You are on page 1of 73

JENIS JEMBATAN

Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain. Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada konstruksi yang mutakhir. Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut. 1) Jembatan jalan raya (highway bridge), 2) Jembatan jalan kereta api (railway bridge), 3) Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge). Berdasarkan lokasinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut. 1) Jembatan di atas sungai atau danau, 2) Jembatan di atas lembah, 3) Jembatan di atas jalan yang ada (fly over), 4) Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert), 5) Jembatan di dermaga (jetty). Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain : 1) Jembatan kayu (log bridge), 2) Jembatan beton (concrete bridge), 3) Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge), 4) Jembatan baja (steel bridge), 5) Jembatan komposit (compossite bridge). Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain : 1) Jembatan plat (slab bridge), 2) Jembatan plat berongga (voided slab bridge), 3) Jembatan gelagar (girder bridge),

4) Jembatan rangka (truss bridge), 5) Jembatan pelengkung (arch bridge), 6) Jembatan gantung (suspension bridge), 7) Jembatan kabel (cable stayed bridge), 8) Jembatan cantilever (cantilever bridge).

STRUKTUR JEMBATAN
Secara umum struktur jembatan dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu struktur atas dan struktur bawah. 1) Struktur Atas (Superstructures) Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll. Struktur atas jembatan umumnya meliputi : a) Trotoar : o Sandaran dan tiang sandaran, o Peninggian trotoar (Kerb), o Slab lantai trotoar. b) Slab lantai kendaraan, c) Gelagar (Girder), d) Balok diafragma, e) Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang), f) Tumpuan (Bearing). 2) Struktur Bawah (Substructures) Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar. Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi :

a) Pangkal jembatan (Abutment), o Dinding belakang (Back wall), o Dinding penahan (Breast wall), o Dinding sayap (Wing wall), o Oprit, plat injak (Approach slab) o Konsol pendek untuk jacking (Corbel), o Tumpuan (Bearing). b) Pilar jembatan (Pier), o Kepala pilar (Pier Head), o Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal, o Konsol pendek untuk jacking (Corbel), o Tumpuan (Bearing). 3) Fondasi Fondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar. Berdasarkan sistimnya, fondasi abutment atau pier jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam jenis, antara lain : a) Fondasi telapak (spread footing) b) Fondasi sumuran (caisson) c) Fondasi tiang (pile foundation) o Tiang pancang kayu (Log Pile), o Tiang pancang baja (Steel Pile), o Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile), o Tiang pancang beton prategang pracetak (Precast Prestressed Concrete Pile), spun pile, o Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place), borepile, franky pile, o Tiang pancang komposit (Compossite Pile).

KRITERIA PERENCANAAN JEMBATAN

1.Survei dan Investigasi Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan survei dan investigasi yang meliputi : 1) Survei tata guna lahan, 2) Survei lalu-lintas, 3) Survei topografi, 4) Survei hidrologi, 5) Penyelidikan tanah, 6) Penyelidikan geologi, 7) Survei bahan dan tenaga kerja setempat. Hasil survei dan investigasi digunakan sebagai dasar untuk membuat rancangan teknis yang menyangkut beberapa hal antara lain : 1) Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun lokasi jembatan berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada. 2) Ketersediaan material, anggaran dan sumberdaya manusia. 3) Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume lalu lintas. 4) Pemilihan jenis konstruksi jembatan yang sesuai dengan kondisi topografi, struktur tanah, geologi, hidrologi serta kondisi sungai dan perilakunya. 2.Analisis Data Sebelum membuat rancangan teknis jembatan perlu dilakukan analisis data hasil survei dan investigasi yang meliputi, antara lain : 1) Analisis data lalu-lintas. Analisis data lalu-lintas digunakan untuk menentukan klas jembatan yang erat hubungannya dengan penentuan lebar jembatan dan beban lalu-lintas yang direncanakan. 2) Analisis data hidrologi. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya debit banjir rancangan, kecepatan aliran, dan gerusan (scouring) pada sungai dimana jembatan akan dibangun. 3) Analisis data tanah. Data hasil pengujian tanah di laboratorium maupun di lapangan yang berupa pengujian sondir, SPT, boring, dsb. digunakan untuk mengetahui parameter tanah dasar hubungannya dengan pemilihan jenis konstruksi fondasi jembatan.

4) Analisis geometri. Analisis ini dimaksudkan untuk menentukan elevasi jembatan yang erat hubungannya dengan alinemen vertikal dan panjang jalan pendekat (oprit). 3.Pemilihan Lokasi Jembatan Dasar utama penempatan jembatan sedapat mungkin tegak lurus terhadap sumbu rintangan yang dilalui, sependek, sepraktis dan sebaik mungkin untuk dibangun di atas jalur rintangan. Beberapa ketentuan dalam pemilihan lokasi jembatan dengan memperhatikan kondisi setempat dan ketersediaan lahan adalah sebagai berikut : 1) Lokasi jembatan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak menghasilkan kebutuhan lahan yang besar sekali. 2) Lahan yang dibutuhkan harus sesedikit mungkin mengenai rumah penduduk sekitarnya, dan diusahakan mengikuti as jalan existing. 3) Pemilihan lokasi jembatan selain harus mempertimbangkan masalah teknis yang menyangkut kondisi tanah dan karakter sungai yang bersangkutan, juga harus mempertimbangkan masalah ekonomis serta keamanan bagi konstruksi dan pemakai jalan. 4.Bahan Konstruksi Jembatan Dalam memilih jenis bahan konstruksi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1) Biaya konstruksi, 2) Biaya perawatan, 3) Ketersediaan material, 4) Flexibilitas (konstruksi dapat dikembangkan atau dilaksanakan secara bertahap), 5) Kemudahan pelaksanaan konstruksi, 6) Kemudahan mobilisasi peralatan. Tabel 1. berikut menyajikan rangkuman jenis konstruksi, bahan konstruksi dan bentang maksimum jembatan standar Bina Marga yang ekonomis dalam keadaan normal yang sering digunakan. Tabel 1. Bentang maksimum jembatan standar untuk berbagai jenis dan bahan BAHAN Beton JENIS Culvert Slab bridge T-Girder, I-Girder BENTANG MAX.(M) 4.00 6.00 6.00 8.00 6.00 25.00 jembatan secara keseluruhan harus

Beton Prategang

PCI-Girder Prestressed Box Girder Truss bridge Compossite bridge

15.00-35.00 40.00 50.00 60.00 100.00 10.00 40.00

Baja Komposit

Contoh jembatan non-standar yang telah dibangun di Indonesia, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Contoh jembatan non-standar di Indonesia NAMA JEMBATAN Jembatan Serayu Kesugihan, Jateng Jembatan Tonton, Nipah Batam Jembatan Kahayan Kalteng Jembatan Rempang, Galang Batam Jembatan Mahakam 2 Kaltim Jembatan Batam, Tonton Batam Untuk membandingkan kelebihan dan kekurangan masing-masing bahan dan jenis konstruksi jembatan yang akan dibangun di suatu daerah, perlu dilakukan evaluasi dengan memberi penilaian pada masing-masing bahan dan jenis konstruksi jembatan tersebut seperti contoh yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Contoh perbandingan bahan dan jenis konstruksi jembatan Perbandingan Beton Beton prestress 2 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 Baja Komposit JENIS JEMBATAN Prestressed Concrete Cantilever Box Girder Balance Cantilever Concrete Box Girder Steel Arch Bridge BENTANG (M) 128.00

160.00

150.00

Concrete Arch Bridge Suspension Bridge

245.00 270.00

Cable Stayed Bridge

350.00

Ketersediaan bhn Fabrikasi Waktu perakitan Tenaga kerja Ancaman korosi Erection Mobilisasi Umur konstruksi Expandable Perawatan Bentang tersedia

4 4 4 4 4 1 1 4 4 4 2

4 4 1 4 1 4 4 4 1 1 4

2 3 2 4 2 3 3 4 2 1 3

Perancah Bekisting lantai Kontrol elemen Total nilai Keterangan nilai :

4 2 4 46

3 2 4 39

1 2 2 37

2 2 2 35

4 = sangat menguntungkan, 3 = menguntungkan, 2 = cukup menguntungkan, 1 = kurang menguntungkan.

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN


Perencanaan struktur jembatan yang ekonomis dan memenuhi syarat teknis ditinjau dari segi keamanan serta rencana penggunaannya, merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diupayakan. Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan identifikasi yang menyangkut beberapa hal antara lain : 1) Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun lokasi jembatan berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada. 2) Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume lalu lintas. 3) Struktur tanah, geologi dan topografi serta kondisi sungai dan perilakunya. 4) Pemilihan jenis struktur dan bahan konstruksi jembatan yang sesuai dengan kondisi medan, ketersediaan material dan sumber daya manusia yang ada. 5) Penguasaan tentang teknologi perencanaan, metode pelaksanaan, peralatan, material/ bahan mutlak dibutuhkan dalam perencanaanjembatan. 6) Analisis Struktur yang akurat dengan metode analisis yang tepat agar diperoleh hasil perencanaan jembatan yang optimal. Metode perencanaan struktur jembatan yang digunakan ada dua macam, yaitu Metode perencanaan ultimit (Load Resistant Factor Design, LRFD) dan Metode perencanaan tegangan ijin (Allowable Stress Design, ASD). Perhitungan struktur atas jembatan umumnya dilakukan dengan metode ultimit dengan pemilihan faktor beban ultimit sesuai peraturan yang berlaku. Metode perencanaan tegangan ijin dengan beban kerja umumnya digunakan untuk perhitungan struktur bawah jembatan (fondasi). Untuk tipe jembatan simple girder, perhitungan dapat dilakukan secara manual dengan Excel. Untuk tipe jembatan yang berupa rangka, perhitungan struktur dilakukan dengan komputer berbasis elemen hingga (finite element) untuk berbagai kombinasi pembebanan yg meliputi berat sendiri, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan (beban lajur, rem, pedestrian), dan beban pengaruh lingkungan (temperatur, angin, gempa) dengan pemodelan struktur 3-D (space-frame). Metode analisis yang digunakan adalah analisis linier metode matriks kekakuan langsung (direct stiffness matriks) dengan deformasi struktur kecil dan material isotropic. Program

komputer yang digunakan untuk analisis adalah SAP2000. Dalam program tersebut berat sendiri struktur dan massa struktur dihitung secara otomatis. Dalam blog ini diberikan beberapa contoh perhitungan struktur jembatan beton prategang mulai dari struktur atas yang terdiri dari slab lantai jembatan dan girder prategang (prestressed concrete I girder) sampai struktur bawah yang berupa abutment dan pier tipe dinding termasuk fondasinya. Perhitungan PCI-girder ini digunakan untuk perencanaan struktur Jembatan Srandakan II, Kulon Progo, D.I. Yogyakarta dan Jembatan Tebing Rumbih, Kalsel. Selain itu diberikan juga beberapa contoh perhitungan struktur atas sebagai berikut : Prestressed Concrete Box Girder (Gejayan Fly Over, Yogyakarta). Concrete I Girder (Jembatan Ngawen, Gunung Kidul). Concrete T Girder (Jembatan Brantan, Kulon Progo). Compossite Girder (Jembatan Bonjok, Kebumen, Jateng) Untuk jembatan beton tipe busur (Concrete Arch Bridge) diberikan contoh perhitungan yang meliputi : Jembatan Plat Lengkung (Jembatan Wanagama, D.I. Yogyakarta) Jembatan Rangka Lengkung (Jembatan Sarjito II, Yogyakarta). Contoh perhitungan struktur jembatan tipe plat untuk bentang pendek meliputi : Underpass (Jombor Fly Over, Yogyakarta) Box Culvert (Jembatan Kalibayem, Yogyakarta) Selain perhitungan Pier tipe dinding, juga diberikan contoh perhitungan Pier tipe yang lain seperti : Pier Tipe Kolom Tunggal (Gejayan Fly Over, Yogyakarta)

Pier Tipe Portal (Jembatan Boro, Purworejo, Jateng) Elastomer Jembatan untuk Konstruksi Jembatan Elastomer Jembatan digunakan dalam konstruksi jembatan sebagai penerus beban struktur jembatan bagian atas kepada pondasi jembatan

Elastomer Jembatan terletak pada abutmen jembatan sebagai perletakan jembatan,menggunakan material karet yang diperkuat dengan lempengan plat pada bagian dalamnya (laminasi elastomer jembatan).

Perletakan Elastomer Jembatan Ukuran dan dimensi dari Elastomer Jembatan tergantung pada ukurran desain abutment dan girder jembatan,juga beban dan bentang jembatan tersebut ( dibutuhkan konsultan perencanaan jembatan) Gada Bina Usaha sebagai Pioneer On line Shop untuk produk Elastomer Jembatan (Elastomeric Bearing Pads) telah mengirimkan ke berbagai wilayah di Indonesia bekerjasama dengan Kontraktor swasta dan BUMN di Indonesia untuk berbagai proyek pembangunan jembatan. KONTAK KAMI

Elastomer Bearing Pads (Abutmen Jembatan)

Konstruksi bagian bawah jembatan meliputi : 1.Pangkal jembatan / abutment + pondasi 2.Pilar / pier + pondasi Bangunan bawah pada umumnya terletak disebelah bawah bangunan atas. Fungsinya untuk menerima beban-beban yang diberikan bengunan atas dan kemudian menyalurkan kepondasi, beban tersebut selanjutnya disalurkan ke tanah oleh pondasi.

Abutment adalah bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung pilar pilar jembatan, berfungsi sebagai pemikul seluruh beban hidup (Angin, kendaraan, dll) dan mati (beban gelagar, dll) pada jembatan.

End Dam = Akhir jembatan Top of Roadway = Jalan Bearing Seat = Pengunci Battered pile = Tumpuan / Penyangga Pile = Penyangga

Bagian bagian dari Battred pile

Battered pile di gunakan untuk memberikan tekanan terhadap kekuatan horizontal. Juga dikenal sebagai penjepit tiang, memacu tiang.

Abutmant juga digunakan sebagai Tumpuan sendi

Pelaksanaan pembuatan pier head/ pile cap dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pembuatan bekisting, pembesian, dan pengecoran. Pengecoran dilakukan dalam dua tahap, yaitu bagian bawah pier dan bagian atas pier. Setelah bekisting selesai dikerjakan, dilakukan pekerjaan pembesian yang meliputi pemasangan/ pengelasan besi WF pengikat tiang pancang, pembesian tulangan pilar bagian bawah, pilar samping, dan pilar bagian atas. Setelah semua tulangan terpasang, tahap berikutnya adalah pekerjaan pengecoran. Loading dari dek diterapkan untuk abutment melalui bantalan. Maksimum beban bantalan vertikal diperoleh dari analisis dek. Beban ini, bersama-sama dengan jenis pengekangan yang dibutuhkan untuk mendukung geladak, akan menentukan jenis bantalan yang disediakan. Elastomer Bearing Pads / Bantalan adalah karet jembatan yang merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan

jembatan, yang berfungsi sebagai alat peredam benturan antara jembatan dengan pondasi utama. Sifat elastomer utama ini tidak mutlak berperilaku sebagai sendi atau roll murni, tapi dalam aktual fisik di lapangan, jembatan yang menggunakan tipe tumpuan seperti ini berperilaku layaknya bertumpuan sendi-roll murni dalam pemodelan (komputer). Memang ada banyak tambahan komponen selain tumpuan utama untuk mencapai keadaan tersebut dan perilakunya menyerupai mekanika sendi-roll.

Set lengkap tumpuan elastomeric untuk jembatan antara lain sbb : 1.Elastomeric Bearing Pads utama (menahan displacement vertikal; sedikit displacement horisontal dan kemampuan rotasisesuai desain) 2.Lateral stopper (menahan displacement horisontal berlebih & mengunci posisi lateral jembatan)

3.Seismic buffer (menahan displacement horisontal berlebih arah memanjang jembatan) 4.Anchor bolt (menahan uplift yang mungkin terjadi pada salah satu tumpuan pada saat gempa) Bahan elastomeric bearing sendiri terbuat dari karet yang biasanya sudah dicampur dengan neoprene (aditif yang memperbaiki sifat karet alam murni) dan didalamnya diselipkan berlapis2 pelat baja dengan ketebalan dan jarak tertentu untuk memperkuat sifat tegarnya. Biasanya tumpuan karet tersebut dipasang setelah pengecoran slab beton untuk lantai selesai (setelah beton kering), guna menghindari translasi dan rotasi awal yang timbul akibat deformasi struktur jembatan oleh beban mati tambahan. Karena sifat karet yang lebih rentan terhadap panas dan fluktuasi cuaca, biasanya dalam kurun waktu tertentu tumpuan2 ini dicek oleh pemilik dan bila perlu di replace dengan unit yang baru. Untuk jembatan baja dengan bentang lebih dari 60 meter biasanya tipe ini sudah jarang digunakan karena keterbatasannya.

Bantalan Karet Tahan Gempa (Seismic Rubber Bearing Pads) Penggunaaan Bantalan karet alam untuk melindungi bangunan terhadap gempa bumi, yang dikenal sebagi base isolation tampaknya akan semakin luas dan berkembang dimasa mendatang. Indonesia sebagai salah satu negara yang rawan gempa diperlu teknologi pembuatan bantalan tahan gempa. Balai Penelitian Teknologi karet Bogor sebagai Balai Penelitian mempunyai teknologi pembuatan bantalan tahan gempa yang digunakan untuk rumah tinggal maupun maupun gedung bertingkat. Bantalan yang digunakan untuk

melindungi gempa bumi dibuat dari kombinasi lempengan karet alam dan lempeng baja. Bantalan tersebut dipasang disetiap kolom yaitu diantara pondasi dan bangunan. Karet alam berfungsi untuk mengurangi getaran akibat gempa bumi sedangkan lempeng baja digunakan untuk menambah kekakuan bantalan karet sehingga penurunan bangunan saat bertumpu diatas bantalan karet tidak besar. Prinsip Kerja Pengaruh gempa bumi yang sangat merusak struktur bangunan adalah komponen getaran karet horizontal. Getaran tersebut dapat menimbulkan gaya reaksi yang besar, bahkan pada puncak bangunan dapat berlipat hingga mendekati dua kalinya. Oleh sebab itu apabila gaya yang sampai pada bangunan tersebut lebih besar dari kekuatan struktur maka bangunan tersebut akan rusak. Gaya reaksi yang sampai bangunan dapat dikurangi melalui penggunaan bantalan karet tahan gempa. Pada dasarnya cara perlindungan bangunan oleh bantalan karet tahan gempa dicapai melalui pengurangan getaran gempa bumi kearah horizontal dan memungkinkan bangunan untuk begerak bebas saat berlangusung gempa bumi tanpa tertahan oleh pondasi. Bantalan karet alam tersebut dapat mengurangi daya reaksi hingga 70%, karena secara alami karet alam memiliki sifat fleksibilitas dan menyerap energi .

Hasil Uji sifat fisik dari Bantalan Karet Tahan Gempa BPTK Bogor Properties Karet Bantalan
a Hardness, Shore A Tensile strenght, kg/cm2 Modulus 100%, kg/cm2 Modulus 300%, kg/cm2 Elongation at Break, % Tear strenght, kN/m Compression set 25%, at 70 C, 22 hrs, % 63 242 32 132 500 b 66 262 36 129 510

71.8

20.81

Ozone resistance 25 pphm, 20% strain, at 40 C, 72 hrs No Cracks

Keterangan : a = Uji Langsung b = Uji setelah pengusangan pada 70 C, 168 jam

Bangunan tanpa bantalan karet

Bangunan dengan bantalan karet

Uji tekan geser

Uji tekan vertical

Bangunan Tahan Gempa Belantai 4

Elastomeric Bearing Pads

Perletakan Elastomer Jembatan

Elastomer Jembatan Polos dan Laminasi

Karet Elastomer

Circular Bearing Pad

Bearing Pad Bolt

Rubber Sheet (Karet Lembaran)

Expansion Joint (Siar Muai)

erbedaan Elastomer Karet Jembatan Tipe Polos dan Elastomer Karet Jembatan Tipe Laminasi
Juli 18, 2012 Tinggalkan Komentar Perbedaan antara Elastomer Jembatan Tipe Polos dan Elastomer Jembatan Tipe Laminasi.

Perbedaan antara Elastomer Jembatan Tipe Polos dan Elastomer Jembatan Tipe Laminasi
Elastomeric Bearing Pads| Elastomer Jembatan|Neoprene Bearing Pads|Bantalan Jembatan: Perbedaan antara Elastomeric Bearing Pad Tipe Polos dan Elastomeric Bearing Pad Tipe Laminasi Perbedaan antara Elastomer Jembatan Tipe Polos dan Elastomer Jembatan Tipe Laminasi

Kemampuan Elastomer Karet Jembatan meningkat daripada Elastomer Karet JembatanTipe Polos dikarenakan adanya lapisan laminasi Stainless / Baja pada bagian dalamnya Bagaimana Elastomeric Bearing Pads Tipe Polos dan Tipe Laminasi bereaksi terhadap beban vertikal ( Terlihat pada Gambar dibawah ini ).

( Gambar 3 ) Elastomeric Bearing Pads Tipe Polos ( tanpa Plat ) dikompresi beban vertikal ke bawah di mana Karet mengembang dan Elastomeric Bearing Pad Tipe laminasi (dengan Plat ) terlihat bahwa Lapisan Plat menyerap sebagian besar beban vertikal (Gambar 3). Gada Bina Usaha Elastomeric Bearing Pads dirancang, diproduksi dan mengikuti persyaratan SNI 03-3967-2008 dan AASHTO M 251 04. Gada Bina Usaha menggunakan Natural Rubber dan Synthetic Rubber untuk membuat Elastomeric Bearing Pads. Kami memiliki berbagai tipe ukuran Elastomeric Bearing Pads standard yang kiranya dapat memenuhi kebutuhan dan sangat senang membantu untuk merancang ataupun memproduksi Elastomeric Bearing Pads special sesuai spesifikasi anda. Kontak kami untuk kebutuhan Elastomeric Bearing Pads (Elastomer Perletakan Jembatan) anda
Gada Bina Usaha- Malang Indonesia Julius Andreas Telp Fax Mobile E-mail : 0341-795882 : 0341-795882 : 0818386648,081233069330 : gadabinausaha@gmail.com

Disimpan dalam Elastomer Bearing Pad, Jembatan Dikaitkatakan dengan elastomer jembatan, elastomer laminasi, elastomer polos, karet elastomer

pemeliharaan jembatan, flyover dan underpass


Juli 12, 2012 Tinggalkan Komentar

Keberadaan jembatan, flyover, dan underpass sangat terkait dengan peningkatan volume kendaraan. Jika suatu ruas jalan dengan persimpangan sebidang yang ada ternyata sudah menimbulkan kemacetan atau sudah mengalamai masalah kapasitas jalan. Maka biasanya akan simpang tidak sebidang dengan bangunan jembatan, flyover atau underpass.

Biasanya kerusakan pada Jembatan, Flyover dan underpass meliputi bermacam macam kerusakan misalnya: Kerusakan pelat atas (slab jembatan)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kerusakan bearing Pad Korosi pada baja tulangan, Gompal pada permukaan beton Retak pada girder, pierhead dan kolom Terjadi deformasi settlement pada abutment atau pier Kerusakana bangunan pelindung jembatan Kerusakan perlengkapan jembatan

Untuk menjamin tingkat pelayanan jembatan tetap baik, maka perlu dllakukan perawatan (maintenance). Jika terindikasi terjadi kerusakan jembatan, maka harus segera dilakukan penelitian dan pengujian jembatan, untuk mengetahui jenis kerusakan, seberapa parah kerusakan dan lokasi atau bagian jembatan dan penyebab tepatnya terjadi kerusakan, sehingga bisa diputuskan penangannan perbaikan jembatan yang tepat sesuai dengan kerusakan dengan biaya yang murah. Kegiatan ini secara garis besar meliputi antara Lain :

Melakukan pemeriksaan secara visual pada struktur pilar, pier head/ Kepala pilar, girder/ gelagar dan pondasi hasil pemeriksaan secara visual akan diperoleh struktur yang memerlukan pemeriksaan khusus. Melakukan dokumentasi kondisi jembatan dengan kamera sebagai dokumentasi dan dasar rekomendasi selanjutnya. Melakukan pemilihan struktur yang akan diuji secara khusus kelayakan teknisnya.

Bagian jembatan yang harus diamati adalah sebagai berikut:

Bangunan Atas

Bangunan Bawah Aliran Air/Timbunan Tanah Jalan pendekat Perlengkapan

Elemen-elemen jembatan tidak diperiksa secara rinci, tapi aspek-aspek khusus dari jembatan harus diamati sebagai berikut :

Pengamatan jembatan sewaktu terdapat lalu lintas; untuk melihat apakah terdapat lendutan dan getaran yang berlebihan Pemeriksaan apakah ada rangka yang rusak, hilang, berubah bentuk, karat atau lapuk, dan perkiraan pengaruhnya Pemeriksaan perletakan dan penahan gempa (seismic buffer) Pemeriksaan bagian sisi bawah lantai beton untuk melihat apakah terdapat retak, selimut beton cukup, adanya bukti terjadinya pengaratan pada tulangan, dan seterusnya Pemeriksaan kemungkinan hilang, rusak atau lapuknya bagian-bagian kayu Pemeriksaan dan amati kualitas lapis permukaan lantai, terutama pada siar muai antara dinding kepala jembatan dan lantai, supaya dapat ketahui kerusakan apa yang mempunyai pengaruh yang berlebihan atau yang membatasi arus lalu lintas Pemeriksaan saluran air pada permukaan lantai dan jalan pendekat, termasuk tanaman serta sampah yang mungkin mengakibatkan pengumpulan air Pemeriksaan siar muai dan karetnya Pemeriksaan sandaran apakah ada yang rusak, longgar, hilang atau berkarat Pemeriksaan apakah ada ujung balok yang rusak Pemeriksaan apakah ada perlengkapan jembatan lain seperti ramburambu, utilitas, dan catat bila ada perlengkapan yang dibutuhkan Pemeriksaan apakah ada gerusan di sekitar tanah timbunan, kepala jembatan dan pilar Pemeriksaan apakah ada longsor, penurunan atau settlement di tanah timbunan Pemeriksaan kondisi tiang pancang apakah ada pengaratan, retak, atau penurunan (Bila terlihat ) Pemeriksaan apakah terjadi pergerakan sebelumnya atau penurunan pada kepala jembatan Pemeriksaan apakah ada retak dalam beton dan dinding sayap pasangan batu kali, kepala jembatan dan pilar

Pemeriksaan apakah terdapat pengaratan atau pelapukan pada kolom. Disimpan dalam Jembatan Dikaitkatakan dengan bangunan flyover, bangunan jembatan, elastomer karet, flyover, pemeliharaan jembatan, siar muai

Bantalan Karet Jembatan,PELOPOR BUKAN PENGIKUT,Karet Jembatan Malang, Jawa Iklan Baris Gratis Iklanbook

Agustus 12, 2011 Tinggalkan Komentar Bantalan Karet Jembatan,PELOPOR BUKAN PENGIKUT,Karet Jembatan Malang, Jawa Iklan Baris Gratis Iklanbook.
Pemakaian Bantalan Elastomer Karet Jembatan (Elastomer Jembatan,Elastomeric Rubber Bearing Pads) pada Jembatan sangatlah penting dalam pembangunan sebuah Jembatan ataupun pembangunan flyover/jembatan layang jalan tol. Karet Bantalan Jembatan/Elastomer Perletakan Jembatan berfungsi sebagai penerus beban pada bagian atas struktur jembatan ke bagian bawah struktur Jembatan.biasanya terletak pada bagian bawah Girder Jembatan.ukuran dan spesifikasi Karet Bantalan Jembatan (Elastomer Perletakan Jembatan,Rubber Bridge Bearing Pads) tergantung pada beban jembatan tersebut,terdapat 2 tipe elastomer jembatan yaitu 1. Karet Bantalan Jembatan Elastomer Jembatan Tipe Polos Tanpa adanya Plat 2. Karet Bantalan Jembatan Tipe Laminasi terdapat 2,3,4 ataupun lebih Plat pada bagian dalamnya. Gada Bina Usaha membuat dan menjual Karet Bantalan Jembatan/Elastomer Perletakan Jembatan untuk kebutuhan proyek jembatan anda.kami telah mengirimkan berbagai spesifikasi dan ukuran Karet Bantalan Jembatan/Elastomer Perletakan Jembatan ke berbagai wilayah di Indonesia.Kontak kami untuk ukuran Bantalan Karet Jembatan-Elastomer Perletakan Jembatan anda : Gada Bina Usaha Malang Julius Andreas Telp : 0341-7769955 Fax : 0341 795882 Mobile 081838 6648 0812 330 69 330 The Pioneer Not Follower

Disimpan dalam Elastomer Bearing Pad, Jembatan

MANAJEMEN DAN STRATEGI PENCAPAIAN MUTU JEMBATAN


Februari 25, 2011 Tinggalkan Komentar
A. LATAR BELAKANG Peningkatan sarana transportasi sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi dan menunjang pembangunan nasional di masa yang akan datang. Sesuai dengan perkembangan daerah yang bersangkutan, jembatan merupakan salah satu sarana prasarana transportasi yang sangat menentukan dalam upaya menunjang kelancaran lalu lintas dan meningkatkan aktifitas perekonomian di daerah yang mulai berkembang. Oleh pembangunan jembatan baik kualitas maupun kuantitasnya mempunyai arti penting untuk guna menunjang tercapainya program merupakan hal yang sangat penting jembatan.

Jembatan yang merupakan bagian dari sistem jaringan transportasi darat mempunyai peranan yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menunjang pembangunan nasional di masa yang akan datang. Oleh sebab itu perencanaan, pembangunan dan rehablillasi serta fabrikasi konstruksi jembatan perlu diupayakan seefektif dan seefisien mungkin, sehingga pembangunan jembatan dapat mencapai sasaran mutu jembatan yang direncanakan. Manajemen dan strategi pencapaian mutu jembatan harus dilakukan untuk menghindari terjadinya rekonstruksi yang harus dilakukan apabila ada bagian yang tidak memenuhi stndar mutu yang diharapkan.

Para pemerhati Jembatan Indonesia yang terdiri dari Kalangan Pemerintahan, Akademisi, Konsultan Perencana dan Pengawas, Kontraktor atau Pelaksana Fabrikasi dan Supplier turut terlibat dan bertanggung jawab atas pembangunan jembatan yang efektif, efisien dan berdaya guna sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan teknologi. B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud kegiatan manajemen dan strategi pencapaian mutu jembatan adalah untuk dapat memberikan arahan dan pedoman terhadap pembangunan prasarana transportasi yang berupa jembatan yang memenuhi stndar mutu dan berdaya guna sehingga dapat menunjang strategi Pembangunan Wilayah di Pemerintah Daerah Kabupaten maupun Propinsi. Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mendapatkan cara penanganan yang efisien dan efektif dalam pencapaian mutu jembatan yang memenuhi stndar. C. PENGERTIAN JEMBATAN Jembatan adalah suatu struktur kontruksi yang memungkinkan route transportasi melalui sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain-lain. Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan pembuang . Jalan ini yang melintang yang tidak sebidang dan lain-lain. Sejarah jembatan sudah cukup tua bersamaan dengan terjadinya hubungan komunikasi dan transportasi antara sesama manusia dan antara manusia dengan alam lingkungannya. Macam dan bentuk serta bahan yang digunakan mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sekali sampai pada konstruksi yang mutakhir. Mengingat fungsi dari jembatan yaitu sebagai penghubung dua ruas jalan yang dilalui rintangan, maka jembatan dapat dikatakan merupakan bagian dari suatu jalan, baik jalan raya atau jalan kereta api. Berikut beberapa jenis jembatan : 1. Jembatan diatas sungai 2. Jembatan diatas saluran irigasi/ drainase 3. Jembatan diatas lembah 4. Jembatan diatas jalan yang ada (fly over) Bagian-bagian Konstruksi Jembatan terdiri dari : Konstruksi Bangunan Atas (Superstructures) Sesuai dengan istilahnya, bangunan atas berada pada bagian atas suatu jembatan, berfungsi menampung beban-beban yang ditimbulkan oleh suatu lintasan orang, kendaraan, dll, kemudian menyalurkan pada bangunan bawah. Konstruksi bagian atas jembatan meliputi : 1. Trotoir 2. Sandaran dan tiang sandaran 3. Peninggian trotoir (kerb) 4. Konstruksi trotoir 5. Lantai kendaraan dan perkerasan 6. Balok gelagar 7. Balok diafragma / ikatan melintang 8. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan rem,ikatan tumbukan) 9. Perletakan (tumpuan) Konstruksi Bangunan Bawah (Substructures) Bangunan bawah pada umumnya terletak disebelah bawah bangunan atas. Fungsinya untuk menerima beban-beban yang diberikan bangunan atas dan kemudian menyalurkan ke pondasi, beban tersebut selanjutnya oleh pondasi disalurkan ke tanah. Konstruksi bagian bawah jembatan meliuputi : 1. Pangkal jembatan (abutment) dan pondasi 2. Pilar jembatan (pier) dan pondasi D. KRITERIA PERENCANAAN JEMBATAN

Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan identifikasi yang menyangkut beberapa hal antara lain : Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun lokasi jembatan berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada. Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume lalu lintas. Struktur tanah, geologi dan topografi serta kondisi sungai dan perilakunya. 1. Pemilihan Lokasi Jembatan Dasar utama penempatan jembatan sedapat mungkin tegak lurus terhadap sumbu rintangan yang dilalui, sependek, sepraktis dan sebaik mungkin untuk dibangun di atas jalur rintangan. Beberapa ketentuan dalam pemilihan lokasi jembatan dengan memperhatikan kondisi setempat dan ketersediaan lahan adalah sebagai berikut : Lokasi jembatan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak menghasilkan kebutuhan lahan yang besar sekali. Lahan yang dibutuhkan harus sesedikit mungkin mengenai rumah penduduk sekitarnya, dan diusahakan mengikuti as jalan existing. 2. Bahan Konstruksi Jembatan Ditinjau dari klasifikasi bangunan penyeberangan secara umum, bahan konstruksi jembatan dapat dikelompokkan seperti yang tercantum pada tabel 1. 3. Pemilihan Konstruksi Atas Jembatan Pemilihan konstruksi atas jembatan ditetapkan dengan mempertimbangkan konstruksi yang kuat, aman, dan ekonomis. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis konstruksi atas antara lain : 1. Mudah pelaksanaannya 2. Biaya pelaksanaan murah 3. Pengadaan bahan relatif mudah 4. Biaya perawatan relatif rendah 5. Cukup kuat dengan biaya relatif murah 6. Bentang sungai 4. Pemilihan Konstruksi Bawah Jembatan Pemilihan konstruksi bawah jembatan harus memperhatikan kondisi tanah setempat dan pola aliran sungai. Konstruksi ditetapkan berdasarkan pertimbangan kekuatan, biaya, serta kemudahan dalam pelaksanaan. Tahapan yang harus dilakukan dalam perencanaan fondasi jembatan antara lain : 1. Pemeriksaan rencana tahanan lateral ultimit geser maupun tahanan tekanan pasif pada fondasi. 2. Stabilitas terhadap geser dan guling. 3. Kapasitas daya dukung ultimit. 4. Penurunan (settlement) pada fondasi.

BOX GIRDER

3.4

PERENCANAAN PEKERJAAN ABUTMENT

3.4.1. PONDASI Sesuai dengan gambar gambar rencana, maka untuk pondasi Abutmen dibuat dengan pondasi sumuran . Karena Data sondir yang ada menunjukan pondasi Rendah (kurang dari 6M maka menggunakan pondasi Sumuran dengan D 300cm panjang antara 3 6 M.

3.4.2. BANGUNAN BAWAH ABUTMENT

Abutment dibuat dari bahan Beton K-250 dan Besi U-24. di cor Setempat dan harus memenihi persyaratan beton bertulang degan memperhatikan sbb:

3.4.4 USULAN PEKERJAAN TAMBAH KURANG

Usulan Pekerjaan yang mengalami perubahan adalah sebagai berikut :

DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH

3.1 (1) Galian Biasa. Volume pekerjaan di kurani dikarenakan sesuai Kebutuhan Riil di lapangan

3.1.(3) Galian Struktur Dengan Kedalamam 0-2 M Volume pekerjaa bertambah dari =50 M3 Menjadi =126 M3 dikarenakan sesuai Kebutuhan Riil di lapangan.

3.1.(4) Galian Struktur Dengan kedalaman 2-4 M Volume pekerjaa bertambah dari =50 M3 Menjadi =126 dan pekerjaan ini timpang dengan volume timpang=76M3 dengan harga OE=Rp.39.082,- dikarenakan sesuai Kebutuhan Riil di lapangan.

3.1 (5) Galian Struktur dengan kedalaman 4-6 M.

Volume pekerjaa item baru dari dan volumenya=84.78 M3 dikarenakan sesuai Kebutuhan Riil di lapangan.

3.2 (2) Timbunan Pilihan

Volume pekerjaa bertambah dari =94.95 M3 Menjadi =859.09 M3 dikarenakan sesuai Kebutuhan Riil di lapangan.

DIVISI 7 STRUKTUR

7.1 (3) Beton K-350. Volume pekerjaa ini di hilangkan karena tidak lagi mengerjakan pembuatan Jembatan Atas.diseuaikan kebutuhan riil dilapangan.

7.1 (5) Beton K-250. Volume Beton K-250 mengalami penambahan dari volume semula= 76.83 m3 menjadi = 227.55 M3

7.1 (5) Beton K-175. Volume beton K-175 Mengalami Penambahan dari = 50 M3 menjadi 106.07 M3

7.1 (5) Beton K- 125.

Volume beton K-175 Mengalami Pengurangan dari = 10 M3 menjadi 6.38 M3

7.2 (1)a Unit pracetak Type I. Bentang 31.6 M Balok Girder tidak di adakan karena tidak cukup dana. Dan dibuat bangunan bawah saja.

7.3 (1) Baja Tulangan U-24 Polos. Volume baja mengalami penambahan dari = 17.700 Kg menjadi = 18.060,90 Kg.

7.4 (5) Pengangkutan Bahab Jembatan. Pengankutan bahab Jembatan (balok Girder) tidak dilakukan karena tidak dilakukan pekerjaan Atas.

7.7 (2)b Penyediaan Dinding Sumuran Silinder D-400. Dinding sumuran Silinder D-400 diganti dengan D-300. jadi ada harga satuan yg baru untun D-300.

7.7(1) Penurunan Dinding Sumuran Sumuran D-400 Harga satuan penurunan dinding Sumuran D-400 diganti dengan Harga satuan Dinding Sumuran D-300. 7.1 Pasangan Batu Pekerjaan ini betambah dari volume awal = 63,00 M3 menjadi = 206.25 M3 , sesuai keadaan rill di lapangan.

7.10 (2) Pasangan Batu Kosong Pekerjaan item baru untuk melindungi abutmen jembatan dengan vol=940.11 M3

7.10 (2) Bronjong

Pekerjaan item baru untuk melindungi abutmen jembatan dengan vol=480 M3

No 1. 2. 3. 4.

No. Item Uraian Pekerjaan Pembayaran 1.2 1.8 (3) 3.1 (3) 3.1 (4) 3.1 (5) Mobilisasi Pengambilan Data Sondir Galian Struktur dng Kedalaman 1 -2 M Galian Struktur dng Kedalaman 2 4 M Galian Struktur dng Kedalaman 4-6 M Timbunan Bisa Timbunan Pilhan Beton K - 350 Beton K - 250 Beton K - 175 Beton K -125 Unit Pra cetak Type I bentang 31.6 M Pengangkutan Bahan Jembatan Penyediaan Dinding sumuran Silinder D400cm Penurunan Dinding sumuran Silinder D400cm Penyediaan Dinding sumuran Silinder D- 300cm Penurunan Dinding sumuran Silinder D300cm Pasangan Batu Batu Kosong Bronjong

Perubahan tetap tetap bertambah bertambah Item baru tetap bertambah dihilangkan bertambah bertambah bertambah dihilangkan dihilangkan berkurang berkurang Item baru Item baru bertambah Item baru Item baru

5. 6. 7. 8. 9.

3.2 (1) 3.2 (2) 7.1 (3) 7.1 (5) 7.1 (6)

10 7.1 (8) . 11 7.2 (1)a . 12 7.4 (5) . 13 7.7 (1)b 14 7.7 (2)b 15 7.7 (1)b 16 7.7 (2)b 17 7.9 18 7.10 (1) 19 7. 10 (2)

PONDASI TIANG PANCANG (PILE FOUNDATION) Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, dibor atau di dongkrak ke dalam tanah dan dihubungkan dengan pile cap (poer). Tergantung juga pada tipe tanah, material dan karakteristik penyebaran beban tiang pancnag diklasifikasikan berbedabeda. Pondasi tiang sudah digunakan sebagai penerima beban dan sistem transfer beban bertahun-tahun. Pada awal peradaban, dari komunikasi, pertahanan, dan hal-hal yang strategik dari desa dan kota yang terletak dekat sungai dan danau. Oleh sebab itu perlu memperkuat tanah penunjang dengan beberapa tiang. Tiang yang terbuat dari kayu (timber pile) dipasang dengan dipukul ke dalam tanah dengan tanah atau lubang yang digali dan diisi dengan pasir dan batu. Pada tahun 1740, Christoffoer Polhem menemukan peralatan pile driving yang mana menyerupai mekanisme Pile driving saat ini. Tiang baja (steel pile) sudah digunakan selama 1800 dan tiang beton (concrete pile) sejak 1900. Revolusi industri membawa perubahan yang penting pada sistem pile driving melalui penemuan mesin uap dan mesin diesel. Lebih lagi baru-baru ini, meningkatnya permintaan akan rumah dan konstruksi memaksa para pengembang memanfaatkan tanah-tanah yang mempunyai karakteristik yang kurang bagus. Hal ini membuat pengembangan dan peningkatan sistem pile driving. Saat ini banyak teknikteknik instalansi tiang pancang bermunculan. Seperti tipe pondasi yang lainnya, tujuan dari pondasi tiang adalah: Untuk menyalurkan beban pondasi ke tanah keras Untuk menahan beban vertikal, lateral, dan beban uplift. Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah dasar tidak mempunyai kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah menunjukkan bahwa tanah dangkal tidak stabil dan kurang keras apabila besarnya hasil estimasi penurunan tidak dapat diterima pondasi tiang pancang dapat menjadi bahan pertimbangan. Lebih jauh lagi, estimasi biaya dapat menjadi indicator bahwa pondasi tiang pancang biayanya lebih murah daripada jenis pondasi yang lain dibandingkan dengan biaya perbaikan tanah. Dalam kasus konstruksi berat, sepertinya bahwa kapasitas daya pikul dari tanah dangkal tidak akan memuaskan, dan konstruksi seharusnya di bangun di atas pondasi tiang. Tiang pancang juga digunakan untuk kondisi tanah yang normal untuk menahan beban horizontal. Tiang pancang merupakan metode yang tepat untuk pekerjaan diatas air, seperti jertty atau dermaga. Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan beban yang bekerja padanya (Sardjono HS, 1988). Atau apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman > 8 m (Bowles, 1991). Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan atau mentransfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke lapisan tanah keras yang letaknya sangat dalam.

1. 2.

Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak lurus dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal yang bekerja. Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping dari kapal dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang tergantung dari alat yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan perencanaannya. Pondasi tiang digolongkan berdasarkan kualitas bahan material dan cara pelaksanaan. Menurut kualitas bahan material yang digunakan, tiang pancang dibedakan menjadi empat yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang beton, tiang pancang baja, dan tiang pancang composite (kayu beton dan baja beton). Tiang pancang umumnya digunakan: 1. Untuk mengangkat beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam atau melalui sebuah stratum/lapisan tanah. Didalam hal ini beban vertikal dan beban lateral boleh jadi terlibat. 2. Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk telapak ruangan bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau untuk menopang kaki-kaki menara terhadap guling. 3. Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang pancang ini dapat ditarik keluar kemudian. 4. Mengontrol lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak berada pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya tinggi. 5. Membuat tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol amplitudo getaran dan frekuensi alamiah dari sistem tersebut. 6. Sebagai faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan dan atau pir, khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potensial. 7. Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban diatas permukaan air melalui air dan kedalam tanah yang mendasari air tersebut. Hal seperti ini adalah mengenai tiang pancang yang ditanamkan sebagian dan yang terpengaruh oleh baik beban vertikal (dan tekuk) maupun beban lateral (Bowles, 1991). Pondasi tiang pancang dibuat ditempat lain (pabrik, dilokasi) dan baru dipancang sesuai dengan umur beton setelah 28 hari. Karena tegangan tarik beton adalah kecil, sedangkan berat sendiri beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi tulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Kriteria dan jenis pemakaian tiang pancang Dalam perencanaan pondasi suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi yang digunakan berdasarkan atas beberapa hal, yaitu: Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi tersebut; Besarnya beban dan beratnya bangunan atas; Kondisi tanah tempat bangunan didirikan; Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas. Kriteria pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu pondasi bangunan sangat tergantung pada kondisi: Tanah dasar di bawah bangunan tidak mempunyai daya dukung (misalnya pembangunan lepas pantai)

Tanah dasar di bawah bangunan tidak mampu memikul bangunan yang ada diatasnya atau tanah keras yang mampu memikul beban tersebut jauh dari permukaan tanah Pembangunan diatas tanah yang tidak rata Memenuhi kebutuhan untuk menahan gaya desak keatas (uplift)

A. Penggolongan Pondasi Tiang Pancang Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan, cara tiang meneruskan beban dan cara pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan satu persatu. 1. a. Pondasi tiang pancang menurut pemakaian bahan dan karakteristik strukturnya Tiang pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles, 1991) antara lain: Tiang Pancang Kayu Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan sebagai tiang pancang pada suatu dermaga. Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon yang cabang-cabangnya telah dipotong dengan hati-hati, biasanya diberi bahan pengawet dan didorong dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Kadang-kadang ujungnya yang besar didorong untuk maksud-maksud khusus, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut akan bergerak kembali melawan poros. Kadang kala ujungnya runcing dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan yang terbuat dari logam bila tiang pancang harus menembus tanah keras atau tanah kerikil. Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam penggunaan tiang pancang sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila tiang katu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah muka air tanah. Tiang pancang dari kayu akan lebih cepat rusak atau busuk apabila dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti-ganti. Sedangkan pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk kayu hanya akan menunda atau memperlambat kerusakan daripada kayu, akan tetapi tetap tidak akan dapat melindungi untuk seterusnya. Pada pemakaian tiang pancang kayu ini biasanya tidak diijinkan untuk menahan muatan lebih besar dari 25 sampai 30 ton untuk setiap tiang. Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah-daerah dimana sangat banyak terdapat hutan kayu seperti daerah Kalimantan, sehingga mudah memperoleh balok/tiang kayu yang panjang dan lurus dengan diameter yang cukup besar untuk digunakan sebagai tiang pancang. Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu tersebut adalah : bahan kayu yang dipergunakan harus cukup tua, berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya kayu berlian. Semula tiang pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk memastikan bahwa tiang pancang kayu tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan toleransi yang diijinkan. Semua kayu lunak yang digunakan untuk tiang pancang memerlukan pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133 86 dengan menggunakan instalasi peresapan bertekanan. Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, pengawetan dengan tangki terbuka secara panas dan dingin, harus digunakan. Beberapa kayu keras dapat digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi pelayanan. Kepala Tiang Pancang

Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif. Setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai nagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang. Bilama tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur permanen dan akan dipotong sampai di bawah permukaan tanah, maka perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang pancang tersebut telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah yang terendah yang diperkirakan. Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton, kepala tiang pancang harus tertanam dalam pur dengan kedalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan gaya. Tebal beton di sekeliling tiang pancnag paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan untuk mencegah terjadinya keretakan. Sepatu Tiang Pancang Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk melindungi ujung tiang selama pemancangan, kecuali bilamana seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak. Sepatu harus benar-benar konsentris (pusat sepatu sama dengan pusat tiang pancang) dan dipasang dengan kuat pada ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan kayu harus cukup untuk menghindari tekanan yang berlebihan selama pemancangan. Pemancangan Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan menyebabkan retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan beratnya tiang untuk memudahkan pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan selama pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang pancang dan bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif pada tempatnya. Penyambungan Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau lebih, permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadap panjangnya untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang. Pada tiang pancang yang digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau pelat penyambung baja, atau profil baja seperti profil kanal atau profil siku yang dilas menjadi satu membentuk kotak yang dirancang untuk memberikan kekuatan yang diperlukan. Tiang pancang bulat harus diperkuat dengan pipa penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan maksimum harus dihindarkan. Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu Tiang pancang dari kayu relatif lebih ringan sehingga mudah dalam pengangkutan. Kekuatan tarik besar sehingga pada waktu pengangkatan untuk pemancangan tidak menimbulkan kesulitan seperti misalnya pada tiang pancang beton precast. Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat masuk lagi ke dalam tanah. Tiang pancang kayu ini lebih baik untuk friction pile dari pada untuk end bearing pile sebab tegangan tekanannya relatif kecil.

Karena tiang kayu ini relatif flexible terhadap arah horizontal dibandingkan dengan tiangtiang pancang selain dari kayu, maka apabila tiang ini menerima beban horizontal yang tidak tetap, tiang pancang kayu ini akan melentur dan segera kembali ke posisi setelah beban horizontal tersebut hilang. Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping dari kapal dan perahu. Kerugian pemakaian tiang pancang kayu: Karena tiang pancang ini harus selalu terletak di bawah muka air tanah yang terendah agar dapat tahan lama, maka kalau air tanah yang terendah itu letaknya sangat dalam, hal ini akan menambah biaya untuk penggalian. Tiang pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur yang relatif kecil di bandingkan dengan tiang pancang yang di buat dari baja atau beton terutama pada daerah yang muka air tanahnya sering naik dan turun. Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel) ujung tiang pancang kayu dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang tersebut hancur. Apabila tiang kayu tersebut kurang lurus, maka pada waktu dipancangkan akan menyebabkan penyimpangan terhadap arah yang telah ditentukan. Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan jamur yang menyebabkan kebusukan.

b. Tiang Pancang Beton 1. Precast Reinforced Concrete Pile Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah dieri penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar, biasanya pancang beton ini dicetak dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk transport. Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (>50 ton untuk setiap tiang), hal ini tergantung dari dimensinya. Dalam perencanaan tiang pancang beton precast ini panjang dari pada tiang harus dihitung dengan teliti, sebab kalau ternyata panjang dari pada tiang ini kurang terpaksa harus dilakukan penyambungan, hal ini adalah sulit dan banyak memakan waktu. Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa lingkaran, segi empat, segi delapan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Tiang pancang beton precast concrete pile (Bowles, 1991) Keuntungan pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile:

Precast Concrete Reinforced Pile ini mempunyai tegangan tekan yang besar, hal ini tergantung dari mutu beton yang di gunakan. Tiang pancang ini dapat di hitung baik sebagai end bearing pile maupun friction pile. Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air tanah seperti tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan galian tanah yang banyak untuk poernya. Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap pengaruh air maupun bahan-bahan yang corrosive asal beton dekkingnya cukup tebal untuk melindungi tulangannya. Kerugian pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena itu Precast reinforced concrete pile ini di buat di lokasi pekerjaan. Tiang pancang ini di pancangkan setelah cukup keras, hal ini berarti memerlukan waktu yang lama untuk menunggu sampai tiang beton ini dapat dipergunakan. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama. Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang ini tergantung dari pada alat pancang ( pile driving ) yang tersedia maka untuk melakukan panyambungan adalah sukar dan memerlukan alat penyambung khusus. 2. Precast Prestressed Concrete Pile Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton prategang yang menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya prategangnya.

Gambar 2.3 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile ( Bowles, 1991 ) 3. Keuntungan pemakaian Precast prestressed concrete pile: Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi. Tiang pancang tahan terhadap karat. Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi. Kerugian pemakaian Precast prestressed concrete pile: Pondasi tiang pancang sukar untuk ditangani. Biaya permulaan dari pembuatannya tinggi. Pergeseran cukup banyak sehingga prategang sukar untuk disambung. Cast in Place Pile Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di tempat dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara mengebor tanah seperti pada pengeboran tanah pada waktu penyelidikan tanah. Pada Cast in Place ini dapat dilaksanakan dua cara:

1. 2.

Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton dan ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik keatas. Dengan pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton, sedangkan pipa tersebut tetap tinggal di dalam tanah. Keuntungan pemakaian Cast in Place Pembuatan tiang tidak menghambat pekerjan. Tiang ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko rusak dalam transport. Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan dilapangan. Kerugian pemakaian Cast in Place Pada saat penggalian lubang, membuat keadaan sekelilingnya menjadi kotor akibat tanah yang diangkut dari hasil pengeboran tanah tersebut. Pelaksanaannya memerlukan peralatan yang khusus. Beton yang dikerjakan secara Cast in Place tidak dapat dikontrol.

c.

Tiang Pancang Baja. Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus K250. Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat dari baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti halnya pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang besar. Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap texture tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban tanah. a. Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka karat yang terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka. b. Pada tanah liat (clay) yang mana kurang mengandung oxygen maka akan menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi karena terendam air. c. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah yang padat akan sedikit sekali mengandung oxygen maka lapisan pasir tersebut juga akan akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja. Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang dekat dengan permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena Aerated-Condition (keadaan udara pada poripori tanah) pada lapisan tanah tersebut dan adanya bahan-bahan organis dari air tanah. Hal ini dapat ditanggulangi dengan memoles tiang baja tersebut dengan (coaltar) atau dengan sarung beton sekurang-kurangnya 20 ( 60 cm) dari muka air tanah terendah. Karat /korosi yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion) pada bagian tiang yang terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti pada konstruksi baja biasa. Perlindungan Terhadap Korosi Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka panjang atau ruas-ruasnya yang mungkin terkena korosi harus dilindungi dengan pengecatan menggunakan lapisan pelindung yang telah disetujui dan/atau digunakan logam yang lebih tebal bilamana daya korosi dapat diperkirakan dengan akurat dan beralasan. Umumnya seluruh panjang tiang

baja yang terekspos, dan setiap panjang yang terpasang dalam tanah yang terganggu di atas muka air terendah, harus dilindungi dari korosi. Kepala Tiang Pancang Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya dan topi pemancang (driving cap) harus dipasang untuk mempertahankan sumbu tiang pancang segaris dengan sumbu palu. Sebelum pemancangan, pelat topi, batang baja atau pantek harus ditambatkan pad pur, atau tiang pancang dengan panjang yang cukup harus ditanamkan ke dalam pur (pile cap). Perpanjangan Tiang Pancang Perpanjangan tiang pancang baja harus dilakukan dengan pengelasan. Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus dirancang dan dilaksanakan dengan cara sedemikian hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi yang benar pada ruas-ruas tiang pancang. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak akan diisi dengan beton setelah pemancangan, sambungan yang dilas harus kedap air. Sepatu Tiang Pancang Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H atau profil baja gilas lainnya. Namun bilamana tiang pancang akan dipancang di tanah keras, maka ujungnya dapat diperkuat dengan menggunakan pelat baja tuang atau dengan mengelaskan pelat atau siku baja untuk menambah ketebalan baja. Tiang pancang pipa atau kotak dapat juga dipancang tanpa sepatu, tetapi bilamana ujung dasarnya tertutup diperlukan, maka penutup ini dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar, atau sepatu yang telah dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja fabrikasi. Keuntungan pemakaian Tiang Pancang Baja: Tiang pancang ini mudah dalam dalam hal penyambungannya. Tiang pancang ini memiliki kapasitas daya dukung yang tinggi. Dalam hal pengangkatan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah. Kerugian pemakaian Tiang Pancang Baja: Tiang pancang ini mudah mengalami korosi. Bagian H pile dapat rusak atau di bengkokan oleh rintangan besar. d. Tiang Pancang Komposit. Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang. Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan bagian bawah tiang dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka air tanah dan bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya. Biaya dan kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara ini diabaikan. Water Proofed Steel and Wood Pile Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian yang di bawah permukaan air tanah sedangkan bagian atas adalah beton. Kita telah mengetahui bahwa kayu akan tahan

1.

lama/awet bila terendam air, karena itu bahan kayu disini diletakan di bagian bawah yang mana selalu terletak dibawah air tanah. Kelemahan tiang ini adalah pada tempat sambungan apabila tiang pancang ini menerima gaya horizontal yang permanen. Adapun cara pelaksanaanya secara singkat sebagai berikut: a. Casing dan core (inti) dipancang bersama-sama dalam tanah hingga mencapai kedalaman yang telah ditentukan untuk meletakan tiang pancang kayu tersebut dan ini harus terletak dibawah muka air tanah yang terendah. b. Kemudian core ditarik keatas dan tiang pancang kayu dimasukan dalam casing dan terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras. c. Secara mencapai lapisan tanah keras pemancangan dihentikan dan core ditarik keluar dari casing. Kemudian beton dicor kedalam casing sampai penuh terus dipadatkan dengan menumbukkan core ke dalam casing. 2. Composite Dropped in Shell and Wood Pile Tipe tiang ini hampir sama dengan tipe diatas hanya bedanya di sini memakai shell yang terbuat dari bahan logam tipis permukaannya di beri alur spiral. Secara singkat pelaksanaanya sebagai berikut: a. Casing dan core dipancang bersama-sama sampai mencapai kedalaman yang telah ditentukan di bawah muka air tanah. b. Setelah mencapai kedalaman yang dimaksud core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan dalam casing terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras. Pada pemancangan tiang pancang kayu ini harus diperhatikan benar-benar agar kepala tiang tidak rusak atau pecah. c. Setelah mencapai lapisan tanah keras core ditarik keluar lagi dari casing. d. Kemudian shell berbentuk pipa yang diberi alur spiral dimasukkan dalam casing. Pada ujung bagian bawah shell dipasang tulangan berbentuk sangkar yang mana tulangan ini dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat masuk pada ujung atas tiang pancang kayu tersebut. e. Beton kemudian dicor kedalam shell. Setelah shell cukup penuh dan padat casing ditarik keluar sambil shell yang telah terisi beton tadi ditahan terisi beton tadi ditahan dengan cara meletakkan core diujung atas shell. 3. Composit Ungased Concrete and Wood Pile. Dasar pemilihan tiang composit tipe ini adalah: Lapisan tanah keras dalam sekali letaknya sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan cast in place concrete pile, sedangkan kalau menggunakan precast concrete pile terlalu panjang, akibatnya akan susah dalam transport dan mahal. Muka air tanah terendah sangat dalam sehingga bila menggunakan tiang pancang kayu akan memerlukan galian yang cukup dalam agar tiang pancang kayu tersebut selalu berada dibawah permukaan air tanah terendah. Adapun prinsip pelaksanaan tiang composite ini adalah sebagai berikut: a. Casing baja dan core dipancang bersama-sama dalam tanah sehingga sampai pda kedalaman tertentu (di bawah m.a.t) b. Core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan casing terus dipancang sampai kelapisan tanah keras. c. Setelah sampai pada lapisa tanah keras core dikeluarkan lagi dari casing dan beton sebagian dicor dalam casing. Kemudian core dimasukkan lagi dalam casing.

d. e. f. 4.

Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas sampai jarak tertentu sehingga terjadi bentuk beton yang menggelembung seperti bola diatas tiang pancang kayu tersebut. Core ditarik lagi keluar dari casing dan casing diisi dengan beton lagi sampai padat setinggi beberapa sentimeter diatas permukaan tanah. Kemudian beton ditekan dengan core kembali sedangkan casing ditarik keatas sampai keluar dari tanah. Tiang pancang composit telah selesai. Tiang pancang composit seperti ini sering dibuat oleh The Mac Arthur Concrete Pile Corp.

Composite Dropped Shell and Pipe Pile Dasar pemilihan tipe tiang seperti ini adalah: Lapisan tanah keras letaknya terlalu dalam bila digunakan cast in place concrete. Muka air tanah terendah terlalu dalam kalai digunakan tiang composit yang bagian bawahnya terbuat dari kayu. Cara pelaksanaan tiang tipe ini adalah sebagai berikut: a. Casing dan core dipasang bersama-sama sehingga casing seluruhnya masuk dalam tanah. Kemudian core ditarik. b. Tiang pipa baja dengan dilengkapi sepatu pada ujung bawah dimasukkan dalam casing terus dipancang dengan pertolongan core sampai ke tanah keras. c. Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik keatas kembali. d. Kemudian sheel yang beralur pada dindingnya dimasukkan dalam casing hingga bertumpu pada penumpu yang terletak diujung atas tiang pipa baja. Bila diperlukan pembesian maka besi tulngan dimasukkan dalam shell dan kemudian beton dicor sampai padat. e. Shell yang telah terisi dengan beton ditahan dengan core sedangkan casing ditarik keluar dari tanah. Lubang disekeliling shell diisi dengan tanah atau pasir. Variasi lain pada tipe tiang ini dapat pula dipakai tiang pemancang baja H sebagai ganti dari tiang pipa. Franki Composite Pile Prinsip tiang hampir sama dengan tiang franki biasa hanya bedanya disini pada bagian atas dipergunakan tiang beton precast biasa atau tiang profil H dari baja. Adapun cara pelaksanaan tiang composit ini adalah sebagai berikut: Pipa dengan sumbat beton dicor terlebih dahulu pada ujung bawah pipa baja dipancang dalam tanah dengan drop hammer sampai pada tanah keras. Cara pemasangan ini sama seperti pada tiang franki biasa. Setelah pemancangan sampai pada kedalaman yang telah direncanakan, pipa diisi lagi dengan beton dan terus ditumbuk dengan drop hammer sambil pipa ditarik lagi ke atas sedikit sehingga terjadi bentuk beton seperti bola. Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam pipa sampai bertumpu pada bola beton pipa ditarik keluar dari tanah. Rongga disekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi dengan kerikil atau pasir.

5.

a. b. c. d.

2. a.

Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian besar, yaitu: Tiang pancang pracetak

Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor didalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Tiang pancang pracetak ini menurut cara pemasangannya terdiri dari : 1. Cara penumbukan Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara penumbukan oleh alat penumbuk (hammer). 2. Cara penggetaran Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara penggetaran oleh alat penggetar (vibrator). 3. Cara penanaman Dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai kedalaman tertentu, lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun lagi dengan tanah. Cara penanaman ini ada beberapa metode yang digunakan : a. Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah sebelumnya lalu tiang dimasukkan kedalamnya dan ditimbun kembali. b. Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan mengeluarkan tanah dari bagian dalam tiang. c. Cara pemasangan dengan tekanan, yaitu tiang dipancangkan kedalam tanah dengan memberikan tekanan pada tiang. d. Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan air yang keluar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat dipancangkan kedalam tanah. b. Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu : 1. Cara penetrasi alas Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah kemudian pipa baja tersebut dicor dengan beton. 2. Cara penggalian Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan antara lain : a. Penggalian dengan tenaga manusia Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga manusia adalah penggalian lubang pondsi yang masih sangat sederhana dan merupakan cara konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara pembuatan pondasi dalam, yang pada umumnya hanya mampu dilakukan pada kedalaman tertentu. b. Penggalian dengan tenaga mesin Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga mesin adalah penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga mesin, yang memiliki kemampuan lebih baik dan lebih canggih. B. Alat Pancang Tiang Dalam pemasangan tiang kedalam tanah, tiang dipancang dengan alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Skema dari berbagai macam alat pemukul diperlihatkan dalam Gambar 2.4a sampai dengan 2.4d. Pada gambar terebut diperlihatkan pula alat-alat perlengkapan pada kepala tiang dalam pemancangan. Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup kepala tiang yang kadang-kadang dibentuk dalam geometri tertutup.

1.

Pemukul Jatuh (drop hammer) Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Pemberat ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan menumbuk tiang. Pemakaian alat tipe ini membuat pelaksanaan pemancangan berjalan lambat, sehingga alat ini hanya dipakai pada volume pekerjaan pemancangan yang kecil. Pemukul Aksi Tiang (single-acting hammer)

2.

Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak naik oleh udara atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan oleh beratnya sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat ram dikalikan tinggi jatuh (Gambar 2.4a).

(a)

(b)

(c)

(d) Gambar 2.4 Skema pemukul tiang : (a) Pemukul aksi tunggal (single acting hammer), (b) Pemukul aksi double (double acting hammer), (c) Pemukul diesel (diesel hammer), (d) Pemukul getar (vibratory hammer) ( Hardiyatmo,H.c., 2002 )

3.

Pemukul Aksi Double (double-acting hammer) Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram dan untuk mempercepat gerakan ke bawahnya (Gambar 2.4b). Kecepatan pukulan dan energi output biasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal. Pemukul Diesel (diesel hammer) Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi bahan bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan menggunakan bahan bakar minyak. Energi pemancangan total yang dihasilkan adalah jumlah benturan dari ram ditambah energi hasil dari ledakan (Gambar 2.4c). Pemukul Getar (vibratory hammer) Pemukul getar merupakan unit alat pancang yang bergetar pada frekuensi tinggi (Gambar 2.4d).

4.

5.

C. Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai. Langkah - langkah dari pekerjaan untuk dimensi kubus/ ukuran dan tiang pancang: 1. Menghitung daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah dasar yang diperoleh dari penyelidikan tanah. Dari sini, kemudian dihitung kemungkinan nilai daya dukung yang diizinkan pada berbagai kedalaman, dengan memperhatikan faktor aman terhadap keruntuhan daya dukung yang sesuai, dan penurunan yang terjadi harus tidak berlebihan. 2. Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi pondasinya. Hal ini dilakukan dengan jalan memilih kedalaman minimum yang memenuhi syarat keamanan terhadap daya dukung tanah yang telah dihitung. Kedalaman minimum harus diperhatikan terhadap erosi permukaan tanah, pengaruh perubahan iklim, dan perubahan kadar air. Bila tanah yang lebih besar daya dukungnya berada dekat dengan kedalaman minimum yang dibutuhkan tersebut,dipertimbangkan untuk meletakkan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam yang daya dukung tanahnya lebih besar. Karena dengan peletakan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam akan mengurangi dimensi pondasi, dengan demikian dapat menghemat biaya pembuatan pelat betonnya. 3. Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung diizinkan dipertimbangkan terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata hasil hitungan daya dukung ultimit yang dibagi faktor aman mengakibatkan penurunan yang berlebihan, dimensi pondasi diubah sampai besar penurunan memenuhi syarat. Tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut : A. Pekerjaan Persiapan 1. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal saat tiang tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter. 2. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat dengan hati-hati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan. 3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final set). 4. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver alat. Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan. 5. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok. 6. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras yang diharapkan belum tercapai. Proses penyambungan tiang : a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan pada batang pertama. b. Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama sedemikian sehingga sisisisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel menjadi satu.

c. Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat. 7. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan. 8. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai lapisan tanah keras/final set yang ditentukan. 9. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan. B. Proses Pengangkatan 1. Pengangkatan tiang untuk disusun ( dengan dua tumpuan ) Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke penyusunan lapangan. Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala tiang adalah 1/5 L. Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen maksimum pada bentangan, haruslah sama dengan momen minimum pada titik angkat tiang sehingga dihasilkan momen yang sama. Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton adalah dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat berupa kawat yang terdapat pada tiang beton yang telah ditentukan dan untuk lebih jelas dapat dilihat oleh gambar.

2. Pengangkatan dengan satu tumpuan Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang telah ditentukan di lapangan.

Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk mendapatkan jarak ini, haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum pada tempat pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai momen yang sama.

C.

Proses Pemancangan

1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titik pancang yang telah ditentukan. 2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang. 3. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang. 4. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang telahditentukan. 5. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay sambil diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul-betul vertikal. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan center gate pada dasardriving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.
6. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontiniu ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang.

D. Quality Control 1. Kondisi fisik tiang a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak b. Umur beton telah memenuhi syarat c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan 2. Toleransi

Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak leboh dari 75 mm. 3. Penetrasi Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah pukulan untuk penetrasi setiap setengah meter. 4. Final set Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai perhitungan.

D. Tiang Dukung Ujung dan Tiang Gesek Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam (Hardiyatmo, 2002), yaitu : 1. Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam zone tanah yang lunak yang berada diatas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang diperkirakan tidak mengakibatkan penurunan berlebihan. Kapasitas tiang sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang berada dibawah ujung tiang (Gambar 2.6a). 2. Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya (Gambar 2.9b). Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah dibawahnya diperhitungkan pada hitungan kapasitas tiang.

E. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Hasil Sondir

Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration test (CPT) seringkali sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini tes yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya dilapangan dengan pengukuran terus-menerus dari permukaan tanah-tanah dasar. CPT atau sondir ini dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah dan dapat memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan pondasi tiang pancang (pile), data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung (bearing capacity) dari tiang pancang sebelum pembangunan dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang pancang. Kapasitas daya dukung ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : Qu = Qb + Qs = qbAb + f.As ........................................................... (2.1)
dimana : Qu = Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang. Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang. Qs = Kapasitas tahanan kulit. qb = Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas. Ab = Luas di ujung tiang. f = Satuan tahanan kulit persatuan luas. As = Luas kulit tiang pancang.

Dalam menentukan kapasitas daya dukung aksial ultimit (Qu) dipakai Metode Aoki dan De Alencar. Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung ultimit dari data Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) diperoleh sebagai berikut :

dimana : qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D dibawah ujung tiang dan Fb adalah faktor empirik tergantung pada tipe tanah.Tahanan kulit persatuan luas (f) diprediksi sebagai berikut :

dimana : qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan sepanjang tiang. Fs = Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tanah. Fb = Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe tanah.

Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel 2.1 dan nilai-nilai faktor empirik s diberikan pada Tabel 2.2 Tabel 2.1 Faktor empirik Fb dan Fs (Titi & Farsakh, 1999 ) Tipe Tiang Pancang Tiang Bor Baja Beton Pratekan Fb 3,5 1,75 1,75 Fs 7,0 3,5 3,5

Tabel 2.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda ( Titi dan Farsakh, 1999)

Tipe Tanah Pasir

s (%) 1,4

Tipe Tanah Pasir berlanau Pasir berlanau dengan lempung Lanau

s (%) 2,2 2,8

Tipe Tanah Lempung berpasir Lempung berpasir dengan lanau Lempung berlanau dengan pasir

s (%) 2,4 2,8

Pasir 2,0 kelanauan

Pasir 2,4 kelanauan dengan lempung

3,0

3,0

Pasir 2,8 berlempun g dengan lanau Pasir 3,0 berlempun g

Lanau 3,0 berlempun g dengan pasir Lanau 3,4 berlempun g

Lempung berlanau

4,0

Lempung

6,0

Pada umumnya nilai s untuk pasir = 1,4 persen, nilai s untuk lanau = 3,0 persen dan nilai s untuk lempung = 1,4 persen. Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil pengujian sondir dapat dilakukan dengan menggunakan metode Meyerhoff. Daya dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus : Qult = (qc x Ap)+(JHL x K11) ........................................................ (2.4) dimana : Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal. qc = Tahanan ujung sondir. Ap = Luas penampang tiang. JHL = Jumlah hambatan lekat. K11 = Keliling tiang.

Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus

dimana : Qijin = Kapasitas daya dukung ijin pondasi. qc = Tahanan ujung sondir. Ap = Luas penampang tiang. JHL = Jumlah hambatan lekat.

K11 = Keliling tiang.

F.

Faktor Aman

Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi kapasitas ultimit dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan dengan maksud : a. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan yang digunakan. b. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas tanah. c. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban yang bekerja. d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau kelompok masih tetap dalam batas-batas toleransi. e. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang masih dalam batas toleransi.

Sehubungan dengan alasan butir (d), dari hasil banyak pengujian-pengujian beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter kecil sampai sedang (600 mm), penurunan akibat beban bekerja (working load) yang terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2,5 (Tomlinson, 1977). Besarnya beban bekerja (working load) atau kapasitas tiang ijin (Qa) dengan memperhatikan keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai kapasitas ultimit (Qu) dibagi dengan faktor aman (SF) yang sesuai. Variasi besarnya faktor aman yang telah banyak digunakan untuk perancangan pondasi tiang pancang, sebagai berikut :

Tabel 2.3 Harga Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi Tabel 2.3 Harga Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi Tipe Hammer Single and double acting hammer Diesel Hammer drop Hammer Efficiency, E 0.7 - 0.8 0.8 - 0.9 0.7 - 0.9

Pile Material Cast iron hammer and concrette pile ( whitout cap ) Wood cushion on steel pile Wooden pile

Coefficient of restitution, n 0.4 - 0.5 0.3 - 0.4 0.25 - 0.3

Pemakaian pondasi tiang pancang beton mempunyai keuntungan dan kerugian antara lain adalah sebagai berikut: Keuntungannya yaitu: 1. Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat, hasilnya lebih dapat diandalkan. Lebih-lebih karena pemeriksaan dapat dilakukan setiap saat. 2. Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.

3. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang pancang sehingga mempermudah pengawasan pekerjaan konstruksi. 4. Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal. Kerugiannya yaitu: 1. Karena dalam pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan maka pada daerah yang berpenduduk padat di kota dan desa, akan menimbulkan masalah disekitarnya. 2. Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.

3. Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya sulit dan memerlukan alat penyambung khusus. 4. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama.

Metode pelaksanaan: 1. 2. 3. 4. Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang. Pengangkatan tiang. Pemeriksaan kelurusan tiang. Pemukulan tiang dengan palu (hammer) atau dengan cara hidrolik.

Perbandingan Jenis Pondasi Dalam (Deep Foundation) Berdasarkan Metode Konstruksinya Pengeboran (Drilled)

Kelebihan: 1. Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu lingkungan sekitar. 2. 3. Cocok untuk pondasi yang berdiameter besar. Pondasi dapat dicetak sesuai kebutuhan.

Kekurangan: 1. Pekerjaan agak rumit karena pondasi dicetak di lapangan.

2. Lebih banyak memerlukan alat bantu seperti mesin bor, casing, cleaning bucket dan alat bantu pengeboran sehingga mengeluarkan biaya yang lebih besar. 3. 4. Rentan terhadap pengaruh tanah dan lumpur di dalam lubang. Waktu pengerjaan lebih lama.

Pemancangan Kelebihan: 1. 2. 3. 4. 5. Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik. Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis. Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang. Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.

Kekurangan: 1. 2. Pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan. Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.

3. Kesalahan metode pemancangan dapat menimbulkan kerusakan pada pondasi. 4. Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungan sulit dan memerlukan alat penyambung khusus. 5. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama. Tekan (Pressed) Kelebihan:

1. Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu lingkungan sekitar. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tidak menimbulkan kerusakan pada pondasi akibat benturan. Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang. Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal. Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik. Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.

Kekurangan: 1. Bila panjang tiang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya sulit dan memerlukan alat penyambung khusus. 2. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama. 3. 4. Tidak cocok untuk pondasi dengan diameter yang agak besar. Memerlukan mesin hydraulic press untuk menekan pondasi.

Perhitungan efisiensi kelompok tiang pancang dihitung sesuai dengan jenis, dimensi, jarak, jumlah, dan susunan kelompok tiang pancang yang digunakan. Alasan penggunaan pondasi tiang pancang ini adalah:

1.

Pengerjaannya relatif cepat dan pelaksanaannya juga relatif lebih mudah.

2. Biaya yang dikeluarkan lebih murah dari pada tipe pondasi dalam yang lain (bored pile). 3. Kualitas tiang pancang terjamin. Tiang pancang yang digunakan merupakan hasil pabrikasi, sehingga kualitas bahan yang digunakan dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan serta kualitasnya seragam karena dibuat massal. (Kontrol kualitas/kondisi fisik tiang pancang dapat dilakukan sebelum tiang pancang digunakan). 4. Dapat langsung diketahui daya dukung tiang pancangnya, pemancangan yang menggunakan drop hammer dihentikan bila telah mencapai tanah keras/final set yang ditentukan (kalendering). Sedangkan bila menggunakan Hydrolic Static Pile Driver (HSPD),terdapat dial pembebanan yang menunjukkan tekanan hidrolik terdiri dari empat silinder untuk menekan tiang pancang ke dalam tanah sampai ditemui kedalaman tanah keras.

EFISIENSI KELOMPOK TIANG 1. Kapasitas Dukung Kelompok Tiang

Fondasi tiang pancang yang umumnya dipasang secara berkelompok. Yang dimaksud berkelompok adalah sekumpulan tiang yang dipasang secara relatif berdekatan dan biasanya diikat menjadi satu dibagian atasnya dengan menggunakan pile cap. Untuk menghitung nilai kapasitas dukung kelompok tiang, ada bebarapa hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu, yaitu jumlah tiang dalam satu kelompok, jarak tiang, susunan tiang dan efisiensi kelompok tiang. Kelompok tiang dapat dilihat pada Gambar berikut ini .

Gambar Kelompok tiang a. Jumlah Tiang (n) Untuk menentukan jumlah tiang yang akan dipasang didasarkan beban yang bekerja pada fondasi dan kapasitas dukung ijin tiang, maka rumus yang dipakai adalah sebagai berikut ini. n =P/Qa Dengan : P = Beban yang berkerja

Qa = Kapasitas dukung ijin tiang tunggal

b. Jarak Tiang (S) Jarak antar tiang pancang didalam kelompok tiang sangat mempengruhi perhitungan kapasitas dukung dari kelompok tiang tersebut. Untuk bekerja sebagai kelompok tiang, jarak antar tiang yang dipakai adalah menurut peraturan peraturan bangunan pada daerah masingmasing. Menurut K. Basah Suryolelono (1994), pada prinsipnya jarak tiang (S) makin rapat, ukuran pile cap makin kecil dan secara tidak langsung biaya lebih murah. Tetapi bila fondasi memikul beban momen maka jarak tiang perlu diperbesar yang berarti menambah atau memperbesar tahanan momen. Jarak tiang biasanya dipakai bila: 1. ujung tiang tidak mencapai tanah keras maka jarak tiang minimum 2 kali diameter tiang atau 2 kali diagonal tampang tiang. 2. ujung tiang mencapai tanah keras, maka jarak tiang minimum diameter tiang ditambah 30 cm atau panjang diagonal tiang ditambah 30 cm.

c. Susunan Tiang Susunan tiang sangat berpengaruh terhadap luas denah pile cap, yang secara tidak langsung tergantung dari jarak tiang. Bila jarak tiang kurang teratur atau terlalu lebar, maka luas denah pile cap akan bertambah besar dan berakibat volume beton menjadi bertambah besar sehingga biaya konstruksi membengkak (K. Basah Suryolelono, 1994). Gambar dibawah ini adalah contoh susunan tiang (Hary Christady Harditatmo, 2003)

Gambar Contoh susunan tiang (Sumber : Teknik Fondasi 2, Hary Christady Hardiyatmo) d. Efisiensi Kelompok Tiang Menurut Coduto (1983), efisiensi tiang bergantung pada beberapa faktor, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Jumlah, panjang, diameter, susunan dan jarak tiang. Model transfer beban (tahanan gesek terhadap tahanan dukung ujung). Prosedur pelaksanaan pemasangan tiang. Urutan pemasangan tiang Macam tanah. Waktu setelah pemasangan. Interaksi antara pelat penutup tiang (pile cap) dengan tanah. Arah dari beban yang bekerja.

Persamaan untuk menghitung efisiensi kelompok tiang adalah sebagai berikut : 1. Conversi Labarre

Dengan : Eg = Efisiensi kelompok tiang = arc tg d/s, dalam derajat m = Jumlah baris tiang n = Jumlah tiang dalam satu baris d = Diameter tiang s = Jarak pusat ke pusat tiang 36

Gambar Baris kelompok tiang

2. Los Angeles Group Action Formula

Dengan : m = Jumlah baris tiang (gambar 3.12) n = Jumlah tiang dalam satu baris

d = Diameter tiang s = Jarak pusat ke pusat tiang

e. Kapasitas Dukung Kelompok Tiang Pada Tanah Pasir Pada fondasi tiang pancang, tahanan gesek maupun tahanan ujung dengan s 3d, maka kapasitas dukung kelompok tiang diambil sama besarnya dengan jumlah kapasitas dukung tiang tunggal (Eg = 1). Dengan memakai rumus berikut :

Sedangkan pada fondasi tiang pancang, tahanan gesek dengan s < 3d maka faktor efisiensi ikut menentukan.

Dengan : Qg = Beban maksimum kelompok tiang n = Jumlah tiang dalam kelompok Qa = Kapasitas dukung ijin tiang Eg = Efisiensi kelompok tiang

f. Kapasitas Dukung Kelompok Tiang Pada Tanah Lempung Kapasitas dukung kelompok tiang pada tanah lempung dihitung dengan menggunakan rumus berikut, (Sumber : Braja M Das). 1. Jumlah total kapasitas kelompok tiang Qu = m . n . (Qp + Qs) = m . n . (9 . Ap . Cu + p . L . . Cu) 2. Kapasitas berdasarkan blok (Lg, Bg, LD) Qu = Lg . Bg . Nc . Cu + 2 . (Lg + Bg) . Cu . L Dengan : Lg = Panjang blok (Gambar 3.12)

Bg = Lebar blok (Gambar 3.12) LD = Tinggi blok (Gambar 3.12) L = Panjang segment tiang 38 Dari kedua rumus tersebut, niali terkecil yang dipakai. Kelompok tiang dalam tanah lempung yang bekerja sebagai blok dapat dilihat pada gambar 3.12 berikut :

Gambar Kelompok tiang pada tanah lempung (Sumber : Teknik Fondasi 2, Hary Christady Hardiyatmo)

1. Penurunan Fondasi Kelompok Tiang 1. Tanah Pasir Beberapa metode dari penelitian dapat digunakan untuk menghitung penurunan fondasi kelompok tiang antara lain, yaitu : a. Metode Vesic ( 1977)

Dengan : S = Penurunan fondasi tiang tunggal Sg = Penurunan fondasi kelompok tiang

Bg = Lebar kelompok tiang d = Diameter tiang tungal

b. Metode Meyerhoff (1976) 1. Berdasarkan N SPT

Dengan :

q = Tekanan pada dasar fondasi Bg = Lebar kelompok tiang N = Harga rata rata N SPT pada kedalaman Bg dibawah ujung fondasi tiang 2. Berdasarkan CPT

Dengan :

q = Tekanan pada dasar fondasi

Bg = Lebar kelompok tiang 44 qc = Nilai konus pada rata rata kedalaman Bg

2. Tanah Lempung Penurunan fondasi yang terletak pada tanah lempung dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu : penurunan segera (immediate settlement), penurunan konsolidasi primer dan penurunan konsolidasi sekunder. Penurunan total adalah jumlah dari ketiga komponen tersebut dan dinyatakan dalam rumus berikut : S = Si + Sc + Ss Dengan : S = Penurunan total Si = Penurunan segera Sc = Penurunan konsolidasi primer Ss = Penurunan konsolidasi sekunder a. PenurunaN segera Penuruna segera adalah penurunan yang dihasilkan oleh distorsi massa tanah yang tertekan dan terjadi pada volume konstan. Menurur Janbu, Bjerrum dan Kjaemsli (1956) dirumuskan sebagai berikut :

Dengan : Si q = Penurunan segera = Tekanan netto fondasi (P/A)

B E i o

= Lebar tiang pancang kelompok = Modulus elastis = Faktor koreksi untuk lapisan tanah dengan tebal terbatas H = Faktor koreksi untuk kedalaman fondasi Df

Gambar Grafik faktor koreksi (Janbu, Bjerrum dan Kjaemsli (1956)

b. Penurunan Konsolidasi Primer Penurunan konsolidasi primer adalah penurunan yang terjadi sebagai hasil dari pengurangan volume tanah akibat aliran air meninggalkan zona tertekan yang diikuti oleh pengurangan kelebihan tekanan air pori. Rumus yang dipakai untuk menghitung penurunan konsolidasi primer yaitu sebagai berikut :

Dengan : e = Perubahan angka pori eo = Angka pori awal e1 = Angka pori saat berakhirnya konsolidasi H = Tebal lapisan tanah yang ditinjau.

c. Penurunan Konsolidasi Sekunder Penurunan konsolidasi sekunder adalah penurunan yang tergantung dari waktu, namun berlangsung pada waktu setelah konsolidasi primer selesai yang tegangan efektif akibat bebannya telah konstan. Besar penurunannya merupakan fungsi waktu (t) dan kemiringan kurva indeks pemampatan sekunder (C). Rumus kemiringan C adalah sebagai berikut :

Maka penurunan konsolidasi sekunder dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Dengan : Ss = Penurunan konsolidasi sekunder H = Tebal benda uji awal atau tebal lapisan lempung ep = Angka pori saat akhir konsolidasi primer t2 = t1 + t t1 = Saat waktu setelah konsolidasi primer berhenti

1. Pembebanan Pada Fondasi Kelompok Tiang Pancang 3.1 Beban Vertikal Sentris Beban ini merupakan beban (V) per satuan panjang yang bekerja melalui pusat berat kelompok tiang (O), sehingga beban (V) akan diteruskan ke tanah dasar fondasi melalui pile cap dan tiang tiang tersebut secara terbagi rata. Bila jumlah tiang yang mendukung fondasi tersebut (n) maka setiap tiang akan menerima beban sebesar :

dapat dilihat pada Gambar berikut :

Gambar Beban vertikal sentris

3.2 Beban Vertikal dan Momen

Gambar Beban vertikal dan momen Gaya luar yang bekerja pada kepala tiang (kolom) didistribusikan pada pile cap dan kelompok tiang fondasi berdasarkan rumus elastisitas dengan menganggap bahwa pile cap

kaku sempurna (pelat fondasi cukup tebal), sehingga pengaruh gaya yang bekerja tidak menyebabkan pile cap melengkung atau deformasi. Maka rumus yang dipakai adalah sebagai berikut :

Dengan : Mx, My = Momen masing masing di sumbu X dan Y x, y = Jarak dari sumbu x dan y ke tiang

x2, y2 = Momen inercia dari kelompok tiang V


n P

= Jumlah beban vertikal


= Jumlah tiang kelompok = Reaksi tiang atau beban axial tiang

You might also like