You are on page 1of 17

FISIKA EKSPERIMEN I | Statistik Pencacahan Radioaktif 1

STATISTIK PENCACAHAN RADIOAKTIF


Abstrak
Percobaan statistik pencacahan radioaktif telah dilakukan pada hari Selasa (13
Oktober 2009) di Laboratorium Fisika Eksperimen, Program Studi Fisika, Jurusan
MIPA Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, dengan menggunakan
detektor Red Alert 50. Tujuan dari praktikum ini adalah menyelidiki sifat acak
peluruhan radioaktif dengan menggunakan distribusi Gauss untuk menjelaskan
statistika peluruhan radioaktif. Dalam praktikum ini sumber radiasi yang
digunakan adalah radioaktif Sr-
90
. Hasil yang diperoleh untuk distribusi Gauss,
standar deviasi (
G
) = 155.3811 dan selisih antara rata-rata sementara dengan rata-
rata sampel () = 50.46348.
Kata kunci : Statistik pencacahan radioaktif, distribusi Gauss.
THE ATTEMPT of RADI OCTI VE DECAY EXPERI MENT
Abstrac
The attempt of Radioctive decay Have been done at Tuesday (October, 13
th
2009)
on Physic Experiment Laboratory, Physic MIPA Jenderal Soedirman University
Purwokerto, by used detector portable. The purpose of this experiment to
investigate the characteristic of random with Gauss distribution for doing decay
radioactive statistic. The Experiment use radioactive source Sr-90. The
experiment decay radioactive resulted Gauss distribution, standart deviation (o
G
)
=155.3811 and dispute between temporary average with sample average ()=
50.46348
Key word : Decay radioactive statistic, Gauss distribution.



A. PENDAHULUAN
FISIKA EKSPERIMEN I | Statistik Pencacahan Radioaktif 2

1. LATAR BELAKANG
Hampir semua material di alam semesta ini akan hilang (meluruh) seiring
dengan berjalannya waktu. Hal ini dikarenakan material tersebut memiliki sifat
radioaktif. Material ini akan mengalami suatu proses yang disebut dengan
peluruhan. Peluruhan radioaktif merupakan proses pemancaran partikel subatomik
(partikel radiasi) dari sebuah inti atom yang tidak stabil. Sebuah inti radioaktif
dapat melakukan sejumlah reaksi peluruhan yang berbeda. Reaksi-reaksi tersebut
antara lain peluruhan alfa (), peluruhan beta () dan peluruhan gamma ().
Peluruhan terjadi pada sebuah nukleus induk yang menghasilkan sebuah nukleus
anak.
Untuk mendeteksi sumber radioaktif, dilakukan perhitungan dengan
metode statistik yang menggunakan detektor portable. Peluruhan radioaktif
merupakan kejadian statistik murni dan bersifat acak. Hal ini sulit untuk
memprediksi jumlah peluruhan sebuah atom, atom mana yang akan meluruh pada
detik berikutnya. Peluruhan radioaktif juga mengikuti hukum eksponensial.
Jumlah partikel yang dihasilkan oleh sumber radiasi tiap satuan waktu dapat
dijelaskan dengan distribusi Poisson dan distribusi Gauss. Pada percobaan ini,
praktikan menggunakan distribusi Gauss sebagai model dalam menyelidiki sifat
acak dari peluruhan radioaktif.
2. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan Statistik Pencacahan Radioaktif yaitu menyelidiki sifat
acak dari peluruhan radioaktif dengan menggunakan statistik dan distribusi Gauss.




3. DASAR TEORI
FISIKA EKSPERIMEN I | Statistik Pencacahan Radioaktif 3

3.1 Aktivitas Radioaktif
Sebagaimana yang disampaikan di atas, peluruhan dari inti tidak stabil
merupakan proses acak dan tidak mungkin untuk memperkirakan kapan sebuah
atom tertentu akan meluruh, melainkan ia dapat meluruh sewaktu waktu.
Karenanya, untuk sebuah sampel radioisotop tertentu, jumlah kejadian peluruhan
dN yang akan terjadi pada selang (interval) waktu dt adalah sebanding dengan
jumlah atom yang ada sekarang. Jika N adalah jumlah atom, maka kemungkinan
(probabilitas) peluruhan ( dN/N) sebanding dengan dt, dituliskan sebagai :
dN
A
dt
= (1)
dengan A = aktivitas radioaktif dan N = banyaknya inti radioaktif. Aktivitas
dinyatakan dalam peluruhan per sekon yang disebut juga Becquerel (Bq), dimana
1 Bq = 1 peluruhan/sekon. Satuan yang lebih sering digunakan adalah Curie (Ci).
Satu Curie didefinisikan sebagai peluruhan yang dilakukan oleh 1 gram radium
dalam waktu 1 detik. Ternyata 1 gram radium akan meluruh sebanyak 3,7 x 10
10

peluruhan, sehingga
1 curie = 3,7 x 10
10
Bq
Satuan tersebut kurang praktis karena dalam kenyataannya peluruhan yang terjadi
cukup besar. Karena itu, sering kali digunakan imbuhan lain yaitu milicurie (mCi)
dan mikrocurie (Ci).
Jika setiap inti mempunyai peluang untuk meluruh sebesar , maka
aktivitas radioaktif dapat juga dinyatakan sebagai :
A = N (2)
Nilai tidak bergantung pada besaran fisis seperti tekanan, suhu atau pun massa.
Nilai hanya bergantung pada jenis unsur radioaktif dan merupakan hal yang
khas bagi setiap unsur. Sering kali disebut sebagai konstanta peluruhan.
Persamaan (1) dan (2) dapat digabung menjadi
FISIKA EKSPERIMEN I | Statistik Pencacahan Radioaktif 4


dN
N
dt
= (3)
Jika kedua ruas diintegralkan dan disederhanakan, diperoleh persamaan berikut :
0
t
N N e

= (4)
dengan : N
0
= banyaknya inti radioaktif mula-mula,
N = banyaknya inti radioaktif setelah meluruh selama t sekon,
E = bilangan natural = 2,718,
= konstanta peluruhan.
Persamaan (4) disebut hukum peluruhan radioaktivitas.Banyaknya inti
radioaktif akan sangat sulit diukur, oleh karena itu didefinisikan besaran baru
yaitu aktivitas. Aktivitas radioaktif sebanding dengan banyaknya inti radioaktif,
maka berlaku :

0
t
A A e

= (5)
dengan A = aktivitas setelah waktu t dan A
0
= aktivitas awal.
3.2 Waktu Paruh
Masing-masing inti radioaktif meluruh dengan laju yang berbeda, masing-
masing mempunyai konstanta peluruhan sendiri (). Tanda negatif pada
persamaan menunjukkan bahwa jumlah N berkurang seiring dengan peluruhan.
Penyelesaian dari persamaan diferensial orde 1 ini adalah fungsi berikut:
t
o t
e N N

=
(6)

Fungsi di atas menggambarkan peluruhan exponensial, yang merupakan
penyelesaian pendekatan atas dasar dua alasan. Pertama, fungsi exponensial
merupakan fungsi berlanjut, tetapi kuantitas fisik N hanya dapat bernilai bilangan
bulat positif. Alasan kedua, karena persamaan ini penggambaran dari sebuah
FISIKA EKSPERIMEN I | Statistik Pencacahan Radioaktif 5

693 ,
1 693 , 0
2
1
2
1
2
1
2
1
1
2
1
2
1
o
T
T
e In In
e
e N N
N N
e N N
e
N
N
t
t
t
o o
o t
t
o t
t
o
t
=
=
=
=
=
=
=
= -

proses acak, hanya benar secara statistik. Akan tetapi juga, dalam banyak kasus,
nilai N sangat besar sehingga fungsi ini merupakan pendekatan yang baik.
Selain konstanta peluruhan, peluruhan radioaktif sebuah material
biasanya juga dicirikan oleh rerata waktu hidup. Masing-masing atom "hidup"
untuk batas waktu tertentu sebelum ia meluruh, dan rerata waktu hidup adalah
rerata aritmatika dari keseluruhan waktu hidup atom-atom material tersebut.
Rerata waktu hidup disimbolkan dengan , dan mempunyai hubungan dengan
konstanta peluruhan sebagai berikut:
(7)

Parameter yang lebih biasa digunakan adalah waktu paruh. Waktu paruh
adalah waktu yang diperlukan sebuah inti radioatif untuk meluruh mejadi separuh
bagian dari sebelumnya. Hubungan waktu paruh dengan konstanta peluruhan
adalah sebagai berikut:

2 ln
2
1
= T
(8)

Waktu paruh diperoleh dari :





(9)

t
1
=
FISIKA EKSPERIMEN I | Statistik Pencacahan Radioaktif 6

dengan, T
1/2
adalah waktu paruh (sekon) dan adalah tetapan peluruhan
(1/sekon).
Hubungan waktu paruh dengan konstanta peluruhan menunjukkan bahwa
material dengan tingkat radioaktif yang tinggi akan cepat habis, sedang materi
dengan dengan tingkat radiasi rendah akan lama habisnya. Waktu paruh inti
radioaktif sangat bervariasi, dari mulai 10
24
tahun untuk inti hampir stabil, sampai
10
-6
detik untuk yang sangat tidak stabil.
3.3 Satuan Radiasi
Berbagai satuan digunakan untuk menyatakan intensitas atau jumlah
radiasi bergantung pada jenis yang diukur.
a. Curie (Ci) dan Becquerel (Bq)
Curie dan Becquerel adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan
keaktifan yakni jumlah disintegrasi (peluruhan) dalam satuan waktu. Dalam
satuan SI, keaktifan dinyatakan dalam Bq. Satu Bq sama dengan satu disintegrasi
per sekon.
1 Bq = 1 dps ; dps adalah disisntegrasi per sekon
Satuan lain yang bisa digunakan ialah Curie. Satu Curie ialah keaktifan yang
setara dari 1 gram radium, yakni 3,7 x 10
10
dps.
1 Ci = 3,7 x 10
10
dps = 3,7 x 10
10
Bq.
b. Gray (Gy) dan Rad (Rd)
Gray dan Rad adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan keaktifan
yakni jumlah (dosis) radiasi yang diserap oleh suatu materi. Rad singkatan dari
Radiation Absorbed Dose. Dalam sistem satuan SI, dosis dinyatakan dengan Gray
( Gy). Satu Gray adalah absorbsi 1 joule per kilogram materi.
1 Gy = 1 J/Kg
Satu Rad adalah absorbsi 10-3 joule/ gram jaringan.
1 Rad = 10
-3
J/g
FISIKA EKSPERIMEN I | Statistik Pencacahan Radioaktif 7

Hubungan Gray dengan Rad
1 Gy = 100 Rd.
c. Rem
Daya perusak dari sinar-sinar radioaktif tidak saja bergantung pada dosis
tetapi pada jenis radiasi itu sendiri. Rem adalah satuan dosis setelah
memperhitungkan pengaruh radiasi pada makhluk hidup ( Rem adalah singkatan
dari Radiation Equivalent for Men ).
3.4 Detektor Radioaktivitas
Hampir semua alat yang digunakan untuk mendeteksi radioktivitas
mempunyai prinsip yang sama dengan prinsip yang ditemukan oleh sepasang
suami istri Marie Curie dan Piere Curie yang dipancarkan selama proses
mengionisasi medium yang dilaluinya, inilah prinsip kerja pendeteksi radioaktif.
Ada beberapa macam detektor radioaktif antara lain :
a. Bilik ionisasi.
b. Tabung pencacah (Geiger Muller).
c. Pencacah sentilasi.
d. Bilik bunga api.
e. Plat jejak inti.
f. Bilik kabut dan gelembung.
g. Pencacah Tserenkov.
h. Red Alert 50
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996).
3.5 Statistik Peluruhan Radioaktif
Jika kita mengulangi satu jenis pengamatan secara berulang, maka
hasilnya sering kali tidak sama, tetapi berkisar pada sebuah nilai rata-rata tertentu.
Lebarnya hasil distribusi tersebut ditandai dengan adanya deviasi standar. Dalam
hal peluruhan radioaktif, jumlah partikel yang dihasilkan dari sebuah sumber tiap
satuan waktu rata-rata, dapat dijelaskan dengan sebuah distribusi yang disebut
FISIKA EKSPERIMEN I | Statistik Pencacahan Radioaktif 8

Distribusi Poisson. Distribusi ini cukup baik untuk sederetan peristiwa yang
sungguh-sungguh acak. Deviasi standar dari nilai cacah rata-rata ini dirumuskan:
= o (10)
Selain distribusi Poisson, terdapat distribusi lain yaitu Distribusi Gauss.
Distribusi ini sangat baik diterapkan untuk peristiwa yang tidak acak, tetapi hanya
terganggu akibat ketidaktelitian dalam proses pengukuran. Di sini nilai cacah rata-
rata dan deviasi standar o merupakan dua besaran lepas satu terhadap lainnya.
Secara umum, persamaan untuk distribusi Gauss dapat dituliskan:
G (x) =
( )
2
2
2
) (
2
1
o

t o
x
e
(11)
dimana x adalah bilangan bulat (bisa positif atau negatif), sedangkan o dalam
persamaan di atas adalah deviasi standar. Nilai hanya berlaku jika jumlah
peristiwa adalah tak terhingga besar.
Dalam kenyataannya, ini tidak benar dan kita hanya mendapatkan suatu
pendekatan m, rata-rata sample dengan nilai n nilai. Untuk keadaan ini, distribusi
Gauss mempunyai deviasi standar
G
o sebagai berikut:

G
o =
) 1 (
) (
1
2

=
n
m xi
n
i
=
) 1 (
1
2 2

=
n
nm xi
n
i
(12)
Menentukan nilai rata-rata sementara e (yaitu modus dari data).
Kemudian, m = e + A, di mana A adalah selisih rata-rata sementara dengan
rata-rata sample. Untuk menentukan A, menggunakan persamaan berikut:
A=
n
) (xi fi

e
(13)
Dapat dibuktikan bahwa persamaan (3) untuk
G
o dapat dibuat lebih
praktis jika A disubtitusikan kedalamnya, sehingga menjadi:
FISIKA EKSPERIMEN I | Statistik Pencacahan Radioaktif 9


G
o =
) 1 (
) (
2 2

n
n xi f i e
(14)

Hubungan distribusi Poisson dan distribusi Gauss dapat dilihat pada
gambar 1 dan 2 du bawah, jika besar (nilainya beberapa ratus), maka distribusi
Poisson mendekati distribusi Gauss, tetapi tetap dengan nilai . o =





0.04
0.15
0.10
0.05
0 2 6 8

P()
G()
10
-2 4
0.04
0.03
0.02
0.01
0.00
80 90 100 110 120 130
P()
G()

Gambar 1. Perbandingan antara distribusi Poisson dan distribusi Gauss
untuk nilai-nilai yang besar. Nilai rata-rata adalah 100.
Gambar 2. Perbandingan antara distribusi Poisson dan distribusi Gauss
untuk nilai-nilai yang kecil. Nilai rata-rata adalah 6.

FISIKA EKSPERIMEN I | Statistik Pencacahan Radioaktif 10

4. METODE
4.1 Waktu dan Tempat
Percobaan Statistik Pencacahan Radioaktif ini dilaksanakan pada hari
Selasa, 15 Oktober 2009. Percobaan dimulai dari pukul 08.00-10.00 WIB,
bertempat di Laboratorium Fisika Eksperimen 1, Program Studi Fisika, Jurusan
MIPA Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
4.2 Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum Statistik
Pencacahan Radioaktif adalah:
1. Detektor Red Alert 50
2. Pelindung/medium pembatas
3. Penggantung
4. Sumber radiasinya adalah
90
Sr (0,1 Ci T
2
1
28,6 yr Beta).
5. Sarung tangan.









Gambar 3. Skema Rangkaian Statistika Pencacahan Radioaktif

Detektor Red Alert
50



Pelindung/
pembatas
Nilai cacah per menit
(dalam bentuk digital)
Sumber Radiasi (
90
Sr)

FISIKA EKSPERIMEN I | Statistik Pencacahan Radioaktif 11

4.3 Cara Kerja dan Diagram Alir
a. Cara kerja
1. Menyusun peralatan seperti gambar 3.
2. Menggantung sumber radiasi (
90
Sr) pada posisi yang tidak berubah-ubah
seperti gambar 3.
3. Meletakkan Detektor Red Alert 50 di bawah sumber radiasi pada titik
yang ditentukan, dan usahakan lubang sinar pada detektor berhadapan
dengan sumber radiasi.
4. Memilih waktu pencacahan selama 1 menit.
5. Menghidupkan detektor Red Alert 50.
6. Mematikan detektor portable setelah 1 menit atau sampai angka yang
ditampilkan berhenti dan mencatat angka tersebut sebagai nilai cacah,
kemudian mengghidupkannya kembali.
7. Mengulang langkah 4-6 untuk letak detektor yang lain berdasarkan grid
yang ditentukan.
















FISIKA EKSPERIMEN I | Statistik Pencacahan Radioaktif 12

b. Diagram Alir





















Menyusun peralatan seperti
gambar 3
Menentukan waktu cacah per
menit (cpm)
Mencatat hasil pencacahan
Apakah nilai data pencacahan
sudah diperoleh untuk semua
titik ?


Menghidupkan
detektor
radioaktif
Sudah
Belum
Menganalisis data
MULAI
SELESAI
Melakukan Pencacahan dengan
menghidupkan Detektor pada titik
yang ditentukan

Mematikan detektor
portable
FISIKA EKSPERIMEN I | Statistik Pencacahan Radioaktif 13

B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Data pengamatan
x,y
Nilai
(cpm)
Nilai - Rad.
Latar x,y
Nilai
(cpm)
Nilai - Rad.
Latar
0,0 246 231.84 -3,0 125 112
3,0 217 202.84 -6,0 112 99
6,0 124 109.84 -9,0 80 67
9,0 89 74.84 -12,0 55 42
12,0 65 50.84 -15,0 54 41
15,0 64 49.84 -3,3 155 142
0,3 224 209.84 -6,3 114 101
0,6 196 181.84 -9,3 74 61
0,9 150 135.84 -12,3 58 45
0,12 118 103.84 -15,3 51 38
0,15 86 71.84 -3,6 90 77
3,3 224 209.84 -6,6 69 56
6,3 193 178.84 -9,6 59 46
9,3 131 116.84 -12,6 38 25
12,3 94 79.84 -15,6 28 15
15,3 52 37.84 -3,9 77 64
3,6 212 197.84 -6,9 58 45
6,6 155 140.84 -9,9 48 35
9,6 114 99.84 -12,9 34 21
12,6 80 65.84 -15,9 45 32
15,6 73 58.84 -3,12 47 34
3,9 182 167.84 -6,12 33 20
6,9 148 133.84 -9,12 34 21
9,9 102 87.84 -12,12 28 15
12,9 82 67.84 -15,12 33 20
15,9 56 41.84 -3,15 46 33
3,12 129 114.84 -6,15 33 20
6,12 109 94.84 -9,15 25 12
9,12 84 69.84 -12,15 33 20
12,12 56 41.84 -15,15 26 13
15,12 47 32.84
3,15 112 97.84
6,15 94 79.84
9,15 66 51.84
12,15 64 49.84
15,15 59 44.84

FISIKA EKSPERIMEN I | Statistik Pencacahan Radioaktif 14

Tabel 2. Perhitungan statistik pada peluruhan radioaktif
No. Interval fi Xi ( Xi )
1 15-44 22 27.79 29.9 2.11
2 45-74 17 27.79 54.38 26.59
3 75-104 11 27.79 90.52 62.73
4 105-134 4 27.79 113.38 85.59
5 135-164 4 27.79 138.13 110.34
6 165-194 3 27.79 176.17 148.38
7 195-224 4 27.79 205.09 177.3
8 225-254 1 27.79 231.84 204.05







4.3.1 Perhitungan selisih antara rata-rata sementara dengan rata-rata
sampel
A =
n
) (xi fi

e
=
66
3330.59
= 50.46348
4.3.2 Perhitungan Standar Deviasi untuk distribusi Gauss
) 1 (
) (
2 2

A
=

n
n x f
i i
G
e
o =
65
) 50.4635 66 ( 1737387.02
2

= 155.3811

fi( Xi ) ( Xi )^2 fi( Xi )^2 fi *xi
46.42 4.4521 2154.8164 611.38
452.03 707.0281 204331.1209 924.46
690.03 3935.0529 476141.4009 995.72
342.36 7325.6481 117210.3696 453.52
441.36 12174.9156 194798.6496 552.52
445.14 22016.6244 198149.6196 528.51
709.2 31435.29 502964.64 820.36
204.05 41636.4025 41636.4025 231.84

G
50.46348 27.79 155.3811
FISIKA EKSPERIMEN I | Statistik Pencacahan Radioaktif 15

4.33 Grafik Distribusi Gauss








Dari data di atas dapat ditunjukan dalam grafik :

Gambar 4. Grafik hubungan cacah radiasi (cpm) dengan jarak
0
50
100
150
200
250
-20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20
Grafik Distribusi Gauss
Radiasi (cpm)
Jarak (cm)
Sb.x (cm) Sb.y (cpm)
-15 41
-12 42
-9 67
-6 99
-3 112
0 231.84
3 202.84
6 109.84
9 74.84
12 50.84
15 49.84
FISIKA EKSPERIMEN I | Statistik Pencacahan Radioaktif 16

Berdasarkan percobaan statistik pencacahan radioaktif yang telah
dilakukan dengan menggunakan sumber radioaktif Sr-
90
yang mempunyai waktu
paro T
1/2
28.6 tahun dan mempunyai aktivasi 0.1 Ci. Sr-
90
ini merupakan inti dari
partikel beta. Dari grafik hubungan antara frekuensi terhadap kelas interval
terlihat bahwa untuk kelas interval 15-44 memiliki frekuensi paling tinggi yaitu
22. Grafik yang didapat hampir sama dengan gambar.2, namun tetap memiliki
perbedaan. Hal ini dikarenakan :
a. Sumber radiasi Sr
90
dipengaruhi oleh lingkungan yang terbuka.
b. Sumber radiasi Sr
90
yang tidak tepat berhadapan dengan detektor
radioaktif sehingga pembacaan nilai cacahnya tidak maksimal.
Pada mulanya radiasi beta menunjukan peningkatan nilai yang relatif
tinggi yaitu pada interval 15-44. Pada nilai 105-134 peluruhan elektron mulai
mengalami penurunan. Partikel beta sendiri merupakan elektron berkecepatan
atau berenergi tinggi yang dipancarkan oleh inti. Pada peluruhan ini elektron yang
dipancarkan bukan merupakan elektron orbital dan juga bukan elektron yang
semula berada di dalam inti atom, hal ini dikarenakan asas ketidakpastian
melarang elektron hadir di dalam inti atom.
Seharusnya praktikum ini dilakukan dengan menggunakan alat GM
(Geiger Muller), tetapi dikarenakan alat tersebut telah rusak maka percobaan ini
dilakukan menggunakan detektor portable (Red Alert 50) yang sebenarnya tidak
layak untuk sebuah percobaan. Detektor portable sudah diatur waktu
pencacahannya, yaitu cacah per menit (cpm), jadi secara otomatis detektor
portable akan mencacah sumber radioaktif selama satu menit. Detektor portable
ini tidak dapat divariasikan waktu pencacahannya, maka waktu yang di butuhkan
untuk mencacah radioaktif menjadi sangat lama.



FISIKA EKSPERIMEN I | Statistik Pencacahan Radioaktif 17

C. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan statistik pencacahan radioaktif dengan
menggunakan detektor radiasi (Red Alert 50) dapat dipahami bahwa sifat
peluruhan radioaktif terjadi secara acak terlihat dari nilai cacah per menitnya yang
nilainya tidak tetap. Radiasi bersifat acak artinya setiap saat besarnya radiasi yang
dipancarkan akan selalu berbeda di tempat yang sama sekalipun. Selisih rata-rata
sementara dengan rata-rata sampel () adalah 50.46348 dan standar distribusi
Gauss (
G
) adalah 155.3811.

DAFTAR PUSTAKA
Beiser, Arthur. 1990. Konsep Fisika Modern. Erlangga : Jakarta.
Depdikbud. 1996. Fisika Modern I. Depdikbud : Jakarta.
Krane, Kenneth. 1992. Fisika Modern. UI : Jakarta.
Wiryosimin, Suwarno. 1995. Mengenal Asa Proteksi Radiasi. ITB : Bandung.

You might also like