You are on page 1of 20

Pemanfaatan Bakteri Eschericia coli sebagai Pembuatan Biodiesel

Penulis

: 0915041037 0915041034 0915041040

Muhammad Ahdan Manuel Siregar Ngudi Waluyo

Mata Kuliah : Aplikasi Bioteknologi Industri Dosen : Panca Nugrahaini F., S.T., M.T.

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung Bandar Lampung 2010

Pemanfaatan Bakteri Eschericia coli sebagai Pembuatan Biodiesel

Penulis

: 0915041037 0915041034 0915041040

Muhammad Ahdan Manuel Siregar Ngudi Waluyo

Mata Kuliah : Aplikasi Bioteknologi Industri Dosen : Panca Nugrahaini F., S.T., M.T.

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung Bandar Lampung 2010
i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menolong dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Pemanfaatan Bakteri Eschericia coli sebagai Pembuatan Biodiesel, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber dan tinjauan pustaka. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini memuat tentang Pemanfaatan Bakteri Eschericia coli sebagai Pembuatan Biodiesel. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas sehingga pembaca lebih mengerti maksud dan tujuan pembuatan makalah ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata kuliah Aplikasi Bioteknologi yaitu Ibu Panca Nugrahaini yang telah memberi kepercayaan dalam membuat makalah ini. Sebagai bentuk perbaikan, kami penulis menerima saran dan kritik dari pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Terima kasih.

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................. I. PENDAHULUAN ................................................................................... a. LATAR BELAKANG ....................................................................... b. TUJUAN ............................................................................................ II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... III. SIMPULAN ............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... i ii 1 1 2 3 15 16

ii

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Krisis Energi dalam beberapa tahun belakangan ini telah menjadi isu global yang sering dibicarakan di berbagai pertemuan antar negara. Tentu saja, Indonesia juga harus melakukan langkah-langkah antisipatif untuk meminimalisir dampak dari krisis energi global. Di Negara kita, khususnya, yang masyarakatnya memiliki tingkat konsumtif yang tinggi, harus menyadari tentang krisis energi global. Semua orang tahu, sumber energi minyak dan gas (migas) yang selama ini digunakan semakin lama akan semakin habis. Cadangan migas yang terus menipis, seiring dengan konsumsinya yang semakin meningkat menimbulkan kekhawatiran yang serius. Begitupula efek emisi karbon yang dihasilkannya diduga ikut menaikkan suhu bumi. Untuk mengatasi krisis energi ini, orang ramai-ramai berusaha mencari energi alternatif yang selain bisa diperbarui juga lebih ramah lingkungan. Maka jangan heran, jika kemudian berbagai negara seakan berlomba menunjukkan hasil inovasi energi terbarukannya. Sebagai contoh, biogasoline yang merupakan campuran 10% bioethanol dan 90% gasoline telah digunakan luas di Amerika Serikat. Begitu pula di Brazil, Finlandia, Jepang, Thailand, dan negara-negara lainnya. Kalau kita perhatikan, sumber bahan bakar terbarukan yang digunakan sebagai campuran bahan bakar reguler seperti bioethanol pada biogasoline, diolah dari bahan baku pangan yang selama ini juga dikonsumsi manusia. Misalnya bioethanol, yang selama ini digunakan sebagai campuran
1

biogasoline di AS berasal dari bahan baku jagung dan di Brazil berasal dari bahan baku tebu. Sedangkan kita tahu bahwa 1000 liter bioethanol dapat diperoleh dari 2300 kg jagung, 2800 kg gandum, 10000 kg bit gula atau 13000 kg tebu (Sumber: Pertamina.com). Kalau sampai penggunaan biofuel tidak diimbangi dengan budidaya besar-besaran bahan bakunya, sangat dimungkinkan suatu saat krisis energi akan berubah menjadi krisis pangan. Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Dia merupakan kandidat yang paling dekat untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena ia merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur sekarang ini. Bakteri Eschericia coli umumnya dikenal sebagai bakteri merugikan pemicu penyakit. Namun, berdasarkan hasil penelitian para ilmuwan Amerika Serikat bakteri itu bisa dimanfaatkan dalam pembuatan biodiesel.

2. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan karya tulis yang berjudul Pemanfaatan Bakteri Eschericia coli sebagai Pembuatan Biodiesel ini adalah untuk mengkaji ilmu pengetahuan yang berlandaskan konservasi energi biomassa menjadi biofuel ramah lingkungan dan ekonomis dengan menggunakan mikroorganisme Eschericia coli.

TINJAUAN PUSTAKA

1. BIODIESEL Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang berasal dari trigliserida. Trigliserida merupakan penyusun utama minyak nabati dan lemak hewani, sehingga dapat dikatakan bahwa biodiesel bisa dibuat dari sumber minyak nabati. Sumber minyak nabati ini bisa berupa minyak sawit, minyak kelapa, minyak biji jarak, dan lain-lain. Rumus kimia trigliserida yang panjang. Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran monoalkyl ester dari rantai panjang yang alternatif Ester senyawa terbentuk lebih) Gambar 2. Biodiesel, Sumber : http://alathematbbm.wordpress.com/2010/02/10 /biodiesel/) pada atom gugus asam dipakai bagi adalah organik lemak, sebagai bahan suatu yang melalui hidrogen hidroksil
3

adalah CH2COOR-CHCOOR-

Gambar 1. Gugus Ester Sumber : http://id.wikipedia.org/ wiki/Ester"

CH2COOR, dimana R, R, dan R masing-masing adalah sebuah rantai alkil

bakar dari mesin diesel.

penggantian satu (atau

dengan suatu gugus organik (biasa dilambangkan dengan R'). Asam oksigen adalah suatu asam yang molekulnya memiliki gugus -OH yang hidrogennya (H) dapat terdisosiasi menjadi ion H+. Sebuah proses dari trans esterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Biodiesel merupakan modifikasi dari minyak goreng. Biodiesel biasanya dibuat pada ester asam lemak dari minyak goreng cair yang mempunyai sifat lebih encer tidak mudah membeku terutama jika dipergunakan di negara dingin seperti Eropa. Sedang kekurangannya adalah bahan ini dapat melarutkan atau merusak karet yang biasanya tahan terhadap minyak diesel. Biodiesel mempunyai efek samping minimum untuk daerah perairan, laut, sumber air, hutan, penangkapan ikan, dan terutama yang sensitif terhadap adanya tumpahan minyak.

Gambar 3. Reaksi transesterifikasi trigliserida (minyak nabati) dengan metanol untuk menghasilkan biodiesel atau fatty acid methyl esters (Y Zhang et al, 2003). Sumber: http://dwienergi.blogspot.com/2007/07/reaksi-transesterifikasi.html

Bahan Baku Biodiesel Minyak nabati sebagai sumber utama biodiesel dapat dipenuhi oleh berbagai macam jenis tumbuhan tergantung pada sumber daya utama yang banyak terdapat di suatu tempat/negara. Indonesia mempunyai banyak sumber daya untuk bahan baku biodiesel. Beberapa sumber minyak nabati yang potensial sebagai bahan baku Biodiesel. Isi % Berat Kering 40-60 45-50 35-55 24-40 40-50 15-20 60-70 30-49 57-69 55-70 40-50 14-28 45-70 + 46-54 40-73 18-26 20-30 15-20

Nama Lokal Jarak Pagar Jarak Kaliki Kacang Suuk Kapok / Randu Karet Kecipir Kelapa Kelor Kemiri Kusambi Nimba Saga Utan Sawit Nyamplung Randu Alas Sirsak Srikaya

Nama Latin Jatropha Curcas Riccinus Communis Arachis Hypogea Ceiba Pantandra Hevea Brasiliensis Psophocarpus Tetrag Cocos Nucifera Moringa Oleifera Aleurites Moluccana Sleichera Trijuga Azadiruchta Indica Adenanthera Pavonina Elais Suincencis Callophyllum Lanceatum Bombax Malabaricum Annona Muricata Annona Squosa

Sumber Minyak Inti biji Biji Biji Biji Biji Biji Inti biji Biji Inti biji Sabut Inti biji Inti biji Sabut dan biji Inti biji Biji Inti biji Biji

P/ NP NP NP P NP P P P P NP NP NP P P P NP NP NP

Tabel 1. Bahan Baku Biodiesel Sumber : http://www.energiterbarukan.net/index.php?option=com_content&task=view &id=26&Itemid=42)

Membuat biodiesel Pada skala kecil dapat dilakukan dengan bahan minyak goreng 1 liter yang baru atau bekas, methanol sebanyak 200 ml atau 0.2 liter, soda api atau NaOH 3,5 gram untuk minyak goreng bersih, jika minyak bekas diperlukan
5

4,5 gram atau mungkin lebih. Kelebihan ini diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas atau FFA yang banyak pada minyak goreng bekas. Dapat pula mempergunakan KOH namun mempunyai harga lebih mahal dan diperlukan 1,4 kali lebih banyak dari soda. Proses pembuatan : Soda api dilarutkan dalam Methanol dan kemudian dimasukan kedalam minyak dipanaskan sekitar 55 oC, diaduk dengan cepat selama 1520 menit kemudian dibiarkan dalam keadaan dingin semalam. Maka akan diperoleh biodiesel pada bagian atas dengan warna jernih kekuningan dan sedikit bagian bawah campuran antara sabun dari FFA, sisa methanol yang tidak bereaksi dan gliserin sekitar 79 ml. Biodiesel yang merupakan cairan kekuningan pada bagian atas dipisahkan dengan mudah dengan menuang dan menyingkirkan bagian bawah dari cairan. Untuk skala besar produk bagian bawah dapat dimurnikan untuk memperoleh gliserin yang berharga mahal, juga sabun dan sisa methanol yang tidak bereaksi.

2. Escherichia Coli Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia. Kebanyakan E. Coli tidak Gambar 3. Escherichia coli Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Esche richia_coli berbahaya, tetapi beberapa, seperti E. Coli tipe O157:H7, keracunan dapat makanan mengakibatkan

yang serius pada manusia. E. Coli yang

tidak berbahaya dapat menguntungkan manusia dengan memproduksi vitamin K2, atau dengan mencegah baketi lain di dalam usus. E. coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya.

3. Asam Lemak Asam lemak (bahasa Inggris: fatty acid, fatty acyls) adalah adalah senyawa alifatik dengan gugus karboksil. Bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada masak lemak makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai (goreng), dalam minyak atau margarin,

hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida. Gambar 5. Perbandingan model asam stearat (C18:0, atas), poke (C18:1, tengah), dan asam -linolenat (C18:3, bawah). Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_le mak Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat dengan rumus kimia R-COOH or RCO2H. Contoh yang cukup sederhana misalnya adalah H-COOH yang

adalah asam format, H3C-COOH yang adalah asam asetat, H5C2-COOH yang adalah asam propionat, H7C3-COOH yang adalah asam butirat dan seterusnya mengikuti gugus alkil yang mempunyai ikatan valensi tunggal, sehingga membentuk rumus bangun alkana.

Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya. Asam lemak merupakan asam lemah, dan dalam air terdisosiasi sebagian. Umumnya berfase cair atau padat pada suhu ruang (27 Celsius). Semakin panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar larut. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu, dikenal istilah bilangan oksidasi bagi asam lemak. Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh menjadikannya memiliki dua bentuk: cis dan trans. Semua asam lemak nabati alami hanya memiliki bentuk cis (dilambangkan dengan "Z", singkatan dari bahasa Jerman zusammen). Asam lemak bentuk trans (trans fatty acid, dilambangkan dengan "E", singkatan dari bahasa Jerman entgegen) hanya diproduksi oleh sisa metabolisme hewan atau dibuat secara sintetis. Akibat polarisasi atom H, asam lemak cis memiliki rantai yang melengkung. Asam lemak trans karena atom H-nya berseberangan tidak mengalami efek polarisasi yang kuat dan rantainya tetap relatif lurus. Ketengikan (Ingg. rancidity) terjadi karena asam lemak pada suhu ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton, serta sedikit epoksi dan alkohol (alkanol). Bau yang kurang sedap muncul akibat campuran dari berbagai produk ini.

4. Pemanfaatan Bakteri Eschericia coli sebagai Pembuatan Biodiesel

Bakteri Eschericia coli umumnya dikenal sebagai bakteri merugikan pemicu penyakit. Namun, berdasarkan hasil penelitian para ilmuwan Amerika Serikat bakteri itu bisa dimanfaatkan dalam pembuatan biofuel. Bakteri Eschericia coli umumnya dikenal penyakit. para ilmuwan sebagai bakteri pemicu Namun, Amerika merugikan

berdasarkan hasil penelitian Gambar 4. Rekayasa Bakteri E. Coli untuk Serikat bakteri itu bisa Biodiesel dimanfaatkan dalam Sumber: http://codered12.blogspot.com/2010_02_01_ar pembuatan biofuel. Selama chive.html ini, bakteri Eschericia coli (E.coli) dikenal sebagai bakteri merugikan yang bisa menyebabkan penyakit diare. Namun, jangan dulu skeptis terhadap bakteri itu. Pasalnya, tidak semua jenis E.coli merugikan. Mikroorganisme itu, selain di temukan di dalam usus besar manusia, terdapat di alam. Pada dasarnya, E.coli aman bagi kesehatan manusia, namun saat terelaborasi dengan virus atau bakteri patogen, bakteri tersebut akan bertransformasi menjadi mikroba berbahaya. Bakteri yang dapat memproduksi vitamin K2 itu juga biasa dimanfaatkan dalam bidang rekayasa genetika, terutama sebagai vektor penyisip gen. Pertumbuhan dan metabolismenya yang sangat cepat menjadikan bakteri E.coli cocok dimanfaatkan di bidang rekayasa genetika. Jika dibandingkan dengan bakteri jenis Actinomycetes yang mampu merombak struktur kimiawi sebuah tanaman dalam waktu 12 jam, E.coli hanya memerlukan waktu enam jam.

Demi meningkatkan sisi positif E.coli, sekelompok peneliti dari US Department of Energy (DOE), Amerika Serikat (AS), mengembangkan teknik menuai bahan bakar biodiesel dari asam lemak bakteri gram negatif itu. Adalah Jay Keasling, ahli biologi sintetis dari DOE Joint Bioenergy Institute (JBEI), yang terpilih mengepalai penelitian tersebut. Dalam melakukan penelitian, JBEI berkolaborasi dengan tim dari LS9, sebuah industri bioteknologi swasta di San Fran cisco, AS. Keasling mengatakan fakta bahwa E.coli dapat langsung menjadi biomassa (bahan dasar pembuat bahan bakar) tanpa modifikasi kimia tambahan merupakan penemuan menarik dan penting untuk dijaga kesinambungannya. Dia memperkirakan ongkos untuk membuat biodiesel dari E.coli lebih rendah dari biaya saat menyuling etanol untuk menjadi biodiesel. Kami memercayai hasil yang kami dapat berpengaruh signifikan dengan tujuan utama untuk memproduksi bahan bakar hayati (biofuel) yang efektif dan dapat direproduksi dari bahan kimia terbarukan, papar Keasling seperti dikutip Reuters. Pati dan Gula Bahan bakar hayati merupakan bahan bakar yang dapat berupa padatan, cairan, atau gas dan dihasilkan dari bahan organik. Ada biofuel yang berbahan baku tanaman, ada pula biofuel yang merupakan hasil dari pengolahan bahan buangan, seperti limbah industri, komersial, domestik, atau pertanian. Ada tiga opsi yang umum diberlakukan dalam pembuatan bahan bakar hayati konvensional. Pertama, pembakaran limbah organik kering.

10

Kedua, fermentasi limbah basah. Ketiga, proses fermentasi tanaman seperti tebu atau jagung. Proses-proses itu akan menghasilkan jenis-jenis biofuel generasi pertama, seperti minyak sayur, biodiesel, bioalkohol, dan biogas. Untuk memproduksi biofuel konvensional, para produsen memiliki dua strategi yang diterapkan. Strategi pertama ialah menanam tanaman yang mengandung gula semisal tebu, bit gula, dan sorgum manis atau tanaman yang kaya kandungan pati, seperti jagung. Pemilihan tanaman-tanaman yang mengandung gula dan pati berdasarkan alasan tanaman-tanaman tersebut mengandung glukosa yang jika difermentasikan dengan ragi dapat menghasilkan etil alkohol. Strategi kedua, menanam tanaman-tanaman yang berkadar minyak nabati tinggi, seperti kelapa sawit, kedelai, alga, atau jathropa. Apabila dipanaskan, kekentalan minyak nabati akan berkurang dan dapat langsung dibakar di dalam mesin, tepatnya mesin diesel. Namun, agar dapat beradaptasi penuh dengan mesin diesel, bahan bakar hayati dari minyak nabati itu harus diproses secara kimia hingga menjadi biodiesel. Peneliti dari pusat penelitian bioteknologi Lembaga Ilmu Pe ngetahuan Indonesia (LIPI), Yopi, mengatakan pada pembuatan biofuel konvensional, bakteri berperan sebagai perombak susunan struktur kimiawi dari biomassa sehingga dapat dikonversi menjadi bahan bakar hayati. Misalkan pada tumbuhan pati, agar dapat menjadi etanol, maka susunannya direkayasa dengan penambahan bakteri perombak, jelasnya. Meski cukup efektif menghasilkan etanol, proses tersebut memakan waktu lama dan menghabiskan dana besar.
11

Menurut

Dwi

Sulistyaningsih,

peneliti

dari

pusat

penelitian

bioteknologi LIPI, untuk dapat menciptakan biofuel murni yang memiliki titik nyala 70 hingga 80 persen, dibutuhkan proses penyulingan lebih dari empat kali. Umumnya, dalam satu kali penyulingan menggunakan mikroba hanya menghasilkan 40 sampai 60 persen etanol, ujarnya. Proses yang panjang itulah yang coba dipangkas agar tercapai efisiensi. Salah satu caranya ialah dengan memanfaatkan E.coli yang bukan ditujukan sebagai bakteri perombak asam lemak nabati pada tumbuhan, tetapi sebagai sumber asam lemak untuk biodiesel.

Asam lemak merupakan sebuah molekul kaya energi yang ditemukan dalam minyak tumbuhan dan hewani. Dari temuan DOE, E.coli dapat secara natural menyintesiskan asam lemak dan relatif mudah untuk diubah secara genetik. Hal itu membuat bakteri temuan Theodor Escherich tersebut menjadi mikroorganisme ideal untuk penelitian biofuel. Bekerjasama dengan Eric Steen, ahli biologi JBEI, Keasling menggunakan reaksi biokimia untuk memproduksi struktur biodiesel, alkohol, dan lilin langsung dari ekstrak E.coli. Para ahli menginjeksikan gen yang dapat membuat E.coli mengeluarkan enzim yang biasa bertugas memecah material terkuat dalam tumbuhan, yaitu enzim selulosa atau lebih spesifiknya hemiselulosa. Enzim itu akan memproduksi gula yang dibutuhkan untuk proses pembuatan biodiesel dan bisa di katakan enzim tersebut merupakan biomassa selulosa. Karena modifikasi itulah E.coli dapat memproduksi biodiesel secara langsung dari tubuhnya. Hal itu membuat proses distilasi dan purifikasi bisa dipangkas.
12

Sebagai perbandingan, apabila menggunakan lemak atau minyak dari tumbuhan, maka harus melewati proses esterifikasi terlebih dahulu sebelum dapat digunakan, jelas Keasling. Lebih jauh, Keasling menerangkan proses pengkloningan gen berasal dari Clostridium stercorarium dan Bacteroides ovatus (bakteri yang tumbuh subur di tanah dan usus binatang herbivora) yang memproduksi enzim pemecah selulosa. Para peneliti juga menambahkan kode genetik tambahan untuk membentuk asam amino pendek agar E.coli dapat mengeluarkan enzim hemiselulosa dan mengubahnya menjadi gula. Gula itulah yang kemudian diolah menjadi biodiesel. Proses tersebut memang terbilang sempurna untuk pembuatan hidrokarbon, namun belum bisa mencapai tahap pembuatan bensin. Karenanya, para peneliti kini bermaksud memaksimalkan efisiensi dari pengolahan modifikasi turunan E.coli. Mereka juga telah mengeksplorasi berbagai cara untuk meningkatkan jumlah biodiesel yang diproduksi dari reaksi tunggal.

5. Biosintesis asam lemak Pada daun hijau tumbuhan, asam lemak diproduksi di kloroplas. Pada bagian lain tumbuhan dan pada sel hewan (dan manusia), asam lemak dibuat di sitosol. Proses esterifikasi (pengikatan menjadi lipida) umumnya terjadi pada sitoplasma, dan minyak (atau lemak) disimpan pada oleosom. Banyak spesies tanaman menyimpan lemak pada bijinya (biasanya pada bagian kotiledon) yang ditransfer dari daun dan organ berkloroplas lain. Beberapa tanaman penghasil lemak terpenting adalah kedelai, kapas, kacang tanah, jarak, raps/kanola, kelapa, kelapa sawit, jagung dan zaitun.
13

Proses biokimia sintesis asam lemak pada hewan dan tumbuhan relatif sama. Berbeda dengan tumbuhan, yang mampu membuat sendiri kebutuhan asam lemaknya, hewan kadang kala tidak mampu memproduksi atau mencukupi kebutuhan asam lemak tertentu. Asam lemak yang harus dipasok dari luar ini dikenal sebagai asam lemak esensial karena tidak memiliki enzim untuk menghasilkannya. Biosintesis asam lemak alami merupakan cabang dari daur Calvin, yang memproduksi glukosa dan asetil-KoA. Proses berikut ini terjadi pada daun hijau tumbuh-tumbuhan dan memiliki sejumlah variasi. Kompleks-enzim asilsintase III (KAS-III) memadukan malonil-ACP (3C) dan asetil-KoA (2C) menjadi butiril-ACP (4C) melalui empat tahap (kondensasi, reduksi, dehidrasi, reduksi) yang masing-masing memiliki enzim tersendiri. Pemanjangan selanjutnya dilakukan secara bertahap, 2C setiap tahapnya, menggunakan malonil-KoA, oleh KAS-I atau KAS-IV. KAS-I melakukan pemanjangan hingga 16C, sementara KAS-IV hanya mencapai 10C. Mulai dari 8C, di setiap tahap pemanjangan gugus ACP dapat dilepas oleh enzim tioesterase untuk menghasilkan asam lemak jenuh bebas dan ACP. Asam lemak bebas ini kemudian dikeluarkan dari kloroplas untuk diproses lebih lanjut di sitoplasma, yang dapat berupa pembentukan ikatan ganda atau esterifikasi dengan gliserol menjadi trigliserida (minyak atau lemak).

14

SIMPULAN

Berdasarkan literatur dan sumber sumber pada tinjauan pustaka, maka penulis dapat simpulkan bahwa Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester, yaitu senyawa organik yang terbentuk melalui penggantian satu atau lebih atom hidrogen dalam gugus hidroksil dengan gugus organik di sebuah rantai asam lemak. Berdasar sumber pada tinjauan pustaka, Eschericia coli dapat digunakan sebagai sumber asam lemak dalam pembuatan biodiesel, bahkan bisa langsung menghasilkan biodiesel dengan rakayasa genetika. Oleh karena itu biodiesel dapat dipakai sebagai alternatif bahan bakar mesin diesel pengganti bahan bakar fosil yang ramah lingkungan dengan biaya produksi rendah dan ekonomis dibandingkan bahan bakar fosil yang berasal dari fraksi minyak bumi.

15

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Asam lemak. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_lemak. Diakses 3 Oktober 2010 Anonim. 2010. Bakteri Penyebab Diare Penghasil Biodiesel. http://bataviase.co.id/node/91451. Diakses 3 Oktober 2010 Anonim. 2010. Biodiesel. http://id.wikipedia.org/wiki/Biodiesel. 3 Oktober 2010 Anonim. 2010. Escherichia coli . http://id.wikipedia.org/wiki/Escherichia_coli . Diakses 3 Oktober 2010 Anonim. 2010. Ester . http://id.wikipedia.org/wiki/Ester. Diakses 3 Oktober 2010 Anonim.2007. Biodiesel. http://www.energiterbarukan.net/index.php?option=com_content&task=vi ew&id=26&Itemid=42. Diakses 3 Oktober 2010 Kadal Reseach & Tech Team .2010. Ansitipasi Dunia Menghadapi Krisis Energi di Masa Mendatang. http://codered12.blogspot.com/2010_02_01_ archive.html. Diakses 3 Oktober 2010 Wahyuningsih , Merry . 2010. Bakteri Penyebab Diare Bisa Jadi Sumber Energi Masa Depan . http://www.kreatifweb.net/umum/bakteri-penyebab-diarebisa-jadi-sumber-energi-masa-depan. Diakses 3 Oktober 2010 Wildan. 2010. BIODIESEL FUEL. http://alathematbbm.wordpress.com/2010/02/10/biodiesel/. Diakses 3 Oktober 2010

16

You might also like