You are on page 1of 5

FARMAKOTERAPI FK UI

Efedrin adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan yang disebut efedra atau ma huang. Bahan herbal yang mengandung efedrin telah digunakan di Cina selama 2000 tahun, dan sejak puluhan tahun merupakan komponen obat herbal Cina untuk berbagai klaim misalnya obat pelangsing, obat penyegar, dan obat pelega napas. Efek farmakodinamik efedrin banyak menyerupai epinefrin. Perbedaannya bahwa efedrin bukan katekolamin, maka efektif pada pemberian oral, masa kerjanya jauh lebih panjang, efek sentralnya lebih kuat, tetapi diperlukan dosis yang jauh lebih besar daripada epinefrin.

Seperti halnya epinefrin, efedrin bekerja pada reseptor a1 B1 dan B2. Efek perifer efedrin melalui kerja langsung dan melalui penglepasan NE endogen. Kerjanya tidak langsung mendasari timbulnya takifilaksis terhadap efek perifernya, hanya inhalasi efedrin dan efedrin sistemik yang digunakan dalam klinik.

Efek kardiovaskuler efedrin menyerupai efek epinefrin, tetapi berlangsung kira0kira sepuluh kali lebih lama. Tekanan sistolik meningkat, dan biasanya juga tekanan diastolic, serta tekanan nadi membesar. Peningkatan tekanan darah ini disebabkan oleh vasokonstriksi, tetapi terutama oleh stimulasi jantung yang meningkatkan kekuatan kotraksi jantung dan curah jantung. Denyut jantung mungkin tidak berubah akibat reflex kompensasi vagal terhadap kenaikan tekanan darah. Aliran darah ginjal dan visceral berkurang, sedangkan aliran darah koroner, otak, dan otot rangka meningkat. Berbeda dengan epnefrin, penurunan tekanan darah pada dosis rendah tidak nyata pada efedrin. Bronkorelaksasi efedrin lebih lemah tetapi berlangsung lebih lama daripada epinefrin. Efek sentral efedrin menyerupai amfetamin tetapi lebih lemah. Fenilpropalamin. Efek farmakodinamiknya menyerupai efedrin dan potensinya hampir sama dengan efedrin, kecuali obat ini kurang menimbulkan rangsangan SSP. Pseudoefedrin. Salah satu daei enantiomer efedrin. Cara kerjanya serupa dengan efedrin tetapi potensinya lebih rendah. OBAT ADRENERGIK LOKAL SEBAGAI DEKONGESTAN NASAL Penggunaannya dapat di ikuti dengan kongesti susulan, dan penggunaan lama sering menimbulkan rhinitis kronik. Nafazolin juga merangsan mukosa hidung, sehinggga menimbulkan rasa sakit seperti ditusuk pada pemeriksaan pertama. Devirat imidazolin

(nafazolin, tetrahidrozolin,oksimetazolin, dan xilometazolin) bila cukup banyak terarbsobsi dapat menimbulkan depresi SSp dengan akibat koma dan penurunan suhu tubuh yang hebat, terutama pada bayi. Obat-obat ini tidak boleh diberikan pada bayi dan anak kecil. Dekongestan yang efektif pada pemberian oral misalnya fenilpropalamin selain menimbulkan konstriksi pembuluh darah mukosa hidung, juga menimbulkan konstriksi pembuluh darah lain sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, dan mungkin juga menstimulasi jantung. Dekongestan nasal a-agonis banyak digunakan sebagai dekongestan nasal pada pasien rhinitis alergika ataua rhinitis vasomotor dan pada pasien infeksi saluran napas atas dan rhinitis akut. Obat-obat ini menyebabkan vasokontriksi mukosa hidung melalui resptor a1 sehingga mengurangi volume mukosa dan demikian mengurangi penyumbatan hidung. Resptoe a2 terdapat pada aarteriol yang membawa suplai makanan bagi mukosa hidung. Vasokontriksi atriol oleh a2-agonis dapat menyebabkan kerusakan structural pada mukosa tersebut. Pengobatan dengan dekongestan nasal seringkali menimbulkan hilangnya efektifitas, rebound hyperemia dan memburuknya gejala pada pemberian kronik atau bila obat dihentikan. Mekanismenya belum jelas, tetapi mungkin melibatkan densitasi reseptor dan kerusakan mukosa. A1-agonis yang selektif lebih kecil kemungkinannya menimbulkan kerusakan mukosa. Untuk indikasi ini, a1-agonis dapat diberikan secara oral atau secara topical. Efedrin oral sering menimbulkan efek samping sentral. Pseudoefedri n adalah atereoisomer dari efedrin yang kurang kuat menimbulkan takikardia, peningkatan tekanan darah, dan stimulasi SSP disbanding efedrin. Fenilpropalamin mirip dengan pseudo efedrin. Obat-obat ini harus digunakan dengan sangat hatihati pada pasien hipertensi dan pada pria dengan hipertropi prostat.

Dekongestan topical terutama berguna untuk rhinitis akut karena tempat kerjanya lebih selektif, tetapi obat-obat ini cenderung digunakan berlebihan oleh pasien, sehingga menimbulkan penyumbatan yang berlebihan (rebound congestion). Dekongestan oral jauh lebih kecil kemungkinannya menimbulkan rebound congestion tetapi lebih besar resikonya untuk menimbulkan efek samping sistemik.

ISO FARMAKOTERAPI Dekongestan topical dan sistemik merupakan zat simpatomimetik yang bekerja pada reseptor adrenergic pada mukosa hidung menyebabkan vasokanstriksi, menciutkan mukosa yang membengkak, dan memperbaii ventilasi. Dekongestan bekerja dengan baik bila kombinasi dengan antihistamin jika kongesti hidung menjadi salah satu gambaran klinik.

Dekongestan topical dipakaai langsung pada mukosa yang membengkak melalui penetesan atau semprotan. Sedian ini hanya sedikit atau sama sekali tidak terabsobsi sistemik. Penggunaan lama sedian topical ( lebih dari 3 sampai 5 hari) dapat mengakibatkan rhinitis medicamentosa, yang merupakan vasodilatasi balikan (rebound). Yang terkait dengan kongesti. Pasien dengan kondisi ini menggunakan semprotan lebih sering dengan respon yang lebih kecil. Penghentian mendadak merupakan cara penanganan yang efektif, tetapi kongesti balikan dapat berlangsung selamaa beberapa hari atau minggu. Steroid nasal telah digunakan dengan hasil yang baik, tetapi perlu beberapa hari untuk bekerja. Penghentian dekongestan pada pasien dapat dicapai dengan pengurangan frekuensi dosis dalam beberapa minggu. Kombinasi penghentian dengan steroid nasal dapat menolong. Efek samping lain nasal dekongestan termasuk rasa terbakar, bersin, dan kekeringan mukosa nasal. Produk dekongestan digunakan bila betul-betul perlu (misalnya saat menjelang tidur) dengan dosis yang sekecil mungkin. Durasi terapi harus dibatasi 3 sampai 5 hari. Pseudoefedrin merupakan obat dekongestan oral yang memiliki onset kerja lebih lambat dibandingkan obat topical, tetapi dapat bekerja lebih lama dan kurang menyebabkan iritasi local. Juga, rhinitis medicamentoasa tidak terjadi dengan pemberian dekongestan oral Pseudoefedrin adalah dekongestan sistemik yang paling aman, dosis sampai 180mg tidak menyebabkan oerubahan tekanan darah dan laju jantung yang terukur. Akan tetapi dosis yang lebih tinggi (210 sampai 240mg) dapat meningkatka tekanan darah dan laju jantung. Dekongestan sistemik harus dihindari untuk pasien yang hipertensi kecuali kalau benar-benar diperlukan. Reaksi hipersensitif parah dapat terjadi jika pseudoefedrin diberikan bersamaan dengan inhibitor monoamine oksidase. Pseudoefedrin dapat menyebabkan stimulasi ringan SSP, bahkan pada dosis terapik. Penggunaan kombinasi produk oral yang mengandung dekongedtan dan antihisatamin adalah rasional karena makanisme kerjannya yang berbeda. Durasi aksi dekongestan topikal PENGOBATAN Aksi pendek Fenilefrin hidroklorida Aksi menengah Nafazolin hidroklorida Tetrahidrozolin hidroklorida Aksi Panjang Oksimetazolin hidroklorida Xilo,etazolin hidroklorida DURASI (jam) Hingga 4 jam 4-6 jam

Hingga 12 jam

INTERAKSI OBAT DOKONGESTAN NASAL Interaksi Obat dekongestan nasal Obat penyebab Obat sasaran Pemblok Beta Epinefrin Furazolidon Dekongestan nasal Dekripsi Dapat terjadi suatu episode hipertensi diikuti oleh bradikardi Sensitifitas presor terhadap agen kerja campuran (cth.efedrin) dapat meningkat. Agen kerja langsung (cth epinefrin) tidakdipengaruhi Guanetidin mempotensi efek agen kerja langsung (cth.epinefrin) dan menghambat efek agen kerja campuran (cth.efedrin). kerja hipotensif guanetidin juga dilawan

Guanetidin

Dekongestan nasal Langsung Campuran

Dekongestan nasal Metildopa

Guanetidin Dekongestan nasal Pemberian bersamaan dapat mengakibatkan peningkatan respon presor Pemberian inhibitor MAO dan agen kerja campuran (cth.efedrin) dapat menyebabkan sakit kepala berat, hipertensi dan hiperpireksia yang berakibat pada kronis hipertensi. Agen kerja langsung (cth epinefrin) berinteraksi minimal, jika tidak sama sekali Respirin mempotensiasi respon presor simpatomimetik kerja langsug (cth.epinefrin), yang dapat mengakibatkan hipertensi. Respon presor agen kerja campuran (cth.efedrin) menjadi turun. TCAs mempotensiasi respon presor simpatomimetik kerja langsung (cth epinefrin) : telah ada kejadian distrimia. Respon presor agen kerja campuran (cth.efedrin) menurun Pengasaman urin dapat mengakibatkan eliminasi dekongestan nasal: efek terapik dapat menurun. Sebaliknya pembasaan

Inhibitor MAO

Dekongestan nasal

Alkaloid rauwolfia

Dekondestan nasal Langsung Campuran

Anti depresan trisiklik Dekongestan nasal (TCAs) Langsung Campuran Pengasam urin Pembasa urin Dekongestan nasal

urin dapat meningkatkan eliminasi obat ini, mungkin meningkatkan feke terapik = obat sasaran meningkat

= obat sasaran menurun

You might also like