You are on page 1of 11

A.

JUDUL PENELITIAN Laporan Penelitian ini berjudul Penentuan Sifat-Sifat Fisis di Daerah Penelitian Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe Utara.

B. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Berdasarkan peta administratif Kabupaten Konawe Utara (Lampiran 1), Kabupaten Konawe Utara terletak pada 0297 0386LS dan 12149 12249BT. Secara administrasi luas wilayah Kabupaten Konawe Utara adalah 500.339 Ha, yang terbagi ke dalam 10 kecamatan, 98 desa, dan 8 kelurahan dengan batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah dan Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe. b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah dan Laut Banda. c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bondoala, Kecamatan Amenggedo, Kabupaten Konawe. d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka.

Berdasarkan peta geologi Konawe Utara, Sulawesi Tenggara dengan skala 1 : 350.000 (Lampiran 2), maka secara umum stratigrafi Kabupaten Konawe Utara, dapat dibagi dalam delapan formasi batuan sebagai berikut : a. Endavan Aluvium (Qa) Endapan Aluvium merupakan endapan sekunder hasil rombakan batuan di permukaan yang telah terbentuk sebelumnya. Endapan terdiri dari material lepas batuan kerikil, kerakal, pasir dan lempung. b. Formasi Pandua (Tmpp)

Formasi Alangga tersusun oleh jenis batu pasir, batu lempung dan konglomerat. c. Formasi Matano (Km) Tersusun oleh jenis batu serpih dan rijang. d. Formasi Tokala (TRJt) Tersusun oleh jenis batu gamping, serpih, kalsilutit, napal, batu sabak dan batu pasir. e. Formasi Meluhu (TRJm) Jenis batuan penyusun formasi Meluhu adalah terdiri dari batu pasir, kuarsit, serpih hitam, serpih merah, filit, batu sabak, batu gamping, dan lanau. f. Pualam Paleozoikum (Pzmm) Pualam Paleozoikum tersusun oleh jenis batu gamping dan,pualam. g. Batuan Malihan Paleozoikum (Pzm) Tersusun oleh jenis batuan sekis, gneis, felit, kuarsit, batusabak, dan sedikit pualam h. Batuan Afiolit (Ku) Batuan afiolit merupakan batuan beku yang tersusun oleh jenis batuan peridotit, harzburgit, dunit, gabro, dan serpentinit.

Berdasarkan peta geologi dan struktur geologi Konawe Utara (Lampiran 3), struktur geologi berupa sesar dan lipatan. Sesar umumnya memanjang berarah barat laut tenggara yang meliputi daerah Kecamatan Asera, Kecamatan Molawe, Kecamatan Lasolo, Kecamatan Lembo, sampai Kecamatan Sawa dan memanjang sampai ke Teluk Lasolo.

Kondisi geologi Kabupaten Konawe Utara tersebut sangat mempengaruhi keadaan fisis wilayahnya, oleh karena itu akan dilakukan penelitian untuk

menentukan sifat-sifat fisis di wilayah Kabupaten Konawe Utara terkhusus di Kecamatan Molawe. Sifat-sifat fisis yang akan ditentukan berupa kualitas air, pengaruh pasang surut air laut, dan tingkat kebisingan.

2. Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini mengarah pada penentuan sifat-sifat fisis berupa pengaruh pasang surut air laut, dan tingkat kebisingan di Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe Utara.

3. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka permasalahan yang diteliti adalah a. Bagaimana pengaruh pasang surut air laut di Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe Utara? b. Bagaimana tingkat kebisingan di Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe Utara?

4. Tujuan Penelitian Tujuan akan dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menentukan pengaruh pasang surut air laut di Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe Utara. b. Menentukan tingkat kebisingan di Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe Utara.

5. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi yang berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini dapat pula menjadi masukan baik bagi pemerintah maupun masyarakat setempat dalam menjaga dan mengelolah potensi alam yang dimiliki.

C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Keadaan Geografis kecamatan Molawe Berdasarkan peta tata ruang Konawe Utara (lampiran 4), secara geografis Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe Utara terletak antara dengan batas-batas wilayah sebagai berikut a. b. c. d. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lembo dan Laut Banda Sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda dan Kecamatan Motui Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Lembo Seperti Kecamatan- kecamatan lain yang ada di Kabupaten Konawe Utara, Kecamatan Sawa juga terbagi menjadi dua kawasan yakni kawasan lindung berupa hutan lindung dan kawasan budidaya berupa pemukiman, pertanian lahan kering dan hutan produksi terbatas. 2. Kebisingan Kebisingan didefinisikan sebagai "suara yang tak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. (JIS Z 8106 [IEC60050-801] kosa kata elektro- teknik Internasional Bab 801: Akustikal dan elektroakustik)". Diantara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran/polusi kebisingan dianggap istimewa dalam hal : 1. Penilaian pribadi dan penilaian subyektif sangat menentukan untuk mengenali suara sebagai pencemaran kebisingan atau tidak, dan 2. Kerusakannya setempat dan sporadis dibandingkan dengan pencemaran air dan pencemaran udara (Bising pesawat udara merupakan pengecualian).

Mengenai karakteristik [1] di atas, ada masalah mengenai bagaimana menempatkan kebisingan antara tingkat penilaian subjektif seorang individu yang menangkapnya sebagai "kebisingan" dan tingkat fisik yang dapat diukur secara

obyektif. Dengan karakteristik [2], tidak ada perbedaan jelas antara siapa agresornya dan siapa korbannya, Ada 2 hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik (Hertz, Hz) telinga manusia mampu mendengar frekuensi antara 16-20.000 Hz. Intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel (dB). Sumber kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam : 1. 2. Mesin Kebisingan yang ditimbulkan akibat aktifitas mesin. Vibrasi Kebisingan yang ditimbulkan akibat getaran dari aktifitas peralatan kerja. 3. Pressure- reducing valve (pergerakan udara, gas dan cairan). Kebisingan yang ditimbulkan akibatpergerakan dari udara, gas, liquid / cairan dalam kegiatan proses kerja industri (Sjahrul M. Nasri, 1997 : 10). Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut : 1. Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band noise),misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dll. 2. Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dll. 3. Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu lintas, suara kapal terbang di lapangan udara. 4. Kebisingan impulsif (impact of impulsive noise), seperti pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam, ledakan. 5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di Nilai Ambang Batas (NAB)

Kebisingan adalah intensitas kebisingan dimana manusia masih sanggup menerima tanpa menunjukkan gejala sakit akibat bising, atau seseorang tidak menunjukkan kelainan pada pemaparan atau pemajanan kebisingan tersebut dalam waktu 8 jam per hari atau 40 jam perminggu. (A.M. Sugeng Budiono, 1992 : 295).

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki (unwanted sound) dan dapat secara kontinyu maupun impulsive. Pada pemaparan kebisingan secara terus menerus pada intensitas tinggi dapat menyebabkan ketulian baik tuli sementara (temporary threshold shift) maupun ketulian menetap (permanently threshold shift). Untuk pengukuran kebisingan dilakukan per lima detik dalam waktu 10 menit, pengukuran ini disebut Leq (10 menit) yang dilakukan pada selang waktu tertentu. Tingkat kebisingan untuk pengukuran 10 menit ini, ditentukan dengan menggunakan persamaan :

Dimana: LAeq,T adalah tingkat kebisingan sinambung setara dalam waktu 10 menit L pAi adalah tingkat kebisingan sesaat rata-rata dalam interval 5 detik

3. Pasang Surut Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan

gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasang surut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar 4 selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan.

D. METODOLOGI PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 27 April 2013 , bertempat di pesisir pantai Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara.

2. Alat-alat yang Digunakan dalam Penelitian Alat- alat yang akan digunakan pada penelitian ini tersaji dalam table berikut: Tabel 1. Alat-alat yang Digunakan dalam Penelitian Penentuan Sifat-sifat Fisis pada Daerah Penelitian Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara No. Nama Alat Kegunaan

1. 2. 3. 4.

Theodolit Water Pass GPS Mengukur tingkat kebisingan

3. Tahap Penelitian Secara garis besar tahapan penelitian ini tersaji dalam diagram alir berikut ini:
Identifikasi Masalah Studi Literatur Pembuatan Laporan Sebelum penelitian Pengambilan Data Lapangan Analisis Data

a.

Identifikasi Masalah

Tahap ini terdiri dari penetapan masalah, perumusan masalah, Pembuatanbatasan Laporan Hasil Penelitian penetapan tujuan dan manfaaf penelitian b. Studi Literatur

Tahapan ini bertujuan untuk mengumpulkan refereni yang berhubungan dengan penelitian dalam hal penentuan sifat-sifat fisis berupa kualitas air, pengaruh pasang surut air laut, dan tingkat kebisingan. c. Pembuatan Laporan sebelum penelitian Tahapan ini dimaksudkan agar peserta penelitian mengetahui secara umum permasalahan dalam penelitian sehingga dapat menduga sementara hasil dari parameter-parameter fisis yang akan di tentukan. d. Pengambilan Data Lapangan

Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingakan data sebenarnya dengan dugaan sementara yang telah ditentukan pada saat pembuatan laporan sebelum penelitian. e. Analisis Data Tahapan ini akan menentukan hasil dari parameter-parameter fisis yang telah di ukur.

4. Hipotesis Berdasarkan beberapa referesi berupa referensi secara umum mengenai parameter-parameter fisis yang akan ditentukan, dan referensi khusus berupa peta tata ruang Konawe Utara yang menggambarkan bentangan alam dari lokasi penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa hipotesa untuk penelitian Penentuan Sifat-Sifat Fisis di Daerah Penelitian Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara, yakni:

5. Prosedur Penelitian

a.

Penentuan pengaruh pasang surut Pada penentuan pengaruh pasang surut dilakukan dengan mengukur ketinggian di titik awal pengukuran dengan theodolit, dengan menggunakan water pass, dimana rambu ukur di letakkan pada titik ketinggian 0 (dianggap nol karena merupakan titik terjadinya pasang tertinggi dan surut terendah).

b.

Penentuan Kebisingan Penentuan kebisingan dilakukan dengan mengukur tingkat kebisingan dengan menggunakan alat . Selama 10 menit dengan interval 5 detik.

Penentuan Sifat-Sifat Fisis di Daerah Penelitian Kecamatan Lembo Kabupaten Konawe Utara

OLEH:

RIRIN PASI (F1B1 10 010) LENI ARNI DWIMAWAN (F1B1 11 063) ANDI ANAS (F1B1 10 062) NILUH FRISTHYA (F1B1 10 013)

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2013

You might also like