You are on page 1of 58

Telekomunikasi (bahasa yunani), terdiri dari 2 kata Tele = jauh Komunikasi = penyampaian informasi Definisi Telekomunikasi : Penyampaian informasi

si melalui media transmisi dari suatu point ke point lain dengan bantuan peralatan elektronis. Menurut ITU-1989, Definisi Telekomunikasi : Any transmission, emission, or reception of signs, signals, writing, images and sound or intelligence of any nature by wire, radio, optical or other electromagnetic systems.
Samuel Morse:1837

Milestones
telegraph

Milestones
Samuel Morse: 1837 Alexander Bell:1876 telegraph telephone Marconi: 1895 Samuel Morse: 1837 Alexander Bell:1876

Milestones
telegraph telephone wireless telegraph not the inventor of Radio

Nikola Tesla

<1895: Inventor of Radio

Milestones
Samuel Morse: 1837 Alexander Bell:1876 Marconi: 1895 Nikola Tesla telegraph telephone wireless telegraph not the inventor of Radio <1895: Inventor of Radio triode vacuum tube Audion Samuel Morse: 1837 Alexander Bell:1876 Marconi: 1895

Milestones
telegraph telephone wireless telegraph not the inventor of Radio Nikola Tesla <1895: Inventor of Radio Lee De Forest 1907: triode vacuum tube 1920: Commercial AM radio broadcast

Lee De Forest 1907:

Point to point

Samuel Morse: 1837 Alexander Bell:1876 Marconi: 1895

telegraph telephone wireless telegraph not the inventor of Radio Nikola Tesla <1895: Inventor of Radio Lee De Forest 1907: triode vacuum tube 1920: Commercial AM radio broadcast 1939: First FM radio broadcast Alphine New Jersey by Edwin Armstron

Media Transmisi

Switching (Sentral)

Terminal

Tiga Komponen Utama dalam Sistem Komunikasi :


Terminal Switching Media Transmisi

Terminal

Terminal
Terminal yang menyalurkan sinyal suara, ex: telepon, radio penerima Terminal yang menyalurkan sinyal gambar, ex: facsimile, televisi Terminal yang menyalurkan sinyal tulisan, ex: telegrafi, teleprinter Terminal yang menyalurkan sinyal data, ex: modem, komputer Perkembangan teknologi telekomunikasi membuat terminal telekomunikasi menjadi konvergen.

Media Transmisi

Transmission modes
Simplex one-way transmission Half Duplex Transmission in both directions but not at the same time Full Duplex Allows simultaneous transmission in both directions

Switching (Penyambungan)
Circuit Switching Suatu penyambungan yang langsung diadakan. Ex: Jaringan telepon Message Switching Suatu penyambungan yang tidak langsung diadakan.(Stored & Forward) Ex: Jaringan Teleprinter Packet Switching Suatu penyambungan dimana informasi yang dikirimkan, dipotong2 berupa paket. Ex : Jaringan Komunikasi Data

Fungsi Penyambungan Dasar Interconnection Control Alerting (Pemberian Tanda) Attending (Pelayanan) Penerimaan Informasi Pengiriman Informasi Busy Testing Supervisory (Pengawasan) Konsep Penyambungan : Concentration Distribution Expansion

Bentuk Dasar Jaringan Telekomunikasi :


1. Mesh network / Fully Interconnected Network 2. Single Mesh network 3. Star network

Mesh network / Fully Interconnected Network

Dalam kenyataannya, bentuk jaringan yang ada tidak semurni seperti ketiga bentuk tersebut. Single Mesh network Banyak pertimbangan dalam merencanakan bentuk jaringan Telekomunikasi, a.l : Letak Terminal Kebutuhan Biaya d.l.l Biaya untuk suatu jaringan telekomunikasi (investment maupun Operating cost) sangat besar. Oleh karena itu, jaringan tersebut Harus dibangun se-Ekonomis mungkin, tetapi dengan tingkat Pelayanan yang se-Baik mungkin untuk pelanggannya.

Star network

Ekonomis = Biaya relatif rendah Teknis (tingkat pelayanan) = Memenuhi spesifikasi sistem yang standar ekonomis teknis

Public Switched Telecommunication Network (PSTN) merupakan dasar dari jaringan telekomunikasi lainnya Karakteristik Jaringan Telekomunikasi secara umum : Kualitatif : menyalurkan bermacam-macam informasi (voice, data dll) Kuantitatif : hingga saat ini melayani paling banyak voice Jumlah pesawat telepon banyak

minimum OPTIMUM

maksimum Memerlukan sentral switching

Masalah yang timbul : Sentral sedikit : Saluran antar sentral & peralatan sedikit --------- murah Saluran pelanggan panjang ------------------------- mahal Sentral banyak : Saluran antar sentral & peralatan banyak -------- mahal Saluran pelanggan pendek ------------------------- murah Jumlah sentral Jumlah yang optimum. Dalam kenyataan tidak dapat demikian, misalnya: karena letak pelanggan yang tidak beraturan. Jumlah saluran

Syarat Jaringan Telekomunikasi (utama): Harus dapat menyambungkan setiap pelanggan dengan Pelanggan yang lainnnya dimanapun ia berada. Tugas Sentral (exchange), antara lain : membangun sambungan antara 2 pelanggan menjaga sambungan tersebut selama diperlukan memberikan informasi tentang biaya yang harus ditagih. Jaringan Nasional : Suatu jaringan yang terdiri dari tingkatan-tingkatan (memiliki hirarki), yang terdiri dari : Internal Lines (pada pelanggan) Subscribers distribution network (local exchange area) Jaringan distribusi lokal, menghubungkan pelanggan ke sentral lokal

Junction Network Jaringan yang menghubungkan suatu group dari sentral lokal yang melayani suatu daerah Trunk Network Jaringan yang menyelenggarakan long distance circuit di antara beberapa daerah lokal di suatu negara. Ada 3 macam hubungan yang dapat dibentuk : Hubungan Lokal Hubungan Interlokal Hubungan Internasional Dengan demikian ada 3 macam jaringan : Jaringan Lokal Jaringan Interlokal Jaringan Internasional

Jaringan Lokal : Suatu jaringan yang terbentuk dari satu pesawat telepon dan satu sentral telepon lokal. Jaringan Interlokal : Suatu jaringan yang menghubungkan 2 atau lebih sentral lokal Jaringan Internasional : Suatu jaringan yang menghubungkan SGI ( Sentral Gerbang Internasional ) suatu negara dengan SGI negara lain Jaringan Lokal merupakan bagian terbesar dari seluruh jumlah investment pada pembangunan sebuah network Konfigurasi Jaringan Lokal (seperti yang terdapat pada labor jaringan telekomunikasi )

Jaringan Interlokal. Saluran antar sentral lokal disebut juga junction. Terdapat 2 jenis junction : Bothway Junction menyalurkan pembicaraan dari kedua belah pihak sentral Oneway Junction menyalurkan pembicaraan yang berasal dari salah satu sentral saja ke arah sentral lainnya. Konfigurasi Jaringan. Bentuk jaringan dan jumlah saluran harus direncanakan secara baik agara lalu lintas telepon (traffik) yang berlangsung dapat berjalan dengan lancar, pelaksanaan teknisnya mudah dan efisien Khususnya untuk jaringan interlokal harus ditinjau dari tingkatan /hirarki sentral yang digunakan dalam penyelenggaraan penyambungan (exchange level), yang juga menggambarkan tingkat jaringan (network level)

Suatu wilayah negara perlu dibagi atas wilayah - wilayah jaringan, yang akan tergantung kepada tingkatan masing-masing sentral. Pertimbangan yang digunakan untuk menentukan wilayah a.l : Jumlah pelanggan dan jumlah sentral yang tercakup dalam wilayah tersebut Luas geografis wilayah masing-masing sama besar. Kepadatan penduduk dan fungsi kota dalam wilayah jaringan tersebut Bentuk geografis dari wilayah negara Pembagian wilayah tersebut diusahakan pula agar mempunyai batas-batas yang jelas sesuai dengan gambaran yang diberikan pada skema penomoran guna memudahkan perencanaan proses penyambungan selanjutnya, terutama dalam hal routing dan zoning.

Kerjasama Internasional : Keberhasilan perencanaan dan pelaksanaan jaringan telekomunikasi internasional tergantung dari kerjasama yang baik antar negara-negara di dunia. Standarisasi yang telah membuat efisiensi jaringan internasional ini ditentukan oleh ITU ( International Telecomm Union) dengan kantor pusat di Geneva, dengan anggota lebih dari 124 Negara. Terdapat 3 Komisi : ITU-R (Radiocommunication ) ITU-T (Standarization) ITU-D (Development)

Dasar Statistik untuk Perencanaan Jaringan Salah satu tujuan utama dari network provider adalah menurunkan cost melalui pengalokasian network resources. Dengan kata lain, ingin mengoperasikan network yang telah direkayasa sedemikian rupa untuk berfungsi secara ekonomis dan memenuhi kebutuhan para pelanggannya. Untuk itu perlu diketahui karakteristik lalu lintas percakapan (traffik) --------- teletraffic engineering Trafik Telepon : Banyaknya percakapan telephone pada suatu group sirkit yang berhubungan dengan jumlah serta lamanya percakapan Terbentuknya suatu call merupakan independent random process. Ini merupakan random variabel, yang analisanya dilakukan secara statistik.

Akibatnya saluran pembicaraan (kanal) yang mencukupi, harus tersedia pada jaringan untuk menyalurkan kemungkinan sejumlah call yang dilakukan secara bersamaan pada saat peak-traffic.

Grade of Service (GOS = B): Menunjukan jumlah permintaan call yang gagal pada waktu jam sibuk dari suatu hari tertentu. (dalam persentase) Jika GOS > : jumlah kegagalan besar, biaya peralatan kecil Offered Traffic = Trafik Masuk (dari pelanggan) Carried Traffic = Trafik yang dapat dibawa oleh sentral Blocked Traffic = Trafik yang tdk dapat dibawa oleh sentral (Lost) Blocked Traffic = Offered Trafik Carried Traffic Satuan Traffic adalah Erlang (E) 1 Erlang (E) adalah a circuit occupied for one hour Jika GOS < : jumlah kegagalan kecil, biaya peralatan besar Success Call Ratio (SCR): Perbandingan antara call yang sukses dgn call attempt call attempt = suatu usaha untuk mengadakan call Answered Seizure Call Ratio (ASR): Perbandingan antara call yang berhasil menduduki sirkit dan terjawab dengan call yang berhasil menduduki sirkit seizure = call yang belum/tidak terjawab

Numbering, Routing and Charging


Memutar no telepon --------------------------------- Numbering Sentral mencari jalan ke yang dituju -------------- Routing Sentral akan mencatat ------------------------------- Charging biaya pembicaraan Numbering, Routing dan Charging saling berhubungan dengan erat sekali. Route yang dipilih untuk menyelenggarakan sambungan tergantung dari tujuan sambungan ------ dilakukan oleh peralatan switching ------ ditentukan dari nomor yang diputar. Peralatan switching --------- tarif/beban sesuai dengan tujuan sambungan ( tidak dengan route )

Penomoran
Seorang pelanggan yang ingin berbicara dengan pelanggan lainnya, maka ia harus memberitahukan ke sentral telepon, identitas dari yang akan dituju. Identitas = Nomor Pelanggan Nomor Pelanggan bersifat unik (hanya satu-satunya) Syarat-Syarat Penomoran : Harus dibuat sependek mungkin Harus sesuai dengan sistem yang sudah ada serta sesuai dgn penomoran international Mudah dalam routing, akan tetapi tidak tergantung dari routingnya Mudah disesuaikan dengan pengembangannya.

Struktur Penomoran : Struktur Penomoran Nasional National Number

Struktur Penomoran Internasional International Number

00 0
Trunk prefix Trunk code / Area code Nomor pelanggan

XX

XXX

XXXXXX

XXX

XXXXXX

International prefix Country code Trunk code / Area code Nomor pelanggan Panjang maksimum no Internasional tidak boleh melebihi 15 digit

Nomor pelanggan : Nomor yang harus diputar/didial untuk menghubungi pelanggan pada jaringan lokal yang sama (numbering area yg sama) Trunk code / Area code : Suatu kombinasi digit yang menunjukkan wilayah yang dipanggil Trunk prefix : Suatu digit untuk mengaktifkan peralatan outgoing trunk, agar dapat melakukan sambungan Interlokal Country Code : Suatu kombinasi digit yang menunjukkan negara yang dipanggil International prefix: Suatu digit untuk mengaktifkan peralatan outgoing internasional, agar dapat melakukan sambungan Internasional

Routing
Membangun (to set up) suatu sambungan telepon harus dilakukan sesuai dengan aturan tertentu untuk menjamin agar memenuhi perintah, cepat dan efisien. Aturan-aturan inilah yang menentukan jalan mana yang harus ditempuh oleh suatu permintaan sambungan routing Untuk itu, alat-alat routing harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : dapat menerima dan mengerti informasi yang dikirimkan oleh pesawat pelanggan atau sentral transit. dapat mengetahui jalan yang dimaksud dapat dengan cepat & tepat memilih jalan yang terbaik. dapat mengatur pelaksanaan penyambungan sejauh mungkin.

Route yang akan dituju ditentukan oleh nomor yang didial pelanggan. Jadi ada hubungan antara nomor dengan route. Klasifikasi Routing : Direct Route : Route yang langsung menghubungkan sentral awal dengan sentral tujuan. (terpendek, first choice route) Alternate Route : Route lain ketika direct route sudah tak mungkin dipakai. Last Choice Route : Route pilihan terakhir dari kemungkinan route yang ada Route Memutar : Route yang ditempuh ketika route pada jaringan dasar sudah penuh.

Masalah-Masalah dalam Routing. Pendudukan buta : Pendudukan saluran juga alat-alat penyambungan yang sebenarnya tidak perlu Kerugiannya : menurunkan efisiensi saluran dan alat-alat switching memperpanjang waktu pendudukan. Ring around the rosie : Suatu proses pencarian jalan yang berputar-putar terus tanpa dapat menghasilkan jalan keluar.

10

Charging
Biaya penyelenggaraan telepon terdiri dari 2 macam : Fixed Cost : Biaya pembelian tanah, perluasan bangunan, pembelian peralatan Variable Cost : Pajak, upah, perawatan jaringan, biaya operasional jaringan Biaya tersebut dibebankan kepada pelanggan, yang terdiri dari : Biaya pemasangan pertama (pasang baru) Sewa tahunan atau bulanan (abonemen) Biaya tiap-tiap sambungan (pulsa)

Charging untuk Sambungan Lokal Flat-Rate Tariff : Biaya sambungan tidak dipungut lagi, tetapi sudah termasuk dalam sewa bulanan. ( dipakai / tidak = tarif tetap ) Message-Rate Tariff Fixed Charge per call Tidak tergantung dari lamanya pembicaraan, tetapi dari jumlahnya. Variable Charge per call Tergantung dari lamanya pembicaraan.

Charging untuk Sambungan Interlokal Tergantung dari hal-hal sebagai berikut : jarak dari pemanggil ke yang dipanggil waktu yang dibutuhkan pembicaraan jam berapa sambungan itu berlangsung hari apa sambungan itu berlangsung

Pensinyalan (Signalling)
Pensinyalan (Signalling) : Bahasa mesin yang memungkinkan terjadinya sambungan pembicaraan. Pensinyalan, menurut ITU : Pertukaran informasi elektris khususnya yang berhubungan pengawasan dan terjadinya penyambungan suatu komunikasi Yang membutuhkan informasi adalah : Pelanggan Jaringan (secara fisik) Jaringan (secara manajemen)

11

Pelanggan : Apakah ada pelanggan yang memanggil? Apakah ia dapat mengadakan pembicaraan? Apakah pelanggan yang dipanggil ada, sibuk atau tidak?
Jaringan (secara fisik) :

Jaringan (secara manajemen) : Berapa lamanya pembicaraan? Tingkatan tarif mana yang diberlakukan (SLJJ, night rate, dsb) Berapa jauh pelanggan yang dituju Proses Charging Selama pembicaraan berlangsung, signalling juga terus diperlukan untuk menjaga agar tidak ada pelanggan lain yang masuk, juga untuk mengetahui lama pembicaraan serta kapan selesainya. Oleh karena itu, signalling tidak boleh mengganggu pembicaraan.

Pelanggan mana yang memanggil Pelanggan mana yang dituju Apakah salurannya tersedia, sibuk atau tidak (idle)? Route mana yang akan dipilih Apakah hubungan masih tetap berlangsung? dll.

Pembagian signalling Menurut tempatnya : Pelanggan sentral Sentral Sentral Menurut kegunaannya : Supervisory Signalling Register Signalling Menurut arahnya : forward backward

Menurut teknik pengirimannya : link by link end to end Menurut pengendaliannya : non compelled compelled semi compelled

12

Menurut tempatnya : Antara pelanggan dengan sentral sinyal permulaan : off hook, nada pilih. sinyal panggil : nada panggil, nada sibuk sinyal penutup Antara sentral dengan sentral jarak dekat; masih sama dengan sistem loop pada jaringan antara pelanggan dan sentral, namun lebih banyak. jarak jauh ; FDM, Common Channelling Signalling No. 7

Menurut kegunaannya : Supervisory Signalling, misalnya sinyal saluran bebas sinyal pendudukan Register Signalling memberikan informasi tentang nomor langganan, routing dll.

Menurut teknik pengirimannya : link by link signalling

end to end signalling

Tidak cepat karena sentral transit baru dapat meneruskan setelah seluruh informasi diterima tetapi route alternatif tidak perlu diketahui sentral awal, lagipula hanya memperhatikan masalah dalam tiap link saja

lebih cepat karena setiap sentral hanya menerima informasi untuk sentral itu saja. sentral keluar harus terus memperhatikan routing alternatif

13

Common Channel Signaling System No. 7


Sistem Pensinyalan ini dikembangkan oleh ITU untuk memenuhi kebutuhan pensinyalan pada digital network yang menggunakan 64 kbps channel. (Analog PSTN menggunakan 4 kHz voice channel) Digunakan pada ISDN (Integrated Services Digital Network) dan juga dapat digunakan pada digital PSTN yang tidak menerapkan ISDN. Signaling System 7 (SS7) is an architecture for performing outof-band signaling in support of the call-establishment, billing, routing, and information-exchange functions of the public switched telephone network (PSTN). Sistem ini memperkenalkan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh sebuah signaling-system network and suatu protocol yang memungkinkan itu terjadi.

Apa yang dimaksud dengan Pensinyalan? Signaling adalah pertukaran informasi antara call componets yang dibutuhkan untuk menyediakan dan memelihara layanan. Sebagai pelanggan pada PSTN, kita mempertukarkan signalling dengan network elements sepanjang waktu. Contoh signalling antara pengguna telephone dan telephone network antara lain: dialing digits, menyediakan dial tone, menghubungi voice mailbox, mengirimkan call-waiting tone, etc.

SS7 adalah sistem yang mengatur elemen-elemen dari telephone network mempertukarkan informasi. Informasi ini disalurkan dalam bentuk messages. SS7 messages dapat membawa informasi seperti: I'm forwarding to you a call placed from 212-555-1234 to 718555-5678. Look for it on trunk 067. Someone just dialed 800-555-1212. Where do I route the call? The called subscriber for the call on trunk 11 is busy. Release the call and play a busy tone. The route to XXX is congested. Please don't send any messages to XXX unless they are of priority 2 or higher. I'm taking trunk 143 out of service for maintenance.

Karakteristik dari SS7 ditentukan oleh high-speed packet data dan out-of-band signaling. Apa yang dimaksud dgn Out-of-Band Signaling? Out-of-band signaling adalah signaling yang tidak menggunakan jalur yang sama dengan yang digunakan untuk percakapan Out-of-band signaling menyediakan kanal digital yang terpisah untuk mempertukarkan signaling information. Kanal ini disebut signaling link. Signaling links digunakan untuk membawa seluruh signaling messages yang dibutuhkan diantara node-node. Sehingga ketika suatu sambungan pembicaraan akan dilakukan, informasi berupa digit yang didial, trunk yang akan digunakan dll dikirim antar switches dgn menggunakan signaling links.

14

Mengapa digunakan Out-of-Band Signaling? Out-of-band signaling memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya lebih diinginkan dibandingkan traditional in-band signaling, antara lain : Dapat mengirimkan lebih banyak data pada kecepatan yang lebih tinggi (56 kbps can carry data much faster than MF outpulsing). Signalling dapat dilakukan sepanjang waktu selama pembicaraan sedang berlangsung, tidak hanya pada saat diawal. Dapat melakukan pensinyalan pada network elements walaupun tak ada direct trunk connection.

Bentuk arsitektur pensinyalannya akan sebagai berikut, dimana dialokasikan sebuah jalur antara switches yang berinterkoneksi sebagai signalling link. This type of signaling is known as associated signaling, and is shown below in Figure 1.

Clearly, associated signaling menjadi sangat complicated ketika diterapkan untuk mempertukarkan signaling antara node yang tidak memiliki direct connection. Atas kebutuhan ini, the North American SS7 architecture dimunculkan The North American Signaling Architecture The North American signaling architecture menghasilkan sebuah jaringan yang signalingnya terpisah dan berbeda dengan yang sebelumnya. Network dibentuk oleh 3 komponen penting, yang diinterkoneksi oleh signaling link: signal switching points (SSPs) SSPs adalah telephone switches (end offices or tandems) yang dilengkapi dengan SS7-capable software dan terminating signaling links. They generally originate, terminate, or switch calls.

signal transfer points (STPs) STPs adalah packet switches dari SS7 network. Menerima dan meroutekan incoming signaling messages ke tujuan yang dimaksud. Juga melaksanakan fungsi routing yg khusus. signal control points (SCPs) SCPs adalah databases yang menyediakan information yang ter kait dengan kemampuan call-processing yang lebih lanjut. Figure 2 shows the symbols that are used to depict these three key elements of any SS7 network

15

Basic Signaling Architecture Fig. 4 memperlihatkan contoh penerapan elemen dasar SS7 network pada pembentukan 2 networks yang terinterkoneksi

Beberapa point yang dapat diperhatikan: STPs W dan X melakukan functions yg identik dan merupakan suatu mated pair of STPs (STP yang berpasangan). Sama halnya dengan STPs Y dan Z juga adalah mated pair.

Tiap SSP memiliki 2 links (1 sets), 1 link utk 1 STP mated pair. Seluruh pensinyalan SS7 akan dikirimkan melalui link ini. Apapun link yang akan digunakan dari 2 link yang tersedia, akan dilayani secara sama.

The STPs of a mated pair akan dihubungkan oleh sebuah link (1 set of links). Two mated pairs of STPs akan diinterkoneksi kan dengan 4 buah links (4 sets of links) dan disebut juga quad.

16

SCPs biasanya diletakan secara berpasangan dlm suatu network. dan keduanya berfungsi identik, merupakan mated pairs of SCPs. Catatan: mereka tidak saling terhubung oleh sepasang links

Arsitektur Signaling seperti diatas, yang menyediakan jalur signalling yang indirect antara network elements, disebut juga menyediakan quasi-associated signaling.

Tipe-tipe SS7 Link Karakteristik SS7 signaling links tergantung dari penggunaannya pada signaling network. Virtually, Seluruh links adalah identik, yaitu mensupport dalam layer yang sama pada protocol; yang berbeda adalah kegunaannya dalam signaling network.

A Links A links menghubungkan suatu STP dengan suatu SSP atau SCP, yang secara collective disebut sebagai signaling end points ("A" berarti access). A links digunakan hanya untuk mendeliver signaling ke atau dari signaling end points (dan bisa juga disebut signaling beginning points). Examples of A links are 2-8, 3-7, and 5-12 in Figure 5.

17

C Links C links adalah links yang menghubungkan mated STPs. Digunakan untuk meningkatkan reliabilitas dari signaling network ketika satu atau several links sedang unavailable. "C" berarti cross (7-8, 9-10, and 11-12 are C links). B links, D links, and B/D links menghubungkan 2 mated pairs of STPs , bisa juga disebut sebagai B links atau D links atau B/D links saja. Functionnya membawa signaling messages lebih lanjut ke signaling network menuju destinasinya. "B" berarti bridge dan describes the quad of links interconnecting peer pairs of STPs. The "D" berarti diagonal and describes the quad of links interconnecting mated pairs of STPs at different hierarchical levels

E Links Links E (extended) adalah links yang menyediakan backup dari connectivity ke SS7 network ketika home STPs (originating) tak dapat dihubungi via A links. E links juga dapat tidak diterapkan pada network, tergantung sisi ekonomis dan teknis. (perbandingan antara cost of deployment dengan improvement in reliability. (1-11 and 1-12 are E links.)

Contoh Basic Call Setup Gambar berikut ini menunjukkan beberapa call yang basic dan penggunaan dari SS-7 Signalling

F Links F (fully associated) links adalah links yang menghubungkan 2 signaling end points secara langsung. F links hanya melewatkan associated signaling, karena mem-bypass fitur security provided by an STP, F links pada umumnya tidak diterapkan diantara networks. Penggunaan links ini tergantung dari kebijakan network provider. (1-2 is an F link.)

18

Pelanggan pada Switch A menghubungi (call) pelanggan pada switch B. 1. Switch A menganalisa digit yang didial dan menentukan bahwa call tersebut ditujukan ke switch B. Switch A memilih idle trunk yang tersedia pada jalur ke switch B dan merumuskan suatu IAM (initial address message), suatu basic message yang digunakan untuk memulai suatu call. IAM ditujukan ke switch B, yang berisikan informasi ttg switch asal (switch A), switch tujuan (switch B), trunk yang dipilih, nomor penelpon dan nomor yang dihubungi.

3.

Switch A menggunakan salah satu A links (e.g., AW) dan mentransmisikan message melalui link tersebut untuk routing ke switch B. STP W menerima message tsb, memeriksa label routing nya , dan menentukan bahwa message diroutekan ke switch B lalu mentranmisikannya pada link BW. Switch B menerima message. Pada saat menganalisa message, ia memeriksa bahwa nomor yang dihubungi berada pada layanannya dan the called number is idle.

4.

2.

5.

6.

Switch B menghasilkan address complete message (ACM), yg mengindikasikan bahwa IAM telah sampai. Message (ACM) menetapkan switch penerima (A), switch pengirim (B), dan trunk yang dipilih. Switch B memilih salah satu A links (e.g., BX) and mentransmisikan ACM via link tsb untuk dirouting ke switch A. Pada saat bersamaan, ia melengkapi call path dalam arah backwards (ke switch A), mengirim ringing tone via trunk tsb ke switch A, dan mengirim nada ring ke line pelanggan yang dihubungi.

8.

STP X menerima message, memeriksa label routingnya , dan menentukan bahwa message diroutekan ke switch A. Transmisi dilakukan pada link AX. Pada saat menerima ACM, switch A menghubungkan saluran (line) pemanggil (calling subscriber) ke trunk yang dipilih, dalam arah backwards (sehingga ia dapat mendengar ringing yang dikirim oleh switch B).

9.

7.

10. Ketika yang dihubungi (called subscriber) mengangkat telponnya, switch B merumuskan answer message (ANM), yang meng-identify switch penerima yang dimaksud (A), the sending switch (B), dan the selected trunk.

19

11. Switch B menggunakan A link yang sama (yg digunakan untuk mengirim ACM, link BX) untuk mengirimkan ANM. Pada saat itu, the trunk juga dihubungkan ke saluran (line) pelanggan yang dihubungi (called subscriber) dalam 2 arah berbeda, agar percakapan dapat terjadi. 12. STP X mengenali bahwa ANM ditujukan untuk switch A dan diforwardkan melalui link AX. 13. Switch A memastikan pelanggan pemanggil (calling subscriber) terhubung dengan outgoing trunk (in both directions) dan percakapan pun terjadi.

14. Jika pemanggil (the calling subscriber) menutup telpon lebih dulu, switch A akan menghasilkan release message (REL) untuk ditujukan ke switch B, yang meng-identify trunk yang digunakan utk call. Ini dikirimkan via link AW. 15. STP W menerima REL, menetapkan bahwa message ditujukan ke switch B, dan diforwardkan via link WB.

Layers of the SS7 Protocol Kompatibilitas denganOSI ( Open system Interconnections) layers Physical Layer Layer menentukan karakteristik physical dan electrical dari signaling links dalam SS7 network. Signaling links menggunakan DS--0 channels dan menyalurkan signaling data pada rate of 56 kbps or 64 kbps (56 kbps is the more common implementation). Message Transfer Part---Level 2 level 2 merupakan bagian dari message transfer part (MTP Level 2) yang menyediakan link-layer functionality. Level menjamin signaling link dari kedua pihak dapat mempertukarkan signaling messages. Juga terkait dengan kemampuan error checking, flow control, dan sequence checking.

16. Switch B menerima REL, men-disconnect trunk pada saluran pelanggan, mengembalikan status trunk menjadi idle (tidak digunakan), menghasilkan s a release complete message (RLC) yang ditujukan kembali ke switch A, dan mentransmisi pada link BX. RLC meng-identify trunk yang sudah dipakai utk call. 17. STP X menerima RLC, menentukan bahwa message ditujukan ke switch A, dan diforwardkan via link AX. 18. Pada saat menerima RLC, switch A membebaskan trunk (idle).

20

Message Transfer Part---Level 3 level 3 juga bagian message transfer part (MTP Level 3) meningkatkan functionality yang disediakan MTP level 2, untuk menyediakan network layer functionality. Ini menjamin messages dapat didelivery antar signaling points melewati SS7 network tanpa melihat apakah terhubung secara langsung or not. Termasuk kemampuan node addressing, routing, alternate routing, and congestion control. Secara keseluruhan, MTP levels 2 and 3 disebut sebagai message transfer part (MTP). Signaling Connection Control Part SCCP menyediakan 2 fungsi utama yang tidak disediakan oleh MTP. Pertama adalah kemampuan mengalamatkan applications dlm suatu signaling point. MTP hanya dapat menerima dan men-deliver messages dari suatu simpul (a node) sebagai bentuk menyeluruh ; Tidak terkait dengan software applications dalam node. Kedua adalah kemampuan melakukan incremental routing dengan menggunakan global title transition.

ISDN User Part (ISUP) ISUP user part menentukan messages dan protocol yang digunakan dalam pembentukan dan pembubaran voice serta data call pada PSTN (Public Switched Telephone Network), dan me-manage trunk networknya . ISUP dapat juga digunakan untuk non-ISDN calls. Transaction Capabilities Application Part (TCAP) TCAP menentukan messages dan protocol yang digunakan untuk berkomunikasi antar applications dalam nodes. Ini digunakan sebagai database services. Sebagai transportasinya digunakan SCCP . Operations, Maintenance, and Administration Part (OMAP) OMAP menentukan messages dan protocol yand dirancang untuk membantu administrators SS7 network. Antara lain, procedures for validating network routing tables dan untuk diagnosing link troubles. OMAP juga memiliki messages yang digunakan MTP and SCCP untuk routing.

Signaling information disalurkan melalui signaling link dalam bentuk messages, yang disebut sebagai signal units (SUs). Three types of SUs dalam SS7 protocol. message signal units (MSUs) link status signal units (LSSUs) fill-in signal units (FISUs) SUs ditransmisikan secara kontinyu dlm 2 arah pada tiap link yang sedang service. Signaling point yang tak memiliki MSUs atau LSSUs untuk dikirim, akan mengirimkan FISUs pada linknya. FISUs melakukan fungsinya yaitu menempati signaling link sampai akhirnya digunakan untuk mengirim purposeful signaling. Juga memfasilitasi link transmission monitoring dan the acknowledgment dari Sus lainnya.

Seluruh transmisi dalam signaling link dinyatakan dalam bentuk 8-bit bytes, yang disebut sebagai octets. SUs pada sebuah link dibatasi oleh satu 8-bit pattern disebut sebagai flag "01111110".

Struktur Signal Unit Tiap SUs memiliki format tersendiri seperti terlihat pada gambar dibawah ini Figure 8.

21

Ketiga tipe SU memiliki satu set of common fields yang digunakan pada MTP level 2. Antara lain: Flag Flags membatasi SUs. A flag menandai akhir dari suatu SU dan awal bagi yang berikutnya. Checksum Checksum adalah sebuah 8-bit sum digunakan utk memverify bahwa SU yang melewati link tidak memiliki error. The checksum dikalkulasikan dari message yg dikirim oleh transmitting signaling point dan di insert ke dalam message. Pada saat diterima, akan direkalkulasi oleh receiving signaling point. Jika hasilnya berbeda dengan checksum yang diterima, maka received SU telah corrupted. Retransmisi dilakukan.
Length Indicator The length indicator mengindikasikan jumlah octets antara dirinya dan checksum. Berfungsi untuk men-check integritas dari SU dan sebagai pembeda bagi types-tipe SUs at level 2. FISUs have a length indicator of 0; LSSUs have a length indicator of 1 or 2 (currently all LSSUs have a length indicator of 1) MSUs have a length-indicator greater than 2.

BSN/BIB FSN/FIB Fields ini digunakan untuk konfirmasi penerimaan SUs dan memastikan bahwa SUs diterima dalam keadaan berurutan sebagaimana saat dikirim. Juga menyediakan flow control. MSUs and LSSUs, ketika ditransmisikan, diberikan suatu sequence number yg ditempatkan pada forward sequence number field dari outgoing SU. SU ini disimpan oleh transmitting signaling point sampati di-acknowledge oleh receiving signaling point.

Fungsi dari Signaling Units FISUs tidak memiliki information. Tujuannya hanya utk menempati link ketika LSSU atau MSU sedang tidak dikirim. Karena melakukan error checking, FISUs memonitor link quality secara terus menerus. FISUs juga dapat digunakan sebagai acknowledge pada penerimaan messages, dengan menggunakan backwards sequence number and backwards indicator bit.

22

LSSUs digunakan untuk memberikan informasi tentang signaling link diantara kedua belah pihak (node dengan node lainnya) . Information ini terkandung dalam status field dari SU (see Figure 8). LSSUs digunakan terutama untuk memberitahu tentang initiation of link alignment, the quality of received signaling traffic, and the status of the processors at either end of the link. Karena hanya dikirimkan untuk antar signaling points dari kedua belah pihak, LSSUs tidak membutuhkan addressing information.

MSUs adalah kuda beban pada SS7 network. Semua signaling yang berkaitan dengan call setup dan tear down, database query dan response, and SS7 network management menggunakan MSUs. MSUs merupakan basic envelope , tempat bagi semua informasi signaling diletakkan. Setiap MSUs memiliki fields tertentu yang sama. Fields lainnya akan berbeda tergantung dari tipe message. Type MSU diindikasikan dalam service-information octet shown in Figure 8; the addressing and informational content of the MSU terkandung dalam signaling information field.

Parameter Transmisi dalam Jaringan


Tipe-Tipe Saluran Transmisi Guided transmission Coaxial Twisted-Pair (UTP STP) Ethernet UTP Optical fiber (glass, polymer) < 1 GHz < 1.2 MHZ 100 MHz THz

Metallic transmission lines


Coaxial cable

Unguided transmission radio and TV broadcast < 1 GHz Mobile radio channel 1 GHz 6 GHz (GSM, UMTS, DECT, WLAN, Bluetooth,. microwaves > 3 GHz terrestrial and satellite communication links

No field outside!!

23

Metallic transmission lines


Unshielded twisted-pair

Radio Transmission
a) Medium Frequency: 300 kHz 3 MHz Worldwide in use for AM broadcast b) High Frequency: 3 MHz 30 MHz HF or short wave band. Long distance, mobile (air traffic) and fixed. Worldwide broadcast. c) Very High Frequency: 30 MHz 300 MHz FM and video broadcast. Air traffic and positioning systems.

Fields generated by consecutive loops cancel one another

d) Ultra High Frequency: 300 MHz 3 GHz TV broadcast, cellular systems, satellites, DAB, ISM e) Extra High Frequency: 3 GHz 30 GHz Fixed satellite connections, radar, ISM

Radio Transmission vs. Line Transmission Line transmission: attenuation (dB) proportional to distance Radio transmission: doubling of distance absorption + 6 dB Ideal Transmission Line No losses conductors have zero resistance dielectric has zero conductance possible only with superconductors approximated by a short line No capacitance or inductance possible with a real line only at dc with low frequencies and short lines this can be approximated

Transmission Lines Losses


Conductor Losses
Increases with frequency due to skin effect

Dielectric Heating Losses


Also increases with frequency
Radiation

Losses

Not significant with good quality coax properly installed Can be a problem with openwire cable
Coupling Corona
http://www.ocarc.ca/coax.htm

Losses
Skin effect

24

Power Measurements (dB, dBm)


Pin Pout

Types of Noise
1- Manmade (artificial): These could be eliminated via better design
- Machinery - Switches - Certain types of lamps

AP ( dB )

P = 10 log10 out Pin


V2 R

V = I R
V R

2- Natural
- Atmospheric noise: causing crackles on our radios - Cosmic noise (space noise):

P =V I

P=

= 20 log10 Vout , Rin = Rout AP ( dB ) Vin What is the advantage of using dB ????????????????

2 Vout R = 10 log10 out 2 Vin R in

Noise in Electrical Components


Thermal noise: Random free electron movement in a conductor (resistor) due to thermal agitation Shot noise: Due to random variation in current superimposed upon the DC value. It is due to variation in arrival time of charge carriers in active devices. Flicker noise: Observed at very low frequencies, and is thought to be due to fluctuation in the conductivity of semiconductor devices.

Interference Is due to:


Crosstalk Coupling by scattering of signal in the atmosphere Cross-polarisation: two system that transmit on the same frequency Interference due to insufficient guard bands or filtering

System Signal-to-Noise Ratio S &N (SNR) Incoming S BPF N Output


o o i

signal

BPF (fc ) c

Demodulator ) (Gd d

signal SNRo

SNRi White noise w(f)

The SNR at the demodulator output is: SNR0 = SNRi + Gd


Where - SNRi is the input signal (modulated carrier) to noise ratio - Gd is the demodulator gain. - Si = Total power in the received modulated signal - So = Power in the recovered message signal m(t)

- Band limited noise power Ni = Pn = 2

25

Sinkronisasi
Sinkronisasi merupakan masalah yang timbul hanya pada jaringan digital. Akan tetapi dengan adanya jaringan digital yang dijadikan satu atau yang menjadi satu (integrated) dengan jaringan analog, maka sinkronisasi merupakan salah satu parameter transmisi dalam jaringan telekomunikasi. Transmisi dan Switching bit-bit informasi dalam network disalurkan pada frekuensi tertentu, bit rate, yang dihasilkan oleh clock pada sentral. Jika setiap clock dioperasikan secara independen, maka frekuensi output masing-masing akan berbeda karena adanya perbedaan setting clock, yang nantinya akan menimbulkan slip.

Efek dari Slip : Berbeda-beda untuk tiap bentuk data, seperti ; 1. Pada sinyal suara yang dikodekan dalam bentuk PCM, akan menghasilkan noise pulse pada bentuk sinyal analognya (setelah didecodekan) 2. Pada Common Channel Signalling, terjadinya slip hanya akan menimbulkan delay pada sinyal , namun umumnya tidak mempunyai pengaruh yang significant terhadap fungsi signalling dalam network. 3. Pada Transmisi Data (kanal 64 kbit/s), data-blocks akan dianggap faulty, sehingga perlu retransmission yang berakibat adanya delay. 4. Pada Facsimile, slip akan mempengaruhi letak garis (line) dari gambar (tulisan) hasil scan disisi receiver .

Clock. Adalah sebuah sumber frekuensi yang dipasangkan dengan sebuah divider atau counter, menghasilkan suatu time base untuk mengontrol timing dari jaringan switching yang menggunakan sentral digital. Parameter Clock 1. Accuracy adalah parameter yang menunjukkan tingkat korespondensi antara frekuensi suatu clock dengan frekuensi standar primer. 2. Stability adalah parameter yang menunjukkan suatu tingkat keadaan clock dalam (akan) menghasilkan frekuensi yang sama setelah perioda waktu tertentu yang kontinuitas.

Jenis - Jenis Clock. Atomic Clocks, ada 2 tipe : 1. Cesium Clock, memiliki stabilitas short-term yang terbatas (untuk perioda waktu ratusan detik), namun memiliki stabilitas long-term yang sangat tinggi 2. Rubidium Vapor Cell, lebih disukai ditinjau dari segi cost dan size, memiliki stabilitas long-term satu tingkat dibawah cesium clock. Quartz Crystal, merupakan sumber utama frekuensi untuk banyak aplikasi. Bentuknya paling simple, sangat andal dan sangat ekonomis. Memiliki stabilitas long-term beberapa tingkat dibawah atomic clock.

26

Penyebab Slip : 1. Imperfect Clock, Akurasi dan Stabilitas yang terbatas akan meningkatkan perbedaan phase yang terjadi, yang nantinya akan menimbulkan slip. 2. Transmission delay Variations, perbedaan phase muncul karena jarak dan perubahan temperatur, terutama pada sistem komunikasi satelit. 3. Jitter, merupakan fluktuasi yang tidak diinginkan pada arrival times dari bit pada exchange terminal. Ditimbulkan oleh peralatan pada link transmisi.

Metoda Sinkronisasi Jaringan. Ada beberapa macam cara sinkronisasi jaringan. hakekatnya dibagi dalam dua bagian besar yaitu : Operasi Plesiochronous Operasi Synchronous. Pada

Selanjutnya Operasi Synchronous dibedakan lagi menjadi : Sinkronisasi Despotik, terdiri dari :

tersebut

diatas

dapat

Penggunaan dari macam-macam cara tersebut dengan sendirinya akan tergantung kepada berbagai hal yaitu : Luas atau ukuran jaringan Topologi atau bentuk jaringan Jarak antar sentral Macam media transmisi Harga peralatan sinkronisasi Kompleksitas sistem Keandalannya

Sinkronisasi induk-anak (Master-Slave) Sinkronisasi induk-anak hirarkis External Reference Sinkronisasi Timbal-Balik (Mutual), terdiri dari : Sinkronisasi Single Ended Control Sinkronisasi Double Ended Control Masing-masing cara sinkronisasi tersebut keuntungan dan kerugian masing-masing. mempunyai

Pemeliharaannya.

27

Kerugian : Harga tinggi untuk very stable clocks Aplikasi yang sesuai : Hubungan antar sentral-sentral International Kompleksitas sistem secara keseluruhan sangat rendah. Masing-masing sentral mempunyai clock yang bebas satu sama lain, akan tetapi mempunyai frekuensi nominal yang sama. Bila ada perubahan pada frekuensi clock, perubahan tersebut masih terdapat dalam batas-batas tertentu. Clock tersebut biasanya adalah Clock Cesium (Cs) Dengan mempergunakan clock reference pada pusat reference, dapat dilakukan pemeriksaan dan penyesuaian clock secara rutin.

Cara Sinkronisasi Plesiokron. Keuntungan : Tidak ada masalah dengan stabilitas jaringan Mudah Implementasinya.

Kerugian : Masalah keandalannya yang kurang Masalah kebutuhan stabilitas dari clock yang tinggi Aplikasi yang sesuai : Jika sentral yang dihubungkan jumlahnya sedikit Bentuk dari jaringan adalah berbentuk star network Jarak antara masing-masing sentral tidak jauh. Kompleksitas sistem secara keseluruhan rendah. Dengan cara sinkronisasi ini, clock anak akan dikendalikan oleh clock induk. Clock induk mempunyai hirarki yang lebih tinggi dari pada clock anak.

Cara Sinkronisasi Induk-Anak Keuntungan : Tidak ada masalah dengan stabilitas jaringan Mudah diimplementasikan

28

Kerugian : Sistem yang cukup kompleks Memerlukan kemampuan sinyal ekstra Aplikasi yang sesuai : Jika sentral yang dihubungkan jumlahnya cukup banyak Bentuk jaringan adalah berbentuk star network atau mata jala Jarak antara masing-masing sentral tidak begitu jauh. Kompleksitas sistem secara keseluruhan sedang. Cara Sinkronisasi Induk-Anak Hirarkis Keuntungan : Keandalan sistem yang tinggi Dalam sinkronisasi ini, terdapat lebih dari satu induk. Back up Induk akan menggantikan Induk yang lainnya ketika dalam masa perbaikan.

Kerugian : Keandalan sistem merupakan masalah besar. Aplikasi yang sesuai : Jarak antara masing-masing sentral berjauhan. Kompleksitas sistem secara keseluruhan rendah. Dalam sinkronisasi ini, induk berasal dari external. Cara Sinkronisasi External Reference Keuntungan : Paling mudah di implementasikan.

29

Kerugian : Mempunyai masalah stabilitas jaringan. Tergantung pada variasi delay. Aplikasi yang sesuai : Jika sentral yang dihubungkan jumlahnya banyak Bentuk jaringan adalah berbentuk mata jala Jarak antara masing-masing sentral agak jauh. Kompleksitas sistem secara keseluruhan tinggi Untuk menghasilkan frekuensi clock yang sama diseluruh jaringan dilakukan dengan cara interaksi timbal balik dgn clock lainnya

Cara Sinkronisasi Single Ended Control Keuntungan : Keandalan sistem yang tinggi Harga clocknya lebih murah

Kerugian : Mempunyai masalah stabilitas jaringan. Memerlukan kemampuan pensinyalan ekstra Aplikasi yang sesuai : Jika sentral yang dihubungkan jumlahnya banyak Bentuk jaringan adalah berbentuk mata jala Jarak antara masing-masing sentral jauh. Kompleksitas sistem secara keseluruhan sangat tinggi Cara Sinkronisasi Double Ended Control Keuntungan : Keandalan sistem yang tinggi Harga clocknya lebih murah Tidak tergantung dari variasi delay. Cara sinkronisasi ini hampir sama dengan tipe Single Ended Control.

30

Perencanaan Jaringan
Teknologi telekomunikasi berhubungan dengan sistem yang kompleks, yang sudah ada maupun yang sedang direncanakan. Karena ukurannya yang besar dari sistem ini maka jarang sekali para ahli itu mengetes suatu sistem yang lengkap sebelum dipasang. Pertumbuhan dari jaringan telekomunikasi dipengaruhi oleh perilaku (behaviour) dari pelanggannya. Ini tergantung dari : Faktor ekonomi Daya beli masyarakat GNP Perkembangan Daerah Perkembangan kota ataupun regional.

Perkiraan dari arah pertumbuhan yang akan datang sangatlah penting untuk perencanaan jangka panjang. Selain itu diperlukan juga data-data dari perkembangan tahun-tahun sebelumnya, ini untuk memperkirakan gambaran pertumbuhan mendatang. Oleh karena itu permasalahan utama yang timbul dalam perencanaan jaringan telekomunikasi adalah memperkirakan jumlah calon pelanggan nantinya. Cara untuk memperkirakan jumlah pelanggan ada beberapa metoda yaitu : Trend Method Metoda ini menetapkan bahwa kenaikan jumlah pelanggan dalam setiap tahun adalah sama besarnya. Metoda Perbandingan Metoda ini menetapkan bahwa kenaikkan jumlah pelanggan dapat dibandingkan dengan kenaikkan jumlah pelanggan di kota lain atau negara lain yang keadaanya sama atau mirip pada waktu yang lampau.

Metoda Matematis Metoda ini memakai rumus matematika yang diturunkan oleh C. Lancond dan M. Docummen, yaitu sebagai berikut : d = A/N . P P = ( 1 + tanh (wt-k)) dimana : A = jumlah sambungan pelanggan saat sekarang. N = jumlah penduduk w = faktor kenaikan GNP t = waktu yang diperkirakan k = konstanta yang ditentukan berdasarkan perkembangan pelanggan sebelumnya. Metoda Ekonomis Metoda ini hampir sama dengan metoda matematis yaitu dengan memakai rumus. Akan tetapi ditekankan disini adalah pendekatannya diambil dari faktor ekonomi sebagai berikut :

Y = f (x, z) + P Y = ukuran jumlah pelanggan yang akan datang x, z = variable, yakni faktor ekonomi, sosial yang berpengaruh seperti : - GNP - Persentase populasi dalam industri/perdagangan - Distribusi dari Income - Struktur ekonomi setempat P = variable yang tidak terpengaruh oleh variable x, z.

31

Perencanaan Jaringan Lokal Pada perencanaan jaringan lokal tidaklah cukup jika diketahui pola pertumbuhan pelanggan atau perkiraan jumlah pelanggan yang akan datang saja. Karena ini hanya akan menentukan jumlah peralatan yang harus disediakan saja, sedangkan perencanaan jaringannya belum dapat dilakukan. Oleh karena itu masih diperlukan faktor lain yaitu perkiraan dari letak atau lokasi dari pelanggan yang akan datang. Istilah-Istilah dalam Perencanaan. Block Forecast : Lokasi pelanggan sekarang Lokasi pelanggan yang menunggu Lokasi pelanggan yang akan datang First Number Subscribers: Jumlah pelanggan sekarang + jumlah pelanggan yang menunggu + jumlah pelanggan tahun pertama

Saturation Number : Jumlah pelanggan sekarang ditambah jumlah pelanggan yang akan datan yaitu jumlah maksimum Subscriber Density : Jumlah pelanggan per unit luas atau per unit panjang kabel Initial Requirement : Keperluan kabel primer/sekunder/duct dan alat-alat lain untuk memenuhi first number of subscribers. Fill Up Number Jumlah pelanggan yang mempergunakan/mengisi kabel yang tersedia. Demand Density Jumlah kebutuhan satuan sambungan per unit luas.

Penentuan Letak Sentral Switching. Letak sentral switching harus direncanakan sedemikian rupa sehingga biayanya semurah mungkin. Ini berarti bahwa jika menggunakan kabel, maka panjang kabel adalah sependek mungkin. Ada beberapa cara untuk menentukan letak sentral switching. Namun pertama-tama diadakan adalah demand survey, yang bertujuan untuk mengetahui jumlah pelanggan dan lokasinya. Setelah itu baru diadakan penentuan letak sentralnya. Cara menentukan letak sentral switching Penentuan titik berat Jaringan Dengan demand survey dapat diketahui kepadatan pelanggan, dengan demikian dapat ditentukan titik berat jaringan, yang akan menjadi letak sentral. Penentuan titik berat dilakukan dengan mempergunakan peta kepadatan pelanggan.

2 4 6 2 3 17

1 3 5 5 1 2 17 34

5 2 4 5 4 2 4 2 28 62

1 2 3 4 2 12 74

1 1 2 76

8 3 9 18 20 5 11 2

11 20 38 58 63 74 76

32

Daerah dimana akan direncanakan jaringan dibagi atas daerahdaerah kecil (kotak-kotak). Dalam daerah tersebut ditulis jumlah pelanggan yang diperkirakan akan terdapat dalam jangka waktu yang telah ditentukan, kemudian dijumlahkan menurut baris dan kolom. Titik berat dari jaringan adalah perpotongan dari jumlah akumulasi baris dibagi 2 dengan jumlah akumulasi kolom dibagi 2. Titik berat tersebut adalah letak dari sentral switching, dimana merupakan lokasi yang menggunakan kabel sependek mungkin. Perencanaan Jaringan Interlokal Pada dasarnya perencanaan untuk jaringan interlokal hampir sama dengan perencanaan untuk jaringan lokal, yaitu hanya terdiri dari dua masalah besar yaitu : Masalah teknis Masalah ekonomis

Yang termasuk dalam masalah teknis, misalnya adalah : Dapat atau tidaknya dilaksanakan perencanaan itu Mudah atau sukarnya pelaksanaan pemeliharaan dari peralatan yang dipasang Mungkin atau tidaknya peralatan yang dipasang untuk pengembangan lebih lanjut, jika diperlukan. Sedangkan yang menjadi masalah ekonomis hanyalah bagaimana agar biaya semurah mungkin.

Interkoneksi
Regulasi. Regulasi Telekomunikasi adalah suatu batang tubuh peraturan, hukum, norma-norma dan prosedur yang mengatur perilaku ekonomi dari perusahaan yang bergerak dibidang industri telekomunikasi. Pembentukan kembali regulasi berorientasi pasar dalam sektor Telekomunikasi telah lazim dalam dunia industri selama lebih dari 2 dekade. Saat ini, telah menjadi fenomena yang berkembang diseluruh dunia sebagai gerakan global menuju liberalisasi pasar telekomunikasi. Interkoneksi merupakan isu regulasi yang paling bergema untuk keberhasilan pengembangan suatu lingkungan kompetitif dalam sektor telekomunikasi.

Definisi Interkoneksi. Pengaturan secara teknis dan ekonomis/komersial dimana service providers dapat mengconnect-kan peralatan, network dan services mereka untuk membuat customers mereka mendapatkan access ke customers, services dan networks dari service providers lainnya. ITU, "Interconnection: Regulatory Issues" Fourth Regulatory Colloquium, Geneva 19-21 April 1995. Interkoneksi merupakan hubungan secara physical dan logical dari public communications networks yang bisa digunakan oleh user dari company yang sama/berbeda untuk berkomunikasi dgn user dari company yang sama/berbeda atau mengakses layanan yang disediakan oleh company lainnya. Berarti any subscriber in any network having access to any other subscriber in a different network. Interkoneksi adalah tipe akses yang spesifik yang diterapkan diantara public network operators

33

1. Interpretive and general provisions.

Pengaturan Interkoneksi. Pengaturan Interkoneksi adalah perjanjian yang mengikat secara hukum antara provider yang berinterkoneksi. Merupakan suatu contract yang menyatakan hal-hal pokok tentang obligasi dan responsibilities dari tiap pihak berkaitan dg layanan interkoneksi. Dokumen kontrak biasanya tebal sekali, dengan section dan annex yang berbeda, yang berkaitan dengan aspek commercial, technical, operational dan penyelesaian perselisihan dalam hal interkoneksi. Walaupun ada variasi dalam tiap interconnection agreement, terdapat elemen-elemen yang selalu dimasukkan ke dalam interconnection agreements pada umumnya. These elements have been summarized in table 3-1 of the Telecommunications Regulation Handbook

2. The scope of interconnection. 3. Points of interconnection and interconnection facilities. 4. Network and facility changes. 5. Traffic measurement and routing. 6. Infrastructure sharing and collocation. 7. Billing. 8. Quality of service, performance and trouble reports. 9. Interchange and treatment information. 10. Equal access and customer transfer. 11. Ancillary services (layanan tambahan) 12. Termination. 13. Other provisions.

INTERCONNECTION: AN HISTORICAL PERSPECTIVE Interkoneksi pada Era Monopoli. Interkoneksi sama tuanya dengan telecommunication itu sendiri. Sebelumnya, hanya relevant telekomunikasi utk international. PTTs memonopoly seluruh network mereka yang dimasukkan ke dalam cooperative agreements untuk joint provision of services. The first generation of competitors: Interkoneksi tradisional antara the incumbent PSTN operator dan new inter-exchange operators: (mainly long distance competitive operators) Kompetisi berawal pada tahun 1980an di United States setelah AT&T dipecah, dan kemudian di sejumlah besar negara di dunia, Interkoneksi menjadi suatu arrangement yang perlu bagi new entrants untuk menawarkan services mereka. New entrants membutuhkan access ke essential facilities dari the incumbent untuk menjangkau customers mereka.

The second generation of competitors: Kompetisi diantara networks. Dengan perkembangan teknologi telekomunikasi yang baru seperti mobile cellular, cable TV, satellite dan the Internet, new operators menggunakan networks yang berbeda muncul pada situasi membutuhkan interconnection dan interoperability. Interconnection antara competing networks menjadi the new form of interconnection. Bentuk Interkoneksi ini menghasilkan tantangan yang berbeda bagi regulators. Convergence and interconnection of the future: Konvergensi telekomunikasi, computing dan aplikasi multi media membuka tantangan baru bagi regulators. Kehadiran konvergensi hanya memperbesar pentingnya interconnection. Perkembangan teknologi telah membawa kepada konvergensi diantara teknologi telekomunikasi yang berbeda seperti fixed-line dan mobile communications serta diantara communications dan broadcasting networks.

34

Konvergensi teknologi telah meningkatkan market convergence, dimana service providers dalam sectors yang berbeda berkompetisi untuk menyediakan suatu set converged services yang baru . Interconnection: The Key to sustainable competition Terdapat suatu hubungan dua arah antara Interkoneksi dan kompetisi : Kompetisi yang sustainable membutuhkan Interconnection. Interkoneksi yang fair dan equitable menimbulkan Kompetisi. Isu interkoneksi semakin menguat ketika bentuk monopoli pada suatu pasar bukan lagi suatu aturan . Dengan dikenalkannya Kompetisi, menjadi jelas dibutuhkannya aturan yang mengikat secara umum dan aturan interkoneksi secara khusus untuk menjamin bahwa kompetisi berjalan effectively.

Agar Kompetisi menjadi sukses dari segi peningkatan keuntungan (benefits) secara maksimal bagi consumer dan Inovasi pada pasar Telekomunikasi, provider yang bersaing untuk consumer harus menyediakan akses ke consumer mereka, kepada kompetitornya. Shared access ke customers terjadi melalui Interconnection, dan Akses ke seluruh customers diperlukan baik untuk keberhasilan pada keadaan awal dan continued competition. Jika the incumbent, dengan jumlah customers yang sangat banyak, tidak interconnect dengan new entrants, hampir tidak mungkin bagi the new entrants untuk berjalan secara ekonomis "

Kebijakan Interconnection adalah kunci bagi keberhasilan penerapan kompetisi dalam telecommunications markets.

Penetapan Interkoneksi yang baik juga menghasilkan pengembangan infrastructure yang, menyediakan incentives yang tepat bagi operators untuk membangun networks mereka dan menggunakan use parts dari other networks. Kebutuhan Interkoneksi yang tidak tepat, pada satu sisi, dapat menjadi suatu halangan untuk menuju keadaan yang kompetitif, mengurangi investasi pada new infrastructure dan menghilangkan keadaan innovative dan pilihan layanan yang attractive"

Tanpa framework interconnection yang effective, the dominant players pada suatu market dapat menunda atau menentang adanya kompetisi. Effective competition menghasilkan lower prices dan better services. Selanjutnya menghasilkan inovasi dan meningkatkan the performance of operators. Dengan kata lain, effective competition menyediakan market incentives bagi telecommunication infrastructure development. Terdapat bukti yang tidak terbantahkan tentang keuntungan kompetisi bagi perkembangan network. Contoh pada negara Maroko

35

Interconnection: The key to interoperability of networks. Interconnection memungkinkan interoperability of networks and applications. What is interoperability? Adalah suatu kemampuan dari dua atau lebih sistem untuk berinteraksi bersamaan antara satu dengan lainnya berkenaan dengan suatu metoda yang ditetapkan untuk mendapatkan suatu hasil yang dapat diprediksi; Kemampuan dari sistem yang beragam yang dibuat oleh different vendors untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya sehingga tidak membuat major adjustments dengan adanya perbedaan products atau services;

Kompatibilitas diantara systems pada specified levels of interaction, termasuk physical compatibility" (reference: Kerrey B. (1995) Communication Interoperability Act of 1995 U. S. Senate, S. 710). Interconnection memungkinkan bagi multiple networks untuk bekerja sebagai satu sistem. Hal ini membuat users mendapatkan end-to-end services. Juga menikmati seamless telecommunications services tanpa melihat pada network mana mereka dikoneksikan. Walaupun perhatian awal dari kebijakan interkoneksi adalah untuk menjamin fair competition antara incumbent operators dan new entrants, Tujuan utama dari Interkoneksi adalah memuaskan kebutuhan end-users. The ultimate beneficiaries of a fair interconnection policy are customers

Interconnection adalah suatu hal yang kompleks, mulai dari masalah teknis dan prosedur sampai dengan masalah komersial, khususnya price. There is no single interconnection model. Pemegang regulasi menggunakan pendekatan yang berbeda untuk masing-masing negara, bergantung dari keadaan negara tersebut seperti : The degree of network development, Market conditions, The level of institutional development, and The broad approach to telecommunications policy. Meskipun demikian, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang diterima secara luas berkaitan dengan Interkoneksi. Awalnya diterbitkan oleh WTO Reference Paper berisikan guidelines for telecommunications regulation including interconnection principles.

Prinsip-Prinsip Interkoneksi: PRINCIPLE 1: TRANSPARENCY Permintaan terhadap public accessibility dan penyebaran information terhadap interconnection telah meningkat dengan adanya competition. Sehingga kebutuhan transparent interconnect rules dan procedures telah menjadi international priority pada global liberalization of the telecommunication sector. Why is transparency important? Immediate benefits: Transparency guarantees effective competition Pada tahap awal kompetisi pada suatu negara, incumbents biasanya punya keinginan untuk menyimpan important information dari competitors. Transparency bertindak sebagai guarantee penyediaan potential new market entrants dengan sufficient information untuk mendorong mereka untuk terjun ke market.

36

Transparency lebih lanjut menghindarkan provider yang less market power dari tindakan sewenang-wenang yang tidak terdeteksi dari pihak yang dominant, jika interconnection arrangements diperlakukan purely confidential commercial arrangements. Jenis arrangement ini akan mengakibatkan kerugian bagi new entrants seperti; high charges, limited functionality of the types of interconnection offered, failure to provide key information about important elements and parts of the incumbent's network and other terms that hinder competition. Tidak adanya transparency, information yang tidak lengkap dapat dimanipulasi dan Kompetisi menjadi tertunda as with Mexico's initial experience in introducing competition

Keuntungan Transparansi lainya adalah Publikasi dari perjanjian interkoneksi membantu regulators dan policy makers untuk membandingkan interconnection rates, terms and conditions. Transparency juga membantu dalam mengembangkan industry standards and benchmarks sebagaimana halnya praktek yang baik pada sisi operational and administrative . Article 9 of the European Commission Access Directive menyatakan adanya kewajiban all operators untuk memberikan informasi yang terkait dengan Interkoneksi, antara lain : Accounting information; Technical specifications; Network characteristics; Terms and conditions for supply and use and prices.

PRINCIPLE 2: NON-DISCRIMINATION Definition Menurut article 8 of the European Commission Access Directive, merupakan suatu kewajiban bagi operators untuk menerapkan equivalent conditions in equivalent circumstances to other undertakings providing equivalent service, and provide services and information to others under the same conditions and of the same quality as it provides for its own services, or those of its subsidiaries or partners". Tujuan non-discrimination adalah mencegah incumbent operators dari perbuatan menetapkan beberapa interconnecting firms pada suatu competitive disadvantage.

Terdapat 2 bentuk discrimination yang cendrung dilakukan oleh major operator ketika menawarkan interconnection kepada new entrant: Discrimination regarding interconnection in favour of its own activities in a secondary market, and Discrimination for interconnection between different operators in comparable positions. Tiap bentuk diskriminasi memberikan tantangan yang berbeda bagi the regulator.

37

PRINCIPLE 3: COST-ORIENTATION: Definisi cost-based interconnection: Interconnection pricing adalah biaya access yang harus dibayar oleh operators untuk menggunakan/mengakses networks dari other operators. Cost-based interconnection berarti biaya access price mencerminkan cost sehubungan dengan penyediaan access service. Seperti costs untuk penyediaan capacity for switching and transmission untuk mengakomodasi traffic antara different networks. They also include the usual business costs such as accounting, management and legal costs.

Suatu study yang dilakukan oleh Coudert Brothers for European Commission: Competition Aspects of Interconnection Agreements in the Telecommunications Sector (Ed. 1995) Catalogue No: CM-90-95-801-EN-C, menyatakan ada 5 types of costs untuk membangun interconnection: Start-up costs: These are one-time costs incurred to bring about the necessary modifications to the network, software modification of switches and procedures to allow for the seamless transfer of calls between interconnected networks. Connection costs: The cost of establishing and maintaining the physical link between the interconnecting networks including the provision on interconnecting circuits, interfaces and signaling connections.

Access costs: The cost of operating and maintaining local switches and the networks of overhead and underground wires and cables that connect customers residing in each local exchange to the local switch. Traffic switching and transmission costs: These costs are associated with handling the traffic between networks. It covers switching, transmission, signalling and all costs resulting from these services such as hardware answer supervision and database queries and other traffic management functions. Supplementary and ancillary services costs: The costs related to the provision of services over and above the provision of physical connection such as billing and collection services.

Level of interconnection charges menentukan kelangsungan hidup competition. The regulatory principle of cost-oriented interconnection charges sangat penting karena mencegah incumbent menaikkan interconnection charges menutupi konsekuensi finansial dari competition dan melindungi monopoly profits mereka. Juga menjamin new entrants untuk dapat survive dan memiliki kesempatan untuk memperlihatkan efficiency dan kemampuan service mereka. Biaya interconnection yang tinggi akan meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan oleh customers. Penetapan interconnection charges merupakan masalah utama bagi regulators dan akan berbeda-beda untuk tiap negara.

38

Penetapan Perjanjian Interkoneksi


Suatu penelitian terhadap skema regulasi suatu negara menunjukkan adanya variasi pendekatan dalam menetapkan perjanjian interkoneksi Perbedaan utama pendekatan tersebut adalah sejauh mana intervensi regulator dalam prosedur interkoneksi. Beberapa negara memilih adanya strong regulatory intervention untuk men-set the terms of interconnection, dimana negaranegara lainnya memilih the commercial negotiation approach .

THE COMMERCIAL NEGOTIATION APPROACH Pada jenis ini, interconnection diserahkan seluruhnya pada commercial negotiation antara interconnecting parties tanpa adanya pengawasan regulator. Sebagaimana halnya perjanjian komersial lainnya, ini berhubungan dengan general commercial dan competition laws (kalau ada). Ketika adanya perselisihan akan berujung ke pengadilan. Tidak akan berjalan pada tahap awal dari kompetisi. Sehingga suatu effective interconnection membutuhkan an effective regulator's intervention.

Advantages of the commercial approach Secara umum, free negotiation oleh industry players merupakan the preferred approach. Sebagai alasan, yang mengerti lebih baik tentang the technicalities of interconnection adalah the operators itu sendiri. Tambahan lainnya, the negotiation sesuai dengan kebutuhan commercial dari masing-masing pihak dan melindungi the confidentiality of commercial information. Disadvantages of the commercial negotiation approach The commercial negotiation approach membuat market powers bebas untuk beroperasi. Bergantung pada general legal system sebagai resolusi atas perselisihan merupakan proses yang lambat dan mahal. Adanya penundaan menguntungkan the incumbent pada umumnya.

Peranan Regulator An important distinctive feature of the interconnect arrangement is that incumbents memiliki bargaining power yang lebih besar dari pada new entrants. Pada tahap awal kompetisi network services di beberapa negara, regulator memiliki peranan yang crucial dalam keberhasilan untuk mengubah bentuk monopoly menjadi competitive market. Regulasi yang Proactive pada interconnection diperlukan bagi competitive markets untuk dapat tercipta dan berkelanjutan secara efektif.

39

Beberapa Skenario Intervensi Regulator Tanpa itu, perjanjian Interkoneksi hanya mencerminkan keadaan market power of the players pada saat negotiation dan digunakan oleh powerful operators untuk menciptakan artificial barriers to entry dan membentuk peluang kompetisi bagi keuntungannya sendiri. Pada banyak kasus, incumbent operators tidak memiliki keinginan utk negosiasi dan bekerja sama dengan new entrants. An incumbent or dominant provider memiliki strategic interest untuk membatasi interconnection agar meminimalisir competitors pada marketnya. EX ANTE INTERVENTION Regulator berperan sebelum dimulainya negosiasi untuk menciptakan general frameworks. Tingkat intervensi regulator berbeda untuk masing-masing negara. Pada beberapa negara, peranan regulator berhenti sampai dengan penyediaan general guidelines bagi interconnection, atau setting a deadline bagi negotiation, Pada kasus lainnya, regulator memiliki pendekatan dengan peranan yang lebih aktif dalam setting the terms of interconnection yang harus dimasukan oleh operators dalam perjanjian mereka. Pada pendekatan ini regulator menciptakan guidelines yang mengikat bagi interconnection agreements yang dapat diterima

Contoh Proses Interkoneksi pada Kolombia Beberapa international dan regional guidelines for interconnection telah dikembangkan antara lain : The WTO Reference Paper on Regulatory Principles The APEC framework on interconnection The EU framework on interconnection Beberapa prinsip yang termasuk dalam guidelines antara lain : Interconnection should be made available on fair terms; Interconnection charges should generally be cost-based; and Interconnection should be made available at any technically feasible point in the network.

Comisin de Regulacin de Telecomunicaciones (CRT)

40

The Reference Interconnection Offer Approach Many regulatory frameworks require the incumbent carrier or dominant players to publish a reference interconnection offer. The RIO mengandung important information tentang bagaimana keinginan dari incumbent dalam menyediakan interconnection. Pada umumnya tidak details, melainkan berupa ringkasan yang mudah dan straightforward. RIO ini harus disetujui dulu oleh Regulator. RIO antara lain berisikan Lokasi geografi dari points of interconnection; Daftar sentral yang tersedia untuk interconnection including the local exchange, tandem exchange and international exchange; Technical options bagi interconnection,

Link Interconnection termasuk types dari transmission links, waktu implementasi dan tingkat quality of service untuk interconnection links; Type service yang ditawarkan termasuk call termination, call origination and transit switching; Level tariff dari services yang ditawarkan berikut metoda charging yang digunakan; Spesifikasi Technical interface termasuk transmission interface dan signalling interface; Quality of service yang diukur berdasarkan percentage of successful calls; Layanan bantuan termasuk emergency and operator services; Advanced services, termasuk call forwarding, caller identification number portability and operator portability; General conditions, e.g., prosedur yang mengatur perubahan pada standard terms and conditions.

EX-POST INTERVENTION Pada pendekatan ex post, regulator mengintervensi setelah kedua pihak mencapai agreement dalam interconnection. Pada beberapa kasus, regulator dibutuhkan untuk meng-approve agreement karena dalam regulasi interconnection atau legislation, tidak ada agreement yang berlaku tanpa adanya persetujuan dari regulator. Kebanyakan kasus, regulator intervensi hanya pada keadaan dimana kedua pihak gagal mencapai agreement. Approving interconnection agreements Banyak negara telah menyokong commercial negotiation approach bagi kedua pihak, juga dibutuhkannya regulator's approval. Pada kasus ini, regulator sebagai pemberi kata akhir dalam prosedur interconnection dan mendapatkan kesempatan untuk memeriksa final agreement.

Contoh Prosedur pada Negara Lain. Interconnection procedure in Australia Penentuan terms dan conditions pada interconnection merupakan masalah utama dari commercial negotiations, namun Australian Competition and Consumer Commission (ACCC) didirikan tahun 1974 oleh Trade Practices Act memainkan peranan penting dalam menentukan kepantasan dari terms dan conditions serta penengah dalam perselisihan tentang terms and conditions of access. Interconnection Procedure in Morocco - Dalam Article 8 of Law 24-96 and Law Decree No 2-97-1025 of 25 February 1998 tentang interconnection of telecommunications networks, negosiasi interconnection merupakan masalah commercial yang didasarkan pada general guidelines tentang aturan interconnection. The agreement sudah harus diserahkan ke regulator ANRT tidak lebih dari 30 days setelah kesepakatan.

41

Penyelesaian Perselisihan pada Perjanjian Interkoneksi Terdapat kepentingan komersial yang dipertaruhkan dalam setiap negosiasi interconnection. Tiap pihak mempunyai kebutuhan yang berbeda dan prioritas yang berbeda. Tiap pihak mempunyai incentive untuk memaksimalkan profit dan meminimalisir losses. Walaupun legislative dan regulatory framework utk interconnection cukup detail, the framework tak dapat mencakup dan menimbang issues yang mungkin muncul pada negosiasi. Perselisihan antar pihak dan kegagalan mencapai acceptable agreement merupakan kejadian umum. Terdapat 4 tempat yang biasa digunakan untuk menyelesaikan perselisihan interconnection: Penyelesaian oleh pengadilan Penyelesaian oleh badan urusan competition; Penyelesaian oleh arbitration; Penyelesaian oleh Badan Regulasi Telekomunikasi Nasional.

Aspek-Aspek Interkoneksi
Dari seluruh aspek yang ada, pembebanan interkoneksi merupakan yang paling complicated. Hal yang menjadi sebab terjadinya perselisihan antar operators dan ketidaksepakatan dalam perhitungan ekonomi. Bagi para regulator dan pembuat kebijakan dalam menetapkan aspek finansial dapat menjadi suatu hal yang sangat sulit. Pembebanan Interkoneksi tidak pernah merupakan hasil dari perhitungan matematika saja, karena berkaitan dengan pemilihan standard, proses dan metoda. Pilihannya tidak bersifat netral, didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai oleh regulator dan kebanyakan kasus, tergantung dari kondisi ketersediaan data yang spesifik dan bervariasi sesuai dengan layanan yang disediakan provider.

Aspek Finansial dan Komersial. Pembebanan Interkoneksi Terdapat sedikitnya 4 pendekatan interkoneksi. untuk pembebanan

Bill and Keep Pada pendekatan ini, operators tidak mengenakan biaya atas layanan interkoneksi yang diterima. Operator yang menagih bills customernya, mendapatkan (keeps) semua nilai tagihan tersebut. Sistem ini hanya dapat dijalankan dengan beberapa kondisi yang harus dipenuhi: Terdapat suatu balance pada traffic flows antar operator yang berinterkoneksi. The network costs are similar. Operator menyetujui adanya suatu mekanisme kompensasi atas traffic yang tidak balance.

Tanpa kondisi yang ditetapkan, pendekatan bill and keep hanya akan mengakibatkan perlambatan dalam pengembangan network dari new entrants yang memiliki volume traffic lebih rendah daripada the incumbent. Bill and keep, dikenal juga sebagai sender keeps all, merupakan mekanisme yang mudah diimplementasikan dan tidak memerlukan studi biaya yang komplex. Price sharing Pada mekanisme ini didasarkan pada harga retail yang dibebankan pada end users, tergantung discounts yang ditetapkan diantara operator. Harga retail dari tiap interconnected call dibagi antar operator berdasarkan percentage yg telah ditetapkan. Meskipun mudah diimplementasikan, pendekatan ini hanya bekerja pada kasus dimana harga dibatasi dan tidak terkait dengan cost. Kerugian dari pendekatan ini adalah pengurangan harga retail tak dapat dikaitkan terhadap cost.

42

Revenue sharing Operator membayar persentase revenue (pendapatan) yang diperoleh dari interconnected services, yang besarnya sesuai dengan kesepakatan. Additional charges juga dapat diterapkan.. Pada banyak kasus, regulators menetapkan revenue sharing sampai kondisi competition terbentuk secara penuh. Korea, interconnection antara fixed and mobile networks dimulai revenue sharing basis. Pihak regulator menetapkan cellular suppliers mendapatkan 70% pendapatan calls yang menuju network mereka dan fixed carriers mendapatkan 30% nya. Pengaturan ini digunakan selama masa transisi sampai fase pembangunan mobile network selesai. Awal thn 2000 mekanisme ini digantikan dengan cost based arrangements.

Cost based Approaches: Dari seluruh pendekatan yang ada, pembebanan Interkoneksi dengan pendekatan cost based telah menjadi metoda yang terbaik untuk menuju suatu kondisi competitive. Cost-based interconnection menunjukkan economic costs dari interconnection dan metodanya sangat compatible dengan competitive markets. Cost based interconnection prices membuat biaya efisien secara economis, dimana akan menjadi fair bagi incumbents and new market entrants, dan menciptakan keadaan yang competitive.

Variasi pada Cost-Based Approach Secara umum terdapat 2 metoda standar yang utama : Fully Allocated Cost Pendekatan ini adalah suatu aturan yang mengalokasikan dan mendistribusikan total network costs ke network services. Dalam pendekatan ini, total cost untuk menyediakan service, termasuk historical dan depreciated investment costs, yang dibagi dengan volume service yang disediakan. Dengan metoda ini, new entrant diharuskan berkontribusi kepada cost of capital assets yang ditentukan berdasarkan original cost, juga memasukan nilai depreciation untuk mendapatkan rate of return. Historical cost merupakan nilai pembelian dan instalasi facilities dan equipment sebagaimana personnel costs, biasanya ditentukan dari accounting records.

Metoda ini telah dikritik, bahwa tidaklah menunjukan suatu metoda yang reliable untuk menghitung cost, karena didasarkan pada historical accounting of costs. Historical accounting tidak memperlihatkan perubahan pada current dan future costs, dan merefleksikan inefisiensi pada operational atau technological dari incumbent. Inefisiensi ini dibebankan ke interconnecting operator. Long Run Forward Looking Incremental Costs Model Long run incremental pricing didasarkan pada perhitungan biaya penyediaan unit layanan tambahan selama masa operasi berlangsung. Analisa Forward-looking cost mengidentifikasi costs yang akan terjadi selama periode yang real atau theoretical future. Incremental cost adalah extra cost yang ditambahkan ke dasar pembiayaan yang ada, yang dibutuhkan untuk menyediakan suatu peningkatan tambahan dari suatu layanan

43

Struktur Pembebanan Interkoneksi Pendekatan ini merefleksikan dengan baik keadaan dari pada competitive markets. Memiliki keuntungan dalam menentukan rates yang menfasilitasi competition yaitu menyediakan analytical tools yang membantu dalam penentuan cost dalam competitive markets berdasarkan cost keadaan sekarang dari operator yang menggunakan teknologi modern yang efisien. Atau dengan kata lain, LRIC charging mengharuskan incumbent untuk memungut biaya akses ke network mereka, berdasarkan asumsi bagaimana bentuk network mereka sekarang ini jika dibangun dengan cara yang lebih efisien. Terdapat beberapa variasi antara lain : Long Run Average Incremental Cost (LRAIC) Total Element Long Run Incremental cost (TELRIC) Total Service Long Run Incremental Cost (TSLRIC) Berbeda-beda untuk masing-masing negara tergantung dari pilihan kebijakan yang diterapkan. Variasi tergantung pada tingkatan kesesuaian pembebanan interkoneksi dengan biaya interkoneksi dan struktur harga retail yang dibebankan kepada pelanggan. Variasi tersebut antara lain: Fixed and variable charges: Istilah fixed dan variable charges merujuk pada variasi costs yang terkait dengan network usage. Fixed costs berarti adalah costs yang tetap tanpa ada pengaruh network usage. Jenis ini dikenal juga sebagai non-traffic sensitive costs. Contoh fixed costs termasuk capital investment pada major facilities dan peralatan interconnection suppliers termasuk upah buruh. Variable costs bervariasi sesuai dengan level penggunaan network (network usage)

Peak and off peak charges: Interconnection charge yang dibayar oleh pelanggan bisa (rata rata) uniform atau bervariasi tergantung dari traffic volume. Averaging and de-averaging biasanya diterapkan pada retail prices, ex; Retail prices pada saat peak hours lebih tinggi dari pada saat off-peak hours. De-averaged prices dirancang untuk: Meningkatkan penggunaan network pada saat off peak hours Menurunkan congestion pada saat peak hours, Meningkatkan network efficiency Menghemat biaya yang dikeluarkan operator untuk mengupgrade network agar sesuai dengan kebutuhan beban puncak.

Adalah sangat penting pembedaan peak/off peak retail prices direfleksikan pada interconnection charges. Bila tidak akan menimbulkan unfair competition. Jika interconnection charge berupa averaged, akan memudahkan new entrants untuk berkompetisi pada peak load customers karena mereka bisa menawarkan layanan dengan biaya yang lebih rendah daripada yang diterapkan incumbent. Sebaliknya, new entrants tidak dapat berkompetisi pada off peak customers. Pada kedua kasus tersebut, kompetisi tidak akan berjalan.

44

Bundled vs. Unbundled charges Bundled interconnection charges berarti pelanggan hanya membayar single price untuk suatu set fungsi interkoneksi yang standar whether used or not. Unbundled charges berarti new entrant hanya membayar untuk komponen-komponen paket interkoneksi yang dibutuhkan untuk layanan interkoneksi. Operarotr tidak perlu membayar bagi komponen dan fungsi yang tidak digunakan untuk layanan bagi pelanggan mereka. Secara Internasional, Unbundling telah menjadi prinsip interkoneksi Pembebanan untuk unbundled access dapat menjangkau lebih jauh implikasi dari kesuksesan suatu kompetisi yang. Unbundled access membebaska new entrants dari additional charges, menfasilitasi new entry dan meningkatkan benefits of competition.

Recovery of costs related to Universal Service Obligations and other social obligations Pada banyak kasus, framework regulasi menetapkan interconnection charges harus mengandung suatu elemen yang dimaksudkan untuk berkontribusi pada universal service obligation dari the incumbent carrier. Universal service obligations (USO) adalah kewajiban yang ditetapkan bagi operator untuk menyediakan layanan bagi pelanggan dan daerah yang secara komersil tidak atraktif. Ini merupakan suatu tujuan kebijakan public pada setiap negara, dengan tujuan menjamin availability, affordability and accessibility dari telecommunications services. Biasanya diambil secara subsidi silang, misalnya keuntungan dari SLJJ digunakan untuk local dan rural lines.

Aspek Teknis Spesifikasi Teknis mempengaruhi cost dan quality of service yang dapat ditawarkan operator kepada customernya, sehingga juga mempengaruhi kemampuan berkompetisi dengan operator lainnya. Regulator memainkan peranan penting dalam menjamin aspek teknis Interkoneksi agar kompetisi tercapai. Titik Interkoneksi : Didefinisikan sebagai lokasi fisik dimana terjadinya interkoneksi antara dua operator. Interkoneksi pada tiap titik yang feasibel secara teknis merupakan safeguard kompetisi yang sangat penting bagi new entrants. Ketetapan ini menjamin new entrants memiliki kebebasan untuk memilih lokasi yang sesuai bagi titik interkoneksi daripada menerima lokasi yang tidak menguntungkan. Jika major operator membatasi jumlah dan lokasi titik interkoneksi akan membuat new entrant hanya memberikan services yang tidak menguntungkan.

Examples of Technically Feasible Interconnection Points: The trunk interconnection points of local and national tandem exchanges. The national or international circuit interconnection points of international gateway exchanges. The trunk sides of local exchanges. The line sides of local exchanges-at the main distribution frame (MDF) or Digital Distribution Frame (DDF). Cross-connect points of any exchange. "Meet points" at which operators agree to interconnect (e.g. manholes). Signalling transfer points (STPs) and other points outside of the communications channel or band, where interconnection is required for common channel Signalling System No. 7 or other signalling systems to exchange traffic efficiently and to access call-related databases (e.g., a local number portability database). Access points for unbundled network components. Cable-landing stations.

45

Other key Technical Matters Dialing parity and Pre-selection Call-by-Call customer selection Operator Pre-selection Quality of Interconnection services Dialing Parity and Pre-selection Jika kondisi kompetisi yang sehat telah tercapai, maka pelanggan dapat mengakses layanan dari new entrants semudah mengakses layanan ke incumbents. Tanpa adanya kesamaan dalam kemudahan akses, new entrants akan kesulitan untuk menarik pelanggan. Sebagai contoh; diawal kompetisi SLJJ di Canada dan US, banyak pelanggan yang kesulitan dalam menggunakan layanan operator lainnya karena keharusan untuk mendial up to 20 or more extra digits untuk meroutekan call ke jaringan new entrants.

Saat ini, incumbent operator dan produser telecommunications equipment telah mendesain ulang switches dan software mereka, agar dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang multipleoperator. Pada dasarnya, terdapat 2 pendekatan dalam penyediaan equal access : Call-by-call customer selection Customers memilih operator yang diinginkan dengan menekan short code atau prefix unique untuk terhubung dengan operator tersebut. For example, in Colombia, customers dial "09" to route national calls through the incumbent operator TELCOM's network, and other two-digit prefixes to route them through competitive operators' networks.

Operator pre-selection Dalam pendekatan ini, customers pre-select operator untuk sebagian atau semua calls mereka. For example, a customer dapat memilih operator yang diinginkan untuk all long distance and international calling. Pre-selection akan meroutekan seluruh calls secara otomatis ke operator yang dipilih. The main requirements untuk jenis equal access ini adalah: Switch software features dibutuhkan untuk mengidentifikasi setiap pre-selected operator dan meroutekan dan menagih biaya atas call yang dilakukan Appropriate billing dan pengaturan audit untuk membolehkan penagihan secara langsung oleh pre-selected carrier atau dikonsolidasikan dalam satu bill pada satu operator saja (setelah itu biaya tersebut akan diserahkan ke pre-selected operator).

Quality of Interconnection Service Tanpa adanya ketetapan bagi incumbent untuk menyediakan reasonably high quality of interconnection services dan facilities, akan memudahkan mereka untuk mengganjal kemampuan kompetitor mereka dalam menawarkan layanan yang inovative dan kompetitif. Dengan menyediakan poor-quality interconnection, dominant operator dapat menurunkan overall offering dari new market entrant, menyebabkan pelanggan akan berpindah ke offering incumbents yang dominant. Regulators memiliki beberapa practical tools agar high quality interconnection, antara lain: Pengadaan interconnection monitoring Memonitor complaints seriously dan memberikan penalty atas discrimination dalam service quality Mewajibkan pembentukan sebuah internal "interconnection services group" yang independent

46

Network Unbundling : Unbundling membolehkan new entrants untuk menggunakan bagian dari incumbent's network untuk menjangkau customer mereka tanpa keharusan untuk menduplikasi network. Ada 3 kategori utama : Full Unbundling (kabel tembaga milik incumbent, namun layanan dari new entrants) Shared Access or Line Sharing (layanan phone dan internet berbeda operatornya) Bit Stream Access The incumbent mengalokasikan spectrum kepada new entrant tapi tetap memiliki full control atas subscriber's line

Collocation Didefinisikan sebagai facility-sharing arrangement dimana in competitive carrier menyewa ruangan bagi equipment mereka pada bangunan incumbent carrier. Alasan utama collocation adalah membolehkan operators menggunakan fasilitas yang telah untuk mempercepat terjadinya kompetisi. New entrants tidak perlu membangun supporting infrastructure bagi network mereka seperti poles, ducts, conduits and towers. Kadang-kadang incumbents menolak adanya penggunaan infrastruktur bersama, sehingga dibutuhkan regulatory intervention dan oversight of collocation. Konflik yang terjadi dapat muncul oleh hal sebagai berikut a.l : Ukuran space aktual yang disediakan bagi new entrants. Type of equipment yang boleh digunakan d.l.l

Interkoneksi dengan Jaringan Mobile


Tipe-Tipe Interkoneksi Mobile. Terdapat 3 tipe mobile interconnection: Mobile to fixed interconnection: Untuk call yang berasal dari mobile yang menuju fixed network. Tidak berbeda dengan regular interkoneksi pada fixed networks, dalam hal principles, procedures dan practices outlinednya. Mobile operators tidak perlu berinterkoneksi dengan seluruh fixed network carriers. Mereka dapat berinterkoneksi dengan incumbent yang akan menghandle traffic ke dan dari fixed networks lainnya melalui transit arrangements.

Mobile to mobile interconnection: Mobile service providers dapat melakukan interconnection agreements dengan sesamanya, jika mereka tidak menginginkan trafik mereka transit via the incumbent network. Kebanyakan, interconnection pricing antara mobile operators berdasarkan prinsip sender keeps all. Pembebanan ini lebih rendah daripada yang fixed to mobile charges dan less controversial. Mobile carriers biasanya negosiasi penetapan harga mereka dalam kondisi dinamis dan kompetitif yang tinggi. Mobile operator lebih sering dijumpai mempunyai bargaining power yang sama, dengan demikian kesesuaian harga lebih mudah tercapai. Biasanya mobile carriers beroperasi pada suatu pasar memiliki incentive yang sama yaitu menurunkan mobile-to-mobile interconnection rates untuk meningkatkan permintaan dan jumlah pelanggan.

47

Fixed to mobile interconnection: Fixed to mobile interconnection lebih menark perhatian regulator didunia. Isu utamanya adalah high dan non-cost based call termination charges, terutama pada negara yang menerapkan prinsip Calling Party Pays. FIXED TO MOBILE: THE PROBLEM OF HIGH INTERCONNECTION CHARGES Bagi negara yang menggunakan aturan Receiving Party Pays (RPP), pembebanan interkoneksi tidak menjadi suatu masalah karena operator mengunakan prinsip sender keeps all. Semakin banyaknya RPP countries memutuskan untuk berpindah ke CPP, permasalahan diperlukannya regulasi untuk fixed to mobile interconnection charges, dan jika ya, bagaimana penerapannya yang terbaik menjadi suatu hal yang sangat penting.

Calling Party Pays vs. Receiving Party Pays


Calling Party Pays The person initiating the call, the fixed network subscriber, pays for the entire call. The calling party pays a premium or surcharge when calling a mobile phone subscriber. System introduced in most countries using Global System for Mobile communications (GSM) technology (Europe). System relies on a numbering plan that uses different prefixes differentiating mobile and fixed networks to sensitize consumers about the higher charges for mobile calls. Call termination fees paid by fixed operators make up a significant part of the mobile operators' revenues. Receiving Party pays

The person receiving the call, the mobile network subscriber, pays for the entire call. The calling party pays only a local tariff for using the fixed line whether the call terminates on a fixed or mobile network. System in use mainly in countries using unmetered local calls. (Canada, United States) No different numbering scheme differentiating mobile and fixed networks.

In most cases no interconnect arrangements are negotiated for fixed to mobile calls and no interconnection fees levied on interconnecting operators. Instead, the mobile subscriber pays per minute or per second airtime fees for receiving a call from the fixed network.

Terdapat 2 alasan utama kenapa fixed to mobile interconnection rates berbiaya tinggi: 1. Lack of competition in the termination service: Meskipun mobile services sering dikatakan sebagai bentuk dari most open and competitive segment of the telecommunications market, keuntungan dari kompetisi belum menjangkau call termination. Call termination masih bersifat monopoly market. Seorang pelanggan menelpon mobile subscriber tidak punya alternative kecuali menghubungi network dimana pelanggan tersebut terdaftar. 2. Mobile operators have no incentive to negotiate lower interconnection charges. Mobile termination rates dibayar oleh pelanggan fixed network the rates tidak mempengaruhi posisi kompetitif dari mobile operators. Kurangnya keinginan untuk menegosiasikan agar menjadi rendah terlihat jelas ketika the fixed and mobile network operators are vertically integrated, yaitu dimana satu perusahaan memiliki kedua network.

Peranan Regulator. Rationales for regulatory intervention Tidak berbeda alasan intervensi regulator pada Interkoneksi secara umum, regulator dibutuhkan untuk memperbaiki market failures dan menjamin benefits dari open competitive market dirasakan oleh consumers. Menurunkan interconnection charges akan menurukan retail prices, improving service dan spurring innovation. Perkembangan mobile network yang dramatis ini karena tidak diregulasikan (left unregulated). Demikian juga seharusnya dilakukan pada fixed line operator, agar mereka mendapatkan revenue yang cukup untuk mengembangkan jaringan dan layanannya.

48

Interkoneksi Internet
Dengan masukinya commercial phase yang dimulai tahun 1996, Interconnection menjadi suatu major issue bagi ISPs. ISPs tidak lagi bergantung pada public network access points tapi membutuhkan private point-to-point links pada network mereka. Meskipun alasan utama bagi Internet interconnection tidak berbeda dengan interconnection of telecommunications networks, terdapat suatu isu komersial dan pricing yang unik, yang membuat Internet interconnection berbeda. Internet berbasiskan packet switching. Sehingga mekanisme pricing nya berbeda.

The networks berkomunikasi berdasarkan suatu set protocol yang mengarahkan traffic sehingga paket data dialamatkan dan ditransmisikan melintasi network. Bagi Operator Internet yang besar, "backbone ISPs, mencakup area geographic yang besar dan multiple towns, membutuhkan point of presence (POP) agar tiap kota dapat berinterkoneksi. Backbone Provider ini menyediakan akses Internet bagi ISP yang kecil. Sesama ISP kecil juga membutuhkan Interkoneksi, melalui Internet Exchange Point (IXP). IXP adalah physical infrastructure bagi semua ISPs untuk bertukar Internet traffic. Terdiri dari alat routing dan central switch sebagai tempat router saling terhubung. Awalnya IXP bersifat non-commercial cooperatives yang dibiayai dengan membership fees dari ISPs. Akhir-akhir ini IXPs mulai beroperasi dengan orientasi lebih komersial.

Tipe-Tipe Interkoneksi Internet. ISPs can accommodate each other's traffic either through peering or through transit. Peering Arrangements Istilah peering berakar dari prinsip Internet interconnection yang awal ketika networks mempunyai traffic volumes yang sama (secara perhitungan kasarnya), jangkauan geographic atau jumlah subscribers dianggap sebagai "peers." Pertukaran traffic dengan sesama terjadi secara bebas, pembebanan tidak berdasarkan usage atau traffic. Peering, mirip dengan sender keeps all arrangements, membutuhkan beberapa kondisi yang dipenuhi: Aliran Traffic bersifat balanced untuk tiap arahnya. cost of traffic lebih rendah daripada cost of billing dan measuring traffic.

Transit Arrangements Transit service terkait penyaluran Internet services dari network (A) ke network (B) via third network (C). Transit services dapat disediakan oleh setiap ISP yang terhubung dengan ISP lainnya. Namun biasanya disediakan oleh backbone ISPs. Transit fee dibayarkan untuk pemakaian access line network transit provider. ISPs biasanya lebih memilih peering arrangements dan menghindari transit. Newer approaches to interconnection Dampak komersial yang begitu besar membuat ISP yang besar tidak menggunakan peering arrangements. Mereka menekan secara paksa agar ISP yang kecil membayar atas access ke dalam network. Mereka menginginkan model dari Internet interconnection market yang baru dengan pendekatan kepada pricing mechanism berdasarkan traffic atau usage. Juga terkait dengan pembayaran asymmetric fees yang mencerminkan perbedaan dalam ukuran dan tipe dari ISP.

49

TANTANGAN DALAM PERUBAHAN DARI ZERO-COST PEERING MENJADI COMMERCIAL ARRANGEMENTS Terdapat 2 tantangan utama untuk interkoneksi jenis ini Pertama, kesukaran dlm accounting mengukur cost interconnection dalam lingkungan multi-network. Kedua, aplikasinya di dunia international. Accounting dalam paket data lebih sulit dibandingkan accounting pada pemakaian telepon. Paket-paket data tidak melalui route yang sama, karena mereka telah dipisahkan dalam bentuk paket yang lebih kecil. Paket data dibentuk kembali setelah sampai di destination point. In contrast to circuit switching, transmission of packets does not require a dedicated end-to-end transmission path.. Hal ini menyulitkan dalam memperkirakan biaya transmisi dari suatu paket.

Munculnya resiko atas pengaturan sistem dari pihak USA ISP dan backbone provider yang besar, tempat mereka bergantung, terhadap ISP yang kecil dan negara-negara lainnnya. On a national level, larger ISPs dan backbone providers kadang2 memiliki incentive untuk menolak interkoneksi dengan ISP yang kecil, dikhawatirkan akan menyebabkan trafik dari Backbone lainnya dapat masuk secara bebas. Sehingga mereka lebih memilih transit arrangements. International interconnection, Kondisi yang paling menyolok dalam Internet adalah konsentrasi trafik yang tinggi dari Internet USA, hampir 90 % berasal, menuju dan melintasi USA. Faktanya, Backbone provider yang besar terdapat di USA dan 45% dari jumlah IXP dunia berada di sana.

INTERNATIONAL INTERNET INTERCONNECTION: THE REGULATORY DILEMMA. Tidak perlu adanya campur tangan. Alasan utamanya adalah, bahwa regulasi hanya dibutuhkan untuk mendirikan pasar yang kompetitif, bila pasar sudah kompetitif tidak diperlukan lagi regulasi. Dalam Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) Telecommunication working group, USA menegaskan bahwa tidak diperlukan intervensi dari pemerintah dalam hubungan antar ISP dan lebih lanjut cost efficient arrangements untuk trafik Internet lebih cepat selesai tanpa adanya regulasi.

Intervensi regulasi dibutuhkan Rekomendasi WTSA ITU D.50 menyatakan: "That administrations involved in the provision of international Internet connections negotiate and agree to bilateral commercial arrangements enabling direct international Internet connections that take into account the possible need for compensation between them for the value of elements such as traffic flow, number of routes, geographical coverage and cost of international transmission amongst others."

50

Landasan Umum Terlihat adanya kondisi yang tidak fair, antara lain Kurang Transparan Lack of transparency. Biaya yang tinggi untuk international interconnection. Adanya potensi abuse dari powerful dominant providers. Kurang kompensasi untuk costs yang harus dibayar untuk menyalurkan traffic yang berasal dari United States. Pengaturan yang Non-equitable. Beberapa regulator telah melakukan intervensi untuk menjamin fair competition, lebih transparency dan competition meningkat. Peran regulator tersebut a.l: Domestic competition: Menyediakan link international alternatif ke ISPs (satellite, undersea cable and other international markets) Memonitor dominant players utk menjamin vertical integration meningkat dan tidak terciptanya abuse oleh posisi dominant. Transparency: Transparency melindungi smaller ISPs.

TOWARDS NEXT GENERATION INTERCONNECTION Beberapa tahun terakhir ini, perkembangan teknologi yang dramatis telah mengarah ke convergence diantara tipe-tipe yang berbeda seperti fixed-line dan mobile communications dan diantara telecommunication and broadcasting networks. Konvergensi Teknologi, pada gilirannya, telah mengubah konvergensi market, dimana service providers pada sektor yang berbeda berkompetisi untuk menyediakan suatu set of converged services yang baru. Konvergensi telah mengaburkan perbedaan tradisional antara services, yang menggunakan voice, text, video dan data. Convergence tidak hanya meningkatkan perkembangan new services tapi juga membentuk new challenges bagi kebutuhan dan definisi dari regulasi yang telah ada.

Interkoneksi PSTN dengan GSM


Era kompetisi dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi di Indonesia telah terbuka lebar seiring dengan adanya undangundang RI no. 3 tahun 1989 tentang telekomunikasi. Berlakunya undang-undang ini memungkinkan pihak-pihak swasta untuk turut berperan serta dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi, yang sebelumnya dimonopoli oleh satu badan penyelenggara saja (PT. Telkom). Interkoneksi merupakan inti dari deregulasi. Munculnya berbagai jaringan telekomunikasi yang dikelola oleh pendatang baru, memerlukan pengaturan pemerintah agar dapat mewujudkan satu kesatuan jaringan nasional yang terpadu dengan mewajibkan kepada setiap penyelenggara untuk berinterkoneksi.

Interkoneksi dimaksudkan agar jaringan telekomunikasi dapat dimanfaatkan secara optimal melalui penerapan prinsip perlakuan yang sama, seimbang dan saling menguntung kan sehingga tercapai tingkat pelayanan jasa telekomunikasi yang handal, mempunyai jangkauan luas dan bermutu tinggi Aspek Transmisi pada Interkoneksi Antarmuka ntarmuka yang digunakan untuk keperlu-an interkoneksi antarjaringan di Indonesia adalah antarmuka dijital 2 Mbit/s Sinkronisasi Masing-masing jaringan dijital harus mempergunakan PRC (Primary Reference Clock) Nasional sebagai induk acuan sinkronisasi jaringannya.

51

Loudness Rating Batas-batas loudness rating untuk setiap jaringan yang mengadakan interkoneksi dengan jaringan lainnya, ditunjukan pada tabel Maksimum (dB) 10 4 12 Minimu m(dB) 6 0 8

Pensinyalan Semua operator yang berinterkoneksi dengan jaringan Telkom harus menggunakan sistem pensinyalan kanal bersama no. 7 (CCS No 7) Routing dalam Interkoneksi Aturan routing pada interkoneksi PSTN dengan STBS sebagai berikut : Untuk menyalurkan trafik dari STB menuju PSTN, yang berasal dari RBS yang berdekatan dengan sentral lokal tujuan, maka MSC harus mempunyai hubungan langsung dengan LDC (Long Distance Center) yang terdekat dengan sentral lokal tujuan. Untuk menyalurkan trafik dari PSTN menuju STB, dari RBS yang berdekatan dengan sentral lokal asal, maka MSC harus mempunyai hubungan langsung dengan LDC yang terdekat dengan sentral lokal asal.

SLR RLR OLR

Tabel 2.1 Alokasi LR

Pembebanan Interkoneksi Titik pembebanan dalam suatu hubungan adalah tempat dimana pembebanan untuk percakapan tersebut ditentukan dan dicatat, serta kegiatan penghitungan pembebanan dimulai. Sehingga tarif jasa telekomunikasi akan diberlakukan sesuai dengan jaraknya. Adanya mobilitas MS, maka lokasi titik pembebanan akan berbeda untuk jenis-jenis percakapan dibawah ini : Percakapan dari PSTN ke STB titik pembebanan ada di jaringan PSTN Percakapan dari STB ke PSTN titik pembebanan pada MSC awal

Grade of Service (GOS) Interkoneksi Persyaratan GOS yang harus dipenuhi sentral gerbang pada suatu interkoneksi Parameter Exchange Call Set-up Delay Through Connection Delay Internal Probability Loss Beban Normal Beban Berat

P(> 0.5s) 5% P(> 0.5s) 5% 0.002

P( > 1s) 5% P( > 1s) 5% 0.01

52

Pemerincian Mengenai Pelayanan dan Fasilitas Penjabaran pelayanan dan fasilitas tersebut meliputi antara lain : pihak mana yang bertanggung jawab dalam penyediaan link transmisi, dll. aturan routing sampai ke titik interkoneksi. spesifikasi mutu pelayanan bagi akses pelanggan Titik Interkoneksi (Point of Interconnection). Letak titik interkoneksi yang mengacu kepada lapisan interkoneksi yaitu : a) Transmisi, pada bagian terminasi. b) Sentral, pada digital distribution frame c) Sistem Pensinyalan, pada bagian digital distribution frame

Pengembangan Jaringan. Penyelenggara yang baru memberikan ramalan trafik interkoneksi pada penyelenggara lama. Penyelenggara lama menggunakan ramalan ini, untuk merencanakan kapasitas jaringannya. Atas perubahan jaringan yang dilakukan oleh penyelenggara lama, perlu diberitahu kan secara berkala kepada penyelenggara baru. Pembaharuan Persetujuan Interkoneksi. Aturan yang diperlukan antara lain : Mekanisme perubahan tarif interkoneksi. Berakhirnya batas berlaku persetujuan. Berakhirnya ijin operasional salah satu ope rator.

Konfigurasi Teknis Ada 4 bentuk konfigurasi teknis titik interkoneksi yang dapat terjadi :
SATELINDO MSC-1 TELKOM
SATELINDO TTI MSC SGJJ TELKOM

TTI MSC-2 SGJJ

MSC-n

SATELINDO TTI

TELKOM

SATELINDO TTI

TELKOM

Dimensi Interkoneksi. Dimensi interkoneksi merupakan jumlah atau kapasitas kanal/sirkit antara SGJJ Telkom dengan MSC Satelindo yang digunakan untuk penyaluran trafik percakapan interkoneksi, dengan bandwidth sebesar 2 Mb/s. Sejalan dengan perkembangan kedua jaringan, terutama jaringan STBS GSM Satelindo, maka perlu dibuat proyeksi dimensi yang dapat mengakomodasi perkembangan jaringan. Pro yeksi ini dibuat berdasarkan ramalan trafik pada tiap daerah MSC per tahun, untuk jangka waktu 5 tahun. Akses dan Titik Pembebanan. Kode akses untuk panggilan domestik dari PSTN Telkom atau jaringan penyelenggara lain menuju STBS GSM Satelindo (Mobile Network Code) adalah 0816. Sedangkan kode akses dari STBS GSM Satelindo menuju PSTN Telkom harus mengikuti penomoran yang sudah ada.

SGJJ-1

MSC-1

SGJJ-1

TTI MSC SGJJ-2

TTI MSC-2 SGJJ-2

TTI

TTI
SGJJ-n

MSC-n

SGJJ-n

53

Operasi dan Pemeliharaan. Penyediaan perangkat interkoneksi dilaksanakan dan dibiayai sepenuhnya oleh PT. Satelindo. Redimensi dan pengoperasian sirkit cadangan harus disetujui oleh kedua belah pihak. Pemeliharaan perangkat interkoneksi secara keseluruhan dilaksanakan oleh PT. Satelindo, yang dilakukan berkoordinasi dengan PT. Telkom. Saling memberikan fasilitas sambungan dengan status dinas, untuk kepentingan operasi dan pemeliharaan. PT. Satelindo dan PT. Telkom membentuk forum koordinasi untuk menangani permasalahan yang muncul dalam interkoneksi antar mereka.

Penggunaaan Sarana dan Pelayanan. PT. Satelindo dapat menggunakan sarana dan jasa PT. Telkom, baik untuk kepenting an interkoneksi maupun tidak. Untuk kepentingan non interkoneksi dikenakan biaya sewa. PT. Satelindo dan PT. Telkom sepakat untuk mengadakan kerjasama dalam bidang pelayanan khusus seperti pelayanan informasi.

Pembebanan Interkoneksi Besar tarif interkoneksi yang ditentukan pemerintah, berdasarkan sifat hubungannya :

SGI

SGI

PSTN

PSTN

Jakarta

-Telkom....50% tarif pulsa lokal PSTN yg diberlakukan per menit. -STBS asal..Air Time.

Jakarta

-Telkom.50% tarif pulsa lokal PSTN yg diberlakukan per menit. -STBS tujuan ....Air Time.

MSC

MSC

54

SGI

SGI

PSTN

Jakarta

-Telkom.50% tarif pulsa lokal PSTN yg diberlakukan per menit. -STBS tujuan .. Air Time. -STBS asal.Air Time.

PSTN

-STBS tujuan ..Air Time. -STBS asal...Air Time.

Jakarta

MSC

MSC

MSC

MSC

SGI PSTN SGI PSTN

PSTN

Jakarta

Surabaya

PSTN

Jakarta

Surabaya

MSC

-Telkom.................................85% -STBS asal..15%+Air Time.

-Telkom............85% -STBS tujuan...15%+Air Time. MSC

55

SGI PSTN

SGI PSTN

Jakarta

PSTN

Surabaya

PSTN

Jakarta

Surabaya

MSC

MSC -Telkom.................................70% -Penyelenggara STBS ybs...30%+Air Time(2x).

MSC

-Telkom................70% -STBS tujuan...15%+Air Time. -STBS asal15%+Air Time.

MSC

SGI PSTN

SGI PSTN

PSTN

Jakarta

Surabaya

Jakarta

PSTN

Surabaya

MSC

MSC -Telkom.............................40%. -STBS yg menguasai jaringan SLJJ.45%. -STBS asal......15%+Air Time.

MSC

MSC -Telkom.................................40%. -STBS yg menguasai jaringan SLJJ.45%. -STBS tujuan.......15%+Air Time.

56

SGI PSTN SGI PSTN

PSTN

Jember

PSTN

Jakarta

Surabaya

PSTN

Jakarta

Surabaya

MSC

MSC

MSC Draft ( Pasal.9.7 ) : -Telkom...............................25% -STBS yg menguasai jaringan SLJJ...45% -STBS tujuan.15%+Air Time. -STBS asal.15%+Air Time.

MSC

MSC Draft ( Pasal.9.8 ) : -Telkom................................50%. -STBS yg menguasai jaringan SLJJ35%. -STBS asal..15%+Air Time.

SGI PSTN

PSTN

SGI PSTN

PSTN

Jember

Jember

Jakarta

PSTN

PSTN

Surabaya

Jakarta

Surabaya

MSC MSC MSC Draft ( Pasal.9.9 ) : -Telkom..............................50% -STBS yg menguasai jaringan SLJJ..35% -STBS tujuan15%+Air Time. MSC MSC Draft ( Pasal.9.10) : -Telkom...............................35% -STBS yg menguasai jaringan SLJJ..35% -STBS tujuan15%+Air Time. -STBS asal....15%+Air Time.

MSC

57

SGI

PSTN

PSTN

Jakarta

Surabaya

MSC

MSC Draft ( Pasal.10 ) : -Yg menguasai jaringan SLJJ STBS...70% -STBS tujuan.15%+Air Time. -STBS asal.15%+Air Time.

58

You might also like