You are on page 1of 7

A.

TUJUAN
Melalui praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat mengenal, menyebutkan, dan memperagakan penggunaan alat-alat yang akan dipakai dalam proses praktikum Teknik Biokimia di laboratorium. Setelah itu mampu melaporkan dengan singkat secara tertulis hasil dari praktikum berupa pengukuran secara teliti dan tepat untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat melakukan kalibrasi mikropipet.

B. DASAR TEORI
Akurasi (ketepatan) adalah tingkat dalam pengukuran untuk mendekati nilai yang sebenarnya (Plummer, 1971). Seorang peneliti yang baik tentunya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan data yang akurat agar bisa dikelola sedemikian rupa dengan cara yang benar sehingga siperoleh data yang bermakna. Sementara ketelitian atau presisi (precision) adalah hal yang berbeda dari akurasi tersebut. Karena bisa jadi suatu pengukuran memiliki tingkat ketelitian yang tinggi namun tidak akurat tergantung dari kualitas alat-alat yang dipakai (Blanck, 1997). Untuk itu seorang peneliti seharusnya faham betul tentang alat apa yang paling cocok dipakai dalam melaksanakan suatu penelitian, agar ketidakakuratan (inaccurasion) dapat diminimalisir sedemikian rupa. Penelitian di laboratorium hampir selalu melibatkan suatu bentuk pengukuran. Semua data pengukurankarena berbagai alasan biasanya rentan terhadap kesalahan. Kesalahan dalam pengukuran dapat digolongkan menjadi beberapa macam, diantaranya yaitu: a. kecerobohan peneliti b. kesalahan acak c. alat yang tidak akurat Kesemua hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara diantarnya yaitu untuk berhati-hati dan harus menguasai dan faham betul metode penelitian dengan baik. Selain itu harus membaca prosedur penggunaan alat yang biasanya dicantumkan oleh pabrik pembuat alat-alat penelitian dengan teliti. Serta untuk menghindari alat yang tidak akurat, alat-alat dapat di kalibrasi secara berkala (Biorad, 1998) Kesalahan acak adalah variasi hasil/data antar ulangan satu dengan yang lain yang disebabkan oleh berbagai macam sebab. Kesalahan ini dapat diketahui ketika seseorang melakukan percobaan dengan sampel dalam jumlah yang relatif banyak tetapi hasil yang diperoleh menunjukkan

hasil yang sedikit berbeda pada setiap pengukurannya, walaupun sampelsampel tersebut diperlakukan pada kondisi yang sama (identik). Kesalahan acak ini sulit dihindari, akan tetapi dapat dikurangi dengan melakukan pengukuran dengan jumlah sampel yang banyak dan diambil rata-rata hasil yang diperoleh. Tingkat kesamaan antara ulangan dalam satu percobaan disebut sebagai ketelitian, sebagai mana yang tertera sebelumnya (Paul, ______). Hal ini sering ditemukan pada proses titrasi, pengenceran, dan penimbangan. Titrasi adalah salah satu cara analisis yang sering dilaksanakan dalam analisis kuantitatif. Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut larutan standar, biasanya dimasukkan dalam buret sebagai penitrasi (titran). Larutan yang akan ditentukan konsentratnya ditempatkan dalam erlenmeyer dan disebut juga sebagai zat yang dititrasi. Titrasi dilakukan dengan membuka kran buret pelan-pelan. Titran akan masuk ke dalam erlenmeyer yang digoyang pelan-pelan. Titik akhir titrasi terjadi pada saat terjadi perubahan warna. Perubahan warna dapat dilihat dengan menggunakan zat penunjuk yang disebut sebagai indikator. Pada saat itulah jumlah mol dari titran setara dengan jumlah mol dari zat yang dititrasi. Untuk titrasi asam-basa monobasis seperti titrasi HCl dengan NaOH persamaan pengenceran di atas dapat digunakan untuk perhitungan molaritas dari zat yang dititrasi (Plummer, 1971). Untuk membuat larutan standar kadang-kadang dilakukan dengan mengencerkan larutan yang sudah tersedia. Misalnya membuat larutan standar HCl 0,1 M dari larutan 0,2 M. tentukan dahulu berapa banyak larutan standar yang akan dibuat dan dihitung berapa banyak larutan awal yang harus diencerkan dari persamaan V1.M1 = V2.M2 Dengan V1 M1 V2 M2 = volume larutan yang dipakai/ diperlukan = molaritas awal = volume larutan standar yang akan dibuat = molaritas larutan standar yang akan dibuat

Larutan yang akan dititrasi diambil dengan menggunakan pipet gondok, lalu yang perlu diperhatikan adalah meniskus (permukaan cekung dari zat cair) harus tepat menyinggung garis pada pipet gondok, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur dan diencerkan sampai batas. Pengenceran harus sekali jadi, maksudnya jangan sampai menambahkan air lebih dari yang diperlukan lalu membuangnya sampai batas, hal seperti ini akan menimbulkan kesalahan yang cukup besar (Anonim, 2002).

Oleh sebab itu pengenceran harus dilakukan dengan hati-hati, sedikit demi sedikit. Setelah dekat dengan tanda pada leher labu ukur dipakai pipet pasteur/pipet gondok untuk menambahkan setetes demi setetes. Cara menggunakan pipet pipet gondok untuk penetesan seperti ini adalah dengan menutup bagian atas dari pipet itu dengan telunjuk sementara ibu jari dan jari tengah yang digunakan untuk memegang pipet diputar-putar perlahan-lahan (Anonim, 2002). Dalam proses pengambilan sampel bahan atau larutan dapat dilakukan dengan penggunaan pipet. Dalam Biokimia dikenal ada beberapa macam pipet dengan ukuran dan fungsi tertentu. Misalkan dikenal adanya Pipet ukur, pipet gondok, dan pipet mikro yang biasanya dilengkapi dengan pipet pit. Pipet ukur adalah pipet yang digunkan untuk mengambil larutan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Pipet Gondok adalah pipet yang digunakan untuk mengambil larutan dengan tingkat ketelitian lebih tinggi dibandingkan pipet ukur. Dan pipet mikro yang dilengkapi dengan pipet pit adalah pipet yang digunakan untuk mengambil larutan dalam skala ukuran mikro (Plummer, 1971). Lain halnya dengan metode penimbangan suatu bahan. Dimana dibutuhkan akurasi dan ketelitian dalam menentukan berat atau massa suatu benda. Timbangan dalam penelitian biokimia dikenal ada dua macam, yaitu timbangan semi kasar, yang memilki tingkat akurasi satu digit dibelakang koma, dan juga timbangan semi analiti yang memilki tingkat akurasi dua digit dibelakang koma. Jika benar-benar memilki ketelitian dan akurasi yang baik, maka tidak akan ada perbedaan hasil yang ditunjukkan oleh timbangan tersebut (Anonim, 2002).

C. METODE
a. Pengenalan Alat Untuk pengenalan alat seluruh praktikan diajak mengelilingi laboratorium oleh seorang asisten, lalu dijelaskan tentang nama, bahan, dan kegunaan dari alat-alat yang akan dipergunakan dalam praktikum Biokimia nantinya. b. Titrasi Sepuluh ml larutan A diambil dengan pipet gondok, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50 ml. Ditambahkan 2 tetes indikator phenolphthalein (PP). Kemudian larutan A tersebut dititrasi dengan larutan B menggunakan buret makro sehingga warna tepat berubah. Hal ini di ulang sampai tiga kali lalu dicatat hasil dan rata-ratanya.

c. Pengenceran Dua ml larutan dengan konsentrasi x mg/ml yang tersedia diambil dengan pipet gondok. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian ditambahkan akuades sampai tanda, dan larutan digojok dengan hati-hati. Dari larutan tersebut diambil 10 ml dengan pipet gondok, dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan ditambahkan akuades sampai tanda. Konsentrasi masing-masing larutan dihitung. d. Menimbang Bahan-bahan yang tersedia di laboratorium seperti buah duku, daun, dan tepung ditimbang dengan menggunakan timbangan semi kasar dan timbangan semi analitik, kemudian hasil dicatat dan perbedaan antara hasil yang ditunjukkan oleh kedua timbangan diperhatikan. e. Pemakaian mikropipet Akuades yang tersedia diambil dengan menggunakan pipet eppendorf dan pipet pit dengan ukuran 10 , 20, 50, 100, 150, 200. Lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan semi analitik.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


f. Pengenalan Alat - Pipet ukur berupa alat ukur yang terbuat dari gelas yang berfungsin untuk mengambil larutan atau bahan dengan ukuran tertentu dengan tingkat ketelitian yang tinggi. - Pipet gondok terbuat dari gelas dengan fungsi yang hampir sama dengan pipet ukur, yakni untuk mengambil larutan atau bahan dengan tingkat ketelitian lebih tinggi daripada pipet ukur. - Pipet tetes juga terbuat dari gelas dengan karet pada ujung atasnya yang berguna untuk menghisap larutan. Adapun fungsi dari pipet tetes juga tidak jauh beda dari pipet ukur atau pipet gondok, namun dengan jumlah yang relatif sedikit dan tingkat ketelitiannya sangat rendah. - Pipet tip merupakan pipet pelengkap mikropipet yang berfungsi untuk mengambil larutan atau bahan dengan volume yang berukuran mikro. - Pipet Eppendorf atau mikropipet merupakan alat yang dipakai untuk pengukuran dalam (mikroliter)yang banayk dilakukan pada percobaan aras molekul. - Propipet digunakan untuk membantu mengambil larutan dengan menggunakan pipet ukur atau pipet gondok.

Gelas ukur terbuat dari gelas dengan berbagai ukuran yang berfungsi untuk menuangkan larutan atau bahan ke wadah yang lain. Erlenmeyer juga terbuat dari gelas yang berfungsi untuk membantu dalam proses titrasi. Labu ukur adalah alat yang terbuat dari gelas yaang berfungsi untuk proses pengenceran dan sangat sensitif terhadap panas, karena jika dipanaskan maka ukuran yang ada bisa jadi tidak falid. Corong berfungsi untuk membantu memasukkan larutan ke dalam suatu wadah yang memiliki mulut yang kecil. Buret adalah alat yang berbentuk pipa dengan fungsi sebagai alat titrasi. Jenis buret yang dikenal ada tiga, yaitu nuret makro, yakni buret dengan tingkat ketelitian satu angka di belakang koma. Buret Semi Mikro dengan tingkat ketelitian 2 angka dibelakang koma, dan buret mikro dengan tingkat ketelitian lebih dari dua angka di belakang koma.

g.

Titrasi Proses Titrasi I Titrasi II Titrasi III Volume 9 ml 9.1 ml 9 ml 9.0333

h.

Pengenceran Untuk pengenceran, maka akan didapat konsentrasi larutan yang baru dengan menggunakan rumus : M1V1 = M2V2

i.

Penggunaan Mikropipet ulangan X1 X2 X3 10 0.01 0.01 0.01 0.01 20 0.02 0.02 0.02 0.02 50 0.05 0.04 0.05 0.046667 100 0.10 0.09 0.10 0.96667 150 0.14 0.14 0.15 0.143333 200 0.20 0.20 0.20 0.20

j.

Menimbang Bahan Daun 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Berat Timbangan Semi Kasar Timbangan Semi Analitik 0.15 0.05 0.11 0.04 0.15 0.04 0.13667 0.04333 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.21 0.22 0.19 0.20667

Buah

Tepung

Alat-alat yang dipakai dalam praktikum ini adalah sebagian besar terbuat dari gelas dengan sifat dan karakteristik tersendiri, serta memiliki keterbatasan kualitas. Sehingga peneliti diharapkan mampu menyesuaikan antara metode penelitiannya dengan ketersediaan alat di laboratorium. Dari tiap perlakuan masing-masing proses penelitian diperoleh data yang memilki perbedaan tingkat akurasi dan tingkat ketelitian . seperti halnya pada titrasi memilki tingkat akurasi yang tinggi dan ketelitian yang baik. Demikian juga dengan proses penimbangan memilki tingkat akurasi yang tinggi dan ketelitian yang baik. Sementara pada proses menimbang memilki tingkat akurasi tinggi, tetapi memiliki tingkat ketelitian yang buruk. Hal ini disebabkan karena kualitas alat yang berpengaruh terhadap akurasi dan ketelitian suatu hasil data penelitian. Sementara untuk penghitungan pencarian pengenceran dapat dilakukan dengan persamaan M1V1 = M2V2 Maka, untuk pengenceran I akan diperoleh data sebagai berikut: M1V1 = M2V2 2 ml X mg/ml = 100 ml X mg/ml [pengenceran] = 1/50 X mg/ml konsentrasi dari proses

sedangkan untuk pengenceran II juga akan diperoleh data dengan menggunakan persamaan yang sama, yaitu : M1V1 = M2V2 10 ml X mg/ml = 250 ml X mg/ml [pengenceran] = 1 / 25 X mg/ml M1V1 = M2V2 1/50 X . 10 = 1/25X . 250 1/5 X = 10 X 1/5 X 10 X = 0 - 0.02 X = 0 X = 0.02 Maka untuk larutan I, konsentrasinya adalah 0.02 M, setelah pengenceran I maka konsentrasinya berubah menjadi 0.0004 M, dan setelah pengenceran II, maka konsentrasi juga bergeser menjadi 0.0008 M.

B. KESIMPULAN
Seorang peneliti harus benar-benar mengerti dan faham konsep penelitian serta metode yang akan digunakan, sehingga ketidaktepatan, dan ketidaktelitian bisa dihindari.

E. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Kimia Dasar . Laboratorium Kimia Dasar. Fakultas MIPA. UGM. Yogyakarta. Biorad. 1998. Discover Bio-Rad. Bio-Rad Laboratory. California. USA. Blanck, HW. & DS Clark. 1997. Biochemical Engineering. Marcel Dekker Inc. New York. P:533 Plummer, DT. 1971. An Introduction to Practical Biochemistry. Tata Mc. Graw Hill Publishing Company LTD. Bombay-New Delhi Paul, A. ____. Physics for Sciens and Engineering.Erlangga. Jakarta. Indonesia.

You might also like