You are on page 1of 3

PEMISAHAN KOMPONEN RIMPANG TEMU KUNCI SECARA KROMATOGRAFI KOLOM Eni Hayani1

anaman temu kunci ( Kaempheria pandurata Ridl) termasuk famili Zingiberaceae, banyak tumbuh di hutan jati, tinggi tanaman dapat mencapai 80 cm, warna kulit rimpang coklat dan warna daging rimpang putih. Selain digunakan sebagai bumbu masak, rimpang temu kunci juga memiliki khasiat sebagai obat. Rimpang temu kunci memiliki khasiat memperkuat lambung. Apabila dikunyah dengan pinang dapat digunakan sebagai obat batuk kering dan peringitis, obat sakit perut serta obat suka kencing pada anak-anak. Pada wanita, rimpang temu kunci dapat digunakan sebagai obat pembengkakan kandungan serta obat infeksi alat reproduksi (Heyne 1987). Menurut Nugraheni (2001), temu kunci dapat digunakan untuk obat diare, disentri, batu, pelangsing, dan obat keputihan. Pengujian secara in vitro menunjukkan temu kunci dapat meningkatkan jumlah limfosit, antibodi spesifik, dan dapat membunuh sel kanker (Hartono 1999). Berbagai hasil pengkajian menunjukkan bahwa tanaman daerah tropis mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai obat (Sukara 2002). Rimpang temu kunci mengandung minyak atsiri yaitu metilsinamat, kamper, sineol, dan terpena. Di samping minyak atsiri, temu kunci mengandung saponin dan flavonoid (Sjamsudin dan Hutapea dalam Chairul et al. 1996). Senyawasenyawa yang mempunyai prospek cukup baik biasanya berasal dari golongan flavonoid, kurkumin, limonoid, vitamin C, vitamin E (tokoferol), dan katekin yang bisa digunakan sebagai obat antikanker. Senyawa-senyawa tersebut biasanya bermanfaat pula sebagai antioksidan (Aldi et al. 1996). Pemisahan komponen secara kromatografi kolom dilakukan dalam suatu kolom yang diisi dengan fase stasioner dan cairan (pereaksi) sebagai fase mobil untuk mengetahui banyaknya komponen contoh yang keluar melalui kolom (Adnan 1997). Pengisian kolom dilakukan dengan memasukkan adsorben dalam bentuk larutan (slurry), dan partikelnya dibiarkan mengendap. Pemisahan komponen rimpang temu kunci secara kromatografi kolom bertujuan untuk mengetahui

komponen-komponen senyawa kimia yang dapat terpisah dan kandungan senyawa aktifnya.

BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan di laboratorium pengujian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat di Bogor pada tahun 2004. Bahan yang digunakan adalah simplisia (bahan kering) temu kunci serta bahan kimia yaitu toluen, alkohol, asam khlorida, metanol, etil asetat, heksan, butanol, dikhlorometan, khloroform, asam format, vanilin, asam sulfat, asam asetat, silica gel GF 254, dan silica gel for coluom 70-230 mesh. Peralatan laboratorium yang digunakan adalah neraca, oven, muffel furnace , hot plate , rotary evaporator , chamber , tabung coloum, dan tabung reaksi ukuran 5 ml. Pengujian mutu bahan seperti kadar air dilakukan dengan metode aufhauser. Contoh yang telah dihaluskan 10 g dituangkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 300 ml toluen dan didestilasi. Air yang keluar dari bahan dapat dibaca pada skala aufhauser. Kadar minyak atsiri diukur dengan metode penyulingan uap dan air. Contoh yang telah dihaluskan 2 kg dimasukkan ke dalam tangki penyulingan yang telah diisi air, lalu dipanaskan. Uap akan mengalir melalui kondensor dan tetesan minyak ditampung dan diukur pada skala. Kadar sari yang terlarut dalam air dan alkohol, kadar abu dan abu tak larut dalam asam diukur dengan metode grafimetri. Untuk pemisahan komponen secara kromatografi lapis tipis (KLT), digunakan ekstrak kental heksan, etil asetat, dan butanol. Untuk pembuatan ekstrak, simplisia temu kunci digiling kemudian dimasukkan ke dalam wadah piala dan ditambahkan metanol dengan perbandingan 1:5, lalu dikocok dengan pengaduk listrik selama 2 jam. Campuran didiamkan 24 jam, kemudian disaring. Filtratnya dievaporasi (diuapkan dengan rotavapor) hingga diperoleh ekstrak kental metanol. Ekstrak kental metanol diekstrak kembali berturut-turut dengan menggunakan pereaksi heksan, etil asetat dan butanol sehingga diperoleh tiga macam ekstrak yang akan digunakan dalam pemisahan secara KLT. Pereaksi (eluen) yang digunakan untuk pemisahan komponen pada ekstrak rimpang temu kunci adalah (1) dikhlorometan : khloroform : etil asetat = 1 : 1 : 1, (2) toluen : etil asetat : etanol + asam format 3 tetes = 35

Teknisi Litkayasa Penyelia pada Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Jalan Tentara Pelajar No 3, Bogor 16111, Telp. (0251) 321879, Faks. (0251) 327010

Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1, 2007

0,5 : 4 : 1, (3) dikhlorometan : etil asetat : khloroform + asam format 3 tetes = 1 : 4 : 1, (4) khloroform : etanol : asam asetat = 4 : 0,5 : 1,5, dan (5) heksan : etil asetat = 8,5 : 1,5. Bila telah diperoleh ekstrak dan pereaksi yang memberikan jumlah komponen terbanyak dan pemisahan yang jelas, maka ekstrak dan pereaksi tersebut digunakan untuk kromatografi kolom. Untuk pengisian kolom, sebagai bahan pengisi bagian bawah kolom dimasukkan sedikit kapas, wol kaca dan pasir laut kemudian dimasukkan bubur silica gel 70-230 mesh sambil diaduk agar tidak terdapat rongga udara di tengahtengah kolom. Timbunan bubur silica gel dalam kolom mencapai tiga perempat tinggi kolom. Gambar 1 memperlihatkan kromatografi kolom untuk pemisahan komponen rimpang temu kunci. Untuk pemisahan komponen dengan menggunakan kromatografi kolom, mula-mula ke dalam kromatografi kolom dialirkan ekstrak rimpang temu kunci, kemudian kran kromatografi kolom dibuka. Ekstrak akan meresap ke silica gel dalam kolom sampai batas atas silica gel. Setelah itu dimasukkan pereaksi terus-menerus sambil kran kolom dibuka. Fraksi yang terpisah ditampung dalam tabung reaksi sebanyak 3 ml sampai seluruh ekstrak terpisahkan. Setiap fraksi dianalisis dengan KLT. Fraksi yang memiliki spot yang sama disatukan dan dianalisis kembali dengan KLT.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis mutu simplisia temu kunci diperoleh kadar sari yang terlarut dalam air 4,35%, lebih besar dibanding kadar sari yang terlarut dalam alkohol (2,24%). Hal ini menunjukkan simplisia temu kunci mudah larut dalam air. Kadar abu sangat kecil yaitu 0,41%, yang menunjukkan bahwa simplisia temu kunci sangat sedikit tercemar bahan asing seperti pasir (Tabel 1). Hasil pemisahan komponen dari ekstrak rimpang temu kunci yaitu dari ekstrak heksan, etil asetat, dan butanol secara KLT dengan menggunakan lima macam perbandingan pereaksi disajikan pada Tabel 2. Hasil pengamatan dengan menggunakan lima macam eluen pada ekstrak rimpang temu kunci menunjukkan ekstrak etil asetat dengan eluen heksan : etil asetat 8,5 : 1,5 menghasilkan komponen paling banyak yaitu 10 buah. Dengan demikian ekstrak etil asetat digunakan untuk pemisahan komponen secara kromatografi kolom dengan pereaksi campuran heksan dan etil asetat dengan perbandingan 8,5 dan 1,5. Pemisahan ekstrak rimpang temu kunci yang dimasukkan ke dalam kromatografi kolom menggunakan bahan dari ekstrak etil asetat 12,50 g. Dari proses pemisahan diperoleh

Tabel 1. Hasil analisis mutu simplisia temu kunci, laboratorium Balittro, Bogor, 2004 Parameter pengujian Cadangan zat pelarut Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar air minyak atsiri sari larut dalam air sari larut dalam alkohol abu abu tak larut asam Kadar (%) 11,11 1,00 4,35 2,24 5,08 0,41

Pelarut (fase mobil) Tabel 2. Perbandingan lima macam eluen pemisahan komponen ekstrak rimpang temu kunci secara kromatografi lapis tipis, laboratorium Balittro, Bogor, 2004 Eluen Dikhlorometan : khloroform : etil asetat = 1 : 1 : 1 Toluen : etil asetat : etanol + asam format 3 tetes = 0,5 : 4 : 1 Dikhlorometan : etil asetat : khloroform + asam format 3 tetes = 1 : 4 : 1 Khloroform : etanol : asam asetat = 4 : 0,5 : 1,5 Heksan : etil asetat = 8,5 : 1,5 Jumlah komponen dari ekstrak Heksan 1 Etil asetat 1 Butanol 1

Isian kolom (fase stasioner)

Pasir laut Kapas

Wol kaca

Penampang Eluat Gambar 1. Kromatografi kolom untuk pemisahan komponen rimpang temu kunci, laboratorium Balittro, Bogor, 2004

3 5 8

3 1 10

5 1 -

36

Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1, 2007

430 fraksi yang masing-masing ditampung dalam tabung reaksi 5 ml. Pembacaan komponen setiap fraksi dilakukan secara KLT. Setiap fraksi yang mempunyai jumlah komponen dan tinggi spot yang sama digabung sehingga diperoleh 10 fraksi hasil pemisahan secara kromatografi kolom (Tabel 3). Dari 10 fraksi hasil pemisahan dengan kromatografi kolom, fraksi nomor 3 memberikan komponen terbanyak dengan pemisahan yang jelas (Gambar 2).
Tabel 3. Jumlah komponen dari setiap fraksi hasil pemisahan secara kromatografi kolom, laboratorium Balittro, Bogor, 2004 Fraksi Fraksi Fraksi Fraksi Fraksi Fraksi Fraksi Fraksi Fraksi Fraksi Fraksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Banyaknya komponen 2 4 5 4 3 4 4 4 3 3 Warna larutan Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning kecoklatan kemerahan tua coklat coklat kecoklatan coklat tua muda

KESIMPULAN DAN SARAN Pemisahan komponen ekstrak etil asetat rimpang temu kunci secara kromatografi kolom menggunakan larutan pereaksi heksan dan etil asetat dengan perbandingan 8,5 : 1,5 memperoleh 10 fraksi yang mempunyai komponen terbanyak dan tinggi spot yang sama. Komponen terbanyak dan pemisahan komponen yang jelas diperoleh pada fraksi nomor 3. Untuk mengetahui komponen aktif dari setiap fraksi percobaan dapat dilanjutkan dengan menggunakan alat gas chromatography mass spectrophotometer .

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan. Andi, Yogyakarta. hlm. 27-58. Aldi, Y., N.C. Sugiarto, S. Andreanus A., dan A.S. Ranti. 1996. Uji efek antihis tonninergik dari tanaman Andrographis paniculata Ness. Warta Tanaman Obat Indonesia 3(1): 17-19. Chairul, M. Harapini, dan Shinta. 1996. Analisis komponen kimia dari temu putri dan temu kunci. Prosiding Simposium Penelitian Bahan Obat Alami. VIII. Perhimpunan Penelitian Bahan Obat Alami, Bogor. hlm. 628-634. Hartono, A. 1999. Terapi nutrisi dan herbal untuk kanker. Intisari 435 (36): 44-53. Heyne, K.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Vol I. Badan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan, Yayasan Sarana Wanajaya, Jakarta. hlm. 593-594. Nugraheni, W.P. 2001. Kunci Pepet. Sidowayah 34(9): 15-18.

10

Gambar 2. Jumlah komponen setiap fraksi hasil pemisahan kromatografi kolom, laboratorium Balittro, Bogor, 2004

Sukara, E. 2002. Sumber daya alam hayati dan pencarian bahan baku obat (Bioprospekting). Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI, Bogor. hlm. 31-37.

Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1, 2007

37

You might also like