You are on page 1of 29

Istilah Radiologi

Istilah Radiologi. 1. Infiltrat: gambaran densitas paru yang abnormal yang umumnya berbentuk bercakbercak atau titik-titik kecil dengan densitas sedang dan batas tidak tegas. Merupakan gambaran suatu proses aktif paru. 2. Fibrosis: jaringan parut dengan gambaran umumnya berbentuk garis atau pita dengan batas yang tegas dan densitas yang tinggi. Merupakan gambaran suatu proses lama dari peradangan pada paru. 3. Kalsifikasi : deposit kalsium/kapur yang pada foto toraks memiliki gambaran bercak atau titik dengan densitas yang tinggi menyerupai jaringan tulang, merupakan pertanda dari proses lama pada paru. 4. Bullae: Suatu kantong berdinding tipis yang berisi udara, umumnya disebabkan oleh destruksi alveolus kemudian terisi oleh udara. Bullae biasanya terletak dekat dengan pleura/di perifer paru. Gambaranya adalah area avaskuler berbentuk bulat dan berdinding tipis. 5. Kista : Suatu rongga yang spheris, berdinding tipis nongranulomatous, berisi udara, cairan atau semifluid material. 6. Kavitas: Bentuk rongga udara yang lain dalam paru. Istilah ini biasanya diperuntukkan bagi rongga yang terbentuk akibat nekrosis jaringan, tidak seperti bulla. Dinding yang tebal dan tidak teratur merupakan gambaran yang membedakannya dengan bulla atau bleb. 7. Abses: Suatu rongga yang dibatasi jaringan granulasi yang didalamnya terdapat pus. Gambarannya berupa kavitas dengan air fluid level berdingding tebal dengan area konsolidasi disekitarnya. 8. Tuberkuloma : merupakan sarang-sarang perkijuan (caseosa) berbentuk bulat/nodul dengan diameter 0,5-4 cm yang terjadi pada TB paru post primer. 9. Pleural effusion: cairan yang berlebih diantara kedua pleura yaitu pleura visceralis dan parietalis, dapat disebabkan oleh infeksi, tumor atau kelainan sistemuk. Gambarannya adalah konsolidasi homogen di struktur paru bawah dengan meniscus sign, berjalan dari lateral atas menuju ke medial bawah, disebut juga dengan elis line.

10. Pneumotoraks: Terkumpulnya udara dalam rongga pleura, yang memberikan gambaran berupa area hiperlusen avaskuler di daerah perifer paru. Jika luas akan memberikan efek pendorongan terhadap paru (menjadi kolaps), dan pendorongan mediastinum. 11. Swarte : penebalan pleura akibat penyakit pleura yang kronis (pleuritis atau pneumotoraks berulang) sehingga terjadi penimbunan jaringan ikat dan kalsifikasi. 12. Tumor paru: Pertumbuhan abnormal dari jaringan paru yang memberikan gambaran berupa konsolidasi. Pada massa yang ganas memberikan konsolidasi dengan batas tidak tegas dan tidak teratur dan dapat menyebabkan emfisema setempat, atelektasis, peradangan atau efusi pleura. Pada massa jinak gambaran berupa konsolidasi homogen berbatas tegas. 13. Tumor mediastinum : tumor yang terdapat di mediastinum, misalnya tiroid,kista bronkogenik, limfoma dan teratoma. Gambarannya berupa konsolidasi di mediastinum atau mediastinum yang melebar, membentuk sudut yang lancip. 14. Emfisema : suatu keadaan, dimana paru lebih banyak berisi udara sehingga ukuran paru bertambah, baik anterior-posterior maupun vertikal ke arah diafragma. Gambaran paru menjadi lebih radiolusen, bentuk torak seringkali menjadi kifosis, diafragma letak rendah dengan diafragma mendatar dan sela iga melebar. 15. Kardiomegali : pembesaran jantung yang ditandai dengan CTR (membandingkan lebar jantung dan lebar dada pada foto thoraks PA) lebih dari 50% pada posisi PA. 16. Elongasi Aorta : seringkali didapatkan pada orang tua, aorta (aorta asenden, arkus aorta dan aorta desenden) memanjang, kadang-kadang disertai pelebaran aorta. Aorta asenden menjadi batas jantung sisi kanan atas, agak konvek, arkus menjadi lebih menonjol, dapat diukur jarak antara arkus aorta dengan pertengahan klavikula yang kurang dari 2 cm. 17. Dilatasi Aorta : gambaran aorta yang melebar, aorta melebar lebih dari 4 cm dihitung dari procc. spinosus vertebra torakal setinggi arcus aorta. 18. Kalsifikasi Aorta : gambaran bintik-bintik perkapuran pada proyeksi aorta. 19. Edema Paru : pembengkakan paru akibat tingginya aliran darah paru. Gambaran corakan bronkovaskular yang meningkat sampai kranialisasi, penebalan dinding interlobular dan cuffing peribronkial. 20. Bronkiektasis : dilatasi bronkus, terjadi karena adanya obstruksi dan peradangan yang kronis. Gambarannya berupa lesi kistik atau cincin-cincin ektasis multipel seperti sarang

tawon yang umumnya terdapat dilapangan bawah paru, atau gambaran garis-garis translusen yang panjang menuju ke hilus dengan bayangan konsolidasi disekitarnya. 21. Atelektasis : kolaps paru, gambaran udara/lusensi pada jaringan paru berkurang, dapat terjadi karena sumbatan bronkus oleh karena tumor maupun kelenjar parahiler yang membesar. Gambaran radiologis berupa konsolidasi homogen (densitas tinggi), dengan penarikan mediastinum ke arah jaringan kolaps, diafragma tertarik keatas dan sela iga menyempit. 22. Pneumonia : merupakan peradangan infeksi non spesifik, gambaran radiologis berupa konsolidasi dapat sebagian atau seluruh paru. 23. TB paru : infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis pada paru. Dapat dibagi 2, primer dan postprimer. TB primer, terjadi umumnya pada anak yaitu fokus ghon dan penebalan hilus dan pelebaran mediastinum, disebut dengan kompleks primer. TB post primer umumnya terjadi pada orang dewasa, gambaran lesi polimorfik, dapat berupa kavitas, tuberkuloma, infiltrat, fibrosis dan kalsifikasi. Lokasi terutama di lobus atas paru dan segmen apikal lobus bawah paru. 24. TB milier : penyebaran hematogen dari TB dengan gambaran bercak halus multiple berukuran 2-3 mm di seluruh paru. 25. Metastasis paru : adalah penyebaran tumor di paru dari tumor primer di tempat lain. Gambaran bermacam-macam, dapat berupa nodul multipel, konsolidasi menyerupai pneumonia, golf ball, lymphangitic spread atau efusi pleura. 26. Pleuropneumonia : proses peradangan pada pleura dan jaringan paru, ditandai opasitas di mana diafragma menjadi kabur serta gambaran kalsifikasi dari pleura atau penebalan pleura. 27. Inspirasi maksimal : mencakup sampai tulang iga anterior ke-6 dan tulang iga posterior ke-9. 28. Bentuk iga depan lebih tinggi di sebelah lateral dari pada medial, sehingga iga-iga kiri kanan yang sama nomornya kira-kira membentuk huruf V. Iga posterior lebih tinggi di sebelah medial dari pada disebelah lateral, sehingga iga-iga kiri kanan yang sama nomornya kira-kira membentuk huruf A.

29. Hidropneumothoraks : adanya cairan dan udara pada rongga pleura. Pada posisi PA dan tegak tampak gambaran air fluid level pada rongga pleura dengan sinus kostoprenikus yang terisi tanpa corakan bronkovaskular, sudut kostofrenikus tumpul, tidak ada elis line. kadang terdapat pendorongan paru ke arah kontralateral. 30. Persistent Thymus : merupakan thymus yang menetap hingga dewasa, yang normalnya mengecil pada usia dua sampai delapan tahun. Gambaran berupa pembesaran dari mediastinum superior yang berbentuk seperti layar atau sayap malaikat.

Gameshark Radiologi H. Panji Irawan Thorax PA 1. CTR < 50% a. Non spesifik - tampak corakan bronkovaskular meningkat di kedua lapang paru = bronkitis akut - tampak corakan bronkovaskular meningkat di kedua lapang paru, diafragma letak rendah, jantung teardrop = bronkitis kronis - tampak bercak eksudat menyebar di basal paru kanan = bronkopneumonia kanan - tampak bercak eksudat menyebar di basal paru kanan-kiri = BP duplex - tampak perselubungan homogen dengan garis Ellis di Lobus inferior hemithorax kanan, disertai bercak eksudat di parahiller kanan = bronkopneumonia + efusi pleura (pleuropneumonia) - tampak bercak eksudat di lobus media kanan&inferior paru dengan batas tegas di fisura minor = pneumonia lobaris kanan - tampak kavitas multipel berdinding tipis di basal paru kanan (dengan/tanpa air fluid level) = pneumonia stafilokokus kanan - tampak kavitas berdinding tebal di basal paru kanan (dengan/tanpa air fluid level di dalamnya) disertai bercak eksudat di sekelilingnya = abses paru kanan - tampak bercak kasar di lobus superior kanan = pneumonia aspirasi (pada anak kecil) - tampak bercak eksudat tersebar halus merata di kedua lapang paru tanpa fokus primer = alveolitis/bronkiolitis b. 1. Proses Spesifik Aktif - tampak bercak infiltrat di apex kanan = Proses spesifik aktif kanan - tampak kaverna berdinding tebal (dengan/tanpa air fluid level) di apex paru kanan = proses spesifik aktif kanan

- bisa terdapat infiltrat di kedua paru - bisa terdapat kaverna besar - dapat disertai pneumothorax, efusi pleura, atelektasis - dapat spreading bronkogenik (tersebar di seluruh lapang paru, kasar), spreading hematogen (tersebar di seluruh lapang paru, halus) b. 2. Proses Spesifik inaktif - kalsifikasi - fibrosis - residual cavity - Schwarte (lobus superior), Plaque (perselubungan homogen dg/tanpa efek efek tarikan di apical lobus superior) - Tuberculoma c. Efek tarikan - Atelektasis (kanan) = tampak perselubungan homogen di apex paru kanan disertai efek tarikan (pada ) sampai dengan fisura minor - Schwarte + Fibrosis (kiri) = tampak perselubungan homogen di apex paru kanan disertai efek tarikan (pada ) - Bronkiektasis = tampak gambaran Honeycomb dengan fibrosis disekitarnya - Fibrosis d. Efek dorongan - Pneumothorax (kanan)= tampak gambaran hiperlusent tanpa corakan bronkovaskuler di lateral/seluruh hemithorax kanan, disertai gambaran paru kanan yang kolaps ke arah hilus, efek dorongan (jantung, dll) kontralateral dan pelebaran sela iga - Efusi pleura (duplex) = tampak perselubungan homogen di sinus costofrenicus kanan&kiri dengan garis Ellis Dammeseou (garis meniscus bila efusi sedikit) - Pneumothorax + Efusi Pleura = tampak gambaran hiperlusent tanpa corakan bronkovaskuler di hemithorax kanan, disertai gambaran paru kanan yang kolaps ke arah hilus, sinus costofrenikus tumpul dengan garis meniscus (hidropneumothorax kanan) 2. CTR > 50% - LVH et causa Cardiomiopati = CTR > 50%, batas kiri jantung > 2/3 hemithorax kiri, pinggang jantung normal, (tanpa kumis terbalik, tanpa koma terbalik, tanpa bercak transudat) - impending decomp et causa Cardiomiopati = CTR > 50%, batas kiri jantung > 2/3 hemithorax kiri, pinggang jantung normal, dengan kumis terbalik, koma terbalik, (tanpa bercak transudat di basal paru kanan) - Decompensatio cordis kiri et causa Cardiomiopati = CTR > 50%, batas kiri jantung > 2/3 hemithorax kiri,

Apex tertanam, kumis terbalik, koma terbalik, bercak transudat di basal paru kanan - impending decomp et causa kelainan katup mitral = CTR > 50%, batas kiri jantung > 2/3 hemithorax kiri, pinggang jantung (mendatar/mencembung), gambaran kumis terbalik, koma terbalik, (tanpa bercak transudat di basal paru kanan) - Decompensatio cordis kiri et causa kelainan katup mitral = CTR > 50%, batas kiri jantung > 2/3 hemithorax kiri, pinggang jantung (mendatar/mencembung), gambaran kumis terbalik, koma terbalik, bercak transudat di basal paru kanan - konfigurasi mitral = Pinggang jantung mendatar/mencembung, corakan bronkovaskular meningkat - Uremic lung = CTR > 50%, batas kiri jantung > 2/3 hemithorax kiri, tampak bercak kesuraman cranialisasi di hemithorax kanan & kiri simetris halus membentuk gambaran batwings (Tanpa kumis terbalik, tanpa koma terbalik) BNO B= jumlah udara usus meningkat (meteorismus) -> distensi usus = Coil spring, Hearing bone (suspect ileus) -> stepladder (ileus obstruktif) -> free air sickle pada diafragma kanan (ileus perforasi) Distribusi udara tidak normal (sentinel loop, udara di usus halus) Peritoneal Fatline (menghilang pada peritonitis), Psoas line Kalsifikasi = cholelithiasis (batu multipel, mozaic di luar pelviocalices) N = Contour ginjal (tampak/tidak tampak/tampak sebagian), nefrolith (dalam contour ginjal), uretrolith Menilai batu = densitas (opaque/lusent), bentuk (bundar/oval), struktur (lamelar/radiar), jumlah, letak LS = aligment, spur, corpus vertebra, celah sendi menyempit/tdk IVP 7 = kontras belum mengisi = penuruan fungsi ekskresi nefrolith (di dalam pelviocalices) IVP 15 = kontras belum mengisi ureter = penurunan fungsi ekskresi Hidroureter, hidronefosis (grade 1 = Tumpul, grade 2 = Flattening, grade 3 = Clubbing, grade 4 = Kistik) Striktur (tepi ireguler), peristaltik (tepi reguler) (batu = suspect) Kingking/tidak IVP 30 = v. urinaria penuh Pada saluran atas tetap dinilai pelebarannya krn apa? IVP PM = fungsi miksi baik/tidak (ada tidaknya sisa kontras di vesica urinaria)

IVP 120 menit belum mengisi vesica urinaria = gangguan fungsi ekskresi Colon inloop kontras mengisi sampai ileum terminalis Haustra terlihat (baik/tidak baik) Filling defect = Ca colon (annular, polipoid, fungiting) Indentasi (massa di luar organ yang mendesak), contoh splenomegali Additional defect = divertikel/divertikulosis String sign = pada post evakuasi, gambaran colitis kronik Schuller 1. Mastoiditis akut d = perselubungan homogen sebagian pd mastoid aircell kanan/dg pneumatisasi k = mastoiditis akut 2. Mastoiditis kronis d = perselubungan homogen pd seluruh mastoid air cell kanan dengan gambaran sklerotik (dengan/tanpa kolesteatom) k = mastoiditis kronis kanan (dg/tanpa kolesteatom) Eislerr untuk Fraktur Mandibula (mentum, corpus, angulus, procesus)

Tulang dan sendi f = cruris AP d = tampak periosteal reaction&osteolitik pd tibia kanan 1/3 (proksimal/distal) disertai soft tissue swelling k = osteomielitik akut kanan f = cruris AP d = tampak kloaka, involucrum, squester pada 1/3 (proksimal/distal) tibia kanan k = osteomielitik kronis kanan Osteoporosis = korteks menipis, densitas menurun, trabekula berkurang f = Pelvis d = bergesernya caput femur kanan dari acetabulum ke inferior medial k = dislokasi coxae kanan ke medioinferior f = columna vertebralis cervicalis d = cervical tegak

k = muscle spasme f = cranial d = discontinuitas os. Frontal k = fraktur cranii f = pelvis d = simpisis pubis meregang k = simfisiolisis (biasa pd wanita postpartum) f = pedis d = diskontinuitas k = fraktur os tarsal f = pedias d = diskontinuitas komplit digiti 5, posisi buruk, terdapat kalus k = fraktur digiti 5 pedis f = cruris kiri AP LATERAL = seharusnya OBLIQUE agar tdk superposisi d = diskontinuitas komplit os fibula&os tibia 1/3 distal, posisi buruk, tdk terdpt kalus k = fraktur os fibula&os tibia f = cruris kiri d = terpasang plate&screw os tibia 1)3 distal&terdapat diskontinuitas os fibula 1/3 distal, posisi baik,tidak terdapat kalus k = fraktur os fibula 1/3 distal, posisi baik, baru f = cruris kiri d = diskontinuitas komplit os fibula 1/3 distal, posisi baik, tdk terdapat kalus k = fraktur cruris kiri f = cruris kiri d = diskontinuitas komplit os fibula 1/3 distal, posisi baik, terdapat kalus (1 bulan kemudian) k = fraktur os fibula 1/3 distal, posisi baik, sudah lama, struktur tulang normal f = femur d = diskontinuitas komplit os femur, posisi buruk, tdk terdpt kalus = fraktur femur d = diskontinuitas komplit os femur, terpasang gips = imobilisasi d = terpasang pen&wire dg posisi baik = reposisi f = femur

d = diskontinuitas komplit os femur 1/3 proximal, posisi buruk, tdk ada kalus k = fraktur os. Femur f = wrist (AP lateral) d = diskontinuitas caput radius distal&procesus styloideus ulna distal lepas k = fraktur colles f = manus (AP - oblique) d = hilangnya os. Phalanx distal kiri pd digiti 1 & terdpt soft tissue swelling k = fraktur amputasi f = manus (AP-oblique) d = diskontinuitas inkomplit metakarpal 4 di 1/3 distal, posisi baik, tdk ada calus k = fraktur metacarpal 4 baru f = artikulasio cubiti (oblique - lateral) d = terpasang pen di os radius, posisi baik k = reposisi fraktur os. Radius f = humerus (AP oblique) d = diskontinuitas komplit 1/2 os. Humerus, posisi buruk, tdk ada kalus k = fraktur os humerus baru f = thorax AP d = diskontinuitas costae posterior 4-8, terdpt hiperlusen di soft tissue k = fraktur costae posterior 4-8 dengan emfisema subkutis f = gelang bahu/shoulder d = diskontinuitas os skapula dextra, tdk terdpt kalus k = fraktur os scapula dextra, baru f = shoulder AP d = diskontinuitas komplit 1/3 os clavikula kiri, posisi buruk, calus (-). Terpasang pen di os. Clavicula dg posisi baik k = reposisi fraktur os. Clavicula f = cranium lateral d = diskontinuitas os frontal sampai os. Pareital k = fraktur linear os. Frontal&os. Parietal f = manus & pedis (AP oblique) d = pedis -> digiti 1&2 fuse, jumlah jari 4

k = syndactily d = manus -> digiti 2&3 fuse k = syndactily f = pedis (AP - oblique) d = jumlah digiti ada 6 k = polidactily f = cruris kanan (AP - lateral) d = terdapat lesi osteolitik, reaksi periosteal, soft tissue swelling pada 1/3 tengah os. Tibia k = osteomielitis akut tibia kanan f = pedis kanan-kiri (AP - oblique) d = permukaan sendi MTP joint 1 kanan tidak rata, sela sendi menyempit, soft tissue swelling, tophi k = gouthy artritis gout = pedis unilateral RA = manus bilateral, tidak ada soft tissue swelling TBC = coxae & vertebra OA = permukaan sendi tidak rata, sela sendi menyempit di genue, coxae F = os. Humerus kiri AP oblique D = struktur tulang normal, terdapat diskontinuitas komplit pada os. Humerus kiri, posisi buruk, tidak terdapat kalus K = fraktur os humerus kiri, 1/3 medial, posisi buruk, baru F = lumbosacral AP-lateral D = corpus vertebra L3 kecil K = kompresi vertebra L3 F = lumbosakral AP-Lateral D = struktur tulang normal, diskus menyempit K = Hernia Nucleus Pulposus F = antebrachii D = diskontinuitas inkomplit di os. Radius & os. Ulna, posisi baik, tidak ada kalus, struktur tulang baik, garis epifisis masih ada K = fraktur Greenstick F = Lumbosacral lateral D = tampak L3 bergeser ke anterior K = spondilolistesis

Radiologi Digestivus - dr. Sigit Jenis foto 1. BNO Udara usus = normal di gaster&colon, usus kecil tdk boleh ada udara, klo ada udara = meteorismus/kembung foto polos abdomen 1 posisi (puasa dl) utk kholik abdomen, utk traktus urinarius d = terdpt struktur moderately radioopaque sebelah kiri setinggi L3 medial psoas line, terdpt spur dg lipping (L2, L3, L4) k = batu ureter kiri setinggi L3 & spondilosis (degeneratif) Batu/kalsifikasi PSOAS line = batu di medial psoas line (batu ureterolith), batu di lateral psoas line (batu nefrolith) peritoneal fat line = menghilang pd peritonitis d = peritoneal fat line menghilang&dinding usus menebal k = peritonitis Contour ginjal&proyeksi saluran anatomi 2. BNO 3 posisi utk akut abdomen, ileus obstruktif, ileus paralitik, perforasi - supine = terdpt Coil spring appereance (bila 1), terdpt Hearing bone sign (bila >1). Tanda dari ileus paralitik - lateral left decubitus = terdpt air fluid level, bila ada multiple air fluid level akan membentuk gambaran stepladder. Tanda dari ileus obstruktif - tegak = terdpt free air sickle di subdiafragma kanan. Tanda perforasi/pneumoperitoneum. Biasanya krn appendisitis, thypoid, ulcus gaster/duodenum 3. OMD/Oesofagus-Mag-Duodenum - berdiri - supine - prone/setengah duduk 4. Colon in Loop - polos/plain - kontras spot/bagian perbagian - overall - post evakuasi Mukosa usus Ukuran usus awalnya BNO dulu, spot 3 foto, overall

indikasi = divertikel (additional defect), colitis (filling defect) d = barium mengisi seluruh colon dengan lancar sampai ileum terminalis, terdapat additional defect pada colon caecum, haustra baik. k = divertikel, (klo ada banyak = divertikulosis) 5. CT Scan 6. USG Hepar Vesica Felea Lien Pancreas fatty liver = hiperechoic (putih) abses hepar = dinding tebal dengan air fluid level batu empedu = gambaran massa (hiperechoic bulat dengan posterior accoustic shadow) kholesistitis akut = dinding tebal, terdapat batu (hiperechoic bulat dengan posterior accoustic shadow) kholesistitis kronik = dinding tebal dengan bentuk deformitas Foto kontras Esofagogram = biasa dilakukan pd bayi baru lahir, muntah2 terus saat diberi ASI d = kontras mengisi esofagus setinggi/sampai cervical 4 k = striktur esofagus Gambaran anatomi gaster Intestinum tenue Colon Rektosigmoid Kasus 1. Fatty liver (USG) 2. Hepatitis (USG) 3. Abses hepar (USG) 4. Striktura Esophagus, penyempitan lumen esofagus dengan batas ireguler setinggi Cervical (?) 5. Ileus 6. Perforasi (free air sickel pd diafragma kanan) 7. Cholecystitis 8. NEC (ga ada fotonya) 9. Colitis kronik = dilihat saat post evakuasi, tampak String sign 10. Divertikel = additional filling/defect 11. Peritonitis = peritonel fatline menghilang Radiologi Traktus Urinarius

Jenis foto 1. BNO Contour ginjal Batu/kalsifikasi f = BNO d = jumlah udara usus meningkat, distribusi udara usus tidak normal, tampak gambaran sentinel loop. Tampak batu (jumlah, bentuk, struktur, lokasi) radioopaque, berjumlah 1, bentuk bulat di contour ginjal kanan k = nefrolith kanan dengan distensi abdomen f = BNO d = gambaran batu radioopaque bentuk (lonjong/oval), struktur (lamelar/radier), jumlah 1 dlm rongga pelvis di linea mediana k = vesicurelith 2. IVP - 7 menit Fungsi ekskresi - Pelviocalices Nephrogram -15 menit Pelviocalices Ureter - 30 menit Ureter Vesika urinaria - Post miksi = Evaluasi pengosongan - 60/120 menit 3. Cystografi 4. RPG/retrograde pyelografi 5. CT Scan 6. USG Ginjal Vesika Urinaria Prostat Kasus 1. Batu urinarius 2. BPH 3. Striktur Ureter 4. Ruptur ginjal/ureter/buli

F = ivp 30 menit D = Tampak gbran batu radioopaque di kiri. Pelviocalises&ureter kiri tdk terisi kontras K = batu ginjal kiri dg gang.fungsi ekskresi F = Bno D = Jumlah udara usus sangat bertambah,tampaik hering bone k = Suspect ileus obstruktif f = ivp 15 menit d = pelebaran pelviocalises kiri, kingking di pangkal ureter kiri k = ureter kingking dg hidronefrosis kiri f = IVP 7 menit d = kontras tdk mengisi pelviocalices kanan dg gambaran batu memenuhi pelviocalises k = batu Stockhorn dlm ginjal kanan f = IVP 15 menit d = pelebaran pelviocalises kiri dg penyempitan lumen ureter tepi ireguler. Tampak batu multipel mozaic diluar pelviocalises kanan k = hidronefrosis et causa striktur uretra. Cholelithiasis f = IVP 30 menit d = tampak gambaran sklerotik dengan spur formation/lipping k = spondiloartrosis/spondilosis (krn proses degeneratif) F = cystogram D = mukosa v. Urinaria ireguler, tampak additional filling, tampak identasio K = cystitis oleh krn BPH&divertikel F = IVP 7 menit D = tampak pelviocalises kiri normal, tampak bayangan batu berbentuk corong dg contour ginjal kanan membesar K = batu pelvis renalis kanan dg gangguan ekskresi& suspect hidronefrosis derajat hidronefrosis normal = cupping lancip tajam 1. Cupping tumpul = sumbatan parsial 2. Cupping rata/flattening 3. Clubbing/mencembung 4. Kistik/Medulla tdk terlihat lagi

Sistem Respirasi - dr. L. Kristanto Densitas 1. Very opaque/sangat putih = logam 2. Moderately radioopaque = tulang, kalsifikasi, batu 3. Intermediate = soft tissue, jantung, pembuluh darah, payudara 4. Moderately radiolusent = lemak, udara usus, udara paru, kartilago 5. Very lusent/sangat hitam = udara bebas Densitas paru normal = moderately radiolusent Foto thorax ideal 1. PA = paling baik, krn jantung berada di depan, bila dg AP tdk bs membedakan pembesaran jantung fisiologis/patologis, film di dada, sinar horizontal dr punggung 2. Tegak = sifat air akan mencari tempat terendah 3. Inspirasi = diafragma turun kebawah (costae VI), lapangan paru > lapang, jantung terdorong keatas 4. Endorotasi max = terlihat lengkungan costa I berbentuk 'love sempurna', tulang clavicula terlihat bagus, skapula tidak menutupi lapangan paru Posisi foto thorax lain 1. AP = tidak perlu inspirasi dalam, dilakukan pd pasien yg tdk dpt berdiri, pasien dlm posisi berbaring, film di punggung, sinar vertikal dr dada 2. Lateral = utk mengetahui letak sesuatu lebih jelas, seperti massa, Corpus alienum, analisa jantung, cairan, tumor 3. Lateral dekubitus = utk evaluasi cairan yang sedikit < 200 cc pada efusi pleura 4. Top lordotik = utk membaca apex, contoh = infiltrat pd TB yang tidak begitu jelas dengan foto PA, clavikula tidak ikut difoto 5. CT-scanning membuat potongan transversal/axial, longitudinal, coronal. Utk mengetahui kelainan spesifik/lebih mendetail, dipotong per cm 6. Bronchografi hampir tidak pernah dilakukan, termasuk radiologi intervensional, selang dimasukkan ke bronkus primer lalu dimasukan kontras, skrng sudah tdk dilakukan krn tergantikan dg CT scan Pembacaan foto 1. Hemithorax, dibagi hemithorax kiri dan kanan moderately radiolusent (hitam krn ada udara di jaringan paru) intermediate (putih krn soft tissue jantung) parenkim paru&pleura tdk terlihat 2. Corakan bronkovaskuler, = gambaran a.pulmonalis&percabangannya. Dilihat 1/3 lateral, apabila makin ke lateral makin berkurang = normal. Apabila meningkat = penyakit kronis. Apabila menghilang =

curiga kolaps paru 3. Hilus = tempat keluar masuknya pembuluh darah, kelenjar limfe, bronkus, vena. Wajib dibaca pada anak2, curiga TB anak (pembesaran KGB bisa dg/tanpa infiltrat, TB milier bs merupakan infeksi primer). Pada dewasa = pembesaran vena pulmonalis pd decomp cordis. Penyakit paru akibat kerja = Pnemokoniosis d = fibrosis disekitar bronkovaskular, nodul tersebar dikedua lapang paru, kelenjar hilus membesar dg kalsifikasi egg shell, penebalan pleura, paru emfisematus k = Pneumokoniosis 4. Sinus Costofrenicus. Normal tajam, bila tumpul = ada garis Ellis Damessoe, tanda efusi pleura jenis cairan = eksudat, transudat, hemothorax, chilothorax bila meningkat sedikit = sinus costofrenicus tumpul dengan garis meniscus cairan bila meningkat cukup banyak = perselubungan homogen di basal dengan permukaan cekung dari lateral atas ke medial bawah (Garis Ellis Dammeseou) d = tampak perselubungan homogen di sinus costofrenicus kanan&kiri dengan garis Ellis Dammeseou k = efusi pleura duplex 5. Diafragma. Normal berbentuk lengkung, diafragma kanan lebih tinggi dr kiri,berada di iga VI, dibawah iga VI = penyakit kronis/tanda-tanda emfisema 6. Pleura. Normal tidak terlihat, yang masih mungkin terlihat = pleura minor 7. Trakea. Terlihat garis lusent, normal berada ditengah vertebra lurus/tinea mediana, apabila tidak lurus = kemungkinan terkena efek tarikan bifurcatio trachealis setinggi thoracal V 8. Tulang-tulang. Intak/tidak, bila destruksi = Tumor Pancoast 9. Penamaan lapangan, batas kanan dan kiri (gambar) Kasus-kasus 1. TB paru dewasa & anak A. Minimal lession 1. Aktif - infiltrat pada 1 paru, sedikit, tidak luas, ada di apex, lobus superior, apical lobus lain/diatas fissura minor infiltrat = sebukan sel radang di parenkim paru, belum menular, bila sudah di bronkus bisa menular - kaverna/kavitas kecil 2. Inaktif = tanpa sisa B. Moderately advance - infiltrat pada 1 paru, luas (aktif) - infiltrat pada 2 paru/duplex (aktif)

- kaverna besar (aktif) - kalsifikasi, fibrosis, residual cavity (inaktif) - Pneumothorax (aktif) - Aktif bisa mengenai pleura (efusi pleura/hidropneumothorax/pleurisy TB) - Schwarte, Plaque (inaktif) - Atelektasis (aktif) inaktif tidak meninggalkan sisa - Bronkiektasis (aktif), Honeycomb apperance = inaktif (pelebaran ireversibel bronkus&percabangannya krn radang kronis, cincin&kartilago rusak) - inaktif = kelainan menetap/fibrosis - Spreding bronchogenik = tersebar di seluruh lapangan paru, kasar tidak merata (aktif) - Spreading hematogenik = TB Milier/tersebar di seluruh lapangan paru, halus merata (aktif) - Tuberkuloma = sel perkejuan dlm paru (inaktif) C. Far advance - Destroyed lung TB pada anak 2. TB paru dengan Pleurasy/Hidrothorax eksudat = keruh, Rivalta (+) eksudat supuratif = pus/Piothorax, krn bakteri nonspesifik infiltrat = xantochrom/Putih kekuningan chylothorax = putih susu, bendungan di kelenjar limfe hemothorax = darah (fraktur iga) Xerosanguinis = seperti cucian daging/keganasan transudat = bening seperti air, pada DBD, Decomp cordis kiri, gagal ginjal, Rivalta (-) Foto Thorax PA d = tampak paru kanan kolaps, hemithorax kanan menjadi lebih lusent tanpa corakan bronkovaskuler, sinus costofrenikus tumpul dengan air fluid level (bukan garis Ellis) k = hidropneumothorax kanan 3. TB paru dengan Pneumothorax d = gambaran paru kanan menjadi hiperlusen tanpa corakan bronkovaskuler, paru kolaps ke arah hilus, jantung terdesak ke sisi paru kiri, sela iga kanan melebar, diafragma letak rendah k = pneumothorax kanan

d = tampak paru kanan kolaps, hemithorax kanan hiperlusen tanpa corakan bronkovaskuler, diafragma letak rendah, sela iga melebar, tampak kavitas di lobus superior kanan, tampak infiltrat paru kiri k = TB duplex dengan pneumothorax d = radiolusent tanpa corakan bronkovaskuler di lateral/seluruh hemithorax, gambaran paru yang kolaps ke arah hilus, efek dorongan kontralateral, pelebaran sela iga k = Pneumothorax d = gambaran paru kanan menjadi hiperlucent tanpa corakan bronkovaskuler, paru kolaps ke arah hilus, jantung terdesak ke sisi paru kontralateral, sela iga melebar, diafragma letak rendah k = pneumothorax kanan 4. TB paru dengan AIDS gambaran jd tidak spesifik, fokus infeksi bisa dimana saja,tidak harus di apex/lobus superior, fokus infeksi bisa di lobus media/inferior 5. Bronkitis akut & kronis Foto Thorax PA d = CTR < 50%,tampak corakan bronkovaskular meningkat di kedua lapang paru (1/3 lateral lapangan paru corakannya besar2) k = bronkitis akut Foto thorax PA d = tampak corakan brokovaskular meningkat di basal kedua lapang paru, gambaran paru menjadi hiperlusent (lebih hitam), diafragma letak rendah, jantung teardrop k = bronkitis kronis Foto thorax PA 6. Emphysema d = gambaran paru menjadi hiperlusent, diafragma letak rendah, jantung teardrop k = emphysema 7. Asma bronkiale bisa gambaran bronkitis kronis/emfisema. Merupakan penyakit yang berdiri sendiri dengan patologi penyakit alergi bronkitis asmatis=bronkitis yg disertai wheezing/gejala asma saat terkena infeksi bronkus d = gambaran paru hiperlusen, diafragma menurun k = paru emfisematus 8. Bronkiolitis sesak, asidosis, tingkat kematian tinggi pada anak2 Thorax PA

d = tampak bercak kesuraman tersebar halus (berupa eksudat) merata di seluruh lapang pandang paru kanan&kiri, CTR < 50% k = alveolitis/bronkiolitis (termasuk golongan penyakit Pneumonia) 9. Pneumonia aspirasi biasa pada bayi sering tersedak saat makan& bisa pada aspirasi mekoneum/amnion pada pasien dewasa=post trauma, hilang kesadaran, tenggelam, stroke foto thorax AP d = tampak bercak kasar di lobus superior kanan k=pneumonia aspirasi 10. Pneumonia Bronchopneumonia = bercak kesuraman difus/bercak eksudat tidak teratur/acak2an Foto Thorax PA d = bercak kesuraman di basal paru kanan/parakardial kanan, CTR < 50% k = bronkopneumonia kanan Foto Thorax PA d = bercak kesuraman basal paru kanan&kiri, CTR < 50% k = bronkopneumonia duplex Pneumonia lobaris konsolidasi yg cepat di satu lobus/segmen paru, biasa krn Pneumococcus Foto Thorax PA d = CTR< 50%, tampak bercak eksudat di lobus medial&inferior hemithorax kanan dengan batas jelas di fissura minor k = pneumonia lobaris kanan Stafilococcus = pembentukan kavitas-kavitas d = tampak bercak kesuraman di basal paru kanan disertai cavitas-cavitas berdinding tipis, dengan/tanpa air fluid level k = pneumonia stafilokokus kanan cavitas = dinding tipis, bisa disertai air fluid level caverne = dinding tebal, proses spesifik aktif residual cyst = dinding tipis, proses spesifik inaktif eksudat = serbukan sel radang yg dibentuk oleh kuman nonspesifik di basal/medial paru infiltrat = serbukan sel radang yang dibentuk oleh kuman spesifik di apex/lobus superior transudat = cairan hasil transudasi/keluarnya cairan dari intra ke ekstra tanpa sel d = tampak perselubungan homogen di Lobus inferior dan lobus medial hemithorax kanan, tampak

bercak kesuraman di parahiller kanan, CTR<50% kesan = pleuropneumonia pleuropneumonia = bronchopneumonia + efusi pleura 11. Bronkiektasis corakan bronkovaskuler meningkat dan kasar, paru emfisematus, tampak gambaran honeycomb di basal, disertai bercak kesuraman disekitarnya, kadang ada airfluid level di dlm rongga/kavitas d = tampak gambaran honeycombs di lobus superior hemithorax kiri, CTR<50%, tampak jaringan fibrotik, diafragma letak rendah k = bronkiektasis kiri 12. Atelektasis bayangan suram homogen, kesuraman densitas tinggi, efek tarikan (mediastinum, diafragma, fisura paru) ke arah atelektasis, sela iga menyempit d = tampak perselubungan homogen hampir diseluruh hemithorax kanan, trakea tertarik ke kanan, jantung tertarik ke kanan, sela iga menyempit, diafragma tertarik ke atas k = atelektasis 13. Abses paru kavitas dinding tebal, batas tidak teratur, air fluid level di dlmnya, bercak eksudat di sekelilingnya

Radiologi Kardiovaskuler - dr. Kristanto Jenis Foto Harus Thorax PA Lateral utk menentukan lokasi kelainan CT Scan Pembacaan foto 1. Bentuk&ukuran jantung CTR = CardioThoracicRatio, membandingkan lebar jantung terlebar dg thorax terlebar CTR normal < 50% CTR prominen = 50% CTR > 50% kardiomegali 2. Situs berada di hemithorax kiri basis di kanan, apex di kiri dextrocardia = kebalikannya

3. Batas jantung kanan = atrium kanan, aorta ascenden, v. Cava superior kiri = arkus aorta, pinggang jantung konkaf (tonjolan a. Pulmonalis), apeks jantung = ventrikel kiri 4. A. Pulmonalis&corakan bronkovaskuler vena pulmonalis dpt melebar pada kongesti = kumis terbalik arteri Pulmonalis = dpt melebar pada kongesti (koma terbalik) 5. Pembesaran jantung - pericardial efusi = menyeluruh/jantung kendi - pembesaran lokal Foto Thorax PA 1. Buat garis horizontal rongga thorax 2. Buat garis linea mediana 3. Bagi menjadi 3 bagian Foto Thorax Lateral - buat garis antara basis jantung - daerah tertinggi jantung - bagi menjadi 3 bagian segitiga Holtzneck = ruang di mediastinum posterior, memberi gambaran radiolusent yg dibatasi oleh aorta desenden dg columna vertebralis atrium kanan = bentuk setengah bulatan, melebihi 1/3 diafragma atau 1/3 medial hemithorax kanan atrium kiri = pinggang jantung mendatar/mencembung ventrikel kanan = melebihi 2/3 medial hemithorax kiri,apex terangkat ke atas, menempel ke sternum / > 1/3 lateral ventrikel kiri = melebihi 2/3 medial hemithorax kanan&apex tertanam, segitiga Holtznecht mengecil Kasus 1. Essential Hipertensi&Secondary Hipertensi = LVH 2. Heart Failure decomp kiri = pembesaran jantung kiri, bendungan v. Pulmonalis (kumis terbalik), bendungan a. Pulmonalis (koma terbalik) Cardiomyopathy -> akibat hipertensi lama, jantung kiri melemah Cardiomyopathy -> Penyakit jantung koroner -> obstruksi a. Coronaria -> MCI -> decomp

Cardiomyopathy 1. LVH et causa hipertensi -> kongesti ventrikel -> kongesti vena pulmonalis = kumis terbalik/inverted Moustache -> kongesti arteri pulmonalis = koma terbalik/inverted coma - terjadi transudasi dari pembuluh darah ke jaringan parenkim paru -> tekanan hidrostatik meningkat -> edema paru/interstitial - terjadi transudasi ke cavum pleura = efusi pleura transudat 2. LVH et causa Renal failure hipoalbuminemia -> transudasi cairan ke jaringan alveolus/edema alveolar = Bercak Batwing (simetris kanan&kiri) ''Uremic Lung'' tidak terjadi kongesti vena pulmonalis&arteri pulmonalis/tidak ada kumis terbalik, tidak ada koma terbalik 3. DHF Peningkatan permeabelitas pembuluh darah -> kapiler bocor/lebih mudah dilewati cairan -> transudasi > udema interstitial, tapi hanya pada paru kanan, krn lebih banyak vaskularisasinya drpd kiri, namun yg lebih mencolok adalah proses terjadinya efusi pleura yang lebih dominan drpd kongesti vena-arteri pulmonal 4. Kelainan mitral secara rontgen tdk dpt dibedakan et causa MS/MR -> perlu echo MR -> LVH -> Kongesti -> LAH = pinggang jantung mendatar/mencembung -> kongesti vena Pulmonal = kumis terbalik -> kongesti arteri pulmonal = koma terbalik MS -> LAH = pinggang jantung mendatar/mencembung -> kongesti vena pulmonalis = kumis terbalik -> kongesti arteri pulmonalis = koma terbalik 3. Edema Paru interstitial ada kumis terbalik/kongesti vena, ada koma terbalik/kongesti arteri, + bercak kesuraman di lapangan paru = tanda decomp cordis kalau belum ada edema paru interstitial tapi ada kumis terbalik, ada koma terbalik f = Thorax PA d = CTR> 50%, batas jantung kiri > 2/3 hemithorax kiri,tampak bercak kesuraman di hemithorax kanan&kiri membentuk gambaran batwings k = uremic lung f = thorax PA d = CTR > 50%, batas kiri jantung > 2/3 hemithorax kiri, pinggang jantung menghilang, bersak kesuraman di basal paru, gambaran kumis terbalik, koma terbalik k = decomp kiri et causa kelainan katup mitral

f = thorax PA d = CTR> 50%, batas jantung kiri > 2/3 hemithorax kiri, Apex tertanam, bercak kesuraman di basal paru k = decomp kiri et causa kardiomiopati f = thorax PA d = CTR> 50%, batas jantung kiri > 2/3 hemithorax kiri, gambaran kumis terbalik, koma terbalik k = impending decomp Radiologi Mata THT Gigi Jenis foto Orbita Waters -> sinus2 Schuller Eisller -> mandibula Panoramic -> gigi geligi CT scan Pembacaan Struktur tulang Waters 1. Kavum nasi 2. Concha 3. Sinus-sinus Schuller = mastoid air cell utk mastoiditis Schuller = os cervical/gigi geligi tdk jd konsen foto lateral = os cervical/gigi geligi termasuk Eissler utk fraktur mandibula Panoramic = gigi geligi (ga keluar) Kasus Sinusitis Mastoiditis 1. Mastoiditis akut = f = Schuller d = perselubungan sebagian pd mastoid aircell kanan/dg pneumatisasi k = mastoiditis akut 2. Mastoiditis kronis = f = Schuller

d = perselubungan homogen pd seluruh mastoid air cell kanan dengan sklerotik (dengan/tanpa kolesteatom) k = mastoiditis kronis kanan (dg/tanpa kolesteatom) Adenoid Hipertrofi f = lateral d = massa densitas jaringan lunak/intermediate k = adenoid hipertrofi Fraktur Mandibula/Orbita/Os. Nasal f = Eislerr kanan d = tampak diskontinuitas pada (mentum/korpus/angulus/prosesus) mandibula kanan k = fraktur mandibula kanan SPN - dr. Revalita normal = lusent, dinding sebagai pembatas I. AP = orbita = Caldwell orbita = bisa melihat fraktur cranium& os. Orbita II. Waters bisa melihat ruang2 ke 4 sinus concha nasalis&septum = lebih jelas dg pemeriksaan fisik mulut mendongak -> sinus spenoid dpt terlihat/terbuka sinus2 1. Sinus frontal 2. Sinus maxillaris 3. Sinus ethmoid 4. Sinus sphenoid III. True Lateral mencari sella tursica, diatas sella tursica ada os. Sphenoid sinusitis 1. Dinding sinus menebal/penebalan mukosa 2. Airfluid level 3. Perselubungan seluruh sinus paling sering sinusitis menyerang sinus Maxillaris, krn paling besar, bentuk seperti kantung baju dengan

muara sempit pansinusitis bila sinus yg terkena > 2 sinus f = waters d = terdapat penebalan dinding mukosa pd sinus maxillaris kanan. Terdapat gambaran airfluid level pd sinus maxillaris kiri k = sinusitis maxillaris duplex f = waters d = terdpt penebalan dinding mukosa pd sinus maxilaris kanan k = sinusitis maxilla kanan utk menilai perselubungan sinus maxillaris, bandingkan dengan densitas orbitanya, bila masih = orbita, berarti msh normal f = waters d = penebalan dinding mukosa pd sinus maxillaris kanan, sinus frontalis kiri kecil k = sinus frontalis kanan rudimenter dg sinusitis maxillaris kanan concha hipertrofi = perselubungan homogen di concha f = waters d = Terdpt pembesaran concha cavum nasi kanan k = concha hipertrofi kanan f = waters d = tampak perselubungan densitas jaringan lunak dg batas tdk jelas k = suspect keganasan f = Caldwell d = sunray apperance di os. Cranium parietal kanan k = osteosarkoma Radiologi SSP Jenis foto 1. Cranium = PA & lateral 2. Kolumna vertebralis = AP, lateral, oblique (utk foramen intervertebralis) 3. Mielografi. Pungsi lumbal L3-L4 (ga keluar ujian) 4. CT scan&mielografi bs digabung pemeriksaannya Kranium

1. Struktur tulang. Diskontinuitas (linear, impresi, diastasis/pelebaran sutura) 2. Kalsifikasi. Fisiologis = falx cerebri menebal, patologis = toxoplasma di cortex cerebri 3. Vaskular marking = pada dewasa, digital marking = pada anak2 Columna vertebralis 1. Allignment. Normal = baik, spondilolistesis = manju columna vertebralisnya

2. Struktur tulang. Normal sejajar, bila ada spur = mengarahnya ke sendi 3. Sela intervertebral 4. Jaringan lunak. Pseudofusiform = abses CT scan cranium. Lokasi lobus2nya di sebut 1. Cerebellum/hemisphere 2. Cerebellum 3. Sistem ventrikel 4. Cysterna 5. Pons 6. Gyrii&sulci gyrus yg keluar, sulcus yg masuk 7. Duramater&ruang arachnoid lapisan2 dari superfisial ke profundus 1. Subkutan 2. Tulang 3. Epidural 4. Duramater 5. Subdural 6. Arachnoid 7. Subarachnoid 8. Piamater kasus 1. TIA 2. infark cerebri 3. hemoraghic intracerebral 4. hemoraghic subarachnoid 5. hematoma subdural/epidural 6. hidrocephalus 7. tumor primer/sekunder 8. HNP 9. abses cerebri

Sistem Reproduksi - Endokrin (dr. Cecil) Jenis foto 1. HSG indikasi = infertilitas waktu optinum = 9-10 post menstruasi atau tdk haid utk hindari kemungkinan hamil&ekstravasasi kontras ke PD yg terbuka refluks (perdarahan) kontraindikasi = perdarahan, kehamilan, infeksi di genitalia Foto 2x (sblm ada spill, stlh ada spill -> tumpahan kontras ke cavum abdomen) Yang dibaca 1. Cavum uterii 2. Tuba falopii 3. Spill Memasukan kontras melalui canalis servicis sampai kavum uteri-tuba fallopii, ada efek terapi kalau ada sumbatan -> spill (-), dengan kontras dapat membuka sumbatan 2. Sella tursika proyeksi harus True Lateral Ukuran/bentuk normal = 1x1 Struktur tulang - menilai ada/tdknya erosi dorsum sela = dinding kasar - menilai ada/tdknya destruksi prosesus clinoideus 3. USG Uterus Ovarium Thyroid Pancreas Testis Mammae = menggunakan transducer ke 4 area mammae. Hiperechoic Anechoic = hitam/cairan Hipoechoic USG abdomen reproduksi, vesica urinaria harus penuh 4. Mammografi posisi foto = cranio-caudal&oblique. Jaringan ditekan 4-5 cm agar Scatter&blurring hilang

5. CT-scan Kasus 1. Infertilitas Foto HSG d = kontras mengisi ke kavum uteri & kedua tuba, spill (+) di 2 tuba k = tuba paten bilateral Foto HSG d = kontras mengisi cavum uteri, tuba kanan&kiri, spill (+) di tuba kanan, pembesaran tuba kiri, spill (-) di tuba kiri k = hidrosalpinx tuba kiri non paten, tuba kanan paten foto HSG d = kontras mengisi cavum uteri&tuba kanan kiri, pembesaran di tuba kanan kiri, spill (-) kanan kiri k = tuba non paten bilateral, hidrosalpinx bilateral foto HSG d = kontras mengisi cavum uteri, tuba kanan kiri, spill (+) di tuba kanan kiri k = kelainan kongenital uterus bicornu dg tuba paten bilateral foto HSG d = kontras mengisi cavum uteri dg filling defect di fundus uteri, kontras mengisi kedua tuba k = massa fundus uteri 2. FAM Mammografi = hiperdens, berbatas rata tegas, terdapat Halo, bercak kalsifikasi kasar USG = hipoechoic homogen, batas tegas rata, lateral echoic shadow, posterior enchancement Ca Mammae Mammografi - primer = massa hiperdens dg batas stellata/komet, ada mikrokalsifikasi - sekunder = retraksi kulit / papilla kepadatan asimetris. Pembesaran kelenjar limfe axiler, tidak terdapat Halo USG = massa berbatas ireguler, massa echo heterogen, dengan Posterior Acoustic Shadow 3. Kista mammae Mammografi = hiperdens rata berbatas tegas USG = anechoic, lateral echoic shadow, posterior enhancement

Abses mammae Mammografi = hiperdens, batas tebal tidak rata, tidak berbatas tegas USG = hipoechoic dg debris, dinding tebal tidak begitu rata, lateral echoic shadow, posterior enchancement 4. Goiter/struma 5. Thyroid Cyst 6. Mioma uteri 7. Kista ovarium 8. Hidrokel testis 9. Epididimitis

You might also like