Professional Documents
Culture Documents
Dalam dekade 1970-an sampai awal 1980-an kalau orang bertanya, siapa pemimpin ulama Indonesia? Jawaban yang pasti adalah Buya Hamka. Sosok Hamka sebagai ulama dan pujangga Islam Indonesia tidak hanya dikenal luas di tanah air, tapi juga di luar negeri. Saya masih ingat tulisan Dr. Nurcholish Madjid dalam buku 70 Tahun Buya Hamka (1978) mencatat peranan dan ketokohan Hamka sebagai figur sentral yang telah berhasil ikut mendorong terjadinya mobilitas vertikal atau gerakan ke atas agama Islam di Indonesia, dari suatu agama yang "berharga" hanya untuk kaum sarungan dan pemakai bakiyak di zaman kolonial menjadi agama yang semakin diterima dan dipeluk dengan sungguh-sungguh oleh "kaum atas" Indonesia merdeka. Hamka berhasil merubah postur kumal seorang kiyai atau ulama Islam menjadi postur yang patut menimbulkan rasa hormat dan respek. Cak Nur lebih lanjut mengutarakan, melihat
keadaan lahiriah yang ada sekarang, sulit membayangkan bahwa di bumi Indonesia akan lahir lagi seorang imam dan ulama yang menyamai Buya Hamka.
Hamka juga diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayahku, atau seseorang
yang dihormati. Ayahnya adalah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906. Beliau dibesarkan dalam tradisi Minangkabau. ulama besar dan salah seorang tokoh utama dari gerakan pembaharuan atau modernisme Islam di Minangkabau yang terkenal dengan sebutan Kaum Muda. Hamka meresapkan dalam pikirannya pesan ayahnya yang diucapkan ketika Muktamar Muhammadiyah tahun 1930 di Bukittinggi, "Ulama harus tampil ke muka masyarakat, memimpinnya menuju kebenaran." Masa kecil HAMKA dipenuhi gejolak batin karena saat itu terjadi pertentangan yang keras antara kaum adat dan kaum muda tentang pelaksanaan ajaran Islam. Banyak hal-hal yang tidak dibenarkan dalam Islam, tapi dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Putra HAMKA bernama H. Rusydi HAMKA, kader PPP, anggota DPRD DKI Jakarta. Anak Angkat Buya Hamka adalah Yusuf Hamka, Chinese yang masuk Islam.
Dari
tahun
1964
hingga
tahun
1966,
HAMKA
dipenjarakan
oleh Presiden
Soekarno karena dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakan, beliau mulai menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, HAMKA diangkat sebagai anggota Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia. Kalau orang lain bebas dari tahanan politik mengeluarkan buku kecaman terhadap rezim penguasa. Tapi Hamka, keluar dari tahanan menghasilkan tafsir Al Quran. Malahan dia pun secara terbuka lewat tulisannya memaafkan semua orang yang pernah menyakitinya saat mereka berkuasa. Pada tahun 1978, HAMKA lagi-lagi berbeda pandangan dengan pemerintah. Pemicunya adalah keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef untuk mencabut ketentuan libur selama puasa Ramadan, yang sebelumnya sudah menjadi kebiasaan. Idealisme HAMKA kembali diuji ketika tahun 1980 Menteri Agama Alamsyah Ratuprawiranegara meminta MUI mencabut fatwa yang melarang perayaan Natal bersama. Sebagai Ketua MUI, HAMKA langsung menolak keinginan itu. Sikap keras HAMKA kemudian ditanggapi Alamsyah dengan rencana pengunduran diri dari jabatannya. Mendengar niat itu, HAMKA lantas meminta Alamsyah untuk mengurungkannya. Pada saat itu pula HAMKA memutuskan mundur sebagai Ketua MUI. Sebagai pengawal akidah umat, Hamka sebagai Ketua Umum MUI, menyampaikan masukan kepa-da Presiden Soeharto mengenai persoalan Kristenisasi, dan sikap Presiden sejalan dengan pandangan MUI bahwa kalau hendak menciptakan kerukunan beragama, maka orang yang sudah beragama jangan dijadikan sasaran untuk propaganda agama yang lain. Pada awal dekade 70-an Hamka mengingatkan umat Islam terhadap tantangan alghazwul fikri (penjajahan alam pikiran). Menurut Hamka, penjajahan alam pikiran beriringan dengan penghancuran akhlak dan kebudayaan di negeri-negeri Islam. Sekularisasi atau sekularisme adalah setali tiga uang dengan ghazwul fikr yang
dilancarkan dunia Barat untuk menaklukkan dunia Islam, setelah kolonialisme politik dalam berbagai bentuk gagal. Di mata tokoh Nahdlatul Ulama (NU) K.H.A.Syaikhu dalam buku Hamka Di Mata Hati Umat, Hamka menempatkan dirinya tidak cuma sekedar pimpinan Masjid Agung AlAzhar atau organisasi Muhammadiyah saja, tetapi juga sebagai pemimpin umat Islam secara keseluruhan, tanpa memandang golongan.
AKTIVITAS KEAGAMAAN
Setelah peristiwa 1965 dan berdirinya pemerintahan Orde Baru, HAMKA secara total berperan sebagai ulama. Ia meninggalkan dunia politik dan sastra. Tulisan-tulisannya di Panji Masyarakat sudah merefleksikannya sebagai seorang ulama, dan ini bisa dibaca pada rubrik Dari Hati Ke Hati yang sangat bagus penuturannya. Keulamaan HAMKA lebih menonjol lagi ketika dia menjadi ketua MUI pertama tahun 1975. HAMKA dikenal sebagai seorang moderat. Tidak pernah beliau mengeluarkan kata-kata keras, apalagi kasar dalam komunikasinya. Beliau lebih suka memilih menulis roman atau cerpen dalam menyampaikan pesan-pesan moral Islam. Ada satu yang sangat menarik dari Buya HAMKA, yaitu keteguhannya memegang prinsip yang diyakini. Inilah yang membuat semua orang menyeganinya. Sikap independennya itu sungguh bukan hal yang baru bagi HAMKA. Pada zamam pemerintah Soekarno, HAMKA berani mengeluarkan fatwa haram menikah lagi bagi Presiden Soekarno. Otomatis fatwa itu membuat sang Presiden berang kebakaran jenggot. Tidak hanya berhenti di situ saja, HAMKA juga terus-terusan mengkritik kedekatan pemerintah dengan PKI waktu itu. Maka, wajar saja kalau akhirnya dia dijebloskan ke penjara oleh Soekarno. Bahkan majalah yang dibentuknya Panji Masyarat pernah dibredel Soekarnokarena menerbitkan tulisan Bung Hatta yang berjudul Demokrasi Kita yang terkenal itu. Tulisan itu berisi kritikan tajam terhadap konsep Demokrasi Terpimpin yang dijalankan Bung Karno. Ketika tidak lagi disibukkan denganurusanurusan politik, hari-hari HAMKA lebih banyak diisi dengan kuliah subuh di Masjid AlAzhar, Jakarta Selatan.
WAFATNYA HAMKA
Pada tanggal 24 Juli 1981 HAMKA telah pulang ke rahmatullah. Jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam. Beliau bukan sahaja
diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sastrawan di negara kelahirannya, bahkan jasanya di seantero Nusantara, ter masuk Malaysia dan Singapura, turut dihargai.
PENGHARGAAN
Atas jasa dan karya-karyanya, HAMKA telah menerima anugerah penghargaan, yaitu Doctor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar Cairo (tahun 1958), Doctor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia (tahun 1958), dan Gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia
Menghadapi Revolusi), akhlak (Kesepaduan Iman & Amal Salih ), dan ilmu-ilmu keislaman (Tashawwuf Modern).
26.Majallah 'MENARA' (Terbit di Padang Panjang), sesudah revolusi 1946. 27.Negara Islam (1946). 28.Islam dan Demokrasi,1946. 29.Revolusi Pikiran,1946. 30.Revolusi Agama,1946. 31.Adat Minangkabau menghadapi Revolusi,1946. 32.Dibantingkan ombak masyarakat,1946. 33.Didalam Lembah cita-cita,1946. 34.Sesudah naskah Renville,1947. 35.Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret,1947. 36.Menunggu Beduk berbunyi,1949 di Bukittinggi,Sedang Konperansi Meja Bundar. 37.Ayahku,1950 di Jakarta. 38.Mandi Cahaya di Tanah Suci. 1950. 39.Mengembara Dilembah Nyl. 1950. 40.Ditepi Sungai Dajlah. 1950. 41.Kenangan-kenangan hidup 1,autobiografi sejak lahir 1908 sampai pd tahun 1950. 42.Kenangan-kenangan hidup 2. 43.Kenangan-kenangan hidup 3. 44.Kenangan-kenangan hidup 4. 45.Sejarah Ummat Islam Jilid 1,ditulis tahun 1938 diangsur sampai 1950. 46.Sejarah Ummat Islam Jilid 2. 47.Sejarah Ummat Islam Jilid 3. 48.Sejarah Ummat Islam Jilid 4. 49.Pedoman Mubaligh Islam,Cetakan 1 1937 ; Cetakan ke 2 tahun 1950. 50.Pribadi,1950. 51.Agama dan perempuan,1939. 52.Muhammadiyah melalui 3 zaman,1946,di Padang Panjang. 53.1001 Soal Hidup (Kumpulan karangan dr Pedoman Masyarakat, dibukukan 1950). 54.Pelajaran Agama Islam,1956. 55.Perkembangan Tashawwuf dr abad ke abad,1952. 56.Empat bulan di Amerika,1953 Jilid 1.
57.Empat bulan di Amerika Jilid 2. 58.Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia (Pidato di Kairo 1958), utk Doktor Honoris Causa. 59.Soal jawab 1960, disalin dari karangan-karangan Majalah GEMA ISLAM. 60.Dari Perbendaharaan Lama, 1963 dicetak oleh M. Arbie, Medan; dan 1982 oleh Pustaka Panjimas, Jakarta. 61.Lembaga Hikmat,1953 oleh Bulan Bintang, Jakarta. 62.Islam dan Kebatinan,1972; Bulan Bintang. 63.Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970. 64.Sayid Jamaluddin Al-Afhany 1965, Bulan Bintang. 65.Ekspansi Ideologi (Alghazwul Fikri), 1963, Bulan Bintang. 66.Hak Asasi Manusia dipandang dari segi Islam 1968. 67.Falsafah Ideologi Islam 1950(sekembali dr Mekkah). 68.Keadilan Sosial dalam Islam 1950 (sekembali dr Mekkah). 69.Cita-cita kenegaraan dalam ajaran Islam (Kuliah umum) di Universiti Keristan 1970. 70.Studi Islam 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat. 71.Himpunan Khutbah-khutbah. 72.Urat Tunggang Pancasila. 73.Doa-doa Rasulullah S.A.W,1974. 74.Sejarah Islam di Sumatera. 75.Bohong di Dunia. 76.Muhammadiyah di Minangkabau 1975,(Menyambut Kongres Muhammadiyah di Padang). 77.Pandangan Hidup Muslim,1960. 78.Kedudukan perempuan dalam Islam,1973. 79.Tafsir Al-Azhar. Juzu' 1-30, ditulis pada masa beliau dipenjara oleh Sukarno. sumber : Wikipedia
(Sumber Fuad Nasar, Biografi Web)