You are on page 1of 9

BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA KERETAKAN DALAM KELUARGA Dalam uraian berikut dilukiskan kehidupan yang tidak harmonis

disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat menjadi penyebabnya. Bila mungkin dalam kehidupan keluarga bisa menghindarkan diri dari kejadian kejadian yang dilukiskan dalam uraian ini. Semula dalam kehidupan rumah tangga sepasang suami istri mengharapkan tidak akan trjadi hal hal yang tidak menyenangkan. Jadi sepasang suami istri mempunyai cita cita hidupnya sejahtera lahir dan batin. Namun dalam kenyataan banyak terjadi kehidupan keluarga mengalami goncang disebabkan beberapa faktor penyebab. Adapun faktor faktor penyebab timbulnya keretakan atau kegoncangan dalam kehidupan keluarga antara lain adalah : 1. Perkawinan muda usia Perkawinan muda usia atau perkawinan di bawah umur menurut undang undang pokok no.1 tahun 1974 menetapkan bahwa usia kawin minimal bagi pria 19 tahun dan bagi wanita minimal umur 16 tahun. Penelitian penelitian di dunia dan di Indonesia menunjukkan bahwa usia antara 20 30 tahun merupakan usi yang sebaik baiknya bagi wanita untuk menikah dan hamil. Kehamilan dibawah 20 tahun dan di atas 30 tahun sama mempunyai resiko tinggi (Hera Lestari, 1982). Adapun alasan sehingga terjadi perkawinan pada muda usia, yaitu pada usia di bawah 20 tahun, mengandung resiko, karena : a. Secara psikologis belum siap untuk kawin. Mereka belum memiliki kematangan emosional dan sosial yang diperlukan untuk memukul beban dan tanggung jawab perkawinan. b. Konsep perkawinan berdasar idealisme dan romantisme. Bila dalam perkawinan tidak sesuai dengan idealisme dan romantis dan realistis, mereka cepat merasa kecewa,. Sebab yang dialami tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan. c. d. Dibidang keuangan yang belum siap, biasanya hidupnya tergantung dari orang tua. Sehingga belum ada tanggung jawab dibidang keuangan. Merasa terisolir dari teman teman sebayanya. Sehingga timbul masalah sosial. Untuk menyesuaikan diri dengan keterasingan sosial bukanlah tugas yang mudah bagi remaja.

e.

Bagi usia muda yang masih sekolah terpaksa putus sekolah. Berarti cita cita menuju tingkat kependidikan yang lebih tinggi terpaksa terhalang. Kenyataan ini biasa menimbulkan rasa kecewa, sehingga dapat mengancam kebahagiaan perkawinan. Tantangan tantangan perkawinan muda usia seperti tersebut di atas bila

tidak bias diatasi, akan dapat membawa malapetaka dalam kehidupan keluarga. Tetapi perjuangan mengatasi tantangan tantangan seperti tersebut di atas memang amat sukar. Namun demikian memang ada pasangan muda usia yang biasa berhasil. Tetapi dari angka penceraian ternyata salah satu faktor yang menyebabkan penceraian karena perkawinan muda usia. 2. Serumah dengan mertua Pasangan suami istri yang belum siap benar, kadang kadang terpaksa bertempat tinggal bersalam salah satu diantara orang tua. Pada umumnya bila sang istri ikut suami bersama mertuanya, akan terasa timbul persaingan rasa cinta antara istri dengan ibu mertua terhadap kekasihnya. Bila gejala ini timbul biasanya akan diikuti kejadian hubungan yang tidak enak antara menantu dan mertua. Sebab yang sepele biasa menjadi problem. Misalnya soal menggunakan dapur, kamar mandi, kebersihan rumah. Keadaan semacam juga bisa terjadi bila dilandasi tidak ada persetujuan sejak awal berlangsungnya perkawinan dari pihak mertua. Untuk membebaskan diri dari kemungkinan terjadi perselisihan antara menantu putri dengan ibu mertua, seyogyanya hidup berkeluarga tidak bertempat tinggal bersama orang tua. Harus berdiri sendiri! 3. Melupakan rasa cinta kasih Cinta kasih ialah rasa kagum. Dalam perkawinan berjodohan, orang kagum akan pengalaman hidup yang senggama, dan kagum pula kepada jodohnya. Kagum ialah suatu rasa mulia, yang peka terhadap barang yang jadah. Oleh karenanya senang dan bahagia. Rasa kagum ini mendorong orang untuk menjunjung tinggi dan menyayangi orang yang dikagumi. Jadi rasa kagum ada pada diri sendiri, dan tidak pada orang lain. Maka untuk membangkitkannya, tidak tergantung kepada orang lain yang dikagumi.

Apabila orang melupakan rasa mulia itu, ia lalu tidak puas dengan jodohnya, lalu mencari jodoh lain yang juga tidak memuaskannya. Demikian ia berganti ganti jodoh, namun tetap tak merasa puas. Perkawinan seperti itu ialah perkawinan berencoh. Yang menyebabkan ada kupu kupu malam (orang panggilan) berikut tukang menangkapnya (pembersih). (K.A. Suryamentaran, 1980). Bila hidup perkawinan masing masing atau salah satu melupakan rasa cinta kasih, atau kehilangan rasa kagumnya yang mulia itu, kemudian melakukan perkawinan berencoh atau menjalankan penyelewengan dalam hubungan sex dengan orang lain, maka kegoncangan dan kericuhan ataupun keretakan rumah tangga akan terjadi. 4. Menuruti rasa tidak puas Perkawinan berencoh itu tidak berjodohan, dan disebabkan oleh lenyapnya rasa mulia, yang dikim berada pada orang lain. Maka rasa berencoh ialah rasa tidak puas, dan menginginkan yang lain. Rasa berencoh ini menyebabkan ketidakpuasan dalam perkawinan. Tatkala orang tidak puas, ia mengira bahwa yang menyebabkan suami / istri lain sebagai gantinya. Tetapi setelah memperoleh gantinya, ia pun tak puas lagi, lalu mencari ganti lagi. Demikian perbuatan yang dapat dinamakan rakus atau mata keranjang. Rakus atau mata keranjang ialah rasa ingin menggauli orang lain yang bukan suami / istrinya. Rakus atau mata keranjang selalu tidak akan puas setelah melakukan hubungan sex dengan seseorang yang dikira menurut seleranya akan memuaskannya. Orang rakus bermata keranjang itu, kalau sudah mempunyai suami / istri berkulit kuning, ia masih menginginkan yang berkulit hitam. Bahkan sudah bersuami / istri kan yang tampan atau cantik, masih juga menginginkan yang berwajah jelek. Demikian rasa berencoh membikin orang senantiasa tidak puas. Kalau rasa tidak puas ini selalu diikuti, maka tidak akan ada henti hentinya. Bila berhubungan sex dengan suami / istrinya selalu tidak merasa puas, kemudian sellau mencari pasangan hubungan sex dengan orang lain, maka kehidupan perkawinan atau kehidupan keluarganya akan menjadi kacau. Rasa berencoh kemudian dituruti terus, sebenarnya bukan karena nafsu sex-nya terlalu kuat, bukan karena pasangannya yang tidak memuaskan, tetapi sebenarnya karena tujuan hubungan sex tanpa perhatian yang terarah atau hubungan sex yang tanpa tujuan. Orang yang menuruti rasa berencoh sebenarnya

karena pada dirinya ada keresahan hati atau tidak ketenangan hati, atau karena merasa kesepian. Semakin tinggi frekuensi menuruti rasa berencoh, semakin tidak puas dalam hubungan sex, dan terus diikuti oleh keresahan hati, tidak tenang dan merasa sepi, dan demikianlah langkaran sebenarnya. Salah satu cara mengatasi adalah setiap kali rasa berencoh muncul dalam perasaannya, segera dapat diketahui, dan tidak langsung menjadi perbuatan. Dengan demikian keresahan hatinya sirna, dan tenteramlah hatinya. Bila ketentraman hati dapat dirasakan maka bahagialah ia. Ketentraman ialah kebahagiaan dalam perkawinan berjodohan. 5. Menuruti kehendak goda Goda sebenarnya tidak ada pada orang lain atau tidak terdapat pada barang tetapi ada pada diri tergoda. Banyak orang yang menyatakan bahwa : wajah cantik, wajah tampan, barang mewah, barang berharga dan semacamnya adalah sesuatu yang mempunyai daya tarik pada orang yang menyaksikan. Orang yang tertarik biasanya tumbuh keinginan untuk memilikinya. Dorongan ingin memiliki itu sebenarnya wajar. Orang yang cantik, orang yang tampan, barang mewah, barang berharga sebenarnya tergantung orang yang menilai. Yang menjadi permasalahan adalah bila orang yang tertarik kemudian ingin memiliki tetapi mengetahui bahwa dengan memiliki itu akan timbul resiko tetapi tetap ingin memiliki. Walaupun mengetahui ada resiko kemudian tetap ingin memiliki. Walaupun mengetahui ada resiko kemudian tetap menuruti keinginannya ingin memiliki sesuatu yang menurut dirinya menarik itu, maka orang itu sudah termasuk menuruti kehendak goda. Kalau kejadian ini dilakukan oleh suami atau istri atau suami / istri, maka kemungkinan resiko yang dihadapi adalah keretakan dalam rumah tangga. Berikut ini dilukiskan beberapa kasus dari suami atau istri atau suami / istri terkenai goda atau menuruti kehendak goda. a. Seseorang suami yang mempunyai simpenan Orang yang sudah beristri tetapi kemudian mempunyai simpenna banyak macam kisahnya, tetapi dalam kasus ini ceritanya begini. Seorang pemimpin suatu kantor dalam hidup berkeluarga termasuk bahagia. Ia bersama istrinya hidup rukun, dan damai dan sudah mempunyai dua anak. Dikantornya ada karyawan putri yang setiap hari membantu pekerjaan pimpinannya. Mula mula hubungan terbatas pada hubungan

formal. Pada suatu ketika karyawan putri didorong oleh suatu kebutuhan uang, karena orang tuanya sakit memberanikan diri mengajukan permohonan pinjam uang kepada pimpinannya. Berdasarkan alasan tersebut pimpinannya mengabulkan dan kemudian memberikan pinjaman uang sebesar permintaanya diambilkan dari uang pribadi. Mulai saat itu apabila karyawan putri tersebut mengambil pekerjaan dan menyerahkan pekerjaan, pimpinan selalu memperhatikan dan menanyakan keadaan orang tuanya karyawan yang sedang sakit. Karyawan putri dengan cara sopan menjawab seperti apa adanya. Lama lama hubungan yang selalu formal itu disisipi hubungan yang tidak formal. Akhirnya hubungan menjadi akrab dan terus menjadi lebih akrab Goda kemudian mulai hadir pada pribadi sang pemimpin, karena sang pemimpin mulai tertarik dan menginginkan kegadisan karyawan putri tersebut. Hari demi hari kemudian sampailah pada saatnya menuruti kehendak goda. Dengan dalih dinas karyawan putri tersebut diajak ke suatu tempat tertentu yang sudah dipersiapkan. Ditempat itulah tanpa mengalami kesulitan maka goda telah dituruti. Demikianlah maka adegan adegan menuruti goda pada saat-saat yang telah ditentukan dilakukan di tempat itu. Tiga bulan sejak adegan pertama dilakukan, sang pemimpin mulai gelisah hidupnya karena mendengar dari karyawan putri bahwa dirinya hamil. Berita kehamilan itu kemudian menjadi heboh dikalangan kantor dimana sang pemimpin itu bekerja, dan akhirnya sampai didengar dan diketahui istri sang pemimpin bahwa ternyata yang menghamili suaminya. Perasaan malu, menyesal, merasa bersalah terjadi pada sang pemimpin. Tetapi nasi telah menjadi bubur. Yang kemudian dihadapi adalah keretakan hubungan dalam keluarga. Hidupnya kemudian dihadapi sengsara karena atas perbuatannya itu sang pemimpin diberhentikan dari kedudukannya sebagai pemimpin kantor. Siapa yang bersalah dalam peristiwa ini? Apakah orang tua karyawan yang sedang sakit? Apakah karena karyawan pinjam uang? Apakah karena karyawan putri berwajah cantik? Apakah norma masyarakat? Apakah karyawan putri tersebut menjadi penggoda? Apakah kehadiran goda pada diri sang pemimpin? Apakah sang pemimpin menuruti kehendak goda? Atau istrinya di rumah tidak memuaskan? Atau karena ada tenpat yang telah disiapkan?

Sebagai pemimpin kiranya perbuatan seperti itu telah dipikirkan sebelumnya. Apabila sang pemimpin tidak menuruti kehendak goda. Selamatlah ia. b. Seorang istri berganti pacar atau berbuat serong Bersuami istri kemudian salah satu diantaranya berbuat serong banyak alasannya dan kisahnya. Dalam kasus ini adalah seorang istri yang berbuat serong. Adapun kisahnya adalah sebagai berikut : Suatu keluarga baru dan masih muda, sang suami adalah pemuda yang masih kuliah di Fakultas disuatu Universitas di Yogyakarta dan istrinya baru saja menamatkan SLTA di Yogyakarta. Karena masing masing belum mempunyai nafkah maka hidupnya masih tergantung dari kedua orang tuanya. Satu tahun sejak pernikahan lahirlah seorang bayi. Memelihara anak dan hidup berkeluarga tanpa mempunyai nafkah sendiri dan kerap kali tidak memegang uang, karena uang dari orang tua tidak cukup, maka sebagai seorang ibu tidak tahan menghadapi hidup berkeluarga ini. Sebagai istri usul kepada suami agar disamping kuliah juga bekerja. Usul diterima dan mendapat pekerjaan. Tetapi nafkahnya yang diterima masih dirasa tidak cukup. Disamping itu ternyata kuliahnya menjadi terganggu dan prestasi belajarnya merosot. Pada akhirnya istri usul agar kuliahnya berhenti saja sehingga waktunya dapat dicurahkan untuk bekerja, agar penghasilannya bisa untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Untuk menghentikan kuliah sang suami tidak mau. Kemudian istri usul apakah dirinya diijinkan untuk bekerja agar kebutuhan hidupnya tercukupi. Tetapi yang menjadi masalah siapa yang memelihara anak di rumah. Mengambil pembantu rumah tangga tidak mungkin, belum mampu menggajinya. Pikir-punya pikir anaknya dititipkan neneknya yang letaknya jauh diluar Jawa. Dari sekian banyak lamaran pekerjaan, yang menerima hanya satu perusahaan dan ditempatkan di luar Yogyakarta, yaitu disebuah kota di Jawa Barat. Pada waktu menerima panggilan terjadi konflik. Kalau menuruti panggilan berarti meninggalkan suami, dan kalau tidak dituruti berarti menolak pekerjaan. Atas dasar musyawarah maka sang suami mengijinkan istrinya bekerja disebuah kota di Jawa Barat, dengan pengertian sang suami bisa berkonsentrasi belajar dan sang istri bisa menabung uang. Akhirnya sang istri menerima pekerjaan dan hidup di Jawa Barat dan suaminya tetap di Yogyakarta meneruskan kuliah.

Hidup berkeluarga di dua tempat ternyata juga tidak enak, keinginan untuk saling berkunjung terhalang oleh biaya. Gaji yang diterima untuk perjalanan ke Yogyakarta dua kali pulang pergi setiap bulan ternyata tidak bisa menabung dan sisanya tidak cukup untuk hidup sendirian di Jawa Barat. Dicoba berkunjungan ke Yogyakarta sebulan sekali ternyata gaji yang diterima hanya pas-pasan saja, berarti tidak bisa menabung dan kembali ke tiitk nol lagi. Atas dasar kenyataan itu, sang suami usul kepada istrinya untuk keluar saja dari pekerjaannya dan hidup di Yogyakarta bersama menggunakan uang kiriman dari orang tua untuk hidup seadanya dengan catatan anak tetap bersama neneknya di Luar Jawa. Ajakan suaminya itu tidak bisa diterima, dengan alasan karena hidup dengan uang pemberian orang tua pasti tidak cukup dan mencari pekerjaan di Yogyakarta belum pasti mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Pokoknya sang istri tetap tinggal dan bekerja di Jawa Barat. Karena belum ada kesepakatan pendapat maka terjadi dialog dialog dengan perantraan surat dan masing masing mempertahankan pendiriannya. Suami tetap ada keinginan menyelesaikan studinya sedangkan istri mempertahankan lapangan pekerjaannya. Dalam situasi kehidupan keluarga yang agak keruh itu, ada seorang pemuda teman bekerja. Mula mula tawaran jasa ditolak, tetapi tawaran itu lama kelamaan diterima. Hubungan antara istrinya dengan pemuda itu kemudian diketahui suaminya. Suami mencoba untuk datang ke Jawa Barat dengan maksud untuk mengajak pulang ke Yogyakarta. Tetapi yang terjadi bahkan timbul cekcok. Istri mempertahankan tetap bekerja, sedangkan suami mempertahankan tetap kuliah. Keretakan hubungan dengan suami semakin menjadi jadi, tetapi hubungan istri dengan pemuda teman sekerja justru semakin akrab. Hubungan istri dengan pemuda itu akhirnya sampai pada puncaknya yaitu bersepakat untuk diikat sebagai hubungan suami-istri. Masalah yang timbul adalah harus ada surat cerai terlebih dahulu. Permohonan cerai oleh pihak suami tidak dikabulkan, karena mengingat anaknya yang masih kecil itu kelak nasibnya bagaimana! Dan sebenarnya sebagai seorang suami masih menaruh cinta kasih sayang terhadap istrinya. Tetapi yang jelas persoalan kisah ini belum terselesaikan! Siapakah yang bersalah dalam peristiwa ini? Apakah perkawinan yang belum siap, karena masih mau menanggung anaknya? Apakah sang suami tetap ingin

menyelesaikan studinya? Apakah karena hidup terpisah? Apakah kehadiran pemuda teman sekerja? Apakah karena suami istri yang saling bertahan terhadap pendapatnya? Apakah karena dari pihak istri tidak tahan menderita? Kisah diatas kalau masing masing tidak keras kepala sebenarnya masih bisa diatasi. Kalau masing masing sadar sejak awal kalau hidup berkeluarga dimulai tanpa mempunyai nafkah, berarti berani hidup sengsara masih bisa bertahan, maka persoalan tidak berkembang sampai parah. Semua pertanyaan sehubungan dengan kisah ini memang dapat menjadi faktor penyebab keretakan dalam keluarga, tetapi faktor utama sampai terjadi permohonan penceraian dari pihak istri dengan motif bisa melangsungkan perkawinan dengan pemuda teman sekerja itu dapat dikategorikan menuruti kehendak goda. c. Suatu keluarga membeli barang mewah karena gengsi Alasan membeli barang mewah itu macam macam adanya. Tetapi kadang kadang sering dijumpai peristiwa pembelian barang mewah yang alasannya kurang jelas, misalnya : sudah punya dua mobil 2 mewah masih saja membeli mobil yang lebih mewah. Hal ini mungkin bisa terjadi karena mempunyai uang yang berlebihan. Namun ada sementara keluarga keadaan rumahnya sempit, tidak punya garasi membeli mobil mewah di parkir di depan rumah dan ternyata tidak pernah dipakai. Dan kalau pergi bekerja menggunakan kendaraan umum. 6. Berbuat sewenang wenang Pergaulan suami istri kalau salah satu berbuat sewenang wenang maka kehidupan dalam berkeluarga bisa tidak harmonis. Sebab sebab timbulnya tindakan sewenang wenang antara lain : rasa lebih unggul, dan rasa memiliki. Orang yang mempunyai rasa lebih unggu atau mempunyai rasa memiliki biasanya tindakanya dalam bentuk rasa sewenang wenang. Hal ini biasa dimengerti karena rasa unggul dan rasa memiliki ialah rasa semuanya ingin lebih unggul dan merasa memiliki istri, maka istri akan diperlukan semau suami. Padahal istri sebagai manusia mempunyai sifat dan karakteristik tersendiri. Kadang kadang memang ada yang mau diperlukan menurut kehendak suami, tetapi tidak jarang istri yang menolak kehendak sewenang wenang suaminya. Namun kedua macam sifat istri itu kedua duanya bila diperlakukan sewenang wenang bisa menimbulkan rasa jengkel justru dari pihak yang berbuat sewenang wenang.

Contohnya demikian : seorang suami berbuat sewenang wenang kepada istrinya,yaitu segala apa yang dikerjakan oleh istri harus menurut petunjuk atau artiya menurut apa saja yang diperintah suaminya. Diperlakukan demikian istri tidak apa-apa, artinya menurut saja apa yang dipertahankan suaminya. Namun akhirnya sebagai seorang istri menjadi anak mau mengambil keputusan.

You might also like