Professional Documents
Culture Documents
TEKNIK MENYUSUN
KARYA TULIS ILMIAH
Dalam tulisan singkat ini akan digambarkan beberapa hal yang penting yang
perlu diperhatikan oleh penulis sebuah karya tulis ilmiah termasuk laporan
penelitian.
I. T O P I K
Topik atau pokok pembicaraan berasal dari kata Yunani "topoi". Dalam suatu
karangan, topik merupakan landasan yang dapat dipergunakan oleh seorang
pengarang untuk menyampaikan maksudnya. Banyak hal yang dapat
dipergunakan sebagai sumber penentuan topik sebuah karangan, misalnya:
pengalaman, keluarga, karier, alam sekitar, masalah kemasyarakatan,
kebudayaan, ilmu pengetahuan, cita-cita, dan sebagainya.
II. TEMA
Tema berasal dari kata Yunani "tithenai". Tema mempunyai dua pengertian
yaitu :
1. Suatu pesan utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.
2. Suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan
dan tujuan yang ingin dicapai.
Sebuah tulisan dikatakan baik apabila tema dikembangkan secara terinci dan
jelas. Adanya gagasan sentral, rincian yang teratur dan susunan kalimat yang
jelas akan menghasilkan karangan yang menarik dan enak dibaca. Di samping
itu, seorang penulis juga harus menampilkan keaslian tulisannya. Keaslian
tersebut dapat dilihat dari beberapa hal, misalnya pokok permasalahan, sudut
pandangan, cara pendekatan atau gaya bahasa dan tulisannya.
III. JUDUL
Apabila topik dan tema sudah ditentukan barulah penulis merumuskan judul
katya tulisnya. Judul yang dirumuskan sifatnya tentatif, karena selama proses
penulisan ada kemungkinan judul berubah.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merumuskan judul:
1. Judul hendaknya relevan dengan tema dan bagian-bagian dari tulisan tersebut;
2. Judul menimbulkan rasa ingin tahu seorang lain untuk membaca tulisan itu
(bersifat provokatif);
3. Judul tidak mempergunakan kalimat yang terlalu panjang, jika judul terlalu
panjang, dapat dibuat judul utama dan judul tambahan (subjudul);
4. Pada penulisan tertentu (yang ada hubungan sebab-akibat) seyogyanya judul
harus memiliki independent variable (variabel bebas) dan dependent
variable (variahel terikat).
V. BENTUK LAHIRIAH
Karya tulis dari sudut bentuk dibedakan atas karya formal, semi formal, dan non
formal, sebaliknya informal bukan menyangkut bentuk tetapi menyangkut
keresmian. Tulisan dari sudut ini dibedakan atas tulisan formal (=formil) dan
informal (=informil).. Karya tulis formal adalah suatu tulisan/karangan yang
memenuhi semua persyaratan lahiriah yang ditentukan oleh kebiasaan; sedangkan
karya tulis yang memenuhi sebagian dari syarat formal disebut semi formal.
Apabila suatu tulisan tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka tulisan
tersebut disebut non formal. Tulisan disebut informal apabila tidak menggunakan
bahasa resmi, di samping itu penulis juga memakai kata ganti orang pertama
sebagai pengganti nama dirinya seolah-olah ia berhadapan dengan pembacanya
(personal).
Bentuk lahiriah yang harus dipenuhi oleh suatu tulisan formal:
1. Bagian pelengkap pendahuluan
a. Judul pendahuluan
b.Halaman pengesahan
c. Halaman judul
d. Halaman persembahan
e. Kata pengantar
f. Daftar isi
g. Daftar gambar, tabel, keterangan
Karya tulis formal harus memakai bahasa resmi dan tanpa menyebutkan nama diri
atau nama pengganti penulis .(impersonal) misalnya kata saya, kami, kita, kecuali
hanya pada kata pengantar.
hasil cetakannya (print out) hendaknya tidak berbentuk titik-titik (dot matric)
melainkan berbentuk seperti huruf pada mesin tulis biasa. Dalam istilah
komputer disebut NLQ (Near Letter Quality) atau LQ (Letter Quality).
3. Pita dan karbon
Pita maupun karbon yang digunakan hendaknya dalam keadaan baik:, sehingga
menghasilkan cetakan yang jelas dan tidak kabur.
4. Margin/pias (batas pinggir pengetikan)
Batas pengetikan adalah 4 cm untuk tepi kiri, 2,5 cm untuk tepi kanan, 4 cm
untuk tepi atas dan 3 cm untuk tepi bawah. Nomor bab diketik 6,5 cm dari tepi
atas dan judul bab dimulai 8 cm dari tepi atas.
5. Pemisahan/pemenggalan kata
Pemenggalan kata ditandai dengan garis penghubung pada suku kata
sebelumnya. Garis penghubung tidak ditempatkan di bawah suku kata yang
dipenggal. Seorang penulis juga harus memperhatikan adanya awalan atau
akhiran dari sebuah kata yang dipenggal.
6. Spasi/kait
Jarak antara baris dengan baris mempergunakan spasi rangkap (dua spasi).
Sedangkan untuk catatan kaki, bibliografi dan kutipan langsung yang lebih dari
empat baris dipergunakan spasi rapat (satu spasi).
Apabila awal alinea (paragraf dimulai dari pias paling kiri (tidak menjorok
masuk ke dalam 5-7 ketikan), maka jarak antar alinea 3-4 spasi. Tetapi jika awal
alinea dimulai dengan menjorok/masuk ke dalam sebanyak 5-7 ketikan, rnaka
jarak antar alinea tetap dengan spasi ganda (2 spasi). Sedangkan jarak antara
judul bab dan naskah dipakai 3-4 spasi.
7. Nomor halaman
Halaman pendahuluan ditandai dengan angka Romawi kecil, sedangkan
halaman-hataman selanjutnya menggunakan nomor dengan angka Arab. Nomor
halaman dapat dicantumkan pada tengah halaman sebelah bawah atau sudut
kanan atas.
8. Judul
Judul bab ditulis di bagian tengah atas dengan huruf kapital dan tidak digaris
bawahi atau tidak ditulis di antara tanda kutip. Judul bab juga tidak diakhiri
dengan tanda titik.
9. Huruf miring
Huruf miring berfungsi menggantikan garis bawah.
Huruf miring biasanya digunakan untuk:
a. Penekanan sebuah kata atau kalimat;
b. Menyatakan judul buku atau majalah;
c. Menyatakan kata atau frasa asing.
10. Penulisan angka
Untuk menuliskan angka dalam karangan, perlu diperhatikan ketentuan
penulisan sebagai berikut:
a. Bilangan di bawah seratus, yang terdiri dari satu atau dua kata, bilangan
seratus dan kelipatannya, seribu dan kelipatannya ditulis dengan huruf;
b. Bilangan terdiri dari tiga kata atau lebih, ditulis dengan angka;
c. Bilangan pecahan biasanya ditulis dengan huruf, kecuali pecahan dari
bilangan yang besar;
d. Persentase tetap ditulis dengan angka;
e. Nomor telepon, nomor jalan, tanggal dan nomor halaman ditulis
dengan angka;
f. Angka tidak boleh dipergunakan untuk mengawali sebuah kalimat.
11.Penulisan kutipan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, seorang penulis sering meminjam pendapat,
atau ucapan orang lain yang terdapat pada buku, majalah, bahkan bunyi pasal
dalam peraturan perundang-undangan. Untuk itu seorang penulis harus
memperhatikan prinsip-prinsip mengutip, yaitu:
a.Tidak mengadakan pengubahan naskah asli yang dikutip. Kalaupun perlu
mengadakan pengubahan, maka seorang penulis harus memberi keterangan
bahwa kutipan tersebut telah diubah. Caranya adalah dengan memberi huruf
tebal, atau memberi keterangan dengan tanda kurung segi empat;
b.Bila dalam naskah asli terdapat kesalahan, penulis dapat memberikan tanda
[sic!] langsung di belakang kata yang salah. Hal itu berarti bahwa kesalahan
ada pada naskah asli dan penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan
tersebut;
c.Apabila bagian kutipan ada yang dihilangkan, penghilangan itii dinyatakan
dengan cara membubuhkan tanda elipsis (yaitu dengan tiga titik).
Dalam penulisan sumber semacam ini, tidak mudah untuk langsung menemukan
dari sumber mana/apa kutipan tersebut diambil. Pembaca sulit mengetahui judul
buku yang dikutip. Seyogyanya pada setiap akhir bab dibuat daftar pustaka.
Adapun cara menuliskan Daftar Pustaka dengan cara ini ialah, 1) nama
pengarang; 2) tahun terbit; 3) judul; 4)cetakan/edisi; 5) nama kota; 6) nama
penerbit. (Lihat contoh pada lampiran 2).
4
CFG Sunarjati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan
Indonesia (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional-
Departemen Kehakiman, 1982), hal. 148.
5
Hamzah, op.cit.,hal. 45.
termasuk nama orang tua atau nama suami. Bagi pengarang yang tidak
mempunyai nama keluarga, maka penulisan nama diawali dengan menuliskan
nama terakhir pengarang tersebut.
Jarak antara baris adalah satu spasi, sedangkan jarak antara satu sumber dengan
sumber yang lainnya dua spasi. Pengetikan dimulai pada margin kiri dan baris
selanjutnya diketik menjorok ke dalam 3-5 ketikan.
Bila ada lebih dari satu pustaka yang dikarang oleh seorang pengarang yang
sama, maka nama pengarang tersebut tidak perlu diulang. Pengulangan nama
pengarang dapat diganti dengan membubuhkan sebuah garis panjang, sepanjang
5-7 ketikan yang diakhiri dengan sebuah titik. Selanjutnya data bibliografi
ditulis seperti biasa. Namun perlu diperhatikan bahwa urutan penulisan karya
pengarang tersebut dilakukan secara kronologis menurut tahun diterbitkannya
karya-karya tersebut.
Berikut ini diberikan contoh cara penulisan catatan kaki dan bibliografl (daftar
pustaka). Untuk mempermudah pengertian dan mengetahui perbedaan antara
cara penulisan catatan kaki dan bibliografi, pemberian contoh disusun secara
berurutan, 1raitu urutan periama adalah catatan kaki dan urutan kedua
bibliografi.
Untuk jelasnya diberikan pula cara menyusun urutan daftar pustaka baik untuk
model MLA dan Turabian (Lihat contoh pada lampiran 3.) di satu pihak dan
contoh untuk APA di lain pihak (Lihat contoh pada lampiran 2).
I. B U K U:
A. Satu orang pengarang:
1
Ismail Suny, Pembagian Kekuasaan Negara,cet.2,
(Jakarta: Aksara Baru, 1978), hal. 41.
E. Editor (penyunting)/penghimpun:
5
Soerjono Soekanto, ed., Identifikasi Hukum
Positif Tidak Tertulis Melalui Penelitian Hukum
Normatif dan Empiris (Jakarta: Ind. Hill-Co,
1988), hal.105.
F. Terjemahan/Saduran:
6
J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional
[An Introduction to International Law], diterjemahkan
oleh F. Isjwara (Bandung: Alumni, 1972), hal. 21.
H. Badan Korporasi:
8
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Lokakarya Sistim
Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan (Bandung:
Binacipta, 1977), hal. 51.
II. ARTIKEL:
A. Majalah:
9
I.Nyoman Nurjaya, "Azas Presumption of Innocence
di Negara Hukum Indonesia (Suatu Pemahaman Empirik),"
Hukum dan Pembangunan 1 (Januari 1982): 63.
B. Harian:
lO
Satjipto Rahardjo, "Batas-batas Kemampuan dan
Bekerjanya Hukum," Suara Pembaharuan (30 Desember
1988): 6.
IV. MAKALAH:
12
Mardjono Reksodiputro, "Usul Kearah Sistim
Penemuan Kembali Peraturan Perundang-undangan RI,"
(Makalah disampaikan pada Lokakarya Sistim Penemuan
kembali Peraturan Perundang-undangan, Malang, 24-26
Maret 1977), hal. 88.
Y. PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN:
13
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, ps. 2.
14
lndonesia, Undang-Undang Tentang Penanaman Modal
Asing, UU No.l, LN No. 1 tahun 1967, TLN. No. 2818,
ps.4.
15
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk
Wetboek),diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. rjitro-
sudibio, cet. 8, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1976),
ps. 1338.
Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945.
PENGULANGAN
Dalam pengetikan sumber kutipan pada catatan kaki sering
terjadi pengulangan sumber kutipan. Seorang penulis perlu
memperhatikan penggunaan singkatan seperti di bawah ini:
L Ibid
singkatan dari ibidem
artinya pada tempat yang sama
Digunakan apabila catatan kaki yang berikut menunjuk
kepada sumber yang telah disebut dalam catatan
nomor sebelumnya. 3ika halamannya sama hergunakan
singkatan Ibid.; saja; namun bila halamannya berbeda
setelah singk:atan Ibid. dicantumkan nomor
halamannya.
Contoh :
1
Dedi Soemardi, Sumber Sumber Hukum Positip
(F;andung: Alumni, 1980), hal. 10.
2
Ibid.
3
Ibid.,
hal. 34. .
OP cit
.. .
" singkatan dari opere citato
artinya pada karya yang telah dikutip
Digunakan apabila sumber pertama ingin diulang,
padahal ada sisipan dari sumber lain.
Contoh :
1
Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perdata
(tanpa tempat: Sinar Bandung, 1981), hal. 20.
2
Ismail Suny, Mekanisme Demokrasi Pancasila
(Jakar-ta: Aksara Baru, 1980), hal. 60.
3
Prodjodikoro, op. cit.,
hal. 51. IM Loc. cit
singkatan dari loco citato
artinya pada tempat yang telah dikutip.
DAFTAgt PUSTAKA
Keraf, Gorys. Komposisi, Sebuah Pertgantar Kemahiran Baha.sa. Cet.6.
Ende: Nusa Indah, 1980.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Pettn#uk Praktis BerbahasGr
htdortesia. Jakarta: Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga dan
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1989.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Kanttis Besar Bahasa Indonesia. Cet.l. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Turabian, Kate L. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Dissertations.
First British Ed. Prepared by John E. Spink. London: Heinemann, 1983.
A W A L B A B
J U D U L B A B
A. SUBBAB (Huruf Kapital seluruhnya)
Awal ALINEA/PARAGRAF dimulai dari sini, alinea
adalah rangkaian kalimat yang mempunyai satu
1. Sub Sub Bab (Huruf kapitai hanya pada awal kata dan
garis bawah sepanjang ada hurufnya, atau dengan kata
lain dengan memakai garis putus antar kata).
Jika akan menyebutkan sumber kutipan dengan memakai
c:atatan kaki, perhatikan kapan akhir teks harus
berhenti. C:atatan kaki perlu dipisahkan dari teks,
dengan memakai garis lurus sepanjanq 15 ketuk yang
diapit oleh ruang kosong masingmaSing sebanyak empat
spasi.
Perhatikan pula jarak antar baris pada catatan kaki,
yaitu satu spasi, sedang antar catatan kaki adalah dua
spasi. Lihat cara mengutip kutipan langsung lebih dari
empat baris:
Meskipun Undang-undang Dasar 1945 menyatakan
bahwa kekuasaan pemerintah negara (executive
power) akan dipegang oleh Presiden, seperti
dinyatakan pula dalam Undang-undang Dasar Amerika
Serikat, Presiden Indonesia tidak menjadi Kepala
Eksekutif atau Pemimpin yang sebenarnya dari
Eksekutif seperti halnya Presiden Amerika.1
I3mai1 Suny, Pe r ge s e r a n Kekna saan Ek s e ku t i f , cIV,
e t .(Jakarta: Akeara
Haru, 1981), ha1.92.
. A 7 .
Lampi
'ran 1
~te.rg~uau.c zaaya
%uFia ~f.x~ak
Lampir
an 1
.
menuju sasaran. Sasaran tersebut memang tidak
semat:a-mata merupakan objek yang pasif, melaikan
sebagi objek pelaku yang menentukan sesuai dengan
asas prakasa swadaya. Hasil
`° yang berbentuk fisik akan lebih diharapkan dari
la.ngkahlangkah pembangunan perumhan kota,
pembangunan perumahan desa, pembangunan asrama
mahasiswa, pembanguan rumah susun dengan sistem
pemilikan bersama (Condominium)` dan perbaikan
kampung3.
:
- ~ Condominium menurut kamus Fockema Andreae berarti pemilikan
bersama; i dapat juqa berarti benda yang dimiliki bersama.
t HOedi Harsono, dalam perkembanqannya, condominium menunjuk
kepada ba-barigunan, yang terdiri atas bagian-bagian yang masing-masing
merupakan ,' /~Iltt~ k•tlatuan, yang dapat digunakan atau dihuni secara
terpisah. Baclian-ba~~ ya0q m8rupakan kesatuan, dan dapat
Lampira
n 1
NZIW~ z"
744$
'76*e44
Untuk selanjutnya mengenai tata cara mengutip silahkan
menggunakan ketentuan yang telah diuraikan di depan.
Namun yang perlu diperhatikan adalah, bahwa cara apaptin
yang dipilih, seyogyanya dilakukan secara taat asas
(kcns.isten).
Lampir
an 2
~ Hoe sse i n , Bhe n ya mi n . 19 93. " Be rba ga i Fa kt o r ya n g
Me mge n ga ru h i Be sa rn ya Ot o no mi D ae ra h Ti n gka t II
Su a t u Ka j i an De se n t ra sl i sa si da n O to n o mi D ae ra h
D a ri Se gi I lmu A d mi n i st ra si Ne q a ra . " D i se rt a si
Do kt o r Un i ve rsi ta s I ndone si a , Ja ka rt a .
`Kansil, CS T. 199 1 Pe n gan t a _ r H u ku m Ke se ha t an I n do ne si a .
Ce t . I . Ja ka rt a : Ri ne ka Ci pt a .
~ Krie kh o ff, V a le ri ne Ja q ue l ine Le on o re . 19 91. " Ke da du ka n
ta n ah Da t i Se ba ga i Tan a h A dat di Ma l u ku Te n ga h
Su a t u Ka j i an De n ga n me ma n faa t ka n Pe nde kat a n
An t ro po lo gi H u ku m." D i se rt a si D o kto r Un i ve rsi t a s
I ndon esi a m, Ja ka rt a .
` Kt i su ma h , Mu l ya n a W .; Pa u l S .
Ba u t ; dan Be n y H a rma n K.
1989. Ko n se p da n Pe n yu lu h an
H u ku m . Ja ka rt a ; Ya ya sa n LBH .
an, Ba q i r. 1992. D a sa r D a sa r Pe run da n g Un da n gan
I ndone si a Ja ka rt a : I nd- H i l l . Co .
`'Ma r da l i s. 19 90. Me t o de Pe ne li t i an Su a tu Pe n de ka t an ~Pro vo sa l .
C e t . I . Ja ka rt a : Bu mi A ksa ra .
, ~ o l e o n g , Le x y J. 1991. Me t o do l o gi Pe ne l it i a n Ku a l i ta t i f. Ce t II I .
Ba n dun g: Re ma ja Ro sda ka rya .
~ ~ Oe ma rdj a n , Se lo .( Pe n yl l Tlt i n g) .1 993. H u ku m Ke ne ga ra a r.
Re pu bl i k I ndone si a . Ja ka rt a : G ra si n do .
, b k i o t o , Soe rjo no .19 86. Be be ra pa Ca _ ra _ da _ n Me ka n i sm _e
D a la m fe n yu lu h an Hu ku m . Ce t .I . Ja ka rt a : Pra n d ya Pa ra mi t a .
~ ~ 1l O t t a d, W in a rn o . 19 89 Pe n gan t a r Pe ne li t i a n I l mia h . Edi si
ViI . Ce t . II I . Ba n dun g: Ta rsi t o .
Lampi
ran 3
CONTOH BiBLIOGRAFi MODEL
DERN LANGUAGE ASSOCIATION
HANDBOOK (MLA) CHICAGO MANUAL
OF STYLE (KATE L. TURABIAN)
DAFTAR PUSTAKA
sid, Harun.. "Masalah Pengisian Jabatan
Presiden Sejak 3idang Panita Persiapan
Kemerdekaan Indonesia 1945 Sampai Sidang
Majelis Permusyawaratan Rakyat 1993."
vDisertasi Doktor Universitas Indonesia,
Jakarta, 1993
kunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Cet VI. Jakarta: Bina
Aksara, 1989 +
imi, A. Hamid S. "Peranan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahaan Negara." Disertasi Doktor
Universitas Indonesia, Jakarta, 1990.
L
amp'iran
3
%?Zc.r~udu
at i~ciuja
rrulia
%Gktitk
~Hoessein, Bhenyamin. "Berbagai Faktor yang
Mempengaruhi Besarnya Otonomi Daerah Tingkat II
Suatu Kajian Desentraslisasi dan Otonomi Daerah
L
ampiran 4 '7Ida ^, CONTOH
PEMBUATAN CATATAN KAKI
DAN DAFTAR
PUSTAKA KHUSUS
PERATURAN
PERUNDANG-
UNDANGAN
.
UNDANG-UNDANG
Indonesia, Undang-Undang Tentang Penanaman
Modal Asing, No.l tahun 1967, LN No . 1 tahun
1967, TLN N0.2 818, ps.4.
Y
;
. PERATURAN MENTERI
Departemen Agraria, Peratirrari Mentri Agraria T'entang }
"Pelaksanaan Beberapa hetentuan Undang Pokvk
UI1C1uI1CJ-
L
a m p
i r a n
4
'DepBrtemen Agraria. Peraturan Menteri Agraria
Tentang ~~ Pelaksanaan Beberapa Ketentuan
Undang-Undang Pokok ~` Agraria. Permen
Agraria No.2 Tahun 1960.
KEPUTUSAN MENTERI
bepartemen Keuangan, Keputusan Menteri
Keuangan Tentang rlakuan Pajak Penghasilan Bagi
Pejabat Perwakilan Organi~ltasi Internasional,
Kepmen Keuangan no. 330/KMK.05/1992, F
,
. PERATURAN DAERAH
""".,Jakarta, Peraturan Daerah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta ~Q Ketertiban Umum
Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota d,
Perda DKI Jakarta No. 3 tahun 19"72,
Lembaran Daerah
-:
ue Ibukota Jakarta No. 101, ps.22.
Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta tang
Ketertiban Umum Da1am Wilayah Daerah khusus UkOta
Jakarta. Perda DKI Jakarta No.3 Tahun 1972, aran Daerah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 101 .
Lamp~ran
4
KEPUTUSAN GUBERNUR
Jakarta. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusu.s
Ibur kota Jakarta Tentang Pembetukan Tim Pembinaan
dan Pengendalian Usaha kakilima di Wilayah DKI
Jakarta. SK Gubernur KDKI Jakarta No.968 Tahun 1986,
Lembaran Lepas 1986.
: Jakarta. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Tentang Pembentukan Tim
Pembinaan dan , Pengendalian Usaha Kakilima di
Wilayah DKI Jakarta,SK Gubernur KDKI Jakarta No.968
tahun 1986, Lembaran Lepas ' 1986, ha1.7.
INSTRUKSI GUBERNUR
Jakarta, Instruksi Gubernur KDKI Jakarta Perihal
Fedoman ' Penetapan Lokasi Kakilima di Wilayah DKI
Jakarta,