You are on page 1of 7

Definisi Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum.

Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen. Sejarah Pendapat kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini sering kali menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta bukan penyakit keturunan atau kutukan Tuhan. Penyebaran Penyakit Kusta Penyakit ini diduga berasal dari Afrika atau Asia Tengah yang kemudian menyebar keseluruh dunia lewat perpindahan penduduk ini disebabkan karena perang, penjajahan, perdagangan antar benua dan pulau-pulau. Berdasarkan pemeriksaan kerangka-kerangka manusia di Skandinavia diketahui bahwa penderita kusta ini dirawat di Leprosaria secara isolasi ketat. Penyakit ini masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke IV-V yang diduga dibawa oleh orang-orang India yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan agamanya dan berdagang. Penyebab Penyakit Kusta Penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai microbakterium, dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil tahan asam. Selain banyak membentuk safrifit, terdapat juga golongan organism patogen (misalnya Microbacterium tubercolose, mycrobakterium leprae) yang menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion. Epidemiologi Penyakit Kusta Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah: a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 27 x 24 jam. b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang. Klinis ternyata kontak lama dan berulang-ulang ini bukanlah merupakan faktor yng penting. Banyak hal-hal yang tidak dapat di terangkan mengenai penularan ini sesuai dengan hukum-hukum penularan seperti halnya penyakitpenyaki terinfeksi lainnya. Menurut Cocrane (1959), terlalu sedikit orang yang tertular penyakit kusta secara kontak kulit dengan kasus-kasus lepra terbuka. Menurut Ress (1975) dapat ditarik kesimpulan bahwa penularan dan perkembangan penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganasan

Mocrobakterillm Leprae dan daya tahan tubuh penderita. Disamping itu faktor-faktor yang berperan dalam penularan ini adalah : - Usia : Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa - Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak dijangkiti - Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti - Kesadaran sosial :Umumnya negara-negara endemis kusta adalah Negara dengan tingkat sosial ekonomi rendah - Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat Tanda-tanda Penyakit Kusta Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut. Di dalam tulisan ini hanya akan disajikan tanda-tanda secara umum tidak terlampau mendetail, agar dikenal oleh masyarakat awam, yaitu: ! Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia ! Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak. ! Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat. ! Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yarig tersebar pada kulit ! Alis rambut rontok ! Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa) Gejala-gejala umum pada lepra, reaksi : ! Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil. ! Anoreksia. ! Nausea, kadang-kadang disertai vomitus. ! Cephalgia. ! Kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis dan Pleuritis. ! Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis dan hepatospleenomegali. ! Neuritis. Diagnosa Penyakit Kusta Menyatakan (mendiagnosa seseorang menderita penyakit kusta menimbulkan berbagai masalah baik bagi penderita, keluarga atapun masyarakat disekitarnya). Bila ada keraguan-raguan sedikit saja pada diagnosa, penderita harus berada dibawah pengamatan hingga timbul gejala-gejala yang jelas, yang mendukung bahwa penyakit itu benar-benar kusta. Diagnosa kusta dan kelasifikasi harus dilihat secara menyeluruh dari segi : a. Klinis b. Bakteriologis c. Immunologis d. Hispatologis Namun untuk diagnosa kusta di lapangan cukup dengan anamnese dan pemeriksaan klinis. Bila ada keraguan dan fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan bakteriologis. Kerokan dengan pisau skalpel dari kulit, selaput lendir hidung bawah atau dari biopsi kuping telinga, dibuat sediaan mikrokopis pada gelas alas dan diwarnai dengan teknis Ziehl Neelsen. Biopsi kulit atau saraf yang menebal memberikan gambaran histologis yang khas. Tes-tes serologik bukan treponema untuk sifilis sering menghasilkan positif palsu pada lepra.

Bentuk-bentuk Penyakit Kusta Penyakit kusta terdapat dalam bermacam-macam bentuk, yakni bentuk leproma mempunyai kelainan kulit yang tersebar secara simetris pada tubuh. Untuk ini menular karena kelainan kulitnya mengandung banyak kuman. Bentuk tuberkoloid mempunyai kelainan pada jaringan syaraf, yang mengakibatkan cacat pada tubuh. Bentuk ini tidak menular karena kelainan kulitnya mengandung sedikit kuman. Diantara bentuk leproma dan tuber koloid ada bentuk peralihan yang bersifat tidak stabil dan mudah berubah-ubah. Pengobatan Penyakit Kusta Pengobatan penyakit kusta dilakukan dengan Dapson sejak tahun 1952 di Indonesia, memperhatikan hasil yang cukup memuaskan, hanya saja pengobatan mono terapi ini sering mengakibatkan timbul masalah resistensi, hal ini disebabkan oleh karena : ! Dosis rendah pengobatan yang tidak teratur dan terputus akibat dari lepra reaksi ! Waktu makan obat sangat lama sehingga membosankan, akibatnya penderita makan obat tidak teratur Selain penggunaan Dapson (DDS), pengobatan penderita kusta dapat menggunakan Lamprine (B663), Rifanficin, Prednison, Sulfat Feros dan vitamin A (untuk menyehatkan kulit yarlg bersisik). Setelah penderita menyelesaikan pengobatan MDT sesuai dengan peraturan maka ia akan menyatakan RFT (Relasif From Treatment), yang berarti tidak perlu lagi makan obat MDT dan dianggap sudah sembuh. Sebelum penderita dinyatakan RFT, petugas kesehatan harus : 1. Mengisi dan menggambarkan dengan jelas pada lembaran tambahan RFT secara teliti. * Semua bercak masih nampak. * Kulit yang hilang atau kurang rasa terutama ditelapak kaki dan tangan. * Semua syaraf yang masih tebal. * Semua cacat yang masih ada. 2. Mengambil skin semar (sesudah skin semarnya diambil maka penderita langsung dinyatakan RFT tidak perlu menunggu hasil skin semar). 3. Mencatat data tingkat cacat dan hasil pemeriksaan skin semar dibuku register. Pada waktu menyatakan RFT kepada penderita, petugas harus memberi penjelasan tentang arti dan maksud RFT, yaitu : ! Pengobatan telah selesai. ! Penderita harus memelihara tangan dan kaki dengan baik agar janga sampai luka. ! Bila ada tanda-tanda baru, penderita harus segera datang untuk periksaan ulang. Pencegahan Penularan Penyakit Kusta Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besar kemungkinan menimbulkan penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadi faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah. Disini letak salah satu peranan penyuluhan kesehatan kepada penderita untuk menganjurkan kepada penderita untuk berobat secara teratur.

Pengobatan kepada penderita kusta adalah merupakan salah satu cara pemutusan mata rantai penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat yang lembab. Ada beberapa obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta. Tetapi kita tidak dapat menyembuhkan kasus-kasus kusta kecuali masyarakat mengetahui ada obat penyembuh kusta, dan mereka datang ke Puskesmas untuk diobati. Dengan demikian penting sekali agar petugas kusta memberikan penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi penyuluhan berisikan pengajaran bahwa : a. Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta b. Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak mungkin terkena kusta c. Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain d. Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan secara teratur e. Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik (PENYAKIT KUSTA DAN MASALAH YANG DITIMBULKANNYA, dr. ZULKIFLI, M.Si, Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Sumatera Utara)

Dr. Sri Linuwih Menaldi, Sp.KK(K) Dept. I.K. Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, JAKARTA DEFINISI: Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae, dengan afinitas utama pada saraf perifer, kemudian kulit, serta dapat mengenai

organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat (SSP). EPIDEMIOLOGI: Terutama daerah tropis dan subtropis Sosial ekonomi rendah Prevalensi di Indonesia: 1,57 per 10.000 penduduk Indonesia: urutan ke-3 dunia setelah India dan Myanmar ETIOLOGI : Mycobacterium leprae (Armauer Hansen 1875) Basil tahan asam dan tahan alkohol Obligat intrasel Dapat diisolasi dan diinokulasi, tetapi tidak dapat dibiakkan Membelah diri : 12-21 hari Masa inkubasi : rata-rata 3-5 tahun Mengenai semua usia, terbanyak 25-35 tahun GEJALA KLINIS Kulit: Bercak/makula hipopigmentasi, eritematosa, papul atau nodus eritematosa: dapat disertai anestesi/hipoestesi Saraf: Pembesaran saraf tepi dengan gangguan sensibilitas kulit yang dipersarafinya. Dapat disertai cacat akibat kerusakan saraf tepi, sensorik, otonom maupun motorik

Gambaran Klinis Kusta Multibasiler SIFAT LEPRAMATOSA (LL) LESI Bentuk

BORDERLINE LEPROMATOUS (BL) Makula Plakat Papul Sukar dihitung, masih ada kulit sehat Hampir simetris Halus berkitat Agak jelas Tak jelas Banyak Biasanya negatif Negatif

MID BORDERLINE (BB) Plakat Dome-shape (kubah) Punched-out Dapat dihitung Kulit sehat jelas Asimetris Agak kasar, agak Agak jelas Lebih jelas Agak banyak Negatif Biasanya negatif

Makula Infiltrat difus papul Nodus Tak terhitung praktis tidak ada kulit sehat Simetris Halus berkilat Tak jelas Tak ada sampai tak jelas Banyak (ada globus) Banyak (ada globus) Negatif

Jumlah Distribusi Permukaan Batas Anestesia

BTA Lesi kulit Sekret hidung Tes lepromin

TATALAKSANA 1. a. Multidrug therapy (MDT menurut WHO 1998) PB : 6 dosis yang diselesaikan dalam 9 bulan Rifampisin 600 mg/bulan DDS 100 mg/hari MB: 12 dosis yang diselesaikan dalam 18 bulan Rifampisin 600 mg/bulan DDS 100 mg/hari Klofazimin 300 mg /bulan, dilanjutkan 50 mg/hari Untuk anak berusia > 10 th, diberikan setengah dosis dewasa. Bila < 10 th, disesuaikan dengan berat badan. b. Obat pilihan lain: PB: lesi tunggal, diberikan kombinasi Rifampisin (R) 600 mg, Ofloksasin (O) 400 mg dan Minocin (M) 100 mg, dosis tunggal PB: 2-5 lesi; kombinasi ROM diberikan 1x/bulan selama 6 bulan 2. Bila terjadi reaksi reversal atau ENL, diberikan: tablet prednison 40-60 mg/hari, diturunkan bertahap, 5 mg/2 minggu

analgetik / antipiretik MDT tetap dilanjutkan 3. Bila terjadi kecacatan, dapat dilakukan : rehabilitasi medik rehabilitasi bedah/plastik-rekontruksi rehabilitasi karya/okupasi 4. Rujuk ke rumah sakit dengan fasilitas lengkap (termasuk tenaga spesialis dan sarana) bila : reaksi kusta berat dugaan resisten terhadap pengobatan dengan komplikasi penyakit lain terjadi erupsi obat alergik kemungkinan dilakukan tindakan bedah

You might also like