You are on page 1of 30

Asteroid 243 Ida & Dactyl dari NASA dan diambil pada Ogos 28, 1993

Gambar meteor oleh C m handler (Own work) [CC-BY-SA-3.0 (http://creativecommons.org/licenses/bysa/3.0)], via Wikimedia Commons

Contoh-contoh meteorit oleh Meteorite Recon (Own work) [CC-BY-3.0 (http://creativecommons.org/licenses/by/3.0)], via Wikimedia Commons

Gambar menunjukkan letusan di rusia akibat hentaman meteorit pada 15 Februari 2013.

Spectral Types: Asteroids as individual objects are classified according to spectra and albedo (i.e., reflectivity), both of which are indicators of composition. Some types are categorized together in broad groups due to significant shared properties. Asteroid spectral types are not as advanced as the classification schemes for meteorites - small asteroid fragments recovered on Earth's surface. This is because we have access to detailed chemical and structural analysis of meteorite samples, while data concerning asteroids is limited to spectra, albedo, and broad physical characteristics. Only one asteroid sample

has ever been retrieved - a few grains of dust from Itokawa brought back to Earth by Japan's Hayabusa spacecraft. It should be noted that spectral classifications are based on arbitrary divisions, because actual spectra form a continuum that blends seamlessly into other categories. This is due to the fact that compositions are likewise continuous - i.e., one object might have 1% of a given mineral, another might have 2%, another 3%, and all the way up to arbitrarily high values. Since there are a substantial number of minerals found in asteroid spectra, the potential combinations are numerous. However, a few broad categories suffice to give a general understanding of these objects, and three types overwhelmingly dominate the asteroid population:

C-type asteroids are relatively dark, carbonaceous objects that account for 75% of all known asteroids. Ctypes are most common in the outer Main Belt, and Mathilde is a member of this spectral class. A carbonaceous meteorite probably similar to some C-type asteroids:

S-type asteroids are bright, stony, silicate-rich objects most abundant in the inner Main Belt, and thus are also relatively common in the inner solar system. This category comprises 17% of all asteroids. Itokawa, Gaspra, Eros, and Ida are all members of this class. A meteorite thought to originate from an Stype asteroid:

M-type asteroids are the third most abundant spectral class, and are thought to be dominated (though not necessarily defined) by dense metallic bodies particularly those with heavy concentrations of nickel and iron. Nickel-iron asteroids are the most devastating objects when they become impactors because they are denser, deliver more kinetic energy in the same-sized object compared to other types, and are less likely to be stopped by the Earth's atmosphere. Such objects are thought to originate from the highly metallic cores of larger bodies that had undergone differentiation and were subsequently shattered by massive impact. However, many M-type asteroids are not dense or highly metallic at all, so it's a case of similar spectra coming from diverse types of compositions. Lutetia is M-type, though data from Europe's Rosetta probe indicate it is carbonaceous rather than metallic. M-type comprises

the majority of the remaining percentage of all asteroids. A nickel-iron meteorite on Mars:

A visual summary of spectral type distributions:

The Galileo spacecraft was the first planetary mission to photograph an asteroid "up-close". Its flyby of Gaspra occurred on 29 October 1991 at a distance of about 16,200 km. (Size: 33K) Image ID: P-40450-C

Kapal angkasa NEAR

Impak perlanggaran antara sesama asteroid

Komet adalah benda langit yang mengelilingi matahari dengan garis edar berbentuk lonjong atau parabolis atau hiperbolis. Kata "komet" berasal dari bahasa Yunani, yang berarti "rambut panjang". Istilah lainnya adalah bintang berekor yang tidak tidak tepat karena komet sama sekali bukan bintang. Orang Jawa menyebutnya sebagai lintang kemukus karena memiliki ekor seperti buah kemukus yang telah dikeringkan.

Komet terbentuk dari es dan debu. Komet terdiri dari kumpulan debu dan gas yang membeku pada saat berada jauh dari matahari. Ketika mendekati matahari, sebagian bahan penyusun komet menguap membentuk kepala gas dan ekor. Komet juga mengelilingi matahari, sehingga termasuk dalam sistem tata surya. Komet merupakan gas pijar dengan garis edar yang berbeda-beda. Panjang "ekor" komet dapat mencapai jutaankm. Beberapa komet menempuh jarak lebih jauh di luar angkasa daripada planet. Beberapa komet membutuhkan ribuan tahun untuk menyelesaikan satu kali mengorbit matahari.

Bagian-Bagian Komet

Bagian-bagian komet terdiri dari inti, koma, awan hidrogen, dan ekor. Bagian-bagian komet sebagai berikut :

1. Inti, merupakan bahan yang sangat padat, diameternya mencapai beberapa kilometer, dan terbentuk dari penguapan bahan-bahan es penyusun komet, yang kemudian berubah menjadi gas. (Inti komet adalah sebongkah batu dan salju.)

2. Koma, merupakan daerah kabut atau daerah yang mirip tabir di sekeliling inti.

3. Lapisan hidrogen, yaitu lapisan yang menyelubungi koma, tidak tampak oleh mata manusia. Diameter awan hidrogen sekitar 20 juta kilometer.

4. Ekor, yaitu gas bercahaya yang terjadi ketika komet lewat di dekat matahari. Ekor komet arahnya selalu menjauh dari matahari. Bagian ekor suatu komet terdiri dari dua macam, yaitu ekor debu dan ekor gas. Bentuk ekor debu tampak berbentuk lengkungan, sedangkan ekor gas berbentuk lurus. Koma atau ekor komet tercipta saat mendekati matahari yaitu ketika sebagian inti meleleh menjadi gas. Angin matahari kemudian meniup gas tersebut sehingga menyerupai asap yang mengepul ke arah belakang kepala komet. Ekor inilah yang terlihat bersinar dari bumi. Sebuah komet kadang mempunyai satu ekor dan ada yang dua atau lebih.

Jenis-Jenis Komet

Berdasarkan bentuk dan panjang lintasannya, komet dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1. Komet berekor panjang, yaitu komet dengan garis lintasannya sangat jauh melalui daerah-daerah yang sangat dingin di angkasa sehingga berkesempatan menyerap gasgas daerah yang dilaluinya. Ketika mendekati matahari, komet tersebut melepaskan gas sehingga membentuk koma dan ekor yang sangat panjang. Contohnya, komet Kohoutek yang melintas dekat matahari setiap 75.000 tahun sekali dan komet Halley setiap 76 tahun sekali.

2. Komet berekor pendek, yaitu komet dengan garis lintasannya sangat pendek sehingga kurang memiliki kesempatan untuk menyerap gas di daerah yang dilaluinya. Ketika mendekati matahari, komet tersebut melepaskan gas yang sangat sedikit sehingga

hanya membentuk koma dan ekor yang sangat pendek bahkan hampir tidak berekor. Contohnya komet Encke yang melintas mendekati matahari setiap 3,3 tahun sekali.

Nama-Nama Komet

Sekarang telah dikenal banyak nama komet, antara lain sebagai berikut.

Komet Kohoutek.

Komet Arend-Roland dan Maikos yang muncul pada tahun 1957.

Komet Ikeya-Seki, ditemukan pada bulan September 1965 oleh dua astronom Jepang, yaitu Ikeya dan T. Seki.

Komet Shoemaker-Levy 9 yang hancur pada tahun 1994.

Komet Hyakutake yang muncul pada tahun 1996.

Komet Hale-Bopp yang muncul pada tahun 1997.

Komet adalah benda angkasa yang mirip asteroid, tetapi hampir seluruhnya terbentuk dari gas (karbon dioksida, metana, air) dan debu yang membeku. Komet memiliki orbit atau lintasan yang berbentuk elips, lebih lonjong dan panjang daripada orbit planet. Komet yang cerah pastinya menarik perhatian ramai.

Ciri fizikal Ketika komet menghampiri bahagian-dalam Pusat Sistem Solar, radiasi dari matahari menyebabkan lapisan ais luarnya menguap. Arus debu dan gas yang dihasilkan membentuk suatu atmosfera yang besar tetapi sangat tipis di sekeliling komet, disebut coma. Akibat tekanan radiasi matahari dan angin matahari pada coma ini, terbentuklah ekor raksasa yang menjauhi matahari.Coma dan ekor komet membalikkan cahaya matahari dan boleh dilihat dari bumi jika komet itu cukup dekat. Ekor komet berbeza-beza bentuk dan ukurannya. Semakin dekat komet tersebut dengan matahari, semakin panjanglah ekornya. Ada juga komet yang tidak berekor.

Ciri orbit

Komet mempunyai orbit berbentuk elips. Perhatikan ia mempunyai dua ekor.Komet bergerak mengelilingi matahari berkali-kali, tetapi peredarannya memakan waktu yang lama. Komet dibezakankan menurut rintangan waktu orbitnya. Rintangan waktu pendek adalah kurang dari 200 tahun dan rentangan waktu yang panjang adalah lebih dari 200 tahun. Secara umumnya bentuk orbit komet adalah elips.

Komet Halley, secara rasminya diberi nama P/Halley, nama umumnya diberikan menurut nama Edmund Halley, adalah suatu komet yang dilihat dari bumi setiap 75-76 tahun. Komet ini merupakan komet paling terkenal di antara komet-komet periodik lainnya. Walaupun pada setiap abad banyak komet mempunyai tempoh yang panjang yang muncul dengan lebih terang dan dahsyat, Halley adalah satusatunya komet dengan tempoh yang pendek yang tampak dengan mata jelas, dan kerananya merupakan komet yang tampak dengan mata jelas yang pasti kembali dalam kehidupan manusia. Kemunculannya sepanjang sejarah memiliki pengaruh yang besar terhadap sejarah manusia, walaupun penampakannya tidak dikenali sebagai objek yang sama sampai abad ke-17. Komet Halley terakhir muncul di Pusat Sistem Solar pada tahun 1986, dan akan muncul kembali pada pertengahan 2061.

Komet atau bintang berekor merupakan objek samawi yang menakjubkan yang menghiasi langit malam. Ia kelihatan seperti bintang berekor di langit tetapi ia sebenarnya bukanlah bintang. Perkataan komet berasal dari perkataan Greek kometes yang bermaksud bintang berambut panjang. Komet adalah jasad kecil sistem suria yang terdiri dari ais dan debu. Ia dipercayai terbentuk semasa pembentukkan sistem suria pada 4.6 billion tahun lalu. Ia mengorbit Matahari dan orbitnya berbentuk elips. Komponen komet terdiri dari teras yang dipanggil nukleus dan bahagian ekor. Nukleus dikelilingi oleh koma bahagian yang menyinar. Saiz nukleus hanya beberapa kilometer sahaja tetapi koma boleh menjangkau melebih dari 100,000 kilometer. Manakala ekornya boleh menjangkau melebihi beberapa juta kilometer di angkasa. Dari kajian yang dilakukan dengan kapal angkasa pada sepektrum gelombang Ultra unggu menunjukkan

terdapat awan hidrogen menyelimuti komet. Awan ini meliputi sehingga sepuluh juta kilometer tetapi awan ini tidak dapat dilihat dari Bumi. Dikatakan terdapat berjuta-juta komet yang orbitnya terletak jauh di dalam sistem suria dengan hal demikian kita tidak dapat melihatnya dari Bumi. Apabila ia jauh dari Matahari ia hanyalah nukleus dengan permukaan dan bentuknya yang tidak sekata. Ia hanya dapat dilihat apabila menghampiri Matahari kerana disinari cahaya Matahari. Nukleusnya merupakan air yang beku atau ais dan gas-gas lain yang membeku dengan campuran pepejal logam. Koma komet mula terjadi apabila komet berada jarak beberapa ratus juta kilometer dari Matahari. Ia akan menjadi panas menyebabkan gas-gas berserta debu-debu terbebas ke angkasa lepas. Ia akan mengembang keluar di sekeliling nukleus sehingga beberapa ribu kilometer. Gasgas dan debu-debu ini akan memantulkan cahaya Matahari menyebabkan ia kelihatan bersinar. Ekor komet terbentuk apabila komet menghampiri Matahari. Ia terdiri dari gas-gas dan debudebu yang terbebas dari nukleus. Sinar ultra unggu akan menyebabkan gas-gas terpisah menjadi radikal-radikal bebas dan ion-ion. Ion-ion ini akan bersaling tindak dengan zarah-zarah bercas dari angin suria (solar wind) yang bertiup keluar dari Matahari. Ion-ion ini akan menjangkau sehingga beberapa juta kilometer membentuk ekor.

Photo: Reuters Leonid Meteor Shower The Leonid Meteor Shower at the desert near Amman, August 12, 2002 The 2012 Leonid meteor shower will peak this weekend overnight during the early morning hours of Nov. 17, yielding bright and colorful meteoroids in the night sky. But for 2012, the Leonid meteor shower could be the best show in many years, according to NASA. Scientists said the new moon will "set the stage" for the show to go over North America and then more intensely over Asia.

"We're predicting 20-30 meteors per hour over the Americas, and as many as 200-300 per hour over Asia," Bill Cooke, of the Meteoroid Environment Office at NASA's Marshall Space Flight Center, said in a statement. "Our forecast is in good accord with independent theoretical work by other astronomers."
http://www.ibtimes.com/leonid-meteor-shower-2012-where-watch-peak-weekend-photos-video885018

You might also like