You are on page 1of 9

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak para ahli yang mulai menyebarkan paham long life education atau dengan kata lain pendidikan sepanjang hayat. Salah satunya ialah R.S. Peters, dalam bukunya sendiri "The Philosophy of Education", ia menandaskan bahwa pada hakekatnya pendidikan tidak mengenal akhir, karena kualitas kehidupan manusia terus meningkat. Seruan tentang pendidikan adalah proses tanpa akhir juga dilakukan oleh negara. Sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sebuah perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Namun pada suatu masyarakat yang menganut aliran kapitalisame, kemajuan pendidikan hanya di lihat dari sejauh mana ia dapat menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang akan dapat membuat mesin-mesin industri berjalan. Ideologi kapitalis dalam dunia pendidikan dapat dengan mudah dilihat dari pelajaran yang dipecah-pecah menjadi kepingan-kepingan ilmu yang semuanya berujung dan berpangkal pada hubungan jual-beli dan untung-rugi. Lalu dengan prinsip ekonomi yang berbunyi "modal sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya". Kemudian semua substansi pelajaran ekonominya adalah bagaimana membuat produk baik yang dapat dijual untuk mencari keuntungan, bagaimana menciptakan pasar, hingga bagaimana agar orang hanya bisa beli. Bukankah ajaran ini akan merusak substansi pendidikan sebagai upaya mewujudkan kemanusiaan universal? Ini berbeda dengan Islam. Sebagai suatu agama, Islam mengajarkan tentang pola belajar yang memang seharusnya diusahakan oleh manusia dalam sepanjang hayatnya (long life education). Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah Al Quran dan Al Hadist.

Dalam pendangan Islam, pendidikan merupakan salah satu perhatian sentral masyarakat Islam baik dalam negara maupun minoritas. Dalam ajaran agama Islam, pendidikan mendapat posisi yang sangat penting dan tinggi. Karenanya, umat Islam mempunyai perhatian yang tinggi terhadap pelaksanaan pendidikan untuk kepentingan masa depan umat Islam. Sebagai sumber ajaran, Al Quran sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti, ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan Al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber dari Al Quran dan Al Hadist, sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Langkah yang ditempuh Al Quran ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan makhluk hidup. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.

PEMBAHASAN

1. Pendidikan Masyarakat pada umumnya mengidentikkan pendidikan dengan suatu lembaga pendidikan formal (TK, SD, SMP, SMU, Perguruan Tinggi) dan lembaga pendidikan non formal (PAUD, Paket A-C, lembaga-lembaga kursus). Namun sesungguhnya, pendidikan itu tidak hanya didapat dari sebuah lembaga pendidikan yang sudah disebutkan di atas. Lebih luas lagi, seluruh fase kehidupan di dunia ini adalah proses pendidikan bagi manusia yang mau berfikir. Sejak dalam rahim, seorang bayi telah belajar banyak hal. Salah satunya seperti merasakan, bergerak, melihat juga mendengar. Begitu pula ketika lahir ke dunia. Secara refleks bayi tersebut belajar bernafas, menangis, menyusu. Lalu seiring perkembangannya, bayi tersebut belajar berjalan, melompat, berbicara, dan sebagainya hingga menjadi manusia yang dewasa. Berikut ini adalah beberapa definisi pendidikan menurut beberapa pihak: - Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan yaitu daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup. - Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. - Menurut UU SISDIKNAS No.20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Dari penjabaran di atas, dapat di simpulkan bahwa kegiatan mendidik dilakukan oleh satu pihak sebagai pendidik kepada pihak lain sebagai peserta didik. Tidak ada yang mencakup pendidikan dari satu orang kepada dirinya sendiri. Lalu mengapa pendidikan yang digembor-gemborkan di Indonesia hanya ditujukan ada pendidikan dalam lingkup yang sempit. Padahal seperti yang sudah saya jabarkan di atas, pendidikan itu begitu luas. 2. Long Life Education Long life education atau pendidikan sepanjang hayat biasa diasumsikan sebagai pendidikan yang terus menerus hingga seseorang mendapatkan gelar yang banyak di belakang namanya. Namun dalam pengertian lebih luas lagi, long life education tidak menuntut adanya lembaga pendidikan. Sehingga mencari ilmu tidaklah harus dari suatu lembaga pendidikan saja. Keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar adalah sarana pendidikan yang paling mendasar bagi kehidupan kita. Salah satu contohnya di dalam keluarga, para orang tua secara perlahan menanamkan dasar-dasar kepribadian kepada anaknya. Semua pengalaman interaksi anak dengan orang tuanya direkam secara langsung maupun tidak langsung dalam otak kecil anak tersebut yang kemudian akan membentuk kepribadian anak hingga dewasa kelak. Bila orang tua mengajarkan hal-hal yang positif kepada anaknya, maka anak tersebut akan memiliki kepribadian yang positif juga. Begitu juga sebaliknya, bila ajaran orang tua cenderung ke arah hal yang negatif, maka anak tersebut akan sulit menemukan jati dirinya dan memiliki citra diri yang negatif pula. Lalu bagaimana dengan pandangan Islam mengenai long life education? Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang bermanfaat untuk menuntun kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim menjadi manusia yang berakhlak dan berakal serta tidak menjadi manusia yang picik, sehingga setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat membawa kemajuan bagi kita semua dalam batas-batas yang diridhai Allah SWT. Rasulullah pun memerintahkan umatnya untuk menimba ilmu sampai akhir hayat. Demikian pula Islam mewajibkan kita menuntut ilmu akhirat yang

menghasilkan natijah, yakni ilmu yang diamalkan sesuai dengan perintah-perintah syara. Sejarah pendidikan Islam pada hakikatnya tak lepas dari sejarah Islam itu sendiri. Sehingga, periode-periode pendidikan islam berada dalam periode-periode sejarah islam itu sendiri. Prof. Dr. Harun Nasution, secara garis membagi sejarah islam kedalam tiga periode yaitu : 1. Periode klasik. 2. Pertengahan. 3. Modern. Kemudian Dra. Zuhairini dalam buku menjelaskan bahwa periode-periode tersebut di bagi menjadi lima masa, yaitu: 1. Masa hidupnya Nabi Muhammad SAW (571-632 M). 2. Masa Khalifaur Rasyidin di Madinah ( 632-661 M). 3. Masa kekuasaan Umawiyah di Damsyik (661-750 M). 4. Masa kekuasaan Abbasiyah di Baghdad ( 750-1250). 5. Masa dari jatuhnya kekuasaan Khalifah di Bagdad tahun 1250 M s/d sekarang. Menurut Al-Quran, semua pengetahuan datangnya hanya dari Allah SWT. Konferensi Internasional tentang Pendidikan Islam yang diadakan di Universitas King Abdul Aziz tahun 1980 membuat rekomendasi sebagai berikut: Semua pengetahuan datang dari Allah. Sebagian diwahyukan kepada orang yang dipilihnya, sebagian lain deperoleh manusia dengan menggunakan indera, akal, dan hatinya. Pengetahuan diwahyukan mempunyai kebenaran absolute sedangkan pengetahuan yang diperoleh, kebenarannya tidak mutlak. Dalam kenyataan sejarah, kedua macam pengetahuan yang di sebutkan Ibn Khaldun dengan istilah pengetahuan naqliyah (diwahyukan) dan pengetahuan aqliyah (dipikirkan) ini selalu dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan islam. Menuntut ilmu diilihat dari segi ibadah, sangatlah tinggi nilai dan pahalanya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun petang), kemudian mempelajari satu

ayat dari Kitab Allah (Al-Quran), maka pahalanya lebih baik daripada ibadah satu tahun. Dan apabila kita melaksanakan amal ibadah tak dilandasi oleh ilmu, maka akan sia-sialah amalnya. Menurut Syaikh Ibnu Ruslan : Siapa saja yang beramal (melaksanakan amal ibadah) tanpa ilmu, maka segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima. Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini pun dengan sebuah tugas yaitu tugas mengajar, sebagaimana sabdanya: Aku diutus ini, untuk menjadi pengajar.(HR. Baihaqi). Mengingat pentingnya penyebaran ilmu pengetahuan kepada manusia / masyarakat agar mereka tidak terjebak dalam kebodohan dan kegelapan, maka diperlukan kesadaran bagi para muslim, guru dan ulama, untuk beringan tangan menuntun mereka menuju kebahagian dunia dan akhirat. Bagi mereka yang suka menyembunyikan ilmunya, mendapat ancaman, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: Barang siapa ditanya tentang sesuatu ilmu, kemudian menyembunyikan (tidak mau memberikan jawabannya), maka Allah akan mengekangkan (mulutnya), kelak dihari kiamat dengan kekangan (kendali) dari api neraka (HR Ahmad). Sistem pendidikan Islam yang pernah di terapkan Nabi Muhammad SAW dalam mengemban misi kerasulannya di muka bumi ini dapat dijelaskan dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 151 yang artinya : Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. Berdasarkan ayat di atas, ada empat pendekatan yang digunakan Nabi Muhammad SAW dalam rangka mengembangkan dan menyiarkan Islam, yaitu : 1. Pendekatan tilawah 2. Takziyah 3. Talim 4. Al-kitab 5. Talim al hikmah

Di dalam Al-Quran dan Al-Hadist terdapat beberapa perintah yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu agar mereka menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kebodohan. Perintah menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW: Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan (HR. Ibn Abdulbari). Kemudian Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat wajiblah ia mengetahui ilmunya pula dan barang siapa yang meginginkan kedua-duanya wajiblah ia memiliki ilmu kedua duanya pula (HR. Bukhari dan Muslim). Sehingga dapat di simpulkan bahwa Islam mewajibkan para pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, dan berwawasan luas agar dapat meningkatkan kualitas kehidupannya ke arah yang lebih baik.

PENUTUP 1. Kesimpulan Sebagai seorang muslim, Islam sudah mewajibkan kita semua untuk memperdalam ilmu untuk masa depan kita sendiri. Masa depan yang cerah sudah menunggu kita apabila kita serius dalam menuntut ilmu (Insya Allah). Atau masa depan yang suram apabila kita bermalas-malasan dalam menuntut ilmu pengetahuan (Wallahu Alam). Pilihan itu berada di tangan kita sendiri. Apakah kita ingin memperoleh masa depan yang cerah atau kah kita ingin terjerumus kedalam masa depan yang suram. Semua tergantung pada kita sendiri, kita yang menjadi nahkoda dalam mengarungi lautan yang penuh dengan badai menuju sebuah pulau bernama masa depan yang cerah. Amin...

Daftar Pustaka: - Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. - Zuhairini, dkk. 1997. Sejarah Pendidikan Islam. Bumi Aksara: Jakarta. - Salim Bahreisy, H. 1980. Sejarah Hidup Nabi-Nabi. Bina Ilmu: Surabaya. - http://afika.blog.fisip.uns.ac.id/2010/12/17/long-live-education-in-islam/ - http://3gplus.wordpress.com/2008/04/21/sejarah-perkembangan-islam-di-dunia/ - http://www.warnadunia.com/ - http://zeffa09.blogspot.com/2010/06/pendidikan-sepanjang-hayat.html#more

You might also like