You are on page 1of 22

Laporan Praktikum Lapang Pencemaran Perairan Pengolahan Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN

Limbah

di

PT.SIER

Rungkut

1.1 Latar Belakang Selama 20 tahun terakhir Pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada industrialisasi. Tidak kurang terdapat 30.000 industri yang beroperasi di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Peningkatan jumlah ini menimbulkan dampak peningkatan pencemaran yang dihasilkan dari proses produksi industri, seperti pencemaran air, udara, tanah dan pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Hal ini tampak pada berubahnya keadaan fisik maupun peruntukan sesuatu lingkungan. Air sungai atau air sumur sekitar lokasi industri pencemar, yang semula berwarna jernih, berubah menjadi keruh berbuih dan terbau busuk, sehingga tidak layak dipergunakan lagi oleh warga masyarakat sekitar untuk mandi, mencuci, apalagi untuk bahan baku air minum. Terhadap kesehatan warga masyarakat sekitar dapat timbul penyakit dari yang ringan seperti gatal-gatal pada kulit sampai yang berat berupa cacat genetik pada anak cucu dan generasi berikut. Penanganan Limbah Industri di Indonesia kerapkali mengabaikan standart penanganan limbah industri yang aman bagi kelangsungan lingkungan hidup. Sampai hari ini belum terlihat upaya serius dari seluruh jajaran pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut. Dalam hal kasus-kasus pencemaran tidak terlihat adanya penegakan hukum bagi perusahaan pencemar yang ada justru adalah viktimisasi terhadap korban pencemaran limbah industri. Lemahnya pemahaman aparat penegak hukum seperti kepolisian dan

pengadilan mengenai peraturan perundangan lingkungan hidup termasuk pula lemahnya penegakan hukum menjadikan penanganan limbah industri ini tidak akan tuntas. Oleh karena besarnya bahaya pencemaran perairan yang diakbibatkan oleh limbah industi, maka diperlukan adanya upaya penyelesaian terhadap masalah ini, yaitu dengan upaya pengendalian dan pengolahan terhadap pencemaran tersebut. Dengan banyaknya perusahaan yang ada, maka PT. SIER (Persero) membangun sebuah instalasi pengolahan limbah cair untuk menampung limbah cair dari semua perusahaan yang berada dikawasan tersebut yang diberi nama IPAL PT. SIER (Persero). Pengolahan limbah cair pada IPAL PT. SIER (Persero) menggunakan proses fisika-biologi tanpa penambahan bahan kimia apapun, sehingga aman dalam proses pengolahannya. 1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui tujuan dari pengolahan air limbah 2. Untuk mengetahui dan memahami proses pengolahan limbah industri di PT SIER 3. Untuk mengetahui dan memahami proses pengolahan limbah secara kimia, fisika dan biologi yang ada pada IPAL PT SIER

1.3 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah mahasiswa akan mampu memahami tentang tujuan dan proses pengolahan limbah baik pengolahan limbah secara fisika, kimia, dan biologi dari materi materi yang telah diberikan di ruang kuliah dengan melihat secara langsung proses pengolahan limbah di lapangan yang ada pada IPAL ( Institusi Pengolahan Air Limbah ) PT SIER.

BAB II Tinjauan Pustaka 3.1 Pengertian pencemaran

Pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Definisi ini sesuai dengan pengertian pencemaran pada (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982. Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun).Sedangkan bahan pencemarnya disebut dengan polutan. Bahan pencemar bisa berasal dari limbah industri, limbah rumah tangga dan limbah pertanian. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup, hal ini dapat terjadi jika terdapat pada kondisi jumlahnya yang melebihi jumlah normal,berada pada waktu yang tidak tepat, berada pada tempat yang tidak tepat. Sifat polutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu merusak untuk sementara dan merusak dalam waktu lama. Dikatakan merusak untuk sementara yaitu apabila sudah bereaksi dengan zat yang berada dilingkungan tidak akan merusak lagi. Sedangkan dikatakan merusak dalam waktu yang lama misalnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.

3.2 Pengolahan limbah Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan pengurangan (minimization), segregasi (segregation), penanganan (handling), pemanfaatan dan pengolahan limbah. Dengan demikian untuk mencapai hasil yang optimal, kegiatankegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah perlu dilakukan dan bukan hanya mengandalkan kegiatan pengolahan limbah saja. Bila pengelolaan limbah hanya diarahkan pada kegiatan pengolahan limbah maka beban kegiatan di Instalasi Pengolahan Air Limbah akan sangat berat, membutuhkan lahan yang lebih luas, peralatan lebih banyak, teknologi dan biaya yang tinggi. Kegiatan pendahuluan pada pengelolaan limbah (pengurangan, segregasi dan penanganan limbah) akan sangat membantu mengurangi

beban pengolahan limbah di IPAL.Pengelolaan limbah di industri memiliki tujuan menjalankan secara terintergrasi kegiatan pengurangan, segregasi dan handling limbah sehingga menekan biaya dan menghasilkan output limbah yang lebih sedikit serta minim tingkat pencemarnya. Integrasi dalam pengelolaan limbah tersebut kemudian dibuat menjadi berbagai konsep seperti produksi bersih (cleaner production), atau minimasi limbah (waste minimization).

Tujuan pegolahan air limbah :

Mengurangi BOD Mengurangi partikel tercampur Membunuh organisme pathogen. Menghilangkan bahan nutrisi Komponen beracun Bahan yang tidak terdegradasi rendah (Sugiharto, 1987)

Proses pengolahan Limbah Pengolahan Limbah Secara Fisik

1. a.

Pengolahan limbah secara fisik merupakan serangkaian pemisahan limbah cair industri diawali oleh perlakuan awal dan perlakuan tingkat pertama, padatan yang dapat mengendap langsung atau padatan yang berupa serpihan akan dipisahkan dalam rangkaian proses ini. Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara

mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation). Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal. 1. b. Pengolahan limbah secara kimia

Pengolahan limbah secara kimia dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahanbahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari yang asalnya tidak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5.

Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. 1. c. Pengolahan limbah secara biologi

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor) dan reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor). Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan. Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang menggunakan aerasi maupun tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja. Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain trickling filter, cakram biologi, filter terendam, dan reaktor fludisasi. Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung

proses penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu proses aerob, yang berlangsung dengan adanya oksigen dan proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen. Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis.

Hasil Buangan Limbah yang sudah diolah

Pembagian air buangan setelah pengolahan dan standard kualitas air buangan gol II sesuai SK Gub. 45/2002 : 1. Golongan I Air limbah yang dibuang ke sungai B 2. Golongan II Air limbah yang dibuang ke sunagi C 3. Golongan III Air limbah yang di buang ke sungai D 4. Golongan IV Air limbah yang dibuang ke sungai E Peruntukan untuk tipe-tipe sungai setelah pengolahan dan standard kualitas air buangan gol II sesuai SK Gub. 45/2002 : 1. Sungai A Untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu 2. Sungai B Untuk bahan baku air minum dan kebutuhan rumah tangga 3. Sungai C Untuk keperluan perikanan

4. Sungai D Untuk keperluan pertanian dan usaha perkotaan dan industri 5. Sungai E Diluar peruntukkan sungai A, B, C, D diatas

BAB 3 Metode Praktikum 3.1 Waktu dan Tempat Hari/ Tanggal Waktu Tempat Industri No.10. : Kamis / 31 Mei 2012 : Pukul 08.00 11.00 : IPAL PT Surabaya Industrial Estate Rungkut di jalan Rungkut Raya

3.2 Cara kerja Metode praktikum dalam praktikum ini adalah kita melihat dan mengamati secara langsung dengan dipandu oleh petugas dari IPAL PT. SIER. Proses pengolahan limbah dari IPAL PT. SIER adalah sebagai berikut :

Bak pengumpul

Bak pengendap

Bak pengering

Bak Oksidasi pengapung

Bak penyaring

Bak

Lumpur aktif BAB IV

Bak pengendapan akhir

Bak pembuangan akhir

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (Persero)

PT. SIER merupakan instansi yang milik BUMN singkatan dari Surabaya Industrial Estate Rungkut yang berada di kawasan Rungkut Industri, tepatnya di jalan Rungkut Raya Industri No.10. PT. SIER didirikan untuk membangun dan mengembangkan kawasan industri di Surabaya. PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (Persero) didirikan pada tanggal 28 Februari 1974 untuk mengelola clan mengembangkan Kawasan Industri. Di Indonesia, khususnya Jawa Timur, SIER merupakan area industri terbaik, terbesar dan paling dikenal. Dikembangkan oleh PT. SIER berdasarkan master plan yang rapi untuk memenuhi kebutuhan yang nyata akan industri dan lingkungan hidup. Dikelola dengan balk untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas termasuk fasilitas pengolahan air limbah, kemudahan akses ke Pelabuhan Samudra Tanjung Perak dan Bandar Udara Juanda. Berlokasi di Kotamadya Surabaya, kota terbesar ke-2 di Indonesia dan merupakan pusat pertumbuhan ekonomi terpesat dengan penduduk 3,5 juta jiwa. Ada sekitar 445 perusahaan yang mengembangkan usahanya dikawasan tersebut. PT.SIER (Persero) dikelola dengan sangat baik dan menyediakan berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhan dan menjaga lingkungan hidup di sekitarnya. Dengan banyaknya

perusahaan yang ada, maka PT. SIER (Persero) membangun sebuah instalasi pengolahan limbah cair untuk menampung limbah cair dari semua perusahaan yang berada dikawasan tersebut yang diberi nama IPAL PT. SIER (Persero). Pengolahan limbah cair pada IPAL PT. SIER (Persero). PT SIER mengelola 3 kawasan industri: 1. Surabaya Industrial Estate Rungkut seluas 245 Ha, telah ditempati oleh hampir 300 perusahaan yang menampung puluhan ribu pekerja. 2. Sidoarjo Industrial Estate Berbek yang berdiri di atas lahan seluas 87 Ha dan telah menampung lebih dari 9,000 tenaga kerja. 3. Pasuruan Industrial Estate Rembang dengan luas lahan 500 Ha, siap menunggu investasi Anda, berlokasi 60 Km dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dihubungkan dengan Jalan Toll. 4.2 Jenis-jenis limbah lndustri yang menjadi bahan olahan PT. SIER a. Bahan buangan cairan berminyak Minyak tidak dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung di atas permukaan air, bahan buangan cairan berminyak yang di buang ke air lingkungan akan mengapung menutupi permukaan air. Kalau bahan buangan cairan berminyak mengandung senyawa yang volatile maka akan terjadi penguapan dan luar permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan luas permukaan ini tergantung pada jenis minyaknya dan waktu lapisan minyak yang menutupi permukaan air dapat juga terdegradasi oleh mikroorganis tertentu, namun memerlukan waktu yang cukup lama. Lapisan minyak di permukaan air lingkungan akan mengganggu kehidupan organisme dalam air. Hal ini disebabkan oleh lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air sehingga jumlah oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang. Kandungan oksigen yang menurun akan mengganggu kehidupan hewan air. Adanya lapisan minyak pada permukaan air juga akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga fotosintesis oleh tanaman air tidak dapat

berlangsung. Akibatnya, oksigen yang seharusnya dihasilkan pada proses fotosintesis tersebut tidak terjadi. Kandungan oksigen dalam air jadi semakin menurun. Selain dari pada itu, air yang telah tercemar oleh minyak juga tidak dapat dikonsumsi oleh manusia karena seringkali dalam cairan yang berminyak terdapat juga zat-zat yang beracun, seperti senyawa benzene, senyawa toluene dan lain sebagainya.

1. b. Bahan buangan padat. Bahan buangan padat adalah adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut bila dibuang ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun pembentukan koloidal. Apabila bahan buangan padat tersebut menimbulkan pelarutan, maka kepekatan atau berat jenis air akan naik. Kadang-kadang pelarutan ini disertai pula dengan perubahan warna air. Air yang mengandung larutan pekat dan berwarna gelap akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Sehingga proses fotosintesa tanaman dalam air akan terganggu. Jumlah oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang, kehidupan organisme dalam air juga terganggu. Pembentukan koloidal terjadi bila buangan tersebut berbentuk halus, sehingga sebagian ada yang larut dan sebagian lagi ada yang melayang-layang sehingga air menjadi keruh. Kekeruhan ini juga menghalangi penetrasi sinar matahari, sehingga menghambat fotosintesa dan berkurangnya kadar oksigen dalam air. 1. c. Bahan buangan anorganik

Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya adalah logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah industri yag

melibatkan penggunaan unsure-unsur logam seperti timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd), air raksa atau merkuri (Hg), Nikel (Ni), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dll. Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat merusak peralatan yang terbuat dari besi melalui proses pengkaratan (korosi). Juga dapat menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan. Apabila ion-ion logam berasal dari logam berat maupun yang bersifat racun seperti Pb, Cd ataupun Hg, maka air yang mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya bagi tubuh manusia, air tersebut tidak layak minum. 4.3 Sistem Pengolahan Air Limbah PT. SIER Sistem pengolahan air limbah, PT. SIER (Persero) menggunakan system pengolahan secara fisika-biologis. Dalam hal ini tanpa menggunakan atau menambahkan bahan kimia. Sebelum dialirkan ke pengolahan limbah PT SIER pabrik-pabrik harus menampung dan mengolah terlebih dahulu limbah yang akan dibuang di suatu bak kontrol. Sebelum dialirkan ke IPAL petugas akan memeriksa dahulu limbah buangan, karena tidak semua jenis limbah bisa diolah di IPAL PT SIER.

Pengolahan limbah PT. SIER

1. Pengolahan Pendahuluan (pre treatment) Pembuangan air limbah industri (waste water disposal) dialirkan melalui pipa dari pabrik ke saluran pipa bawah tanah yang dipasang sepanjang jalan di depan kavling pabrik yang terletak di Kawasan Industri Rungkut, volume limbah yang masuk IPAL PT. SIER 70008000 m3/hari dari 445 industri. Limbah- limbah ini dikumpulkan jadi satu di bak pengumpul. Tujuan dari bak ini adalah untuk meratakan berat jenis dari semuah limbah

buangan yang berasal dari pabrik, hal ini dilakukan untuk memudahkan proses pengolahan limbah di IPAL PT SIER. 1. 2. Pengolahan Pertama (Primary Treatment)

Dalam Primary treatment ini terdiri dari 3 bak penampung, (1) Bak pertama, untuk mereduksi padatan yang kemudian dialirkan ke sand field

(ladang pasir). Proses pengendapan yang terjadi secara gravitasi pada bak equalisasi atau sumur pengumpul. Dalam proses ini diperkirakan penurunan BOD-COD 20-45 % dan padatan 50-60 % dengan waktu tinggal 2-5 jam. Kolam sand field (ladang pasir) untuk dikeringkan (lebih padat), jika sudah kering padatan dikirim ke PPLI di bogor yang ditunjuk pemerintah untuk mengolah bahan limbah padat. (2) Bak kedua, merupakan bak untuk mengapungkan limbah yang mempunyai BJ (berat jenis) < dari BJ air. Benda benda yang berat jenisnya lebih besar ( misalnya pasir dan logam ) dari berat jenis air dia akan mengendap di dasar sedangkan yang berat jenisnya sama atau lebih kecil dari air akan mengapung diatas. (3) Bak ketiga merupakan bak terakhir dari penyaringan terdahulu untu kemudian akan diolah selanjutnya (secondary treatment). Air yang keluar dari bak penyaringan akan dilirkan sedikit demi sedikit menuju bak oksidasi ( secondary treatment ) 1. Pengolahan Kedua (secondary treatment) (1) Proses Penambahan Oksigen . Air yang sudah disaring dialirkan ke bak oksidasi. Penambahan oksigen adalah salah salah satu usaha pengambilan zat pencemar dalam limbah sehingga konsentrasi zat pencemar akan berkurang atau bahkan dapat dihilangkan sama sekali dengan cara menggunakan rotor yang berfungsi untuk mengalirkan oksigen sebagai pengganti kincir. Zat yang dapat diambil berupa gas, cairan, ion, koloid atau bahan tercampur. Proses biologis yang terjadi bertujuan untuk mengurangi bahan-bahan organik melalui mikroorganisme yang ada di dalamnya. Pada proses ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain jumlah air limbah, tingkat kekotoran dan jenis kotoran.

(2) Proses Pertumbuhan Bakteri. Bakteri diperlukan untuk mengurangi bahan organik yang ada dalam air limbah. Oleh karena itu, diperlukan jumlah bakteri yang cukup untuk menguraikan bahan-bahan tersebut. Bakteri ini akan berkembang biak apabila jumlah makanan yang terkandung di dalamnya cukup tersedia, sehingga pertumbuhan bakteri dapat dipertahankan secara konstan. Pada proses ini dilakukan penambahan lumpur yang baru sehingga pengolahan air limbah dapat terus berlangsung. Lumpur yang biasanya dipergunakan untuk penambahan makanan ini disebut lumpur aktif dimana pemberiannya dilakukan sebelum memasuki bak aerasi dengan mengambil lumpur dari bak pengendapan kedua atau bak pengendapan lumpur terakhir. Pada bak oksidasi ini dengan panjang 40 meter, lebar 10 meter dan tinggi 3 meter, dengan waktu tinggal 16-24 jam. Dengan demikian penurunan kadar BOD-COD 90-95 % kadar mercurinya < 0,1 ppm. Kemudian ke bak pembagi lumpur dengan waktu tinggal 4-5 jam. Kemudian ke bak indicator untuk mengetahui mutu dan kualitas hasil pengolahan limbah. Hasil dari pengolahan air limbah ini dapat berupa air dan Lumpur. Lumpur ini akan dikembalikan ke ()xydation Ditch sebagai Lumpur aktif yang diperlukan untuk proses biologis. Sedangkan air dari hasil proses yang telah memenuhi standar mutu air limbah, menurut SK Menteri Negara KLH No. 3/1991 dan SK Gubernur Jawa Timur No. 414/1987 akan dialirkan melalui pipa dengan menggunakan sistem Drainage yang terletak di tiap kavling industri ke kali Tambak Oso.

4.4 Pembuangan Hasil Pengolahan Limbah

Hasil pengolahan limbah diuji kualitas air terhadap bahan-bahan yang terkandung di dalam bahan tersebut apakah sudah aman bagi lingkungan.

Ketentuan standart air limbah kawasan

Tabel 1. Bahan kimia berupa logam yang menjadi standar kualitas air limbah

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

ITEM KIMIA Arsen Barium Besi Kadmium Kobalt Krom Heksavelen Mangan Nikel Air raksa Selenium Seng Tembega Timbal Sianida

KODE As Ba Fe Cd Co Cr Mn Ni Hg Se Zn Cu Pb Cn

NILAI 1 5 30 1 1 2 10 2 0,005 1 5 5 3 1

SATUAN Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l

Tabel 2. Parameter fisika yang menjadi standar kualitas air limbah

No 1 2 3

ITEM FISIKA Suhu Jumlah padatan terlarut Jumlah padatan tersuspensi

KODE NILAI 40 TSD TSS 2000 400

SATUAN Celcius Mg/l Mg/l

Warna

300

Pt.Co Scala

Tabel 3. Parameter kimia yang menjadi standar kualitas air limbah

No 1 2 3

ITEM KIMIA KODE BOD COD Derajat keasaman BOD COD pH

NILAI 1500 3000 06-Sep

SATUAN Mg/l Mg/l Mg/l

4 5 6 7 8 9

Amonia Diterjen Phenol Flurida Klorida Minyak lemak dan

NH3 MBAS

20 5 2

Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l

F Cl

30 500 30

10 11 12 13 14

Nitrat Nitrit Sisa clor Sulfat Sulfida

NO3 NO2 Cl2 SO4 S

50 5 1 500 1

Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l

Berdasarkan analisis dari pihak terkait, air limbah PT SIER merupakan air limbah golongan II sehingga masih layak usaha dibidang perikanan. Misanya digunakan untuk tambak budidya yang terletak dibelakang IPAL PT SIER. 4.5 Kelebihan dan Kekurangan IPAL PT. SIER Persero

Dalam sistem IPAL PT. SIER memiliki kelebihan dari segi pengolahan yang dilakukan dengan proses fisika-biologi. Sistem ini tidak membutuhkan biaya operasional yang mahal karena pengolahannya terjadi secara alami dengan menggunakan bakteri dan gerak gravitasi dan hasil pengolahannya pun tidak membahayakan lingkungan karena dalam pengolahannya tidak menggunakan bahan kimia. Namum kekurangan pada PT. SIER yaitu masih menimbulkan bau pada bak penampungan awal ini terjadi karena belum terjadi pengolahan.

Gambar 1. Bagan Alir Pengolahan Limbah PT. SIER

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan 1. Tujuan pegolahan air limbah adalah mengurangi BOD, mengurangi partikel tercampur. membunuh organisme pathogen, menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun, dan bahan yang tidak terdegradasi rendah. 2. Proses pengolahan limbah di PT. SIER terdiri dari 1). Pengolahan Pendahuluan (pre treatment), limbah- limbah ini dikumpulkan jadi satu di bak pengumpul. Tujuan dari bak ini adalah untuk meratakan berat jenis dari semuah limbah buangan yang berasal dari pabrik, hal ini dilakukan untuk memudahkan proses pengolahan limbah di IPAL PT SIER, 2). Pengolahan Pertama (Primary Treatment), yang terdiri dari bak pertama untuk mereduksi padatan yang kemudian dialirkan ke sand field (ladang pasir), bak secondari merupakan bak untuk mengapungkan limbah yang mempunyai BJ (berat jenis) < dari BJ air, bak ketiga merupakan bak terakhir dari penyaringan terdahulu untu kemudian akan diolah selanjutnya (secondary treatment). 3). Pengolahan Kedua (secondary treatment) terdiri dari proses Penambahan Oksigen dan proses Pertumbuhan Bakteri. Air limbah PT SIER merupakan air limbah golongan II sehingga masih layak usaha dibidang perikanan. 3. Pengolahan limbah cair pada IPAL PT. SIER (Persero) menggunakan proses fisika-biologi tanpa penambahan bahan kimia apapun, sehingga aman dalam proses pengolahannya. Proses pengolahan limbah secara fisika berupa pemisahan limbah cair dan padatan yang dapat mengendap langsung atau padatan yang berupa serpihan akan dipisahkan dalam rangkaian proses ini serta penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Sedangkan proses pengolahan limbah seacara biologi adalah pemanfaatan lumpur aktif yang bermanfaat untuk efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.

4.2 Saran Dalam praktikum lapang pencemaran selanjutnya diharapkan mahasiswa lebih aktif dalam mengikuti penjelasan atau panduan dari petugas IPAL PT.SIER sehingga praktikum lapang bisa berjalan kondusif dan ilmu yang didapat bisa sesuai dengan apa yang diharapkan.

You might also like