You are on page 1of 7

TUGAS SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PADA ORGANISASI NIRLABA

OLEH : FEBBY NANDA UTAMI C1B010110 MANAJEMEN G

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JAMBI 2013

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PADA ORGANISASI NIRLABA


Definisi Organisasi Nirlaba

Menurut PSAK No.45, organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. Organisasi nirlaba merupakan kumpulan dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Tujuan dari organisasi nirlaba bukanlah untuk mencari keuntungan melainkan untuk menyalurkan dana kepada masyarakat sesuai dengan visi dan misi organisasi. Dalam pelaksanaannya kegiatan yang dilakukan tidak berorientasi pada pemupukan laba atau kekayaan semata. Beberapa contoh dari organisasi nirlaba adalah 1). Organisasi Kesejahteraan Sosial Masyarakat, 2). Yayasan Sosial, 3). Yayasan Dana seperti Pundi Amal SCTV, 4). Lembaga Advokasi, 5). Yayasan Kanker Indonesia, 6). PMI, 7). Konservasi Lingkungan/satwa seperti Greenpeace atau WWF yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan, serta Rumah Sakit dan Organisasi Kesehatan Masyarakat. Organisasi nirlaba merupakan suatu organisasi yang tidak dapat mendistribusikan aset atau pendapatannya untuk kepentingan dan kesejahteraan karyawan atau pemimpinnya. Dari defenisi ini bisa disimpulkan bahwa dalam aktivitas kegiatan organisasi nirlaba, terdapat kegiatan untuk memperoleh pendapatan, namun pendistribusian dari pendapatan tersebut tidak dapat dilakukan pada anggota organisasi baik itu pejabat maupun direkturnya. Akan tetapi dengan adanya pembatasan seperti itu, terdapat beberapa kelonggaran. Yang pertama adalah organisasi nirlaba tidak dilarang untuk memberikan kompensasi untuk karyawannya sebagai imbal balik atas kinerja yang diberikan. Yang kedua, organisasi nirlaba tidak dilarang untuk mencari keuntungan, akan tetapi sekali lagi bukan untuk didistribusikan melainkan untuk pendanaan proyek lainnya. Keuntungan lainnya adalah organisasi nirlaba tidak dikenai pajak. Sementara pendapat lain menyebutkan bahwa organisasi nirlaba adalah organisasi yang menuntut manajemennya untuk mampu memberikan program dan pelayanan kepada publik sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh para penyandang dana. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa organisasi nirlaba sangat tergantung kepada penyandang dana dan memberikan pelaporan kepada para pelaporan kepada penyandang dana tersebut.

Perbedaan Organisasi Nirlaba dan Organisasi Laba

Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan, organisasi laba memiliki pemilik yang jelas, sedangkan organisasi nirlaba tidak jelas siapa sesungguhnya pemiliknya, apakah anggota, klien, atau donatur. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi laba, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya organisasi pada saat likuiditas atau pembubaran organisasi. Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Sumber pendanaan berasal dari para donatur yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atas manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah pemilik organisasi.

Karakteristik Khusus Organisasi Nirlaba

1.Tidak Adanya Pengukuran Keuntungan Tujuan utama dari kebanyakan usaha adalah memperoleh laba yang memuaskan bagi pemiliknya. Laba dalam hal ini merupakan ukuran prestasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dan ukuran seperti ini tidak kita jumpai pada organisasi nirlaba. Tidak adanya pengukuran kuantitatif dan kepuasan dalam organisasi nirlaba membuat sedikit masalah bagi pengendalian manajemen organisasi nirlaba. Organisasi semacam ini

diharuskan untuk menjaga laba bersih secara rata-rata untuk tetap berada di atas nol, atau hanya sedikit saja di atas nol. Hal ini dikarenakan apabila organisasi nirlaba memiliki laba bersih yang terlalu besar maka dapat memberikan sinyal kepada pihak-pihak yang memasok sumber daya/donatur bahwa organisasi tersebut tidak menyalurkan dana yang dimilikinya untuk kegiatan sosial yang menjadi inti dari organisasi tersebut. Laporan keuangan merupakan laporan yang sangat bermanfaat pada organisasi nirlaba, sama seperti pada dunia usaha. Walaupun kinerja keuangan bukan merupakan tujuan dominan pada organisasi

nirlaba, tapi tujuan seperti ini tetap perlu karena tanpa pendapatan yang sedikit melebihi biaya sulit bagi suatu organisasi nirlaba untuk bertahan hidup.

2.Modal Kontribusi Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi bisnis umumnya adalah tidak adanya dana dari pemegang saham karena seutuhnya bergantung kepada donasi. Terdapat dua modal bagi organisasi nirlaba yaitu pabrik dan donasi. Pabrik meliputi kontribusi gedung dan peralatan, atau kontribusi dana untuk memperoleh aktiva tersebut. Sementara donasi contohnya adalah hibah uang. Sumbangan terdiri dari pemberian yang donaturnya berkeinginan agar jumlah pokoknya tetap utuh selamanya, hanya laba dari pokok sumbangan tersebut yang akan digunakan untuk mendanai operasi perusahaan. Implikasinya adalah organisasi nirlaba mempunyai dua bentuk laporan keuangan, bentuk pertama berkaitan dengan kegiatan operasional dan termasuk di dalamnya adalah laporan operasional, neraca, dan laporan cash flow, semuanya sama seperti yang ditemui di dunia usaha umumnya. Bentuk kedua berkaitan dengan kontribusi modal, dan laporan ini berisikan laporan kontribusi modal inflow dan outflow selama satu periode dan neraca yang melaporkan kontribusi aktiva modal dan yang berkaitan dengan hutang dan modal. Laporan keuangan ditujukan untuk dua pihak yaitu pihak eksternal dan pihak donatur sebagai bukti bahwa dana yang diberikan oleh donatur digunakan sesuai dengan sebagaimana mestinya. Para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba memiliki kepentingan bersama yang tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yaitu untuk menilai: a) Jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut b) Cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek kinerja manajer. Kemampuan organisasi untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan melalui laporan posisi keuangan yang menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, aktiva bersih, dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut. Laporan ini harus menyajikan secara terpisah aktiva bersih baik yang terikat maupun yang tidak terikat penggunaannya. Pertanggungjawaban manajer mengenai kemampuannya mengelola sumber daya organisasi yang diterima dari para penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas. Laporan aktivitas harus menyajikan informasi mengenai perubahan yang terjadi dalam kelompok aktiva bersih. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Dengan adanya standar pelaporan, diharapkan laporan keuangan

organisasi nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.

3.Akuntansi Dana Banyak organisasi nirlaba menggunakan pencatatan sistem akuntasi dengan akuntansi dana . Dalam akuntansi dana, akun-akun dibuat secara terpisah untuk beberapa dana, masingmasing saling menyeimbangkan yaitu jumlah saldo debit sama dengan saldo kredit. Kebanyakan organisasi memiliki : 1). dana bantuan umum atau dana bantuan operasi, 2). dana bantuan lokasi/pabrik dan donasi, 3). dana bantuan lain yang terspesifik Untuk kontrol manajemen maka dana bantuan umum menjadi perhatian khusus.

4.Tata Kelola Organisasi nirlaba diatur dan diawasi oleh dewan pengawas. Dewan pengawas biasanya tidak digaji dan banyak dari mereka yang tidak memahami manajemen bisnis. Biasanya dewan ini tidak mampu mengidentifikasi masalah sebenarnya, oleh sebab itulah pengawasan jauh lebih lemah daripada perusahaan pada umumnya. Untuk itulah diperlukan dewan yang mengatur secara kuat dan bekerja secara efektif,karena sebenarnya justru pada organisasi nirlaba dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat karena pengawasan yang kuat adalah salah satu jalan untuk mencegah penurunan kinerja. Kebutuhan dewan pengawas lebih besar dibandingkan dalam organisasi bisnis, karena kewaspadaan dari dewan mungkin merupakan satu-satunya cara yang efektif untuk mendeteksi kapan organisasi nirlaba tersebut berada dalam kesulitan.

Sistem Pengendalian Manajemen Organisasi Nirlaba

1. Penentuan Harga Pokok Kebanyakan organisasi nirlaba tidak memperhatikan dengan serius tentang kebijakan harga. Dalam organisasi nirlaba, harga atas jasa biasanya ditetapkan dengan sistem biaya penuh (full cost system). Biaya penuh merupakan jumlah dari biaya langsung, biaya tidak langsung dan mungkin penyisihan kecil untuk meningkatkan ekuitas organisasi. Semua unsur dari biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan digabungkan. Hal ini dilakukan untuk dapat mengontrol pengeluaran organisasi dan dapat disesuaikan dengan pendanaan yang didapatkan oleh perusahaan sehingga ketika biaya yang dikeluarkan membengkak maka dapat diefisienkan. Namun terdapat pendapat pula apabila organisasi ini memiliki unit bisnis

lainnya yang berada di luar dari organisasi utamanya maka dapat menggunakan strategi pricing dengan konsep harga pasar. Contohnya adalah sebuah rumah sakit yang dibawahi oleh yayasan tertentu misalnya di Indonesia adalah Muhammadiyah, kemudian rumah sakit tersebut memiliki bisnis sampingan berupa minimarket atau usaha penjualan obat di luar resep dokter maka kedua unit bisnis tersebut harus dapat menggunakan konsep harga pasar yang selalu beradaptasi terhadap perubahan, jadi harga ditentukan oleh keadaan yang terjadi di pasar.Prinsip ini diterapkan pada jasa-jasa yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Pada umunya pengendalian manajeman ditetapkan apabila harganya telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum ditetapkannya kinerja atas jasa yang diberikan.

2. Penyusunan Anggaran dan Perencanaan Strategi Dalam organisasi Nirlaba yang harus memutuskan mengenai bagaimana cara yang paling bijaksana, efektif dan efisien dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas ke aktivitas yang berharga, perencanaan strategis adalah proses yang lebih penting dan lebih banyak memakan waktu dibandingkan dengan bisnis biasa. Alat pengendalian manajemen yang paling penting dalam organisasi seperti ini adalah berkaitan dengan aktivitas keuangan organisasi yakni anggaran (baik itu pendapatan maupun pengeluaran.) Untuk masalah perencanaan dan pembiayaan, dalam organisasi nirlaba terdapat semacam suatu aturan yang ketat. Organisasi nirlaba tidak mempunyai pilihan untuk meningkatkan pendapatannya selama satu tahun karena organisasi tersebut telah menganggarkan beban sedemikian rupa sehingga organisasi tersebut setidaknya mencapai titik impas pada estimasi sejumlah pendapatan. Sangat susah bagi suatu organisasi nirlaba untuk merevisi anggaran pada tahun berjalan. Hal ini dikarenakan pada organisasi nirlaba sangat sulit untuk menambah pendanaan pada proyek yang sedang berjalan. Berbeda dengan perusahaan bisnis yang mampu menambah pendanaan melalui cara marketing yang berbeda. Sehingga masalah pembiyaan menjadi sangat penting di sini.

3. Operasi dan evaluasi Pada kebanyakan organisasi nirlaba, tidak ada cara untuk mengetahui biaya operasional yang optimum. Banyak organisasi mengalami kesulitan untuk memperoleh dana terutama dari sumber pemerintah. Hal ini membawa konsekuensi makin diperlukannya pengendalian manajemen. Manajer atau pengelola organisasi dihadapkan pada suatu tugas untuk memanfaatkan biaya sesuai dengan rencana pembiayaan yang dirumuskan sebelumnya. Manajer cenderung untuk membelanjakan apa saja yang diperbolehkan dalam anggaran,

meskipun jumlah yang dianggarkan tersebut mungkin lebih tinggi daripada yang diperlukan. Sebaliknya, mereka mungkin membatasi pengeluaran yang memiliki pengembalian yang sangat bagus hanya karena pengeluaran tersebut tidak termasuk dalam anggaran. Efisiensi biaya dari donasi dan sumber dana lainnya menjadi suatu perhatian yang penting dari organisasi nirlaba. Karena pada dasarnya hal ini terkait dengan pengukuran yang akan dilakukan untuk memberikan pelaporan kepada pemberi donasi. Terkait dengan sistem pengukuran dalam pengendalian manajemen, dengan tidak adanya pengukuran keuntungan maka dapat dikatakan bahwa pengukuran dari organisasi nirlaba tergantung kepada persepsi orang lain, dalam artian kelompok orang atau subyek dari proyek yang dijalankan oleh organisasi nirlaba tersebut. Sistem yang dapat digunakan untuk melakukan hal ini adalah dengan jalan survey atau membagi kuesioner kepada responden yang berada dalam lingkup proyek pendanaan. Meskipun organisasi nirlaba telah memiliki reputasi sebagai organisasi yang beroperasi secara tidak efisien, persepsi ini telah berubah karena alasan-alasan yang baik. Banyak organisasi memiliki kesulitan yang semakin meningkat dalam memperoleh dana, terutama dari sumber-sumber pemerintah. Hal ini lebih mengarah pada pengetatan dan meningkatnya perhatian pemerintah pada pengendalian manajemen. . Sumber : http://aksifeuir.blogspot.com/2009/12/sistem-pengendalian-manajemen.html http://bee-mo.blogspot.com/2009/07/sistem-pengukuran-kinerja-organisasi.html http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_nirlaba http://sijabatemanuela.blogspot.com/2008/06/pengertian-organisasi-nirlaba.html

You might also like