group Therapy (SGT) for Improvement of Mental Health in Grieving Adolescent Girls in Tehran dengan melakukan penelitian pada 36 remaja berusia 17-19 tahun yang mengalami kehilangan salah satu kerabat dekatnya yang dibagi dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Dalam penelitian tersebut, peneliti mengamati bagaimana keefektifan movie therapy untuk remaja yang mengalami kehilangan dan berakibat duka dan bersedih. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa setelah menginjak bulan kedua movie therapy memberikan dampak yang signifikan pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol. Hasil penelitian tersebut menunjukkan movie therapy efektif digunakan pada remaja yang mengalami duka setelah kehilangan orang yang dicintainya dan memberikan jalan keluar agar klien dapat mengambil keputusan dalam memecahkan masalahnya dan mempercepat proses pembelajaran terhadap masalah yang dihadapi. Selain itu movie therapy dapat mengurangi reaksi somatik dan emosi negatif seperti depresi dan kecemasan.

Dari penelitian lain oleh Molaie (2010), yang berjudul Effectiveness of Group Movie Therapy (GMT) on Reduction of Grief Experience Intensity in Bereaved Adolescent Girls yang melakukan penelitian pada 24 gadis yang berusia rata-rata 18 tahun di Teheran karena kehilangan keluarga dekatnya. Sampel dibagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok percobaan. Kematian keluarga dekatnya dapat memberikan efek yang panjang dalam hidupnya. Gadis yang merasa kehilangan menunjukkan lebih lemah dari lakilaki pada penerapan di sejumlah area intensitas perasaan kesedihan, perasaan bersalah, bingung untuk menemukan maknsa kehilangan, depresi, cemas, gangguan tidur, dan penyakit fisik seperti hyperthyroidism. Film merupakan kombinasi dari imajinasi, simbol, metafora, musik, efek khusus, dan dialog sehingga dapat memberikan efek yang lebih kuat dari terapi seni lain. Kelompok percobaan diberikan terapi film selama 90 menit setiap minggu dalam 8 minggu. Intervensi ini menggunakan film Elina, dalam satu sesi diikuti oleh diskusi kelompok. Film Elina (2002) digunakan sebagai instrument utama dalam intervensi. Film ini bercerita tentang Elina, gadis 9 tahun yang tinggal dengan ibunya dan dua saudaranya di sebuah desa di Swedia sebelah utara pada tahun 1950. Gadis ini merindukan ayahnya yang sudah meninggal dan selama film ini, dia melalui proses berduka atau bersedih dari penolakan sampai penerimaan keadaannya. Hasilnya kelompok perlakuan secara signifikan terapi film dapat mengurangi intensitas kesedihan dan duka yang dialaminya setelah dilakukan selama 8 minggu. Olivia, Femi. 2010. Mengoptimalkan Otak Supaya Awet Muda. Jakarta : PT. Elex Media Kamputindo.

You might also like