You are on page 1of 12

Klasifikasi tumbuhan

tumbuhan telo dan bambu berkembang biak bukan dengan biji. Bambu (Buluh, aur, eru) adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang mempunyai batang berongga dan beruas-ruas, banyak sekali jenisnya dan banyak juga memberikan manfaat pada manusia. ini nih klasifikasinya.... Klasifikasi ilmiah Regnum : Plantae Divisio : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Poales Familia : Poaceae Subfamilia : Bambusoideae Supertribe : Bambusodae Tribe : Bambusea Keragaman Sekitar 91 genera dan 1,000 spesies jadi bambu masuk kelas liliopsida telo (ubi jalar) ubi jalar berkembang biak dgn umbi Kerajaan: Plantae Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Ordo: Solanales Famili: Convolvulaceae

Genus: Ipomoea Spesies: Ipomoea batatas telo/ubi tetep termasuk tumbuhan biji kelas dikotil karena biji berkeping dua dan daun menyirip. memang berkembangbiaknya bukan dengan biji tapi lebih mudah secara vegetatif yaitu dengan umbi, karena lama sekali berbunga dan berbuahnya! Sedangkan Bambu termasuk tumbuhan biji kelas monokotil karena berkeping tunggal. Bambu juga berkembangbiak lebih mudah dengan membentuk tunas sehingga berrumpun. Spesies : Carica papaya Nama Inggris : Papaw Nama Indonesia : Pepaya Nama Lokal : Pepaya (Indonesia), Gedang (Sunda); Betik, Kates, Telo gantung (Jawa); Pepaya (carica papaya) merupakan tumbuhan yang berbatang tegak dan basah. Pepaya menyerupai palma, bunganya berwarna putih dan buahnya yang masak berwarna kuning kemerahan, rasanya seperti buah melon. Tinggi pohon pepaya dapat mencapai 8 sampai 10 meter dengan akar yang kuat. Helaian daunnya menyerupai telapak tangan manusia. Apabila daun pepaya tersebut dilipat menjadi dua bagian persis di tengah, akan nampak bahwa daun pepaya tersebut simetris. Rongga dalam pada buah pepaya berbentuk bintang apabila penampang buahnya dipoting melintang. Tanaman ini juga dibudidayakan di kebun-kebun luas karena buahnya yang segar dan bergizi. Distribusi/Penyebaran : Di Indonesia tanaman pepaya tersebar dimana-mana bahkan telah menjadi tanaman perkarangan. Sentra penanaman buah pepaya di Indonesia adalah daerah Jawa barat (kabupaten Sukabumi), Jawa Timur

(kabupaten Malang), Yogyakarta (Sleman), Lampung Tengah, Sulawesi Selatan (Toraja), Sulawesi Utara (Manado). Habitat : Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexsiko dan Coasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daeah tropis maupun sub tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan (sampai 1000 m dpl). Perbanyakan : Dapat diperbanyak dengan biji Manfaat tumbuhan : Daun yang kering atau masih segar dapat digunakan sebagai pengusir serangga. Daun tersebut disemprotkan ke tanaman agar serangga menjauh. Spesies : Bambusa vulgaris Schrad. ex Wendl. Nama Inggris : Yellow bamboo, bamboo Nama Indonesia : Bambu kuning (berumpun kuning), bambu ampel (berumpun hijau) Deskripsi : Rumpun tegak, tinggi 10 - 20 m, diameter 4 10 cm, permukaan batang hijau mengkilap, kuning, atau kuning bergaris-garis hijau, kadang ada kultivar yang ruasnya menggembung; ruasnya 2045 cm, permukaan batang licin dilapisi lilin ketika muda. Cabang tumbuh di atas permukaan tanah. Pelepah buluh ditutupi oleh bulu hitam yang berangsur-angsur menjadi gugur, demikian pula pelepah buluhnya mudah gugur. Pelepah buluh dilengkapi dengan kuping pelepah buluh yang menonjol membulat dengan ujung agak membengkok keluar, di ujung kuping pelepah buluh seringkali dilengkapi oleh bulu kejur. Distribusi/Penyebaran : Bambusa vulgaris merupakan tumbuhan yang berasal dari Dunia Lama, khususnya dari kawasan Asia tropis. Jenis ini

diyakini sebagai bambu yang paling banyak dibudidayakan di seluruh penjuru kawasan tropis dan sub-tropis. Di kawasan Asia Tenggara, bambu jenis ini banyak dibudidayakan dan kadang tumbuh dimana saja. Habitat : Bambusa vulgaris dapat dijumpai tumbuh di seluruh kawasan hingga ketinggian 1200 m dpl. Bambu ini tumbuh baik di daerah dataran rendah dengan berbagai kondisi kelembapan udara dan berbagai tipe tanah, baik di daerah basah, subur maupun di daerah kering, yang tidak subur, di gunung, di dataran rendah maupun di pinggir pantai. Di Asia Tenggara, tumbuhan berumpun hijau ini telah tumbuh luas secara alami di tepi-tepi sungai, di pinggir jalan, dan di tanah-tanah lapang. Di Semenanjung Malaysia, Bambusa vulgaris ditanam juga di lahan-lahan terdegradasi yang mengandung timah. Perbanyakan : Bambusa vulgaris dapat diperbanyak dengan menggunakan rhizoma, stek batang atau cabang, cangkok dan kultur jaringan. Stek rhizoma yang diambil dari rumpun berusia 1 2 tahun selalu memberikan hasil tanaman yang lebih bagus. Cara termudah dan sering dilakukan adalah stek batang atau cabang. Umumnya, batang yang akan di stek adalah batang yang tidak terlalu muda atau tidak terlalu tua. Penanaman pada akhir periode musim hujan dianjurkan, dengan jarak penanaman 612 m x 612 m. Manfaat tumbuhan : Seperti bambu lainnya, Bambusa vulgaris dapat digunakan sebagai bahan bangunan, pagar, jembatan, alat angkutan (rakit), pipa saluran air dan berbagai peralatan rumah tangga, walaupun bambu ini tidak terlalu baik. Selain itu, tunas mudanya (rebung) dapat dimakan, rebung bambu kuning umum digunakan sebagai obat liver atau hepatitis. Rumpun bambu mempunyai potensi dalam melestarikan lingkungan; pertumbuhannya cepat dan akarnya mampu menahan erosi dan

mengkonservasi air. Di samping itu bambu juga dapat menghasilkan oksigen yang besar bagi kehidupan manusia. Sinonim : Bambusa thouarsii Kunth , Bambusa surinamensis Ruprecht , Leleba vulgaris (Schrader ex Wendland) Nakai .

Bambu Hutan bambu Klasifikasi ilmiah Regnum: Plantae Divisio: Magnoliophyta Kelas: Liliopsida Ordo: Poales Familia: Poaceae Subfamilia: Bambusoideae Supertribe: Bambusodae Tribe: Bambuseae Kunth ex Dumort. Keragaman Sekitar 91 genera dan 1,000 spesies

Bambu (Buluh, aur, eru) adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang mempunyai batang berongga dan beruas-ruas, banyak sekali jenisnya dan banyak juga memberikan manfaat pada manusia. Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji

Sub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Manihot Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin. Varietas-varietas ketela pohon unggul yang biasa ditanam, antara lain: Valenca, Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2, Menurut wikipedia : Botani bambu terdiri dari : Kingdom: Plantae, Divisi: Magnoliophyta, Kelas: Liliopsida,Ordo: Poales, Familia: Poacea, Subfamili: Bambusoideae, Supertribe: Bambusodae, Tribe: Bambuseae. Dikutip dari Kuliner, Bambu termasuk kelas Monocotyle doneae, ordo Graminales, subfamili Dendrocalamae, genus Dendrocalamus, spesies Dendrocalamus asper. Berkembang biak dengan tunas (rebung) mirip pisang gitu deh. Klo jagung berarti : Divisi Spermatophyta, Subdivisi:Angiospermae, Kelas Monocotyledonae, Famili Graminales, Suku Graminaeae, Marga Zea, Jenis Zea mays L. jagung berkembang biak dengan biji.

TUGAS : DASAR DASAR AGRONOMI PENGARUH ORGANISME TERHADAP PRODUKSI TANAMAN

OLEH KASMAN D1B607049 JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI

2011

Tanah merupakan media tempat tumbuhnya tanaman, dan merupakan salah satu hal utama dalam usaha pertanian. Tanah sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman apabila dilihat dari tingkat kesuburan tanah yang tidak megandung unsure hara esensial Selain tanah banyak juga pengaruh lain yang dapat menurunkan hasil produksi tanaman, salah satunya adalah organisme. Organisme tanah adalah organisme yang bertanggung jawab atas penghancuran dan sintesa organic. Organisme ini ada yang menguntungkan dan juga ada yang merugikan bagi tanaman. Misal pada bakteri. A. Bakteri yang dapat menguntungkan Bakteri thuringensis adalah bakteri positif (gram positif) berbentuk batang, bersifat aerob yang banyak tersebar di habitat tanah, membentuk spora dan menghasilkan toksin yang dapat membunuh serangga pengganggu tanaman.

Cara kerja toksin dalam membunuh serangga dihasilkan dalam bentuk protoksin yang belum aktif, pada waktu toksin dimakan oleh serangga rentan, maka toksin terlarut dalam system pencernaan serangga yang bersifat alkali dan mengalami proses oleh enzim protease yang ada dalam serangga. Toksin yang sudah diaktifkan akan menembus matriks peritrophik dan menempel pada suatu reseptor yang sangat spesifik. Toksin tersebut menginduksi pembentukan poripori litik pada membran epitel sehingga menyebabkan

ketidakseimbangan kosentrasi ion, terjaddi lisis, sehingga selera makan berkurang dan serangga akan mati.

Dengan adanya bakteri thuringensis yang dapat membunuh serangga dan menghasilkan toksin, maka tanaman ddapat dikatakan produksinya akan membaik, karna dapat membunuh serangga yang merupakan salah satu pengganggu tanaman yang dapat merusak hasil produksinya.

B. Bakteri yang merugikan

Bakteri rhizobium adalah bakteri gram negatif, bersifat aerob, tidak membentuk spora, membentuk batang, dengan ukuran sekitar 0,5-0,9um x 1,2-3um. Bakteri ini termasuk dalam kelompok family rhizobiaceae yang banyak terdapat didalam peakaran tanaman dan membentuk simbiotik dengan inang khusus. Hubungan antara bakteri dengan inangnya terbebntuk hubungan khusus yang disebut dengan bintil akar. Bakteri ini dapat merugikan bagi tanaman karna dapat membentuk hubungan simbiotik khusus dengan inang, dimana telah kita ketahui bahwa inang merupakan salah satu pengganggu tanaman., sehingga dapat mengakibatkan produksi tanaman tidak membaik.

Pada sisi lain perlindungan tanaman dapat dilakukan melalui 3 hal yaitu: Perlindungan terhadap gagngguan hama, gangguan penyakit, gangguan gulma,. Telah banyak dilalukan untuk mengembangkan system perlindungan hama, baik yang sifatnya mekanis, kimiawi, dan biologi. Tidak semua gangguan dapat diatasi dengan usaha mekanis/fisik, demikian pula halnya dengan pendekatan kimiawi, bahkan pendekatan kimiawi seringkali dapat menimbulkan pesoalan baru yang tidak muddah diatasi seperti pencemaran lingkungan dan timbulnya resistensi hama dan pathogen terhadap bahan kimia yang digunakan.

Usaha untuk mengurangi populasi hama yang dilakukan dengan pendekatan fisik/makanis, maupun kimiawi, meskipun hasilnya tidak selalu efektif. Oleh karena itu alternative lain dalam penanganan hama tumbuhan adalah pendekatan biologis, artinya menggunakan jasad hidup lain, antara lain mikroba, untuk mengatasi gangguan hama tersebut. Mikroba yang dapat digunakan untuk membunuh hama tersebut adalah insektisida mikrobia.

Insektisida mikrobia bersifat selektif dan tidak mempunyai fitotoksik sehingga tidak berbahaya bagi tanaman dan lingkungan. Mikrobia yang dapat digunakan sebagai insektisida mikrobia antara lain kelompok bakteri, virus dan cendawan.

1. Insektisida Bakteri Kelompok bakteri yang dapat menginfeksi serangga (hama utama pada tanaman), namun yang banyak dikomersialkan adalah: bacillus dan serratia. 2. Insektisida Viral Beberapa strain virus diketahui mempunyai kemampuan sebagai pengendali serangga hama sehingga dapat dikembangkan sebagai insektisida viral. Kelompok virus yang menyerang serangga ( vitus entomopathogenik ) antara lain : asciviridae , Novaviridae , culoviridae , poxviridae , birmaviridae , parvoviridae. Diantara kelompok tersebut , yang paling banyak digunakan sebagai insektisida viral adalah Baculoviridae. Baculovirus baculoviridae. yang digunakan sebagai insektisida viral adalah

3. Insektisida Cendawan Beberapa jenis ccendawan berrsifat entomopathogenik, sehingga dapat digunakan sebagai insektisida cendawan. Dua ordo penting dari cendawan yang bersifat entoamopathogenik adalah: 1. Entomophthorales (zygomymicotina : zygomycocetes) 2. Moniliales (deuteromycotina ; hypomyucetes; deuteromycetes). Insektisida cendawan yang pertama kali terdaftar adalah hisutella thompsoni, menyebabkan epizootic pada spider mites, namun insektisida cendawan yang paling banyak digunakan adalah Beauveria bassiana yang menyerang serangga dari berbagai ordo, tergantung strainya. Hubungan jasad hidup dialam dapat terjuadi melalui beberapa pola: sinergisme, mutualisme, kompetisi, antagonisme, parasitic dan predasi. Berkaitan dengan pengendalian pathogen tanaman, pola hubungan antagonistik, predasi dan parasitik, antara jasad hidup khususnya mikroba, menjadi dasar penting dalam pengendalian biologis. Antagonisme adalah hubungan antara jasad hidup yang bersifat merugikan salah satu pihak. Jasad yang bersifat antagonistic menghasilkan suatu senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan atau kematian jasad hidup lain. Parasitisme adalah hubuntgan antara suatu jasad hidup dengan jasad hidup yang lain yang merugikan, karena salah satu jasad parasit memperoleh kebutuhan nutrisi dari jassad hidup lain ( inang ). Predasi dicirikan adanya proses memakan salah satu jasad oleh jasad yag lain, predator berukuran lebih besar dari mangsa. Mikroba yang bersifat antagonism antara lain kelompok bakteri, misalnya bacillus spp, pseudomonas fluerescens sterptomices, mampu mengendalikan

cendawan pathogen fusarium spp, rizoctonia solani, sclerotium rolffsi, phitophtora spp, dan lain-lain. Kelompok bakteri antagonis tersebut menghasilkan senyawa yang bersifat anticendawan: toksin, enzim, atau senyawa lainya. Mikroba yang memperlihatkan mekanisme parasitisme dalam pengendalian pathogen Terhadap beberapa pathogen tanaman seperti trichoderma harzianum, melawan pathogen botrytis cinera, sclerotium rolfsii, fusarium oxysporum, rhizoctonia solani, dan lain-lain.

You might also like