You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali bila mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembus cahaya) pada transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel, testis harus dicari di sebelah dorsal karena testis terletak di ventral epididimis sehingga tunika vaginalis berada di sebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan epididimis terdorong ke dorsal oleh ruang tunika vaginalis yang membesar. Hidrokel testis mungkin kecil atau mungkin besar sekali. Hidrokel bisa disebabkan oleh rangsangan patologik seperti radang atau tumor testis. Hidrokel dapat dikosongkan dengan pungsi, tetapi sering kambuh kembali. Pada operasi, sebagian besar dinding dikeluarkan. Kadang ditemukan hidrokel terbatas di funikulus spermatikus yang berasal dari sisa tunika vaginalis di dalam funikulus; benjolan tersebut jelas terbatas dan bersifat diafan pada transiluminasi. Pada pungsi didapatkan cairan jernih. Jarang sekali ditemukan benjolan diafan di funikulus yang dapat dihilangkan dengan tekanan, sedangkan memberikan kesan terbatas jelas di sebelah kranial. Bila demikian, terdapat tunika vaginalis yang berhubungan melalui saluran sempit dengan rongga perut dan berisi cairan rongga perut. Hernia inguinalis lateralis atau indirek yang mengandung sedikit cairan rongga perut ini kadang diberikan nama salah hidrokel komunikans. Karena hubungan dengan rongga perut terlalu sempit sekali. Kelainan ini memberi kesan hidrokel funikulus; kantong hernia ini tidak dapat dimasuki usus atau omentum. Sekitar 10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan hilang sendiri dalam tahun pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa nyeri dan jarang membahayakan sehingga tidak membutuhkan pengobatan segera. Pada bayi hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu, testis turun dari rongga perut bayi kedalam skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut. Pada orang

dewasa, hidrokel bisa berasal dari proses radang atau cedera pada skrotum. Radang yang terjadi bisa berupa epididimitis (radang epididimis) atau orchitis (radang testis). Oleh sebab itu, kami mencoba menyusun sebuah makalah yang berjudul Hidrokel. Hal tersebut menurut kami sangat penting untuk dibahas dalam rangka agar dapat menciptakan dan mewujudkan suatu motivasi ke depan bagi kita semua untuk menuju kehidupan yang sehat dan bahagia. Di samping itu, dalam perkembangan ilmu kedokteran yang sangat dinamis sehingga menuntut kami sebagai dokter muda (coass) untuk terus belajar dan menggali ilmu tanpa mengenal waktu, hal itu sangat diperlukan terhadap mahasiswa yang menjadi calon dokter masa depan di negara Indonesia, jadi dengan konsep keilmuan yang baik maka lahirlah seorang dokter yang kompeten dan dipercaya oleh masyarakat, itulah yang merupakan salah satu latar belakang kami dalam penyusunan makalah ini.

1.2 TUJUAN PEMBAHASAN Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan berguna bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana tujuannya dibagi menjadi dua macam yang pertama secara umum makalah ini bertujuan menambah wawasan kami dalam menguraikan suatu persoalan secara holistik dan tepat, dan melatih pemikiran ilmiah, dimana pemikiran ilmiah tersebut sangat dibutuhkan bagi seorang dokter agar mampu menganalisis suatu persoalan secara cepat dan tepat. Sedangkan secara khusus tujuan penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut : 1. Agar dapat membuka wawasan terhadap hidrokel. 2. Menambah khasanah ilmu pengetahuan para pembaca dan penulis. 3. Melengkapi tugas midtest dibagian Bedah RSUD dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Itulah yang merupakan tujuan kami dalam penyusunan makalah ini, dan juga sangat diharapkan dapat berguna bagi setiap orang yang membaca makalah ini. Semoga seluruh tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik.

1.3

METODE DAN TEKNIK Dalam penyusunan makalah ini kami mengembangkan suatu metode yang sering

digunakan

dalam

pembahasan-pembahasan

makalah

sederhana,

dimana

kami

menggunakan metode dan teknik secara deskriptif, dimana tim penyusun mencari sumber data dan sumber informasi yang akurat lainnya setelah itu dianalisis sehinggga diperoleh informasi tentang masalah yang akan dibahas setelah itu berbagai referensi yang didapatkan dari berbagai sumber tersebut disimpulkan sesuai dengan pembahasan yang akan dilakukan dan sesuai dengan judul makalah dan dengan tujuan pembuatan makalah ini. Itulah sekilas tentang metode dan teknik yang digunakan dalam penyusunan makalah ini. Dengan tujuan untuk memudahkan penulis di dalam penyusunan makalah ini.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI A. Skrotum Kulit skrotum tipis, memiliki rugae dan mengandung banyak kelenjar sebasea. Di garis tengahnya tampak jelas raphae media. Di bawah kulit ini terdapat lapisan tipis m. dartos yang involunter. Korda spermatika terminalis, testis, dan epididimisnya terdapat di dalam skrotum.

B. Testis Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada orang dewasa adalah 4 x 3 x 2,5 cm, dengan volume 15-24 ml berbentuk ovoid. Kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Di luar tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan visealis dan parietalis, serta tunik dartos. Otot kremaster yang berada di sekitar testis memungkinkan testis dapat digerakkan mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur agar tetap stabil.

Gambar. Anatomi testis

Secara histopatologi, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Di dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel

spermatogonia dan sel Sertoli, sedang diantara tubuli seminiferi terdapat sel-sel leydig. Sel-sel spermatogonium pada proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makan pda bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel-sel intertisial testis berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron.

Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan/ maturasi di epididimis. Setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah bercampur dengan cairan-cairan dari epididimis, vas deferens, vasikula seminalis, serta cairan prostat membentuk cairan semen atau mani.

C. Epididimis Epididimis adalah organ yang berbentuk seprti sosis terdiri atas kaput, korpus, dan kauda epididimis. Korpus epididimis dihubungkan dengan testis melalui duktuli eferentes. Vaskularisasi epididimis berasal dari arteri testikularis dan arteri deferensialis. Di sebelah kaudal, epididimis berhubungan dengan vasa deferens.

Gambar. Anatomi testis

Sel-sel spermatozoa setelah diproduksi di dalam testis dialirkan ke epididimis. Di sini spermatozoa mengalami maturasi sehingga menjadi motil (dapat bergerak) dan disimpan di dalam kaudal epididimis sebelum dialirkan ke vas deferens. D. Vas Deferens Vas deferens adalah organ berbentuk tabung kecil dan panjangnya 30-35 cm, bermula dari kauda epididimis dan berakhir pada duktus ejakulatorius di uretra posterior. Dalam perjalanannya menuju duktus ejakulatorius, duktus deferens dibagi dalam beberapa bagian, yaitu : 1. Pars tunika vaginalis 2. Pars skrotalis 3. Pars ingunalis 4. Pars pelvikum 5. Pars ampularis Pars skrotalis ini merupakan bagian yang dipotong dan diligasi saat vasektomi. Duktus ini terdiri atas otot polos yang mendapatkan persarafan dari sistem simpatik sehingga dapat berkontraksi untuk menyalurkan sperma dari epididimis ke uretra posterior.

Gambar. Anatomi vas deferens

E. Vesikula Seminalis

Vesikula seminalis terletak di dasar kandung kemih dan di sebelah kranial dari kelenjar prostat. Panjangnya kurang lebih 6 cm berbentuk sakula-sakula. Vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan bagian dari semen. Cairan ini di antaranya adalah fruktosa, berfungsi dalam memberi nutrisi pada sperma. Bersama-sama dengan vas deferens, vesikula seminalis bermuara di dalam duktus ejakulatorius.

F. Penis Penis terdiri atas tiga buah korpora berbentuk silindris, yaitu 2 buah korpora kavernosa yang saling berpasangan dan sebuah korpus spongiosum yang berada di sebelah ventralnya. Korpora kavernosa dibungkus oleh jaringan fibroelastik tunika albuginea sehingga merupakan satu kesatuan, sedangkan disebelah proksimal terpisah

menjadi dua sebagai krura penis. Setiap krus penis dibungkus oleh otot ishiokavernosus yang kemudian menempel pada rami osis ischii. Korpus spongiosum membungkus uretra mulai dari diafragma urogenitalis dan di sebelah proksimal dilapisi oleh otot bulbo-kavernosus. Korpus spongiosum ini berakhir pada sebelah distal sebagai glans penis. Ketiga korpora itu dibungkus oleh fasia Buck dan lebih superfisial lagi oleh fasia Colles atau fasia Dartos yang merupakan kelanjutan dari fasia Scarpa. Di dalam setiap korpus yang terbungkus oleh tunika albugenia terdapat jaringan erektil yaitu berupa jaringan kavernus (berongga) seperti spon. Jaringan ini terdiri atas sinusoid atau rongga lakuan yang dilapisi oleh endotelium dan otot polos kavernosus. Rongga lakuna ini dapat menampung darah yang cukup banyak sehingga menyebabkan ketegangan batang penis.

2.2 DEFENISI HIDROKEL Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Hidrokel umum dialami oleh bayi laki-laki baru lahir, dimana pada prosessus vaginalis yang persisten (PVP) dari cairan peritoneum atau sisa yang tidak sempat diabsorbsi secara normal pada proses turunnya testis kedalam skrotum. Kebanyakan hidrokel akan hilang pada tahun pertama umur bayi laki-laki tanpa harus melakukan intervensi terhadapnya. Bayi prematur dan bayi dengan berat badan lahir yang rendah memiliki insiden yang lebih tinggi untuk menderita hidrokel daripada bayi normal lainnya.

2.3 ETIOLOGI HIDROKEL a) Hidrokel dapat terjadi oleh karena penggumpulan cairan sekunder akibat

produksi yang berlebihan oleh karena inflamasi testis atau jaringan penunjang. atau resorbsi cairan yang berkurang karena adanya obstruksi limfatik atau vena. b) Hidrokel dapat disebabkan oleh rangsangan patologik seperti tumor testis. Hidrokel dapat dikosongkan dengan pungsi tetapi sering kambuh kembali. Pada operasi sebagian besar kantung dikeluarkan. Kadang ditemukan hidrokel terbatas di funikulus spermatikus yang berasal dari sisa tunika vaginalis di dalam funikulus; benjolan tersebut diatas jelas terbatas dan bersifat diafan dalam transiluminasi. Pada fungsi di dapatkan cairan jernih. c) Hidrokel yang terjadi pada yang baru lahir dapat disebabkan karena : (1) belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum keprosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik didaerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. d) Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya system sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis/ epididimis. e) Kebanyakan hidrokel pada anak merupakan kongenital, bagaimanapun keganasan, infeksi dan gangguan sirkulasi dapat menyebabkan hidrokel pada bayi baru lahir. f) Cord hidrokel berhubungan dengan penutupan patologik prosesus vaginalis bagian distal, yang memudahkan cairan terkumpul dalam bagian tengah saluran sperma. g) Hidrokel kongenital disebabkan oleh kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada cincin internal. h) Hidrokel nonkomunikan disebabkan penutupan patologik prosesus vaginalis dan terperangkapnya cairan peritonial. i) Hidrokel pada orang dewasa dapat timbul sekunder akibat orkitis atau epidemitis. Hidrokel juga dapat disebabkan oleh kuman tuberkulosis dan infeksi tropis seperti filariasis. j) Torsi testikular dapat menyebabkan hidrokel yang reaktif pada 20 % kasus. k) Tumor kususnya sel germ atau tumor adneksa testikular dapat menyebabkan

10

hidrokel l) Traumatik (hemoragik) paling sering menimbulkan hidrokel. m) Hidrokel ipsilateral muncul pada 70% pasien setelah transplantasi ginjal. n) Terapi radiasi yang menimbulkan kasus hidrokel. o) Hidrokel dapat timbul sebagai bagian dart sindroma Ehlers- Danlos. p) Hidrokel dapat berasal akibat perubahan tipe atau jumlah cairan peritonial, seperti halnya pada pasien yang mengalami dialisis peritonial dan pasien dengan shunt ventriculoperitoneal. 2.4 PATOFISIOLOGI Secara embriologi, prosesus vaginalis merupakan suatu divertikulum yang berasal dari rongga peritoneal yang turun kebawah seperti halnya testis turun kedalam skrotum melalui saluran inguinalis pada umur kehamilan 28 minggu tanpa disertai penutupan pada bayi dan anak.

Gambar. Hidrokel

Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus spermatikus, juga dapat ditemukan disekitar testis yang terdapat dalam rongga perut pada undesensus testis. Pada orang dewasa hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem seksresi atau reabsorbsi cairan dikantong hidrokel. Dalam keadaan normal cairan yang berada didalam rongga tunika vaginalis yang seimbang antara produksi dan reabsorbsi dalam sistem limfatik. 2.5 KLASIFIKASI HIDROKEL

11

Hidrokel dapat diklasifikasikan berdasarkan kapan terjadinya menjadi dua jenis : 1) Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika akan diabsorpsi. 2) Hidrokel_sekunder, Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah. Hidrokel berdasarkan menurut letak kantong hidrokel terhadap testis : 1. Hidrokel testis 2. Hidrokel funikulus 3. Hidrokel komunikan Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.

Gambar. (a) Varikokel; (b) Hidrokel testis; (c) Hidrokel funikulus (Benjolan bundar bulat didalam funikulus yang jelas terbatas dan mengandung cairan jernih; (d) Hernia inguinalis indirek atau hidrokel funikulus komunikans.

2.6 MANIFESTASI KLINIS

12

Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistik dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi. Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari. Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari. Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen. Hampir semua hidrokel dilaporkan terjadi pada laki-laki, biasanya pada masa bayi. Hidrokel pada perempuan telah dilaporkan terjadi didalam kanalis nuck, bagian inguinal prosesus vaginalis paten. Anak-anak datang dengan riwayat pembengkakan skrotum tanpa nyeri yang menjadi lebih nyata jika berolah raga atau menangis. Orang tua dapat melihat terjadinya penambahan ukuran massa pada jam-jam bangun anak berdiri. Pemeriksaan fisik harus meliputi transiluminasi, karena cahaya dapat lewat melalui skrotum yang terisi cairan. Gambaran skrotum halus tanpa nyeri tekan bila dipalpasi. 2.7 CARA MENDIAGNOSIS A. Anamnesa Keluhan utama pasien adalah adanya benjolan dikantong skrotum yang tidak nyeri. Biasanya pasien mengeluh benjolan yang berat dan besar didaerah skrotum. Benjolan atau masa kistik yang lunak dan kecil pada pagi hari dan membesar serta tegang pada malam hari. Tergantung pada jenis dari hidrokel biasanya benjolan tersebut berubah ukuran atau volume sesuai waktu tertentu.

13

Pada hidrokel testis dan hidrokel funikulus besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari. Pada hidrkel komunikans, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yang bertambah besar pada saat anak menangis. Pada riwayat penyakit terdahulu, hidrokel testis biasa disebabkan oleh penyakit seperti infeksi atau riwayat trauma pada testis. B. Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi i. Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetris pada kedua lipat paha, dan skrotum pada posisi berdiri dan berbaring. Hidrokel pada saat diinspeksi terdapat benjolan yang hanya ada di skrotum, dan hernia di lipatan paha. ii. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat. iii. Dilihat pembesaran kantung testisnya bersifat unilateral atau bilateral. iv. Dibandingkan letak tinggi kedua kantung testis. Secara normal testis kiri harus lebih rendah dari testis kanan. 2) Palpasi i. Sekiranya pada hidrokel akan teraba pembesaran lebih kecil berbanding pada hernia inguinalis. ii. Palpasi pada skrotum yang hidrokel terasa ada fluktuasi dan relatif kenyal atau lunak tergantung pada tegangan di dalam hidrokel. Hidrokel dirasakan sesuatu yang oval atau bulat, lembut, berbatas tegas dan tidak nyeri tekan. iii. Palpasi pada skrotum yang terjadi hernia terasa lebih keras dan sekiranya kantung terisi usus itu akan dirasa seperti karet. Pada hernia didapatkan bentuk lonjong,tidak berbatas tegas dan benjolan bersifat hilang timbul.

iv. Pada kelainan hidrokel dapat ditemukan kantung hidrokel yang terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.

14

3) Perkusi. Perkusi dilakukan untuk mengetahui konsistensi isi kantung skrotum dan biasanya pada hernia akan terdengar bunyi timpani. 4) Auskultasi . Auskultasi pada hidrokel tidak terdapat suara bising usus, tetapi pada hernia terdapat suara bising usus. C. Pemeriksaan Diagnostik Diagnosis hidrokel dapat dibuat dengan transiluminasi skrotum. Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat translusen, terlihat benjolan terang dengan masa gelap oval dari bayangan testis. Pemeriksan USG dapat dipertimbangkan apabila hasil pemeriksaan transiluminasi tidak jelas yang disebabkan oleh tebalnya kulit skrotum pasien. Dengan hasil USG berwarna keabu-abuan.

Gambar. Tes transiluminasi hidrokel

2.8 DIAGNOSIS BANDING Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala yang hampir sama dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis. Oleh karena itu diagnosis banding hidrokel adalah : 1) Varikokel Varikokel adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. a. Anamnesa

15

i. Pasien biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun menikah ii. Terdapat benjolan diatas testis yang tidak nyeri iii. Terasa berat pada testis b. Pemeriksaan Fisik : Pasien berdiri dan diminta untuk manuver valsava. Inspeksi dan palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing didalam kantong, yang letaknya disebelah kranial dari testis, permukaan testis licin, kosistensi elastis. 2) Torsi testis Torsi testis adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya gangguan aliran darah testis. Gambaran klinis : a. Anamnesa i. Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan skrotum ii. Sakit perut hebat, kadang mual, dan muntah iii. Nyeri dapat menjalar kedaerah inguinal b. Pemeriksaan Fisik i. Inspeksi : Testis bengkak, terjadi retraksi testis kearah kranial, karena funikulus spermatikus terpuntir dan memendek, testis pada sisi yang terkena lebih tinggi dan lebih horizontal jika dibandingkan testis yang sisi sehat. ii. Palpasi teraba lilitan/ penebalan funkikulus spermatikus. 3) Spermatokel Spermatokel adalah benjolan kistik yang berasal dari epididimis dan berisi sperma. Dan mempunyai gambaran klinis : a. Anamnesa : Bnejolan kecil dan tidak nyeri b. Pemeriksaan fisik : Teraba massa kistik, mobile, lokasi di kranial dari testis, transluminasi (+), dan aspirasi terdapat cairan encer, keruh keputihan.

16

4) Hematokel Hematokel adalah penumpukan darah didalam tunika vaginalis, biasanya didahului oleh trauma. Gambaran klinik ditemukan benjolan pada testis dan pada pemeriksaan fisik terdapat massa kistik dan transluminasi (-). 5) Hernia Inguinalis Lateralis a. Anamnesa Terdapat benjolan didaerah inguinal/ skrotal yang hilang timbul. Timbul saat mengedan, batuk, atau menangis dan hilang bila pasien tidur. b. Pemeriksaan fisik Terdapat benjolan dilipat paha/ skrotum pada bayi saat menangis dan bila pasien diminta untuk mengedan. Benjolan menghilang atau dapat dimasukkan kembali kerongga abdomen. 6) Tumor testis Keganasan pada pria terbanyak usia 15-35 tahun. Pada anamnesa adanya keluhan pembesaran testis yang tidak nyeri dan terasa berat pada kantong skrotum. Dan pemeriksaan fisik terdapat benjolan testis yang padat, keras, tidak nyeri pada palpasi. Dan transluminasi (-). 2.9 TERAPI Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru dilakukan jika penderita sudah merasa terganggu atau merasa tidak nyaman atau jika hidrokelnya sedemikian besar sehingga mengancam aliran darah ke testis. Pengobatannya bisa berupa aspirasi (pengisapan cairan) dengan bantuan sebuah jarum atau pembedahan. Tetapi jika dilakukan aspirasi, kemungkinan besar hidrokel akan berulang dan bisa terjadi infeksi. Setelah dilakukan aspirasi, bisa disuntikkan zat sklerotik tetrasiklin, natrium tetra desil sulfat atau urea) untuk menyumbat/ menutup lubang di kantung skrotum sehingga cairan tidak akan tertimbun kembali. Hidrokel yang berhubungan dengan hernia inguinalis harus diatasi dengan pembedahan sesegera mungkin. Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri,

17

tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi. Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah : a) Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah b) Indikasi kosmetik c) Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Tindakan pembedahan pada terapi hidrokel adalah hidrokelektomi, yaitu suatu tindakan pembedahan untuk mengeluarkan cairan dan memotong sebagian tunika vaginalis testis. Semua penderita yang datang dengan keluhan pembengkakan skrotum dan pada pemeriksaan didapatkan tes transiluminasi yang positif. Dimana hidrokel tersebut berupa penumpukan cairan antara tunika vaginalis dan testis. Indikasi Hidrokelektomi : a) Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah yang menuju testis b) Hidrokel yang mengganggu kenyamanan atau mengganggu aktivitas sehari-hari serta menganggu kosmetik. Teknik Operasi : 1. Dengan pembiusan regional atau umum. 2. Posisi pasien terlentang (supinasi). 3. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik. 4. Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril. 5. Insisi kulit pada raphe pada bagian skrotum yang paling menonjol lapis demi lapis sampai tampak tunika vaginalis.

6. Dilakukan preparasi tumpul untuk meluksir hidrokel, bila hidrokelnya besar sekali dilakukan aspirasi isi kantong terlebih dahulu. 7. Insisi bagian yang paling menonjol dari hidrokel, kemudian dilakukan:

18

a. Teknik Jaboulay : tunika vaginalis parietalis dimarsupialisasi dan bila diperlukan diplikasi dengan benang chromic catgut. b. Teknik Lord: tunika vaginalis parietalis dieksisi dan tepinya diplikasi dengan benang chromic cat gut. c. Luka operasi ditutup lapis demi lapis dengan benang chromic cat gut. 2.10 PROGNOSIS Seringnya hidrokel kambuh setelah di aspirasi menjadikan tindakan ini tidak terpilih, kecuali pertimbangan lain. Pada pembedahan defenitif, hasil dapat sangat memuaskan. Untuk hidrokel kongenital mungkin dapat menghilang secara spontan. 2.11 KOMPLIKASI 1) Kompresi pada peredaran darah testis 2) Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga menimbulkan atrofi testis 3) Perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi 4) Sekunder infeksi

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN

19

Dari penyusunan makalah ini ditemukan beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan tujuan pembuatan dan judul dari makalah, berikut merupakan beberapa kesimpulan yang dapat diambil : Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Hidrokel umum dialami oleh bayi laki-laki baru lahir, dimana pada prosessus vaginalis yang persisten (PVP) dari cairan peritoneum atau sisa yang tidak sempat diabsorbsi secara normal pada proses turunnya testis kedalam skrotum. Hidrokel dapat diklasifikasikan berdasarkan kapan terjadinya menjadi dua jenis: (1) Hidrokel primer dan (2) Hidrokel sekunder. Dan dibagi juga atas hidrokel berdasarkan menurut letak kantong hidrokel terhadap testis : (1) Hidrokel testis, (2) Hidrokel funikulus dan (3) Hidrokel komunikan. Manifestasi klinis hidrokel yaitu bila adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistik dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel bila : (a) Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah, (b) Indikasi kosmetik, (c) Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Tindakan pembedahan pada terapi hidrokel yaitu dengan melakukan hidrokelektomi.

3.2.

SARAN Dalam penyelesaian makalah ini kami juga memberikan saran bagi para pembaca

yang akan melakukan pembuatan makalah berikutnya :

20

1) Kombinasikan metode pembuatan makalah berikutnya. 2) Pembahasan secara langsung dengan informasi yang benar benar upto-date. Beberapa poin diatas merupakan saran yang kami berikan apabila ada pihak-pihak yang ingin melanjutkan penelitian terhadap makalah ini, dan demikian makalah ini disusun serta besar harapan nantinya makalah ini dapat berguna bagi pembaca dalam penambahan wawasan dan ilmu pengetahuan.

21

You might also like