You are on page 1of 21

LAPORAN BIOKIMIA

SALIVA

Nama NIM Kelompok Hari/Tanggal Percobaan Asisten

: Fitriani : 70300111023 : IV (Empat) : Jumat 01 Juni 2012 : Ahmad Fadel

LABORATORIUM BIOKIMIA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2012

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, Asisten

2012 Praktikan

( Ahmad Fadel )

( Fitriani )

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Saliva adalah suatu cairan kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar saliva mayor dan minor yang ada pada mukosa rongga mulut. Tiga kelenjar mukosa mayor yaitu parotis, submandibularis, dan sublingualis. Sementara yang termasuk kelenjar saliva minor adalah kelenjar ludah kecil yang terdapat dalam mukosa pipi, bibir, palatum dan glosopalatal. Saliva adalah bagian dari rongga mulut yang sangat perlu untuk diketahui beberapa sifat yang ada di dalamnya termasuk juga fungsi yang ada di dalamnya. Proses pengeluaran dari saliva ini dapat sedikit ataupun banyak melebihi nomal. Pengeluaran ini dapat dirangsang oleh adanya pengaruh bahan kimia ataupun secara mekanis. Pengetahuan saliva adalah dasar dari sebuah penatalaksanaan setiap kasus yang ada di dalam rongga mulut, seperti dalam prosedur penumpatan harus memblokir saliva yang mengenai daerah yang di tumpat. Oleh karena itu, sangat perlu sekali memahami akan beberapa karakteristik dari saliva itu sendiri, khususnya oleh mahasiswa keperawatan. Berdasarkan uraian di atas, maka laporan praktikum ini dibuat untuk memudahkan dalam memahami halhal yang berkaitan dengan saliva sehingga pengetahuan ini dapat diintegrasikan dalam penatalaksanaan proses keperawatan, baik di klinik maupun di rumah sakit.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan I.2.1 Maksud Percobaan Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari sifat dan susunan air liur. I.2.2 Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini, yaitu sebagai berikut: a. Air liur yang tidak disaring 1. Penetapan PH air liur Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar PH air liur. 2. Uji Biuret Tujuan percobaan ini adalah untuk membuktikan adanpya ikatan peptida protein dalam air liur secara kualitatif. 3. Uji Molisch Tujuan percobaan ini adalah untuk membuktikan adanya karbohidrat dalam air liur secara kualitatif. b. Air liur yang disaring 1. Uji Presitipasi Tujuan percobaan ini adalah untuk membuktikan adanya musin dalam air liur. 2. Uji Sulfat Tujuan percobaan ini adalah untuk membuktikan adanya sulfat dalam air liur.

I.3 Prinsip Percobaan Prinsip percobaan untuk air liur yang tidak disaring adalah dengan penetapan PH air liur melalui pengamatan warna dari indikator universal yang telah dicelupkan pada air liur yang tidak disaring, penentuan adanya ikatan peptida protein dalam air liur melalui pengamatan warna ungu dari hasil reaksi antara campuran NaOH dan CuSO4 dengan air liur yang tidak disaring, dan penentuan adanya karbohidrat dalam air liur secara kualitatif melalui pengamatan cincin warna ungu dari hasil reaksi antara pereaksi molisch dengan air liur yang tidak disaring. Prinsip percobaan untuk air liur yang disaring adalah dengan penentuan adanya musin dalam air liur melalui pengamatan presipitasi amorf yang terbentuk dan penentuan adanya sulfat dalam air liur melalui pengamatan endapan putih dari hasil reaksi HCl dan BaCl2 dengan air liur yang telah disaring.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saliva Saliva dihasilkan oleh kelenjer ludah yang terdapat dalam rongga mulut, yang mengandung air sekitar 99,5%. Zat padat yang terdapat dalam saliva diantaranya ptyalin (amylase), musin (suatu glikoprotein) dan sejumlah senyawa-senyawa yang juga terdapat dalam darah dan urin seperti amoniak, asam-asam amino, urea, asam urat, kolesterol, serta kation (Ca2+, Na+, K+, Mg2+), dan anion seperti PO43-, Cl-, dan HCO3-, pH sekitar 6,8 (Tim Dosen Biokimia, 2012). Saliva atau air liur memiliki peranan yang sangat besar dalam rongga mulut. Secara garis besar fungsi saliva atau ludah, yaitu: perlindungan permukaan tubuh, pengaturan kandungan air, anti virus dan produk metabolism, pencernaan makanan dan pengecap, diferensiasi dan

pertumbuhan sel (Chemistry, 2012). Air liur atau saliva sebagian besar diproduksi oleh tiga kelenjer utama yakni kelenjer parotis, kelenjer sublingual, dan kelenjer submandibula. Volume air liur yang diproduksi bervariasi yaitu 0,5 1,5 liter perhari tergantung pada tingkat perangsangannya. Air liur atau saliva mengandung dua tipe pengeluaran atau sekresi cairan yang utama yakni sekresi serus yang mengandung ptyalin (suatu alfa amilase) yang merupakan enzim untuk mencernakan karbohidrat dan sekresi mucus yang mengandung musin untuk

tujuan pelumasan atau perlindungan permukaan yang sebagian besar dihasilkan oleh kelenjer parotis. Cairan tipe mucus itu disekresikan atau dikeluarkan setiap detik sepanjang waktu kecuali saat tidur yang produksinya lebih sedikit. Dalam hal pencernaan, air liur berperan dalam membantu pencernaan karbohidrat. Karbohidrat atau tepung sudah mulai dipecah sebagian kecil dalam mulut oleh enzim ptyalin. Enzim dalam air liur itu memecah tepung (amilum) menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya (Anonim, 2009). Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Tiap hari sekitar 1 1,5 L saliva dikeluarkan oleh kelenjer saliva. Saliva terdiri atas 99,24% air dan 0,58% terdiri atas ion-ion Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42-, dan zat-zat organik seperti musin dan enzim amylase atau ptyalin. Musin suatu glikoprotein dikeluarkan oleh kelenjer sublingual dan kelenjer submandibular, sedangkan ptyalin dikeluarkan oleh kelenjer parotid. Saliva mempunyai pH antara 5,75 sampai 7,05. Pada umumnya pH saliva adalah sedikit di bawah 7. Enzim ptyalin dalam saliva adalah suatu enzim amylase, yang berfungsi untuk memecah molekul amilum menjadi maltosa dengan proses hidrolisis. Proses ini berjalan lebih baik apabila makanan dikunyah lebih halus. Enzim ptyalin bekerja secara optimal pada pH 6,6. Disamping itu, karena musin adalah suatu zat yang kental dan licin, maka saliva mempunyai fungsi untuk membasahi makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan atau memperlancar proses menelan makanan. Dalam lambung enzim ini hanya dapat bertahan selama 15 30 menit, karena cairan dalam lambung bersifat sangat asam, yaitu mempunyai pH antara 1,6 2,6.

Rangsangan yang menyebabkan pengeluaran saliva dari kelenjer saliva adalah pikiran tentang makanan yang disenangi, adanya bau makanan yang sedap atau melihat makanan yang diharapkan sehingga menimbulkan selera (Poedjiadi, 2006). 2.2 Fungsi Saliva Menurut Poedjiadi (2006) terdapat beberapa fungsi saliva, yaitu sebagai berikut: a. Sensasi Rasa Aliran saliva yang terbentuk didalam acini bersifat isotonik, saliva mengalir melalui duktus dan mengalami perubahan menjadi hipotonik. Kandungan hipotonik saliva terdiri dari glukosa, sodium, klorida, urea dan memiliki kapasitas untuk memberikan kelarutan substansi yang

memungkinkan gustatory buds merasakan aroma yang berbeda. b. Perlindungan Mukosa dan Lubrikasi Saliva membentuk lapisan seromukos yang berperan sebagai pelumas dan melindungi jaringan rongga mulut dari agen-agen yang dapat mengiritasi. Mucin sebagai protein dalam saliva memiliki peranan sebagai pelumas, perlindungan terhadap dehidrasi, dan dalam proses pemeliharaan viskoelastisitas saliva. c. Kapasitas Buffering Buffer adalah suatu substansi yang dapat membantu untuk

mempertahankan agar pH tetap netral. Buffer dapat menetralisasikan asam dan basa. Saliva memiliki kemampuan untuk mengatur keseimbangan buffer pada rongga mulut.

d. Integritas Enamel Gigi Saliva juga memiliki peranan penting dalam mempertahankan integritas kimia fisik dari enamel gigi dengan cara mengatur proses remineralisasi dan demineralisasi. Faktor utama untuk mengontrol stabilitas enamel adalah hidroksiapatit sebagai konsentrasi aktif yang dapat membebaskan kalsium, fosfat, dan fluor di dalam larutan dan di dalam pH saliva. e. Membantu Proses Pencernaan Saliva bertanggung jawab untuk membantu proses pencernaan awal dalam proses pembentukan bolus-bolus makanan. Enzim -amylase atau enzim ptyalin merupakan salah satu komposisi dari saliva yang berfungsi untuk memecah karbohidrat menjadi maltose, maltotriose dan dekstrin. f. Perbaikan Jaringan Saliva memiliki peranan dalam membantu proses pembekuan darah pada jaringan rongga mulut, dimana dapat dilihat secara klinis waktu pendarahan menjadi lebih singkat dengan adanya bantuan saliva. g. Membantu Proses Bicara Lidah memerlukan saliva sebagai pelumas selama bicara, tanpa adanya saliva maka proses bicara akan menjadi lebih sulit. h. Menjaga Keseimbangan Cairan Penurunan aliran saliva akan menghasilkan adanya suatu sensasi haus yang dapat meningkatkan intake cairan tubuh.

BAB III METODE KERJA

3.1 Bahan Percobaan Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan saliva ini, yaitu air liur yang tidak disaring dan yang telah disaring, NaOH 1 %, CuSO4 0,5 %, pereakso Molisch, H2SO4 pekat, H2SO4 encer, erlenmeyer 250 ml, HCl encer, dan BaCl2 2 %. 3.2 Alat Percobaan Adapun alat yang dugunakan pada percobaan, yaitu antara lain indikator universal, tabung reaksi, pipet tetes, pipet volumetrik, corong, gelas kimia 250 ml, dan pipet volume 5 ml. 3.3 Prosedur Kerja a. Air liur yang tidak diasaring 1. Penetapan pH air liur Dicelupkan sepotong indikator universal ke dalam air liur yang tidak disaring, lalu dicocokkan warna pada indikator tersebut dengan standar warna PH untuk indikator tersebut dan kemudian ditentukan PH air liur. 2. Uji Biuret Dimasukkan 2 ml air liur yang tidak disaring ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan larutan NaOH 1 % campur dengan baik dan kemudian ditambahkan setetes lagi setetes CuSO4 0,5 % hingga maksimum 10 tetes. Setelah itu, diamati perubahan warna yang terjadi.

3. Uji Molisch Dimasukkan 2 ml air liur yang tidak disaring ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 2 tetes perekasi Molisch dan dicampur dengan baik. Selanjutnya, tabung reaksi dimiringkan untuk dialirkan asam sulfat 2 ml dengan hati-hati dari buret melalui dinding tabung sehingga tidak tercampur. Setelah itu, diamati perubahan warna yang terbentuk. Reaksi positif ditandai dengan pembentukan cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan cairan. b. Air liur yang disaring 1. Uji Presipitasi Dimasukkan 2 ml air liur yang telah disaring lalu ditambahkan setetes asam asetat encer kemudian dicampur dengan baik. Setelah itu, diamati presipitasi amorf yang dibentuk oleh reaksi bahan-bahan tersebut. 2. Uji Sulfat Dimasukkan 1 ml air liur yang disaring ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3-5 tetes HCl dan juga 5-10 tetes BaCl2 dan dicampur dengan baik. Setelah itu, diamati apakah ada endapan putih yang terbentuk.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan a. Air liur yang tidak disaring 1. Penetapan pH air liur pH air liur 12

2. Uji Biuret Warna yang terbentuk Biru muda

3. Uji Molisch Kedua lapisan cairan Berbentuk cincin warna ungu

b. Air liur yang disaring 1. Uji Presipitasi Terbentuk presipitat amorf +/Endapan putih

2. Uji Sulfat Apa ada endapan ? Tidak ada

4.2 Pembahasan Pada percobaan ini, dilakukan lima pengujian, diantaranya adalah uji penetapan pH air liur, uji buret, uji molicsh, uji presipitasi, dan uji sulfat. Pada uji penetapan pH air liur, uji biuret, dan uji molisch digunakan air liur yang tidak disaring, sedangkan uji presipitasi dan uji sulfat digunakan air liur yang disaring. Pada uji penetapan pH air liur, diperoleh hasil bahwa pH air liur praktikan yang diujicobakan adalah 12 yang berarti bersifat basa. Hasil ini berbeda dengan literatur yang terdapat pada tinjauan pustaka (Poedjiadi, 2006) yang menyatakan bahwa umumnya pH air liur adalah 5,75 sampai 7,05. Hasil ini dimungkinkan karena adanya pengaruh makanan yang dikomsumsi oleh praktikan sehingga mempengaruhi pH air liurnya. Pada percobaan kedua, yaitu uji Biuret diperoleh hasil reaksi antara protein dan pereaksi Biuret berupa warna biru muda. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur. Berdasarkan literatur, seharusnya warna yang terbentuk adalah merah muda sampai violet. Ketidaksesuaian ini disebabkan karena konsentrasi NaOH yang digunakan tidak sesuai. Berdasarkan penuntun praktikum, NaOH yang harus digunakan adalah konsentrasi 1 %, akan tetapi karena keterbatasan bahan, maka yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaOH kaonsentrasi 0,1 %. Jadi, ketidakcukupan konsentrasi NaOH ini dimungkinkan menjadi pemicu kegagalan pembentukan warna merah muda sampai warna violet pada reaksi ini. Pada percobaan ketiga, yaitu uji Molisch diperoleh hasil reaksi antara pereaksi Molisch dengan air liur atau saliva berupa warna ungu berbentuk

cincin. Hasil ini telah sesuai dengan literatur. Jadi, hasil ini membuktikan bahwa benar dalam air liur terdapat karbohidrat. Pada percobaan keempat, yaitu uji presipitasi diperoleh hasil reaksi berupa endapan putih. Hasil ini pun telah sesuai dengan literatur bahwa dalam air liur terdapat musin. Dan pada percobaan kelima, yaitu uji sulfat tidak terdapat endapan pada hasil reaksinya. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur. Berdasarkan literatur, seharusnya reaksi yang terbentuk berupa endapan putih. Jadi, pada percobaan ini tidak dapat dibuktikan bahwa pada air liur terkandung ion sulfat. Hal ini dimungkinkan karena faktor makanan yang dikomsumsi oleh praktikan yang air liurnya dijadikan uji coba. 4.3 Reaksi 4.3.1 Reaksi Uji Biuret Larutan protein jika ditambah pereaksi Biuret maka akan terbentuk warna merah muda sampai violet. Reaksi yang terjadi, yaitu:
OH OH

+ NaOH + CuSO4
H 2C HC NH 2

Na2SO4 + H2O +
H 2C HC C O O Cu O NH 2

H 2C HC C O NH 2

COOH

4.3.2 Reaksi Uji Molisch Larutan ini bila ditambah naphtol dalam alkohol dan asam sulfat pekat akan terbentuk warna ungu. Reaksi yang terjadi, yaitu:

4.3.3 Reaksi Uji Presipitasi Reaksi positif pada uji ini ditandai dengan terbentuknya endapan putih. Adapun reaksinya, yaitu: Saliva + CH3COOH 4.3.4 Reaksi Uji Sulfat Ba2+ + SO42BaSO4 Mengendap mengendap (koagulasi)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada uji coba penentuan pH air liur, pH air liur yang diujicobakan adalah 12 yang berarti bersifat basa. Dan pada uji Biuret, warna yang terbentuk adalah warna biru muda. Sedangkan, berdasarkan referensi seharusnya warna yang terbentuk adalah warna lembayung atau merah muda sampai violet. Hal ini berarti uji coba yang dilakukan tidak berhasil. Kemudian, pada uji Molisch, reaksi yang terbentuk adalah berupa cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan cairan. Hasil ini membuktikan bahwa air liur mengandung karbohidrat. Selain itu, pada uji Presipitasi terbentuk endapan putih yang membuktikan bahwa air liur mengandung musin. Dan pada uji sulfat, tidak terdapat endapan. Padahal, pada referensi seharusnya ada endapan yang menunjukkan bahwa air liur mengandung ion sulfat. Hasil ini menunjukkan bahwa uji coba yang dilakukan tidak berhasil. 6.2 Saran Adapun saran praktikan terhadap asisten dan laboran, yaitu: 1. Sebaiknya asisten dapat meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan penjelasan tentang percobaan yang telah dilakukan agar kami sebagai praktikan dapat lebih mengerti dan paham tentang percobaan tersebut.

2. Sebaiknya asisten tidak terlalu menyulitkan praktikan dalam hal asistensi laporan dan seharusnya selalu berpegang teguh pada objektivitas dalam menilai kerja praktikan. 3. Sebaiknya asisten mempertahankan sikap ramah dan ketegasannya pada praktikan. 4. Sebaiknya peralatan dan bahan praktikum disiapkan selengkap mungkin. Karena kami sebagai praktikan merasa praktikum yang telah kami jalani ini tidaklah optimal dikarenakan pengadaan alat dan bahannya juga tidak otimal. 5. Seharusnya praktikan tidak dibebankan dengan pengadaan alat dan bahan praktikum. 6. Kenyamanan dalam ruang praktikum sangat penting untuk praktikan dalam melakukan praktikum. Jadi, sekiranya kenyamanan laboratorium perlu ditingkatkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,

2009,

Saliva,

online

(http://jurtek.akprind.ac.id/sites/default/files/127_134_ganjar.pdf), diakses pada 16 Juni 2012, pukul 14.30 WITA. Chemistry, 2012, Laporan Biokimia, online

(http://themacmanchemistry.blogspot.com/2012/05/laporan biokimia.html), diakses pada 16 Juni 2012, pukul 13.32 WITA. Poedjiadi, 2006, Uji Sifat Fisik Kimia Cairan Tubuh, 2006, online (http://www.scribd.com/doc/33508463/Uji-Sifat-Fisik-Dan-KimiaCairan-Tubuh-air-Liur-Dan-Empedu), diakses pada 28 Juni 2012, pukul 12.05 WITA. Trisniadi, N., Ferial, E.W., dan Tim Dosen Biokimia, 2012, Penuntun Praktikum Biokimia, Program studi keperawatan fakultas kesehatan, Universitas Islam Negeri, Makassar.

LAMPIRAN

a. Air liur yang tidak disaring 1) Uji Penentuan pH Air Liur

Gambar 1. Standar warna PH

Gambar 2. Indikator universal yang telah dicelupkan dalam saliva

2) Uji Biuret

Ganbar 3. Hasil reaksi pada uji Biuret 3) Uji Molisch

Gambar 4. Hasil reaksi pada uji Molisch

b. Air liur yang disaring 1) Uji Presipitasi

Gambar 5. Hasil reaksi pada uji Presipitasi 2) Uji Sulfat

Gambar 6. Hasil reaksi pada uji sulfat

You might also like