You are on page 1of 2

Riska Purwanti 121431021

Argentometri merupakan analisis volumetri berdasarkan atas reaksi pengendapan dengan menggunakan larutan standar argentum. Atau dapat juga diartikan sebagai cara pengendapan atau pengendapan kadar ion halida atau kadar Ag+ itu sendiri dari reaksi terbentuknya endapan dan zat uji dengan titran AgNO3. Pada praktikum kali ini, penentuan kadar analit tersebut dilakukan dengan metode mohr. Prinsip dari metoda mohr sendiri yaitu AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Bila semua Cl- sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3,, maka kelebihan sedikit Ag+ akan bereaksi dengan CrO42- dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan, ini berarti titik akhir titrasi telah dicapai, yaitu bila terbentuk berwarna kecoklatan dari endapan Ag2CrO4. Pertama-tama dilakukan standarisasi AgNO3. Standarisasi dilakukan dengan menitrasi NaCl dengan AgNO3 dengan indikator K2CrO4. Penambahan ini akan menjadikan warna larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi kecoklatan dan munculnya endapan putih secara permanen. Dalam proses titrasi ditambahkan juga indicator, indicator yang dipilih adalah K2CrO4 karena suasana sistem cenderung netral. Kalium kromat hanya bisa digunakan dalam suasana netral. Jika kalium kromat pada reaksi dengan suasana asam, maka ion kromat menjadi ion bikromat dengan reaksi : 2CrO42- + 2 H+ Cr2O72- + H2O

Sedangkan dalam suasana basa, ion Ag+ akan bereaksi dengan OH- dari basa dan membentuk endapan Ag(OH) dan selanjutnya teroksidasi menjadi A2O dengan reaksi : 2Ag+ + 2 OHH2O

Hasil reaksi ini berupa endapan AgCl. Ag+ dan AgNO3 dengan Cl- dari NaCl akan bereaksi membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Setelah ion Cl- dalam NaCl telah bereaksi semua, maka ion Ag+ akan bereaksi dengan ion CrO42- dari K2CrO4 (indikator) yang ditandai dengan perubahan warna, dari kuning menjadi kecoklatan. Saat itulah yaitu saat AgNO3 tepat habis bereaksi dengan NaCl. Keadaan tersebut dinamakan titik ekuivalen dimana jumlah mol grek AgNO3 sama dengan jumlah mol grek NaCl. Pemilihan indikator dilihat juga dari kelarutan. Ion Cl- lebih dulu bereaksi pada ion CrO42-, kemungkinan karena perbedaan keelektronegatifan Ag+ dan Cl- lebih besar dibandingkan Ag dan CrO4 . Dalam proses standarisasi AgNO3 dengan NaCl digunakan 25 ml NaCl tiap kali titrasi dan volume rata-rata AgNO3 yang diperlukan dalam percobaan adalah ml. Dengan rumus netralisasi V1.N1 = V2.N2, maka normalitas AgNO3 dapat dihitung dengan rumus perhitungan: N NaCl .V NaCl N AgNO = 3 V AgNO3 dan diperoleh hasil N AgNO3 adalah 0,09 N (Z1). AgNO3 perlu distandarisasi agar diharapkan bisa diperoleh larutan standar AgNO3 N atau paling tidak mendekati yang nantinya digunakan untuk menstandarisasi larutan yang lain. Untuk meminimalisisasi kesalahan maka dialakukan titrasi blanko. Blanko diperlakukan dengan metode yang sama selama analisis akan tetapi tanpa kehadiran analit ( dilakukan secara duplo ). Sehingga menurut perhitungan konsentrasi AgNO3 saat pembakuan adalah 0,101 N. Kemudian dilakukan percobaan untuk mengetahui kadar Cl dalam sampel dan dalam air ledeng. Setelah dilakukan titrasi dapat diketahui bahwa kadar Cl dalam air ledeng adalah dan dalam sampel adalah 2,5 %.

You might also like