You are on page 1of 2

(Dokter memberitahu orangtuaku bahwa aku mengalami amnesia sebagian akibat benturan keras pada kepalaku.

Kata beliau hal itu mungkin tidak akan mengganggu apabila kondisi psikisku tidak tertekan, ingatan jangka pendekku akan melemah kecuali kenangan yang kuat.) Akupun tersadar di hari ketiga semenjak aku masuk rumah sakit. Aku seperti orang linglung, melihat kesana kemari, badanku lemas. Meski samar-samar kulihat wajah ibuku dan ayahku di samping kiri tempatku berbaring, ekspresi mereka seperti bersuka cita dan terdengar kalimat syukur. Tepat di depanku, seorang dokter dengan gantungan stetoskop unik berwarna pink tersenyum melihatku. Aku masih bingung dengan apa yang terjadi, lalu dokter itu berkata: Mas Dani ndak papa kuq, banyak istirahat biar kesehatannya cepat pulih, lalu beliau berpamitan pada orang tuaku lalu meninggalkan kami. Bu, kuq aku di rumah sakit? Aku kenapa?, tanyaku pada ibu. Ndak papa, tiga hari yang lalu kamu kecelakaan di jalan. Kecelakaan? Kuq bisa?, tanyaku (sambil mencoba mengingat-ingat). Lha kamu nyetirnya ngawur. Ya sudahlah, jangan dipikirkan yang penting kamu harus banyak istirahat, jawab ayahku. Badanku masih lemas, tak terasa akupun tertidur. Cahaya matahari menelisik menembus kisi-kisi jendela korden dan mengenai wajahku, terasa hangat dan aku perlahan-lahan terbangun. Aku melihat seseorang disampingku seperti teman lama, iya benar memang Aya yg di sebelahku. Cukup lama aku tertahan menatapnya hingga Vian dan Rini nyletuk karena dari tadi tak kuperhatikan, Weleh-weleh, CLBK rek sampek lali karo koncone. Oh iya, sory-sory., pintaku sambil tersenyum pada mereka. Tadi ayahmu pamit keluar sebentar katanya mau cari makan sama ibumu di luar, tukas Rini. Kenapa Ay, kuq ngliatin gitu dari tadi, tanyaku Ndak kuq, Dan, gak papa, jawabnya. Halah bohong, Dan. Semalaman dia gak bisa tidur gara-gara mikirin kamu, balas Rini. Aya pun tersipu malu. Assalamualaikum, salam dari seseorang di luar jendela sambil membuka pintu kamar, Indah dan Teguh ternyata sambil membawa bungkusan gede entah isinya apa. Walah, sek urip ae rek koncoku iki, sahut Indah sambil mendekatiku. Aku pun tertawa, dan segera mengenalkan Indah dan Teguh ke Vian dkk, Ni konco plekku di gang rumahku. Ndah, Guh, ni konco plekku semasa SD dulu. Merekapun berkenalan sambil berjabat tangan. Nih Dan, tak bawakan semangka kesukaanmu, sahut Teguh. Wah tahu aja dirimu kalo ku suka semangka, btw thenkyu ya Kami pun saling bercanda karena Indah yang tomboy sanguinis mampu mencairkan sesuana, sedangkan Rini dan Aya memotong semangka untuk disajikan.

Langitpun semakin mendung begitu cepatnya, lalu hujan pun turun namun tak deras. Kuperhatikan teman-temanku semakin asik ngobrol-ngobrol. Kuperhatikan ke luar jendela yang terbias oleh tetes hujan, akupun teringat sesuatu. Meskipun sedih, aku tak menunjukkannya. Ayapun duduk dikursi dekat jendela tepat disebelahku Assalamualaikum.., tiba-tiba ada yang membuka pintu dan kutahu ia adalah Vira menghampiriku dengan tergesa-gesa, Dan, kamu gak papa?. Seisi ruanganpun kaget melihat kedatangannya secara tiba-tiba tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Aku ndak papa kuq, Anton suruh masuk lho?, pintaku padanya karena kulihat samar Anton berdiri di balik pintu. Kemudian disuruhnya Anton masuk. Hei, Dan. Dah kerasa baikan?, tanya Anton padaku. Iya, Ton, dah agak baikan., kujawab dengan sedikit merasa kesal, seolah-olah mereka berdua tidak menyangka kalau telah melihatnya beberapa hari lalu. Kuputuskan dalam hati untuk mengatakan pada Vira bahwa hubungan antara kami harus berakhir saat ini. Dan, buka mulutmu.. Aaa.., Aya memanggilku sambil memegang garpu dengan ujung buah semangka segitiga, merah menggoda, entah mengapa seperti terhinoptis dan kubuka mulutku, kemudia Aya pun menyuapkan untukku. Ku tak tahu Vira kesal memandangi kami berdua, Hei, kamu gak tahu tah kalo aku pacarnya Dani?! Berani-beraninya kamu nyuapin Dani!, hardiknya kepada Aya, Siapa dia, Dan?!, kemudian ia Tanya padaku. Ku lihat sekilas Aya kemudian kutatap tajam tepat ke Vira, Dia sahabatku, kamu tak berhak membentaknya, dan kamu bukan lagi pacarku!, kataku tegas. Maksudmu apa, Dan?, Vira kaget dengan ucapanku. Ndak usah pura-pura gak tahu kamu!, bentak Indah balik tuk membelaku. Aku tahu kamu mesramesraan dengan dia, sambil menunjuk Anton. Vira pun membalas,Jangan sok tahu kamu!! Hei, maksudmu apa!!, bentak Anton kepada Indah dan menghampirinya (suasana semakin memanas). Teguh pun menghalangi Anton dan menantangnya, Kalo mau geger jangan disini mas, ni rumah sakit, kalau mau ayo di luar saja tak ladeni. Stop semuanya, ndak usah berantem!!!, aku pun berkata keras. Vira, jika kamu mencintainya, berdirilah disampingya. Aku ikhlas, tiada paksaan bagimu karena kamu bukan milikku sebagaimana juga aku bukan milikmu, kataku dengan lembut. Dengan perasaan masih kesal kemudian ia menarik tangan Anton berjalan keluar membuang muka lalu membanting pintu dengan kerasnya.

You might also like