You are on page 1of 10

Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan

organ internal dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ. Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika masa kehamilan. Pilihan frekuensi menentukan resolusi gambar dan penembusan ke dalam tubuh pasien. Diagnostik sonografi umumnya beroperasi pada frekuensi dari 2 sampai 13 megahertz. Sedangkan dalam fisika istilah "suara ultra" termasuk ke seluruh energi akustik dengan sebuah frekuensi di atas pendengaran manusia (20.000 Hertz), penggunaan umumnya dalam penggambaran medis melibatkan sekelompok frekuensi yang ratusan kali lebih tinggi. Apendisitis akut Apendisitis akut merupakan infeksi bacteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan factor yang diajukan sebagai factor pencetus disamping hiperplasi jaringan limf. Fekalit, tumor apendiks dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica. Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Kontipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut.

Patologi Sesuai dengan yang disebutkan diatas, maka patologi yang didapat pada apendisitis dapat muali di mukosa dan kemudian melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Usaha pertahanan tubauh adalah membatasi proses radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa periapendikuler yang salah dikenal dengan istilah infiltrate apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler akan tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secara lambat. Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna tetapi akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai mengalami eksaserbasi akut. Gambaran klinis Apendisitis sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritoneum local. Gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral di daerah epigastrum di sekitar umbilicus. Keluhan ini sering disertai mual dan dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah titik Mc. Burney. Di sini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatic setempat. Kadang tidak ada nyeri epigastrum tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan itu dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Bila terdapat perangsangan

peritoneum biasanya pasien mengeluh sakit perut bila berjalan atau batuk. Bila letak apendiks retrosekal di luar rongga perut, karena letaknya terlindung sekum maka tanda perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kea arh perut sisi kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan, karena kontrkaksi psoas mayor yang menegang dari dorsal. Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bila meradang, dapat menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rectum sehingga peristaltic meningkat, pengosongan rectum akan lebih cepat dan berulang-ulang. Jika apendiks tadi menempel ke kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kencing, karena rangsangan dindingnya. Gejala apendiks pada anak tidak spesifik. Gejala awalnya sering hanya rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. Dalam beberapa jam kemudian akan timbul muntah-muntah dan anak menjadi lemah dan letargik. Pada orang lanjut usia gejalanya juga lebih samara-samar saja. Tidak jarang terlambat didiagnosa. Akibatnya lebih dari separo penderita baru dapat didiagnosa setelah perforasi. Pada kehamilan keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual dan muntah. Yang perlu diperhatikan adalah pada kehamilan trimester pertama sering juga terjadi mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut sekum dengan apendiks terdorong ke kraniolateral sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke region lumbal kanan. Pemeriksaan Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,50C. Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rectal samapi 10 C. Pada inspeksi perut tidak terdapat gambaran spesifik.Kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa terlihat pada massa atau abses apendikuler. Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada region iliaka kanan, bisa disertai nyeri lepas. Defans

muskuler menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale. Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut tanda Rovsing. Pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri. Peristaltik usus sering normal, paralitik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat apendisitis perforate. Pemeriksaan colok dubur menyebabkan nyeri bila daerah infeksi bisa dicapai dengan jari telunjuk, misalnya pada apendisitis pelvika. Pada apendisitis pelvika tanda perut sering meragukan, maka kunci diagnosis adalah nyeri terbatas waktu dilakukan colok dubur. Colok dubur pada anak tidak dianjurkan. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks. Uji psoas d9ilakukan dengan perangsangan m.psoas lewat hiperekstensi atau fleksi aktif. Bila apendiks yang meradang menempel pada m.psoas, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Uji obturator digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator internus yang meripakan dinding panggul kecil. Dengan gerakan fleksi dan endorotasi sendi pada posisi terlentang, pada apendisitis pelvika akan menimbulkan nyeri. Diagnosis Foto barium kurang dapat dipercaya. Ultrasonografi bisa meningkatkan akurasi diagnosis. Demikian pula kasus laparoskopi pada kasus yang meragukan. Laboratorium Pada kebanyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan komplikasi.

Pengelolaan Bila diagnosis klinik sudah jelas maka maka tindakan paling tepat adalah apendiktomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang baik. Penundaan tindak bedahsambil pemberian antibiotic dapat mengakibatkan abses atau perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan secara terbuka ataupun dengan cara laparoskopi. Bila apendiktomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih ahli bedah. Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi dulu. Pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi bila dilakukan bila dalam observasi masih terdapat keraguan. Bila tersedia laparoskop, tindakan laparoskopi diagnostik pada kasus meragukan akan segera menentukan akan dilakukan operasi atau tidak. Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotic, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau perforasi.

PENYAKIT RADANG USUS BUNTU (APPENDICITIS) Sebelum dibahas lebih jauh mengenai radang usus buntu yang dalam bahasa medisnya disebut Appendicitis, maka lebih dulu harus difahami apa yang dimaksud dengan usus buntu. Usus buntu, sesuai dengan namanya bahwa ini merupakan benar-benar saluran usus yang ujungnya buntu. Usus ini besarnya kira-kira sejari kelingking, terhubung pada usus besar yang letaknya berada di perut bagian kanan bawah. Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis, Organ ini ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Pada awalnya Organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi, tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi kelenjar limfoid. Seperti organ-organ tubuh yang lain, appendiks atau usus buntu ini dapat mengalami kerusakan ataupun ganguan serangan penyakit. Hal ini yang sering kali kita kenal dengan nama Penyakit Radang Usus Buntu (Appendicitis). Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti. Di antaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) appendiks oleh timbunan tinja/feces yang keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyabab adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk berkembang

biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu. Makan cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya sering kali tak tercerna dalam tinja dan menyelinap kesaluran appendiks sebagai benda asin, Begitu pula terjadinya pengerasan tinja/feces (konstipasi) dalam waktu lama sangat mungkin ada bagiannya yang terselip masuk kesaluran appendiks yang pada akhirnya menjadi media kuman/bakteri bersarang dan berkembang biak sebagai infeksi yang menimbulkan peradangan usus buntu tersebut. Seseorang yang mengalami penyakit cacing (cacingan), apabila cacing yang beternak didalam usus besar lalu tersasar memasuki usus buntu maka dapat menimbulkan penyakit radang usus buntu. Usus Buntu (Appendicitis) Peradangan atau pembengkakaan yang terjadi pada usus buntu menyebabkan aliran cairan limfe dan darah tidak sempurna pada usus buntu (appendiks) akibat adanya tekanan, akhirnya usus buntu mengalami kerusakan dan terjadi pembusukan (gangren) karena sudah tak mendapatkan makanan lagi. Pembusukan usus buntu ini menghasilkan cairan bernanah, apabila tidak segera ditangani maka akibatnya usus buntu akan pecah (perforasi/robek) dan nanah tersebut yang berisi bakteri menyebar ke rongga perut. Dampaknya adalah infeksi yang semakin meluas, yaitu infeksi dinding rongga perut (Peritonitis). Gejala usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya; 1. Penyakit Radang Usus Buntu akut (mendadak). Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi,

mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja. 2. Penyakit Radang Usus Buntu kronik. Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tandatanda yang khas pada apendisitis akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney (istilah kesehatannya). Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak usus buntu itu sendiri terhadap usus besar, Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik begitu. Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh Tim Kesehatan untuk menentukan dan mendiagnosa adanya penyakit radang usus buntu (Appendicitis) oleh Pasiennya. Diantaranya adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiology ; 1. Pemeriksaan fisik. Pada appendicitis akut, dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi). Pada perabaan (palpasi) didaerah perut kanan bawah, seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.

Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu. 2. Pemeriksaan Laboratorium. Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah). 3. Pemeriksaan radiologi. foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71 97 %), terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 98 %). Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks. Penanganan dan Perawatan Penyakit Radang Usus Buntu Bila diagnosis sudah pasti, maka penatalaksanaan standar untuk penyakit radang usus buntu (appendicitis) adalah operasi. Pada kondisi dini apabila sudah dapat langsung terdiagnosa kemungkinan pemberian obat antibiotika dapat saja dilakukan, namun demikian tingkat kekambuhannya mencapai 35%. Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 10 hari. Selanjutnya adalah perawatan luka

operasi yang harus terhindar dari kemungkinan infeksi sekunder dari alat yang terkontaminasi dll. ADNEXITIS I. PENGERTIAN Adnexitis adalah infeksi pada adnexa rahim. Adnexa adalah jaringan yang berada disekitar rahim termasuk tuba fallopi dan ovarium. (www.tiki-index.php.htm..com.2007) Adnexitis adalah radang pada tuba fallopi dan ovarium yang biasanya terjadi bersamaan. (Sarwono, 1999:287). Adnexitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim. Adnexa adalah jaringan yang berada di sekitar rahim, termasuk tuba fallopi dan ovarium. (www.kesehatan<<catatan si Kuke.htm.2008) Adnexitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim. (www.ikunorgtiki.com) ADNEXITIS AKUT II. II. ETIOLOGI Infeksi oleh Neisseria gonorhoe dan Chlamydia trachomatis. Melakukan aktifitas seks tanpa kondom. Radang atau infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, bisa juga datangIII. dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah. Infeksi setelah aborsi atau infeksi masa nifas. Akibat tindakan kerokan (kurretage) laparatomi, pemasangan IUD Perluasan radang dari alat atau organ yang letaknya tidak jauh seperti appendiks. Melahirkan dengan alat yang tidak steril Ganti-ganti pasangan seks Sebelumnya sudah pernah terkena pelvic inflamatory disease III. TANDA GEJALA Adnexitis kadang memunculkan gejala kadang pula tidak.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Gejala umumnya adalah : Demam terjadi secara tiba-tiba dan parah terutama akibat Gonnorhoe Sakit pada perut bagian bawah atau kram yang tidak berhubungan dengan haid (bukan premenstuasi syndrom) Nyeri tekan kanan dan kiri di perut bagian bawah Nyeri saat berhubungan seksual Nyeri BAK Keluarnya cairan berbau dan berwarna kekuningan dari vagina Menstruasi tidak teratur yaitu perdarahan bercak atau spoting sampai perdarahan irreguler Nyeri punggung Dismenore Mennoraghie Mual muntah

ADNEXITIS KRONIK ETIOLOGI : a) Terjadi sebagai lanjutan dari adnexitis akut b) Dari permulaan sifatnya kronis seperti adnexitis tuberculosa GEJALA : Anamnesis telah menderita adnexitis akut Nyeri di perut bagian bawah, nyeri ini bertambah sebelum dan sewaktu haid, kadang-kadang nyeri di pinggang atau waktu buang air besar c) Disminorea d) Mennoragia e) Infertilitas IV. MENEGAKKAN DIAGNOSA Ada beberapa kriteria untuk menegakkan diagnosis adnexitis akut : 1. Kriteria minimal l Ditemukannya pergerakkan halus adneksa dan rahim a) b)

l Pergerakan halus pada leher rahim Dengan thoucer dapat teraba adnex tumor. VT : nyeri saaat portio digoyang , nyeri kiri dan kanan uterus, kadang ada Adnex ini dapat berupa pyosalphinx atau hidrosalphinx. LED meninggi penebalan dari tuba (tuba yang sehat tidak teraba). dan biasanya ada leko dan limphocytosis. Salah satu bntuk yang khas 2. Kriteria tambahan ialah yang disebut salphingitis isthmica nodosa dimana proses radang l Keluarnya cairan tidak normal dari vagina, umumnya berbau, berwarna hanya nampak pada pars isthmica berupa tonjolan kecil yang dapat kuning atau kehijauan menyerupai myoma. l Panas tubuh menjadi 38 C Adnexitis pada seorang virgo harus menimbulkan kecurigaan pada l Pasien pernah mengalami Gonorrhea atau Chlamydia adnexitis tuberculosa. 3. Kriteria spesifik Perlu diwaspadai bahwa adnexitis dapat terjadi secara tiba - tiba V. DIAGNOSA BANDING dan menyebabkan permasalahan yang serius tanpa n terlebih Appendicitis dahulu : tempat nyeri tekan lebih tinggi. ( Mc. Burney ). Pada appendicitis rangkaian memunculkan gejala - gejala oleh karena itu dianjurkan wanita untuk gejala awalnya yang klasik yaitu nyeri periumbilikalis, diikuti dengan memeriksakan ke dokter dan menganjurkan pemeriksaan laparoscopy. anoreksia, nausea atau vomitus atau keduanya, dan pergeseran rasa th Dalam current obgyn 9 edisi 2003, 65 - 90 % wanita ter prediksi secara nyeri ke kuadran kanan bawah. akurat terkena adnexitis berkat laparroscopy. n Kehamilan ektopik : biasanya tidak ada demam, LED tidak meninggi dan lekositose tidak Laparoscopy adalah tindakan pembedahan perut dengan seberapa, kalau tes kehamilan positif maka adnexitis dapat menggunakan teleskop/ teropong tanpa melakukan penyayatan lebar dikesampingkan tapi kalau negative keduanya mungkin. pada dinding perut. Teknik pembedahan dilakukann dengan membuat Divertikulitis : dapat sulit dibedakan dari adnexitis sisi kiri. Serangan khas divertikulitis sayatan sekitar lebih kurang 1cm untuk memasukkan alat teleskop dan ditandai dengan nyeri pada kuadran kiri bawah, menggigil, demam dan selanjutnya pemeriksaan atau alat operasi organ dalam perut dilakukan tanda-tanda peritonium. Masa yang nyeri dapt terpalpasi di atas menggunakan alat tersebut dengan melihat dari monitor TV yang ada. sigmoid. Pasien dapat memberikan riwayat serangan divertikulitis. Dokter juga perlu melakukan pemeriksaan untuk membedakan adnexitis dengan mencari tahu ada tidaknya mikroorganisme penyebab adnexitis. Hal ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium yaitu VI . PENGOBATAN periksaan cairan vagina, kemudian dilakukan pengecatan gram atau Pengobatan penyakit ini disesuaikan dengan penyebabnya. gram - stain/ smear (cecil's 5th ed.). Misalnya akibat chlamydia, maka pengobatannya pun ditujukan untuk membasmi chlamydia. Secara umum, pengobatan adnexitis ini umumnya Penggunaan pelvic ultra sound juga sangat membantu untuk berupa terapi antibiotik. Jika dengan terapi ini tidak terjadi kemajuan, mendiagnosis penyakit ini. Ultrasound berguna untuk melihat pelvic, maka penderita perlu dibawa ke rumah sakit untuk diberikan terapi apakah tuba fallopi melebar ataukah muncul nanah. lainnya. Rawat inap menjadi sangat diperlukan apabila: Adapun menegakkan diagnosa adnexitis kronik : a) keluar nanah dari tuba fallopi

b) kesakitan yang amat sangat (seperti: mual, muntah, dan demam tinggi) c) penurunan daya tahan tubuh d) kehamilan Siapapun yang terdiagnosis terkena adnexitis dalam 2 bulan pertama, perlu melakukan pengobatan untuk menghentikan infeksi. Bagi wanita yang merasa takut setelah positif terdiagnosis adnexitis, dianjurkan untuk menjalani psikoterapi, agar selama masa penyembuhan, mereka tidak takut lagi akan adanya kekambuhan. Selain itu, pasien juga harus disiplin dan rajin mengunjungi dokter, terutama dokter spesialis seperti dokter spesialis kandungan. VII . PENCEGAHAN Pencegahan tidak hanya dari pihak wanita saja, pihak laki - laki juga perlu membantu agar pasangan tidak tertular. Penangan ini antara lain dapat dilakukan dengan : Setia pada pasangan, penyakit ini sebagian besar ditularkan melalui hubungan seks bebas. Segera hubungi dokter apabila gejala - gejala penyakit ini muncul Rutin memriksakan diri dan pasangan ke dokter ahli kandungan Penggunaan kondom saat berhubungan seksual Menjaga kebersihan organ genital.

Umur : terjadi pada usia reproduktif Pekerjaan : sering terjadi pada PSK 2. Keluhan Utama Ibu mengatakan merasakan keluhan : Demam Sakit pada perut bagian bawah atau kram yang tidak berhubungan dengan haid Nyeri tekan kanan dan kiri di perut bagian bawah Nyeri saat berhubungan seksual Nyeri BAK Keluarnya cairan berbau dan berwarna kekuningan dari vagina Menstruasi tidak teratur yaitu perdarahan bercak Nyeri punggung Nyeri saat menstruasi Mual muntah 3. Riwayat Kesehatan Sekarang Ibu mengatakan sedang menderita penyakit kelamin (Gonnorhoe) dan keputihan. 4. Riwayat Kesehatan Dahulu Ibu mengatakan pernah menderita penyakit kelamin (Gonnorhoe), pernah kuret, pernah infeksi karena AKDR. Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu mengatakan suami menderita penyakit kelamin (Gonnorhoe) Riwayat Menstruasi Haid tidak teratur, menstruasi dapat meningkat dalam jumlah dan lama, perdarahan bercak, disminorhea, dan keputihan. Riwayat Pernikahan Sering ganti-ganti pasangan Riwayat Ostetri Pernah keguguran

1. 2. 3. 4. 5.

6. 7. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU P.. DENGAN ADNEXITIS AKUT 8. I. PENGKAJIAN A. Data Subjektif 1. Biodata 9.

10.

v v v v v

II DIAGNOSIS Ds : Ibu mengatakan Demam, Sakit pada perut bagian bawah atau kram yang tidak berhubungan dengan haid, Nyeri tekan kanan dan kiri di perut B. Data Objektif bagian bawah, Nyeri saat berhubungan seksual, Nyeri BAK, Keluarnya 1. Pemeriksaan Umum cairan berbau dan berwarna kekuningan dari vagina, Menstruasi tidak Keadaan Umum : baik-cukup teratur yaitu perdarahan bercak, Nyeri punggung, Nyeri saat menstruasi, Kesadaran : composmentis Mual muntah. TTV : TD : dbn (100/60 140/80 mmHg) Do : O S : 36,5- >38 C Keadaan Umum : baik-cukup N : dbn-meningkat (80-100 x/mnt) Kesadaran : composmentis RR : dbn (16-20 x/mnt) TTV : TD : dbn (100/60 140/80 mmHg) 2. Pemeriksaan fisik S : 36,5- >38 OC Wajah : dbn-anemia N : dbn-meningkat (80-100 x/mnt) Mata : sclera putih, konjungtiva normal-anemis RR : dbn (16-20 x/mnt) Leher : dbn Wajah : dbn-anemia Perut : nyeri tekan bagian kanan dan kiri perut bagian bawah Mata : sclera putih, konjungtiva normal-anemis Genetalia : ada cairan fluor albus yang berbau dan berwarna Leher : dbn kehijauan atau kuning Perut : nyeri tekan bagian kanan dan kiri perut bagian bawah VT : nyeri saaat portio digoyang , nyeri kiri dan kanan uterus, kadang Genetalia ada : ada cairan fluor albus yang berbau dan berwarna kehijauan atau kuning penebalan dari tuba (tuba yang sehat tidak teraba). VT : nyeri saaat portio digoyang , nyeri kiri dan kanan uterus, kadang ada 3. Pemeriksaan Penunjang penebalan dari tuba (tuba yang sehat tidak teraba). Pemeriksaan darah lengkap : Hb, Leukosit, LED Pemeriksaan darah lengkap : Hb : normal-anemis, hematokrit : normal, Pewarnaan Gram Endoservik dan Biakan Leukosit meningkat, LED meningkat Kecepatan sedimentasi eritrosit Pewarnaan Gram Endoservik dan Biakan : positif bila terdapat biakan Kuldosintesis bakteri Neisseria gonorrhoeae Tes kahamilan dengan beta HCG Kecepatan sedimentasi eritrosit : sering meningkat

Riwayat KB Ibu sedang atau pernah menggunakan IUD 11. Pola Kegiatan Sehari-hari Nutrisi : kurang Eliminasi : nyeri saat BAK Personal Hygiene : vulva hygiene yang salah Aktifitas seksual : nyeri saat berhubungan seksual

v Foto abdomen v Urinalisis v Laparoskopi

Kuldosintesis : positif bila cairan yang diaspirasi non hemoragik Tes kahamilan dengan beta HCG : negatif Foto abdomen : dapat mrmbantu bila dicurigai ada benda asing, cairan intra peritonium atau organisme penghasil gas. Urinalisis : normal Laparoskopi : dapat membantu bila diagnosis tidak pasti Dx : Ibu P dengan Adnexitis Akut III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL Peritonitis, pyosalphing, abses tubo ovarium, tromboplebitis septik, limfangitis, selulitis, perihepatitis, abses pada ligamentum latum. Infertil. IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA V. INTERVENSI 1. Beritahu ibu tentang keadaannya R/ ibu mengerti keadaannya dan lebih kooperatif 2. Berikan ibu inform concernt R/ persetujuan untuk tindakan medis 3. Berikan asupan nutrisi TKTP R/ memperbaiki KU ibu sehingga mempercepat proses penyembuhan 4. Ajari ibu cara vulva Hygiene yang benar dang anti CD min 2x / hari R/ menjaga kebersihan genetalia dan mencegah infeksi lebih lanjut 5. Berikan konseling kepada pasangan tentang keadaan yang dialami ibu yaitu menyangkut aktifitas seksual. R/ dengan informasi yang benar, pengetahuan pasangan bertambah sehingga timbul pengertian dan tercipta hubungan yang baik antar ibu dan suami. 6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic, antipiretik, dan aantibiotik (metronidazole dan dosicyclin)

R/ tugas dependent bidan 7. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan laparoskopi eksploratif atau histerektomi R/ evaluasi jaringan yang terinfeksi

You might also like