You are on page 1of 3

DEFINISI KOTA DARI BEBERAPA PENDEKATAN

MK PERENC KOTA, MARET 2013

Sebelum memahami tentang dasar-dasar perencanaan kota dan studi kasus empirisnya, kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan kata kota. Setelah memahami beberapa batasan tentang kata kota, kita melangkah pada definisi perencanaan/perencanaan kota, dan diakhiri dengan kajian atas hungungan perencanaan kota dengan ekonomi perkotaan. Definisi kota memiliki keragaman tergantung dari pendekatan apa yang dipergunakan. Berikut beberapa pendekatan tentang definisi kota : 1. Pendekatan kependudukan. Pendekatan ini menjelaskan perbedaan definisi tentang kota berdasarkan jumlah penduduk. Misalnya di USA -kecuali Los Angeles yang lebih melihat pada tingkat kepadatan penduduk- mengasumsikan sebuah wilayah yang berpenduduk lebih dari 2500 orang sebagai kota. Asumsi yang sama juga diambil oleh Mexico. Sementara itu, di Albania dan Swedia batasan minimal sebuah wilayah disebut kota adalah jumlah minimal penduduk sebanyak 200 orang. Berdasarkan kualifikasi Departemen PU, di Indonesia definisi kota dibagi menjadi 3 bagian yaitu kota besar, menangah dan kecil. Kota besar adalah wilayah yang berpenduduk lebih dari 500.000 orang, kota menengah antara 100.000 500.000 orang, kota kecil antara 20.000 l00.000 orang sedangkan pemukiman transisi antara 3.000 - 20.000 orang. Dari indikator jumlah penduduk, dapat diketahui dengan jelas bahwa ukuran jumlah penduduk akan membuat definisi tentang kota menjadi tidak jelas. Hal ini disebabkan karena kategori jumlah penduduk banyak atau sedikit relatif tergantung dari besar kecilnya jumlah penduduk keseluruhan dan luas wilayah di negara tersebut. Singapura misalnya. Mungkin akan sangat sulit bagi kita untuk membagi wilayah Singapura atas kota besar, menengah dan kecil mengingat jumlah penduduknya tersebar merata dan batasan wilayahnya yang relatif tidak begitu jelas antara daerah urban dan slump. 2. Pendekatan Sosiologi. Seorang sosiolog Wirth memberikan batasan definisi tentang kota yang cukup terkenal yaitu sebuah pemukiman yang relatif besar,padat dan permanen serta dihuni oleh orang-orang yang amat beragam kedudukan sosialnya. Wirth menjelaskan lebih lanjut bahwa hubungan sosial masyarakat kota lebih bersifat longgar dan acuh tak acuh. Masih mendukung 2 pendapat pertama, sosiolog Nels Anderson mengatakan bahwa urban atau urbanisme adalah cara hidup seseorang atau suatu kondisi seseorang yang diwarnai oleh sikap tertentu seperti 3 sikap yang tidak menetap, tidak akrab serta tak saling tahu. Di sisi lain, Hans Dieter Evers, mendefinisikan kota sebagai suatu pemusatan penduduk di dalam wilayah yang sempit. Gideon 4 Sjoberg, menjelaskan bahwa kota adalah suatu masyarakat, dengan ukuran dan kepadatan orang tertentu, yang merupakan tempat bermukim dari bermacam-macam orang yaitu orang yang bukan petani termasuk di dalamnya adalah kaum elite yang tergolong melek huruf. Definisi kelompok bukan petani ini menjadi amat penting, karena pada terlihat pembagian pekerjaan sektor jasa dan industri pengolahan yang merupakan ciri khas suatu kota.
1

Blumenfeld, Hans, The Hodern Hetropolis, dalam buku Cities'', a Scientific American Book, Alfred A Knopf, New York, 1965, hal 41. 2 Anderson, Nels, dalam Northam, Urban Geography, John Wiley and Sons, New York, Chicester, Brisbane, edisi kedua, 1989, hal 2. 3 Dieter-Evers, Hans, Sosiologi Perkotaan, Sengketa Tanah di Indonesia dan Malaysia', LP3ES, 1985, hal 10. 4 Sjoberg, Gideon, The Origin and Evolution of Cities, dalam buku Cities, a Scientific American Book, Alfred A. Knopf, Inc, New York, 19bS, hal. 27

3. Pendekatan Ekonomi. Dari sudut pandang ekonomi dikenal pendapat Sullivan bahwa kota ebih dipandang sebagai uraian mengenai lokasi dimana aktivitas ekonomi berlangsung. Pendapat ini memperkaya ilmu ekonomi dengan memasukkan pendekatan spasial dan ruanga sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi sehingga tidak semata-mata pertimbangan permintaan dan penawaran semata. Aspek ekonomi dalam perkotaan ldilihat dari pilihan lokasi usaha perusahaan dan rumah tangga. Aspek ini menggabungkan pendekatan ruang/spasial dengan kebijakan publik. Pendekatan ini menghasilkan pandangan bahwa kota adalah suatu tempat yang menyediakan barang publik dan pelayanan publik lebih banyak dari pada daerah yang lain secara 6 rata-rata. Sementara Max Weber mengemukakan bahwa kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal yang dihasilkan oleh penduduk dari daerah pertanian. Pendapat ini menjadi dasar pengertian kosmopolitan yang merupakan hakekat dari definisi kota secara ekonomi. Melalui pandangan ini, Weber lmenekankan pasar sebagai ciri khas kota. Ekonomi perkotaan merupakan cabang ilmu ekonomi yang baru dipakai sejak akhir tahun 1950 dan istilahnya mulai populer dipakai baru pada tahun 1960an. Di Indonesia, ekonomi perkotaan baru mulai diajarkan sejak tahun 1990. Di Universitas Indonesia di bawah Fakultas Ekonomi, ilmu ini diberikan sejak tahun 1992 hingga sekarang. 4. Ekonomi perkotaan tampaknya membicarakan banyak aspek, menurut Evans paling sedikit cabang ilmu ini membicarakan tentang ekonomi ras, kemiskinan, polusi dan lingkungan serta perumahan. Pendekatannyapun bermacam-macam, mulai dari pendekatan yang sangat matematis, teoritis sampai pendekatan deskriptif. Pada prinsipnya diskusi ekonomi perkotaan dihubungkan dengan lokasi dan penggunaan tanah di kota yang merupakan satu kesatuan penuh. 5. Pendekatan Demografi. Pendekatan demografi oleh Ray M. Northam, menghasilkan batasan tentang kota seperti :Kepadatan penduduk yang lebih tinggi dari pada penduduk di daerah lain dalam satu negara tertentu.Jenis pekerjaan yang bukan berada dalam sektor pertanian dan sektor ekonomi primer dan terakhir, kota merupakan pusat budaya, administratif, atau kegiatan ekonomi dari kawasan disekitarnya. 6. Pendekatan para ahli perencanaan kota. Menurut perencana kota Gallion dan Eisner terdapat lima definisi kota yaitu: a. Suatu konfederasi atau perkumpulan kelompok masyarakat ( neighboring clans) yang berdiam dalam sebuah tempat yang dipakai sebagai pusat pertemuan kegiatan keagamaan, untuk berlindung dsb, sehingga terbentuk lembaga politis atau lembaga yang berdaulat b. Suatu komposit sel-sel, kelompok orang terdekat (neighborhood) atau masyarakat (community), tempat orang-orang bekerja bersama-sama untuk tujuan yang sama. Jenis pekerjaan bervariasi sesuai dengan partisipasi masyarakatnya dalam bidang produksi seperti sektor perdagangan, transportasi, jasa pelayanan atau merupakan kombinasi dari aktivitas-aktivitas tersebut.
9 8 7

5 6

Sullivan,Urban Economic, halaman 2 Pandangan Weber ini ditutip dari Jacobs, Jacobs, The Economy of The Cities. 7 Evans, Urban Economic Basil Blackwell, 1985; Preface. 8 Northam, Ray N, Urban Geography, Oregon State University, John Wiley and Sons, New York, Chieester, Brisbane, Toronto, 1979, edisi ke 2, hal 10. 9 Gallion, Arthur B, FAIA dan Eisner, Simon, APA, AICP, The Urban Pattern, D. Van Nostrand Company, New York, Cincinnati, Toronto, London.

c.

Suatu lokasi yang memiliki berbagai macam lingkungan kehidupan maupun gaya hidup. Orang hidup, bekerja, dan menikmati diri mereka sendiri dalam hubungan sosial dan budaya kawasan urban.

d. Kawasan yang bisa sederhana dan sekaligus rumit. Kawasan ini dapat saja memiliki kesan desa atau kesan teknologi tinggi dan industrialisasi. Kawasan ini dapat berukuran kecil yang mudah diatur ataupun besar yang dipenuhi oleh konflik dan berbagai masalah e. Konsentrasi orang dalam suatu kawasan geografis yang dapat menyokong diri mereka sendiri dari aktivitas ekonomi yang relatif tetap. Kota dapat merupakan sebuah pusat industri, perdagangan, pendidikan, pemerintahan, atau gabungan dari berbagai kegiatan ini. Kegiatan atau kesempatan yang bervariasi ini menarik orang-orang dari desa untuk pergi ke kota. Oleh sebab itu kota akan cenderung menjadi besar bila dasar ekonominya kuat. Kota-kota yang lebih kecil, biasanya merupakan kota satelit yang tergantung pada kota yang lebih besar dalam menyokong kehidupan ekonominya. Oleh sebab itulah pusat kota mempunyai banyak fungsi, sedangkan kawasan pinggiran kota mempunyai fungsi sebagai tempat tinggal para pekerja kota khususnya kelas pekerja kaya. 7. Pendekatan Administratif. Kota dari sudut pandang administratif merupakan suatu kawasan kesatuan yang didominasi oleh karakter kota, dan mencakup kawasan pedesaan 10 dipinggirannya. Dilihat dari pendekatan administratif, maka beberapa pemerintahan suatu 11 negara mendefinisikan kota berdasarkan pendekatan demografi. Seperti Biro Sensus Amerika, yang menyebut kota sebagai daerah metropolitan (SMSA atau Standard Metropolitan Statistical Area). Kota adalah suatu kawasan yang mempunyai pusat dengan penduduk sedikitnya berjumlah 50.000 orang. Sementara pemerintah Australia secara administratif menyebutkan kota sebagai wilayah dengan kelompok penduduk berjumlah 1000 orang atau lebih dengan kepadatan minimum 500 orang per mil persegi. Di sisi lain pemerintah Perancis secara administratif mengatakan bahwa kota adalah kotapraja yang berpenduduk 2000 orang atau lebih dalam suatu daerah yang padat bangunan. Pandangan administratif yang menyebutkan kota tidak dengan 12 angka-angka, tetapi menurut definisi tersendiri, misalnya adalah pandangan adminitratif pemerintahan Algeria. Di sini kota didefinisikan sebagai pemerintahan setempat yang merdeka. 8. Pendekatan Fungsi. Pandangan ini diambil oleh Biro Pusat Statistik di Indonesia untuk keperluan sensus penduduk 1980 dalam rangka membedakan 64.000 buah desa untuk dikelompokkan dalam kategori kota atau desa. Adapun definisi kota versi BPS adalah: a. a. b. b. c. c. Memiliki kepadatan penduduk minimal 5000 orang/km2. Memiliki paling sedikit 8 fasilitas kota. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian kurang dari 25%.
13

Definisi fungsionil ini sering kali lebih bermanfaat daripada definisi administratif, karena lebih rasionil dalam menilai kebutuhan prasarana kota. Bila jumlah prasarana seperti fasilitas air bersih dimasukkan dalam satu batasan pengertian tentang kota, maka definisi fungsinal ini akan lebih bermanfaat.

10 11

NUDS, 1985 FJM Nas, loc cit 12 PJM Nas, loc cit 13 Dengan adanya perbedaan definisi kota versi administratif dan fungsi, maka dalam data BPS akan sering dijumpai perbedaan data penduduk kota dan penduduk desa dalam sebuah wilayah kota (1 batas administratif).

You might also like