You are on page 1of 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIMAKTERIUM DAN MENOPAUSE I.

Konsep Dasar Medis

1. Pengertian klimakterium Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun. Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif ataupun endokrinologik dari ovarium. (Baziad, 2003, hal 1) Klimakterium yaitu fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. (Baziad, 2003, hal 1) Klimakterium adalah fase terakhir dalam kehidupan wanita atau setelah masa reproduksi berakhir. (Kasdu, 2002, hal 2 ) Klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke periode non reproduktif. (Kasdu, 2002, hal 2 ) Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur 40 65 tahun. (www.dkk-bpp.com) Masa-masa klimakterium : 1. Pra menopause adalah kurun waktu 4-5 tahun sebelum menopause. 2. Menopause adalah henti haid seorang wanita. 3. Pasca menopause adalah kurun waktu 3-5 tahun setelah menopause. 2. Etiologi Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi berbagai perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, penurunan sekresi estrogen, gangguan umpan balik pada hipofise. 3. Patofisiologi Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin, sehingga terganggunya interaksi antara hipotalamus hipofise.

Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi luteum . Kemudian turunnya fungsi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadoropin itu, ternyata yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH.

Patofisiologi Klimakterium M Fungsi Ovarium

M kemampuan ovarium untuk merespon rangsangan gonadotropin

Terganggunya interaksi antara hipotalamus hipofise

Kegagalan fungsi luteum

Turunnya fungsi steroid ovarium Berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus

P produksi FSH

Hiperseksi folikel

M Jumlah folikel

Sedikitnya sel telur yang dilepaskan Keluaran estrogen dan progesteron M Lapisan rahim berhenti menebal Perdarahan menstruasi berhenti Rahim & ovarium mengerut Klimakterium

4. Manifestasi Klinik 1. Pramenopause : perdarahan tidak teratur, seperti oligomenore, polimenore, dan hipermenore. 2. Gangguan nerovegetatif : gejolak panas ( hotflushes), keringat banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan darah yang goyah, jari-jari atrofi, gangguan usus ( meteorismus ). 3. Gangguan psikis : mudah tersinggung, lekas lelah, semangat berkurang, susah tidur. 4. Gangguan organik : infark miokard aterosklerosis, osteosklerosis, osteoporosi, afipositas, kolpitis, disuria, dispareumia artritis, gejala endokrinium berupa hipertirosis defeminisasi, virilasi dan gangguan libido. 5. Diagnosis 1. Umur dan gejala-gejala yang timbul. 2. FSH dan LH ( FSH = 10-12 x, LH 5-10 x / estrogen rendah ). 3. Kalsium, kolesterol. 4. Foto tulang lumbal I. 5. Sitologi ( Pap Smear ). 6. Biopsi endometrium. 6. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan tahunan terhadap wanita yang sedang berada pada masa klimakterium harus mencakup hal-hal yang penting seperti : 1. Tinggi badan, wanita mungkin akan kehilangan tinggi badan sebanyak 2,5 cm atau lebih. Sewaktu mengukur tinggi badan merupakan kesempatan untuk mendiskusikan postur, pergerakan tubuh, latihan dan osteoporosis. 2. Kulit, evaluasi terhadap integritas, luka dan perubahan pada tahi lalat. 3. Mulut, gigi dan gusi. 4. Pemeriksaan panggul, dengan perhatian terhadap perubahan yang menyertai proses penuaan ; spekulum Pederson mungkin optimal untuk wanita paska menopause. 5. Rektum : periksa adanya keanehan pada darah, adanya massa dan fisura-fisura. 7. Penatalaksanaan 1. Sedatif, psikofarma.

2. Psikoterapi. 3. Balneoterapi ( diet ). 4. Hormonal. Sindrom klimakterium terjadi akibat kekurangan estrogen maka pengobatan yang tepat adalah pemberian estrogen. Syarat minimal sebelum pemberian estrogen dimulai : 1. Tekanan darah tidak boleh tinggi. 2. Pemeriksaan sitologi uji Pap normal. 3. Besar uretus normal ( tidak ada mioma uerus ). 4. Tidak ada varises di ekstremitas bawah. 5. Tidak terlalu gemuk / tidak obesitas. 6. Kelenjar tiroid normal. 7. Kadar normal : Hb, kolesterol total, HDL, trigliserida, kalsium, fungsi hati. 8. Nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetes militus perlu dikonsulkan terlebih dahulu ke spesialis penyakit dalam. Kontra Indikasi Pemberian Estrogen 1. Troboemboli, penderita penyakit hati, kolelitiasis. 2. Sindrom Dubin Johnson / Botor yaitu gangguan sekresi bilirubin konjugasi. 3. Riwayat ikterus dalam kehamilan. 4. Kanker endometrium, kanker payudara, riwayat gangguan penglihatan, anemia berat. 5. Varises berat, tromboflebitis. 6. Penyakit ginjal. Persyaratan dalam Pemberian Estrogen 1. Mulailah dengan menggunakan estrogen lemah ( estriol ) dan dengan dosis rendah yang efektif. 2. Pemberian secara siklik. 3. Diusahakan kombinasi degan progesteron ( bila digunakan estrogen lain seperti etinil estradiol maupun estrogen konjugasi ). 4. Perlu pengawasan ketat ( setiap 6-12 bulan ). 5. Bila terjadi perdarahan atipik perlu dilakukan kuretase. 6. Keluhan nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetesmelitus, terlebih dahulu konsul ke bagian penyakit dalam.

Yang perlu diketahui 1. Tidak semua keluhan dapat dihilangkan dengan pemberian estrogen. 2. Pelajari faktor-faktor yang menimbulkan keluhan ( faktor psikis, sosial budaya, atau hanya memang terdapat kekurangan estrogen ). 3. Atasi keluhan emosi dan faktor penyebab. Efek samping pemberian estrogen : 1. Perdarahan bercak. 2. Perdarahan banyak ( atipik ). 3. Mual. 4. Sakit kepala. 5. Pruritus berat. 8. Faktor Resiko Adipositas, diabetesmelitus, hipertensi, anovulasi, infertilitas, perokok, alkoholisme,

hiperlipidemia. Faktor yang mempengaruhi gejala perimenopause adalah : 1. Genetik, usia menarche mempengaruhi cepat lambatnya terjadi menopause. 2. Nutrisi ( kolesterol, kalsium, fosfat , vitamin ). 3. Kadar hormon estrogen. 4. Kebiasaan hidup ( olahraga, minum teh, kopi, minum alkohol, perokok ). 5. Tingkat pendidikan dan status ekonomi. 6. Pengangkatan kedua ovarium 9. Pencegahan Terhadap Sindrom Klimakterium 1. Pengaturan makanan ( rendah lemak / kolesterol, cukup vitamin A, C, D, E dan cukup serat ). 2. Mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen : a. Isiflavon, terdapat pada kacangkacangan, b. Lignan; terdapat pada padi, sereal dan sayur-sayuran, c. Caumestran ; terdapat pada daun semanggi. Mengkonsumsi makanan dengan kadar gula rendah dan tidak berlebihan. 3. Tambahan Asupan Kalsium 1000-15000 mg / hari dan vitamin D. 4. Kontrol rutin 1 tahun sekali ( Pap Smear ).

Daftar Pustaka 1. Wiknjosatro, Hanifa, Prof, dr, DSOG. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 2. Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 3. Varney, Helen; Kriebs, Jan M; Gegor, Carolyn L. 2002. Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC

You might also like