You are on page 1of 13

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN Gastroenteritis (GE) adalah infeksi saluran pencernaan oleh berbagai enteropatogen, termasuk bakteria, virus dan parasit. (Nelson, 2000). Diare akut (Gastroenteritis) adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri virus dan patogen parasitik. (Donna L. Wong, 2004 : 492) Diare ialah frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. (Ngastiyah, 2005 : 224) Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi, 2001 : 83) Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis (GE) atau diare akut adalah infeksi saluran pencernaan pada lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan parasit yang ditandai dengan keadaan buang air besar secara berlebihan dan dapat bercampur lendir dan darah atau lendir saja. B. ETIOLOGI Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : a. Faktor Infeksi 1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi : a) Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, compylobacter yersinia, aeromonas, dan sebagainya. b) Infeksi virus : Eterovirus (Virus echo, coxsaekie, poliomyelitis), Adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain. c) Infeksi parasit : Cacing (ascaris, thrichiuris, oxyuris, strongyloides protozoa (entamoeba hystolytica, giardia lamblia, trichomonas hominis), jamur (candida albicans). 2) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun. b. Faktor Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa. 1) Malabsorbsi lemak 2) Malabsorbsi protein c. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, elergi terhadap makanan. d. Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar. (Dr. Rusepno Hassan, 2005 : 283-284) C. TANDA DAN GEJALA Mula-mula pasien cengeng, gelisah suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defeksi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan gangguan keseimbangan asam basa, dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi) selaput lendir dan bibir,

bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Bila berdasarkan tonisitas plasma dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik dan hipertonik. (Ngastiyah, 2005 : 226) D. PATOGENESIS Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran perncernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. Ketiga, faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006).

E. KOMPLIKASI Komplikasi kehilangan akibat diare : a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik) b. Renjatan hipovolemik c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram) d. Hipoglikemia e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dab defisiensi enzim laktosa f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik g. Malnutrisi energi protein (Akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik. (Ngastiyah, 2005). F. PENATALAKSANAAN MEDIS Dasar pengobatan diare adalah : a. Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya. b. Dietetik (cara pemberian makanan) c. Obat-obatan Cara memberikan cairan dalam terapi dehidrasi a. Belum ada dehidrasi Peroral sebanyak anak mau minum atau (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi

b. Dehidrasi ringan 1 jam pertama : 25-50 ml/kg BB peroral (intragastrik) Selanjutnya : 125 ml/kg BB/hari ad libitum c. Dehidrasi sedang 1 jam pertama : 50-100/kg BB per oral/intragastrik (sonde) Selanjutnya : 125 ml/kg BB/hari ad libitum d. Dehidrasi berat Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun berat badan 3-10 kg 1 jam pertama : 40 ml/kg BB/jam : 10 tetes/kg BB/menit (set infus berukuran 1ml : 15 tts) atau 13 tetes/kg BB/menit (set infus 1ml : 20 tetes) 7 jam berikutnya : 12ml/kg BB/jam : 3 tetes/kg BB/menit (set infus 1ml : 15 tetes) atau 4 tetes/kg BB/mnt (set infus 1ml : 20 tts) 16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kg BB/menit (set infus 1ml: 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1 ml : 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1ml : 20 tetes). Untuk anak lebih 5-10 tahun dengan BB 15-25 kg 1 jam pertama : 20 ml/kg BB/jam atau 5 tetes/kg BB/menit (1ml : 15 tetes) atau 7 tetes/kg BB/mnt (1ml : 20 tetes) 7 jam berikut : 10 ml/lg BB/jam atau 2 tetes/kg BB/menit (1ml : 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1ml : 20 tetes) 16 jam : 105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan DG aa intravena 1 tetes/kg BB/menit (1ml : 15 tetes) atau 1 tetes/kg BB/menit (set 1 ml : 20 tetes) Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg. Kebutuhan cairan : 125 ml + 100ml + 25ml = 250 ml/kg BB/24 jam Jenis cairan : Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5%+1 bagian NaHCO3 1 %) Kecepatan : 4 jam pertama : 25ml/kg BB/jam atau 6 tetes/kg BB/menit (1ml: 15 tetes) 8 tetes/kg BB/mnt (1ml : 20 tetes) 20 jam berikutnya : 150 ml/kg BB/20 jam atau 2 tetes/kg BB/menit (1ml : 15 tetes) atau 2 tetes/kg BB/menit (1ml : 20 tetes). Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg Kebutuhan cairan 250 ml/kg BB/24 jam Jenis cairan : Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 ) Kecepatan cairan : Sama dengan pada bayi baru lahir. Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi berat misalnya : Untuk anak umur 1 bulan - 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg. Jenis cairan : DG aa Jumlah cairan : 250 ml/kg BB/24 jam

Kecepatan : 4 jam pertama : 60ml/kg BB/jam atau 15 ml/kg BB/jam atau = 4 tetes/kg BB/menit (1ml : 15 tetes) atau 5 tetes/kg BB/menit (1ml : 20 tetes). 20 jam berikutnya : 190ml/kg BB/jam atau 10 ml/kg BB/jam atau 2 tetes/kg BB/menit (1ml : 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1ml: 20 tetes). (Ngastiyah, 1999) G. a. 1) 2) 3) b. c. d. e. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Tinja Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula. Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut Astrup (bila memungkinkan). Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita yang disertai kejang). Pemeriksaan intubasi secara kualitas dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik. (Dr. Rusepto Hassan, 2005 : 286).

H. FOKUS PENGKAJIAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kaji riwayat diare Kaji status hidrasi, ubun-ubun, turgor kulit, mata, membran mukosa mulut Kaji tinja, jumlah, warna, bau, konsistensi dan waktu buang air besar Kaji intake dan output (pemasukan dan pengeluaran) Kaji berat badan Kaji tingkat aktivitas anak Kaji tanda-tanda vital (Suriadi, 2001 : 87).

Menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 : a. Identitas klien b. Riwayat keperawatan 1) Awal serangan : adanya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare. 2) Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer. c. Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat yang diderita, riwayat pemberian imunisasi. d. Riwayat psikososial keluarga e. Kebutuhan dasar 1) Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang. 2) Pola Nutrisi : diawali dengan muntah, mual, anoreksia, menyebutkan penurunan berat pada pasien.

3) Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman. 4) Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya. 5) Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen. f. Pemeriksaan fisik 1) Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernafasan agak cepat. 2) Pemeriksaan sistematik : a) Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan. b) Perkusi : adanya distensi abdomen c) Palpasi : turgor kulit kurang elastis d) Auskultasi : terdengarnya bising usus e) Pemeriksaan tumbuh kembang f) Pemeriksaan penunjang (http://askep.blogspot.com/2008/03/askep-klien-dengan-ge.html) I. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebih. b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah. c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan. d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen. e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis, dan pengobatan. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur yang menakutkan. (http://askep.blogspot.com/2008/03/askep-klien-dengan-ge.html)

J. FOKUS INTERVENSI : Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebih. an : - Mempertahankan volume cairan adekuat - Devisit cairan dan elektrolit teratasi ria Hasil : - Membran mukosa lembab - Turgor kulit baik - Masukan dan haluaran seimbang vensi : a. Observasi tanda-tanda vital Rasional : Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respons terhadap dan/atau efek kehilangan cairan. b. Observasi tanda-tanda dehidrasi Rasional : Populasi feses yang cepat melalui usus mengurangi absorbsi air volume sirkulasi yang rendah menyebabkan kekeringan membran mukosa dan rasa haus. Urine yang pekat telah meningkatkan berat jenis. c. Pantau masukan dan haluaran Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan. d. Berikan dan anjurkan keluarga untuk sering memberikan minum yang banyak. Rasional : Minuman berkarbonat menggantikan natrium dan kalium yang hilang pada diare dan muntah.

iagnosa I

Kolaborasi Berikan cairan parenteral, tranfusi darah sesuai indikasi. Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/anemia. - Awasi hasil laboratorium, contoh : elektrolit (khususnya kalium, magnesium dan GDA) Rasional : Menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi. - Berikan obat sesuai indikasi : Anti diare Rasional : Menurunkan kehilangan cairan dari usus. Anti Mimetik, misal : Trimetobenzamida (tigan), hidoksin (vistar). Rasional : Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaservasi akut. Antipiretik, misal : Asetaminofen Rasional : Mengontrol demam, menurunkan kehilangan tak terlihat. iagnosa II : Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah. an : Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi ria Hasil : - Intake nutrisi klien meningkat - Diet habis 1 porsi yang disediakan - Tidak ada mual, muntah vensi : a. Kaji pola nutrisi Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi. b. Timbang berat badan klien Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi. c. Berikan diet dalam porsi kecil tapi sering. Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi d. Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, flatus (misal, produk susu) Rasional : Mencegah serangan akut/eksaserbasi. e. Kolaborasi - Pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Rasional : Mengistirahatkan kerja gastrountestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut. - Berikan obat sesuai indikasi Rasional : Antikolinergik diberikan 15-30 menit sebelum makan memberikan penghilangan kram dan diare, menurunkan motilitas gaster.

e. -

iagnosa III : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekuensi BAB yang berlebihan. an : Gangguan integritas kulit teratasi. ria Hasil : - Integritas kulit kembali normal - Tidak ada iritasi - Tidak ada tanda-tanda infeksi vensi : a. Kaji kerusakan kulit/iritasi setiap buang air besar Rasional : Mengetahui seberapa jauh kerusakannya b. Gunakan kapas lembab dan sabun bayi (Ph normal) untuk membersihkan anus setiap buang air besar Rasional : Mencegah terjadinya iritasi lebih lanjut c. Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab Rasional : Suhu yang lembab mempercepat terjadinya iritasi d. Ganti popok atau kain bila lembab atau basah

Rasional

: Suhu yang lembab mempercepat terjadinya iritasi e. Gunakan obat kream bila perlu untuk perawatan perineal Rasional : Obat kream dapat membantu menghambat terjadinya iritasi.

iagnosa IV : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen. an : Nyeri dapat berkurang/hilang ria Hasil : Ekspresi wajah tenang vensi : a. Kaji keluhan nyeri (skala 1-0) perubahan karakteristik nyeri. Rasional : Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya. b. Atur posisi yang nyaman bagi pasien. Rasional : Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri. c. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen. Rasional : Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian pasien dan peningkatan kemampuan koping. d. Bersihkan anorektal dengan sabun ringan dan air setelah defekasi dan berikan perawatan kulit. Rasional : Melindungi kulit dari keasaman feces, mencegah iritasi. e. Kolaborasi pemberian obat analgetik dan antikolinergik sesuai indikasi. Rasional : Analgetik sebagai agent anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus gastrointestinal dapat diberikan sesuai indikasi klinis.

: Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit prognosis dan pengobatan. an : Pengetahuan keluarga meningkat ria Hasil : - Keluarga klien mengerti dengan proses penyakit klien - Ekspresi wajah tenang - Keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang penyakit klien vensi : a. Tentukan persepsi klien tentang proses penyakit Rasional : Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu. f. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit Rasional : Memberikan informasi tentang pengetahuan keluarga g. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui pankes Rasional : Memberikan informasi kepada keluarga tentang penyakitnya h. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya Rasional : Meningkatkan pemahaman dan dapatkerjasama dalam program i. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien Rasional : Meningkatkan pemahaman dan dapat kerjasama dalam program

iagnosa V

iagnosa VI : Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur yang menakutkan. ujuan : Klien akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan ria Hasil : Ekspresi wajah tenang vensi : a. Catat petunjuk perilaku, misal : gelisah, peka rangsang, menolak Rasional : Indikator derajat ansietas/stress b. Dorong menyatakan perasaan, berikan umpan balik Rasional : Membuat hubungan terapeutik c. Berikan lingkungan tenang dan istirahat

: Memindahkan pasien dari stress luar meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas d. Kolaborasi Berikan obat sesuai indikasi. edatif, misal : barbiturat, agen antiansietas, misal : diazepam (valium) asional : Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat. (Marilynn E. Doenges, 2001) (Lynda Juall Carpenito, 1999) (http://askep.blogspot.com/2008/03/askep-klien-dengan-ge.html)

Rasional

DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan Edisi 2. EGC : Jakarta. Doenges Marilynn. E, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta. Hassan, Rusepno. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Penerbit Salemba Medika. Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak.. Volume 1. Edisi 15, Alih Bahasa A. Samik Wahab. EGC : Jakarta. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Editor : Setiawan EGC : Jakarta. Surradi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. PT Fajar Interpratama, Jakarta. Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Monica Ester, Edisi Bahasa Indonesia. EGC : Jakarta. http://blogspot.com/ 2008/03/askep_pada_klien_dengan_ge.html

Konsep Pengkajian a. Identitas klien : Umur Sering terjadi pada terutama usia 6 bulan sampai 2 tahun (WHO, 1995). b. Keluhan Utama Dimulai dengan keluhan mual, muntah dan diare dengan volume yang banyak, suhu badan meningkat, nyeri perut c. Riwayat penyakit Terdapat beberapa keluhan, permulaan mendadak disertai dengan muntah dan diare. Faeces dengan volume yang banyak, konsistensi cair, muntah ringan atau sering dan anak gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat dan nafsu makan menurun. c. Pola aktivitas sehari-hari Nutrisi Makan menurun karena adanya mual dan muntah yang disebabkan lambung yang meradang. Istirahat tidur Mengalami gangguan karena adanya muntah dan diare serta dapat juga disebabkan demam. Kebersihan Personal hygiene mengalami gangguan karena seringnya mencret dan kurangnya menjaga personal hygiene sehingga terjadi gangguan integritas kulit. Hal ini disebabkan karena faeces yang mengandung alkali dan berisi enzim dimana memudahkan terjadi iritasi ketika dengan kulit berwarna kemerahan, lecet disekitar anus.

Eliminasi Pada BAB juga mengalami gangguan karena terjadi peningkatan frekuensi, dimana konsistensi lunak sampai cair, volume tinja dapat sedikit atau banyak. Dan pada buang air kecil mengalami penurunan frekuensi dari biasanya. d. Pemeriksaan fisik. Tanda-tanda vital Terjadi peningkatan suhu tubuh, dan disertai ada atau tidak ada peningkatan nadi , pernapasan. Bila terjadi kekurangan cairan didapatkan : Haus Lidah kering Tulang pipi menonjol Turgor kulit menurun Suara menjadi serak Bila terjadi gangguan biokimia : Asidosis metabolik Napas cepat/dalam (kusmaul) Bila banyak kekurangan kalium Aritmia jantung Bila syok hipovolumik berat Nadi cepat lebih 120 x/menit Tekanan darah menurun sampai dari tak terukur. Pasien gelisah. Muka pucat Ujung-ujung ektremitas dingin Sianosis Bila perfusi ginjal menurun Anuria Nekrosis tubular akut. (Mansjoer, Arif., et all. 1999). e. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan tinja Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta diteliti adanya mukus darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika diare berhubungan dnegan penyakit usus halus. Tetapi ditemukan pada penderita Salmonella, E. Coli, Enterovirus dan Shigelosis. Terdapatnya mukus yang berlebihan dalam tinja menunjukkan kemungkinan adanya keradangan kolon. PH tinja yang rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa tinja rendah / PH kurang dari 5,5 maka penyebab diare bersifat tidak menular. Pemeriksaan darah Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan berat jenis plasma. Penurunan PH darah disebabkan karena terjadi penurunan bikarbonas sehingga frekuensi nafas agak cepat. Elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor . Penatalaksanaan 1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. a. Jenis cairan Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan RL, bila tak tersedia dapat diberikan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5 % 50 ml.

b. Diberikan Kehilangan

sesuai cairan

Jumlah dengan jumlah cairan tubuh dapat dihitung dengan

cairan yang dikeluarkan. beberapa cara :

c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan Dapat dipilih oral atau IV. d. Jadwal pemberian cairan Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk memperhitungkan kebutuhan cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada akhir jam ke-3. e. Terapi simtomatik Obat diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang rasional. Sifat antimotilitas dan sekresi usus. Sifat antiemetik. f. Vitamin meneral, tergantung kebutuhannya. Vitamin B12, asam folat, vit. K, vit. A. Preparat besi , zinc, dll. g. Terapi definitif Pemberian edukatif sebagailangkah pencegahan. Hiegene perseorangan, sanitasi lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi farmakologi. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap muntah dan diare. 2. Perubahan kenyamanan berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah sekunder akibat dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik. 3. Risiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dnegan kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, dan tanda-tanda serta gejala komplikasi. Perencanaan Diagnosa No. 1 Tujuan : Kebutuhan volume cairan adekuat. Kriteria hasil : Individu akan Meningkatkan masukan cairan minimal 2000 ml (kecuali bila merupakan kontraindikasi). Menceritakan perlunya untuk meningkatkan masukan cairan selama stress atau panas. Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal (1,010 & 1,025). Memperhatikan tidak adanya tanda dan gejala dehidrasi. Intervensi general : 1. Rencanakan tujuan masukan cairan untuk setiap pergantian ( misal 1000 ml selama siang hari, 800 ml selama sore hari, 300 ml selama malam hari). R/ Deteksi dini memungkinkan terapi penggantian cairan segera untuk memperbaiki defisit. 2. Jelaskan tentang alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metoda-

metoda untuk mencapai tujuan masukan cairan. R/ Informasi yang jelas akan meningkatkan kerjasama klien untuk terapi. 3. Pantau masukan , pastikan sedikitnya 1500 ml cairan per oral setiap 24 jam. R/ Catatan masukan membantu mendeteksi tanda dini ketidak seimbangan cairan. 4. Pantau haluaran, pastikan sedikitnya 1000 - 1500 ml/24 jam. Pantau terhadap penurunan berat jenis urine. R/ Catatan haluaran membantu mendeteksi tanda dini ketidak seimbangan cairan. 5. Timbang BB setip hari dengan jenis baju yang sama, pada waktu yang sama. Kehilangan berat badan 2 - 4 % menunjukkan dehidrasi ringan. Kehilangan berat badan 5 - 9 % menunjukkan dehidrasi sedang. R/ Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilanagan cairan. 6. Pertimbangkan kehilangan cairan tambahan yang berhubungan dengan muntah, diare, demam, drain. R/ Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya sudah tidak mencukupi untuk mengkompensasi kehilangan yang tak kasap mata. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus, membuat haluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme dengan baik dan mengarah pada peningkatan BUN dan kadar elektrolit. 7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan kadar elektrolit darah, nitrogen ure darah, urine dan serum, osmolalitas, kreatinin, hematokrit dan hemoglobin. R/ Propulsi feses yang cepat melalui usus mengurangi absorpsi elektrolit. Muntah-muntah juga menyebabkan kehilangan elektrolit. 8. Kolaborasi dengan pemberian cairan secara intravena. R/ Memungkinkan terapi penggantian cairan segera untuk memperbaiki defisit. Diagnosa Tujuan Kriteria Melaporkan Menyebutkan No.2 nyaman. akan : abdomen. dihindari.

: hasil

Klien merasa : Klien penurunan kram makanan yang harus

Intervensi : 1. Dorong klien untuk berbaring dalam posisi terlentang dnegan bantalan penghangat di atas abdomen. R/ Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot GI dan mengurangi kram. 2. Singkirkan pemadangan yang tidak menyenangkan dan bau yang tidak sedap dari lingkungan klien. R/ Pemandangan yang tidak menyenangkan atau bau tak sedap merangsang pusat muntah. 3. Dorong masukan jumlah kecil dan sering dari cairan jernih (misal; teh encer, air jahe, agaragar, air) 30 sampai 60 ml tiap 1/2 sampai 1 jam. R/ Cairan dalam jumlah yang kecil cairan tidak akan mendesak area gastrik dan dengan demikian tidak memperberat gejala. 4. Instruksikan klien untuk menghindari hal ini : a. Cairan yang panas dan dingin. b. Maknan yang mengandung lemak dan serat (misal ; susu, buah) c. Kafein. R/ cairan yang dingin merangsang kram ; cairan panas menrangsang peristaltik ; Lemak juga meningkatkan peristaltik dan kafein meningkatkan motilitas usus. 5. Lindungi area perianal dari iritasi. R/ Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat mengiritasi kulit perianal.

Diagnosa No. 3 Tujuan : Pengetahuan klien tentang kondisi, pembatasan diet, dan tanda-tanda serta gejala komplikasi adekuat. Kriteria hasil : Klien dapat menjelaskan kembali kepada perawat setelah penjelasan dari perawat. Intervensi : 1. Jelaskan pembatasan diet : a. Makanan tinggi serat (sekam & buah segar). b. Makanan tinggi lemak ( susu, makanan goreng). c. Air yang sangat panas atau dingin. R/ Makann ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus. 2. Jelaskan pentingnya mempertahankan kesimbangan antara masukan cairan oral dan haluaran cairan. R/ Muntah dan diare dapat dengan cepat menyebabkan dehidrasi. 3. Jelaskan manfaat istirahat dan dorong untuk istirahat adekuat. R/ Inaktivitas menurunkan peristaltik dan memungkinkan salurang GI untuk istirahat. 4. Instruksikan untuk mencuci tangan dan : a. Desinfeksi area permukaan dengan desinfektan yang mengandung tinggi alkohol. b. Rendam peralatan makan dan termometer dalam larutan alkohol atau gunakan alat pencuci piring untuk peralatan makan. c. Tidak mengijinkan menggunkan bersama alat-alat dengan orang sakit. R/ Penyebaran virus dapat dikontrol dengan desinfeksi area permukaan area (kamar tidur) dan peralatan makan. Desinfeksi dengan kandungan alkohol rendah tak efektif melawan beberapa virus. 5. Ajarkan klien dan keluarga untuk melaporkan gejala ini : a. Urine coklat gelap menetap selama lebih dari 12 jam. b. Feses berdarah. R/ Deteksi dini dan pelaporan tanda dehidrasi memungkinkan intervensi segera untuk mencegah ketidakseimbangan cairan atau elektrolit serius. Daftar Pustaka Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarata : EGC (2000). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarata : EGC Makalah Kuliah . Tidak diterbitkan. Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius. Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK FK Universitas Airlangga. Price, Anderson Sylvia. (1997) Patofisiologi. Ed. I. Jakarata : EGC.

You might also like