You are on page 1of 29

Tugas PBL Skeneario 1 Blok Kedokteran Komunitas Nama : Hadiyana Arief Hafiz NPM : 1102009125

LO1. Memahami Dan Menjelaskan Perilaku Beresiko dan Perilaku Kesehatan Masa Pubertas Pendidikan Seksual Usia Dini Anak-anak dan remaja rentan terhadap informasi yang salah mengenai seks.Jika tidak mendapatkan pendidikan seks yang sepatutnya,mereka akan termakan mitos-mitos tentang seks yang tidak benar.Informasi tentang seks sebaiknya didapatkan langsung dari orang,tua yang memiliki perhatian khusus terhadap anak-anak mereka. Masalah seks masih dianggap tabu dibicarakan di depan anak-anak apalagi untuk mengajarkannya kepada anak-anak. Kenyataannya banyak terjadi eksploitasi seks pada anakanak. Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks pranikah. Angka yang memprihatinkan di negeri yang cukup menjunjung tinggi nilai moral sehubungan seks. Mengapa mereka bisa melakukan hubungan seks pranikah? Penyebabnya karena kurangnya pendidikan seks. Pendidikan seks usia dini dapat memberikan pemahaman anak akan kondisi tubuhnya, pemahaman akan lawan jenisnya, dan pemahaman untuk menghindarkan dari kekerasan seksual. Pendidikan seks yang dimaksud di sini adalah anak mulai mengenal akan identitas diri dan keluarga, mengenal anggota-anggota tubuh mereka, serta dapat menyebutkan ciri-ciri tubuh. Untuk membahas masalah seks pada anak memang tidak mudah, apalagi yang ada di dalam pikiran orang tua ketika mendengar kalimat pendidikan seks di usia dini adalah mengajarkan anak untuk berhubungan seksual. Sehingga orang tua tidak ingin atau enggan untuk mengajarkannya. Namun, mengajarkan pendidikan seks pada anak harus diberikan. Menurut Dr Rose Mini AP, M Psi seorang psikolog pendidikan, seks bagi anak wajib diberikan orangtua sedini mungkin. Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin. Tepatnya dimulai saat anak masuk play group (usia 3-4 tahun), karena pada usia ini anak sudah dapat mengerti mengenai organ tubuh mereka dan dilanjutkan dengan pengenalan organ internal mereka agar anak menjadi lebih mengerti organ atau alat kelamin mereka sendiri.

Tidak ada cara instan untuk mengajarkan seks pada anak kecuali melakukannya setahap demi setahap sejak dini. Kita dapat mengajarkan anak mulai dari hal yang sederhana, dan menjadikannya sebagai satu kebiasaan sehari-hari. Tanamkan pengertian pada anak layaknya kita menanamkan pengertian tentang agama. Kita tahu tidak mungkin mengajarkan agama hanya dalam tempo satu hari saja dan lantas berharap anak akan mampu menjalankan ibadahannya, maka demikian juga untuk seks. Pengenalan seks pada anak dapat dimulai dari pengenalan mengenai anatomi tubuh. Kemudian meningkat pada pendidikan mengenai cara berkembangbiak makhluk hidup, yakni pada manusia dan binatang. Nah, kalau sudah tahu, orangtua dapat memberi tahu apa saja dampakdampak yang akan diterima bila anak begini atau begitu, Salah satu cara menyampaikan pendidikan seksual pada anak dapat dimulai dengan mengajari mereka membersihkan alat kelaminnya sendiri. Dengan cara Mengajari anak untuk membersihkan alat genitalnya dengan benar setelah buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB), agar anak dapat mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Pendidikan ini pun secara tidak langsung dapat mengajarkan anak untuk tidak sembarangan mengizinkan orang lain membersihkan alat kelaminnya. Cara menyampaikan pendidikan seksual itu pun tidak boleh terlalu vulgar, karena justru akan berdampak negatif pada anak. Di sini orangtua sebaiknya melihat faktor usia. Artinya ketika akan mengajarkan anak mengenai pendidikan seks, lihat sasaran yang dituju. Karena ketika anak sudah diajarkan mengenai seks, anak akan kristis dan ingin tahu tentang segala hal. Jika menunda memberikan pendidikan seks pada saat anak mulai memasuki usia remaja, maka itu sudah terlambat. Karena di zaman di mana informasi mudah didapat dari Internet dan teman sebaya, maka saat anak usia remaja mereka telah mengetahui lebih banyak tentang seks dan kemungkinan besar dari sudut pandang yang salah. Cara yang dapat digunakan mengenalkan tubuh dan ciri-ciri tubuh antara lain melalui media gambar atau poster, lagu dan permainan. Pemahaman pendidikan seks di usia dini ini diharapkan anak agar anak dapat memperoleh informasi yang tepat mengenai seks. Hal ini dikarenakan adanya media lain yang dapat mengajari anak mengenai pendidikan seks ini, yaitu media informasi. Sehingga anak dapat memperoleh informasi yang tidak tepat dari media massa terutama tayangan televisi yang kurang mendidik. Berikut ini ada beberapa tahapan umur dan cara memberikan pendidikan seks sesuai dengan tingkat usia anak :

*Balita(1-5tahun) Pada usia ini, bisa mulai menanamkan pendidikan seks. Caranya cukup mudah, yaitu dengan mulai memperkenalkan kepada si kecil organ-organ seks miliknya secara singkat. Tidak perlu memberi penjelasan detail karena rentang waktu atensi anak biasanya pendek. Selain itu, tandaskan juga bahwa alat kelamin tersebut tidak boleh dipertontonkan dengan sembarangan, dan terangkan juga jika ada yang menyentuhnya tanpa diketahui orang tua, maka si anak harus berteriak keras-keras dan melapor kepada orang tuanya. Dengan demikian, anak-anak bisa dilindungi terhadap maraknya kasus kekerasan seksual dan pelecehan seksual terhadap anak. *Usia(3-10tahun) Pada usia ini, anak biasanya mulai aktif bertanya tentang seks. Misalnya anak akan bertanya dari mana ia berasal. Atau pertanyaan yang umum seperti bagaimana asal-usul bayi. Jawabanjawaban yang sederhana dan terus terang biasanya efektif. *Usia(MenjelangRemaja) Saat anak semakin berkembang, mulai saatnya Anda menerangkan mengenai haid, mimpi basah, dan juga perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seorang remaja. Anda bisa terangkan bahwa si gadis kecil akan mengalami perubahan bentuk payudara, atau terangkan akan adanya tumbuh bulu-bulu di sekitar alat kelaminnya. *Usia(Remaja) Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan secara seksual. Anda perlu lebih intensif menanamkan nilai moral yang baik kepadanya. Berikan penjelasan mengenai kerugian seks bebas seperti penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara emosi. Menurut penelitian, pendidikan seks sejak dini akan menghindari kehamilan di luar pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Tidak perlu tabu membicarakan seks dalam keluarga. Karena anak Anda perlu mendapatkan informasi yang tepat dari orang tuanya, bukan dari orang lain tentang seks. Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali pendidikan seks, maka anak tersebut akan mencari jawaban dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika informasi seks didapatkan dari teman sebaya atau Internet yang informasinya bisa jadi salah. Karena itu, lindungi anak-anak sejak dini dengan membekali mereka pendidikan mengenai seks dengan cara yang tepat dan benar agar anak tidak salah presepsi dan lebih mudah mengerti.

Dengan mengajarkan pendidikan seks pada anak, diharapkan dapat menghindarkan anak dari risiko negatif perilaku seksual maupun perilaku menyimpang. Dengan sendirinya anak diharapkan akan tahu mengenai seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama, dan adat istiadat, serta dampak penyakit yang bisa ditimbulkan dari penyimpangan tersebut. Perilaku Menyimpang Usia Remaja Saat ini banyak terjadi pergaulan bebas di kalangan remaja. Banyak remaja atau anak muda yang terjerumus dalam pergaulan tidak sehat. Mereka tidak menyadari bahwa hal itu menyebabkan masa depan mereka terancam. Sering sekali diberitakan di televisi, radio ataupun media cetak yang mengabarkan tentang remaja yang berpesta sabu-sabu/narkoba, kasus pengeroyokan dan tawuran di kalangan anak SMA. perilaku yang dilakukan oleh remaja tersebut dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang merupakan suatu perwujudan adanya gangguan dalam usaha pencapaian harga diri. Apabila seorang remaja gagal dalam mencapai harga dirinya, baik cara yang dilakukan itu dapat diterima atau tidak, maka ia akan merasa kecewa terhadap keadaan dirinya dan lingkungannya. Akibatnya, ia akan memandang dirinya dengan sikap negatif. Sebaliknya apabila seorang remaja berhasil mencapai harga dirinya, maka ia akan merasa puas dengan dirinya maupun dengan lingkungannya. Hal ini akan menyebabkan ia bersikap positif terhadap dirinya. Masa remaja ini dikenal sebagai masa peralihan, perubahan, masa pencarian identitas. Selaras dengan jiwa remaja yang berada dalam transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa maka diperlukan kegiatan yang dapat merangsang tumbuh-kembangnya kesadaran akan identitas diri yang berdimensi transpersonal. Karena pada masa ini remaja mengalami peralihan dari keadaan jiwa remaja yang masih labil, dan mengalami kegoncangan maka akan nampak pula dalam kehidupan beragamanya yang mudah goyah, timbul kebimbangan dan kerisauan. Dalam masa peralihan, pencarian identitas menempatkan pendidikan agama sebagai salah satu faktor yang berpengaruh kuat dalam upaya penanggulangan kenakalan remaja. Menurut Zakiah Darajat (1999: 41) mengungkapkan sebab-sebab timbulnya kenakalan remaja antara lain: 1. Lemahnya pendidikan agama di lingkungan keluarga; 2. Kemerosotan moral dan mental orang dewasa; 3. 4. 5. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik; Adanya dampak negatif dari kemajuan teknologi; Tidak stabilnya kondisi sosial, politik, ekonomi.

Faktor-faktor yang dapat mengurangi tingkat kenakalan remaja (faktor positif) di antaranya: 1. Masih ada dan masih diakuinya norma-norma agama dan norma-norma sosial oleh sebagian besar anak-anak, remaja, maupun orang dewasa; 2. Masih adanya selalu usaha-usaha ke arah penegakan norma yang berlaku di masyarakat;

3. 4.

Daya tahan dan sikap menilai terhadap pengaruh negatif dari sebagian besar golongan di masyarakat masih kuat; Susunan dan ikatan-ikatan sosial masyarakat Indonesia masih memungkinkan adanya kontrol terhadap pelanggaran-pelanggaran norma.

Sedangkan faktor-faktor yang justru memungkinkan timbulnya kenakalan remaja (faktor negatif) antara lain: 1. Situasi sosial politik yang kurang menguntungkan; 2. 3. 4. 5. 6. Keadaan sosial ekonomi yang belum kuat; Suasana sosial psikologi yang belum stabil; Kesehatan fisik dan mental masyarakat yang belum mantap; Perkembangan teknologi yang belum seimbang dengan kesiapan mental masyarakat untuk menerimanya; Perkembangan komunikasi massa yang besar menyebabkan frekuensi peniruan yang besar.

Pencegahan perilaku menyimpang pada remaja 1. Perlunya diciptakan kondisi lingkungan terdekat yang stabil mungkin, khususnya lingkungan keluarga. 2. Pengembangan pribadi remaja yang optimal juga perlu diusahakan melalui pendidikan, khususnya sekolah. 3. Mengikuti kegiatan dalam suatu organisasi atau perkumpulan pemuda, baik yang formal maupun yang informal. 4. Usaha untuk meningkatkan kemampuan remaja dalam bidang-bidang tertentu sesuai dengan kemampuan dan bakatnya masing-masing (misalnya dalam bidang teater, musik, olah raga, baca puisi, dsb).

Penanganan terhadap perilaku menyimpang remaja Menurut Rogers (Adams & Gullotta, 1983: 56-57) ada lima ketentuan yang harus dipenuhi untuk membantu remaja : 1. 2. 3. 4. 5. Kepercayaan. Remaja itu harus percaya kepada orang yang mau membantunya (orang tua, guru, psikolog, ulama, dan sebagainya). Kemurnian hati. Remaja harus merasa bahwa penolong itu sungguh-sungguh mau membantunya tanpa syarat. Kemampuan mengerti dan menghayati (emphaty) perasaan remaja. Kejujuran. Remaja mengharapkan penolongnya menyampaikan apa adanya saja, termasuk hal-hal yang kurang menyenangkan. Mengutamakan persepsi remaja sendiri.

LO2. AKI ( Angka Kematian Ibu ) Definisi Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu merupakan indikator kesehatan yang cukup penting. Angka kematian ibu diketahui dari jumlah kematian karena kehamilan, persalinan dan ibu nifas per jumlah kelahiran hidup di wilayah tertentu dalam waktu tertentu. Angka Kematian Ibu mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh : keadaan sosial ekonomi dan kesehatan menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, serta tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetric. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajatkesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yangtelah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitumeningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yangdilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikianupaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masihmembutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. GambarPencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI)Tahun 1994-2015 (Dalam 100.000 Kelahiran Hidup)
450 390 334 226 Target RPJMN

307 228

102

Target Mdgs 0 1994 1997 2002 2007 2015

Sumber data: SDKI, 1994, 2002/2003, 2007, MDGs dan Bappenas

Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan daritahun ke tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesiasebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebutmasih tertinggi di Asia.Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 Kelahiran Hidup. Penyebab Kematian Ibu Melahirkan Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktorpenentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikanuntuk menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul. Yakni pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang-kejang, aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga cukuppenting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakangpendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif dalam segalapermasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selain masalahmedis, tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender, nilaibudaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil danmelahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalahperistiwa alamiah perlu diubah secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatiandari masyarakat. Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibubaik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat terutama suami.

GrafikDistribusi Persentase Penyebab Kematian Ibu Melahirkan


Lain Lain 11% Komplikasi Masa purpureum 8% Emboli Obst 3% Perdarahan 28%

P.Lama/Macet 5%

Abortus 5%

Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian ibu Infeksi 11% melahirkan,berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama penyebab kematian
Eklamsia 24%

ibumelahirkan yakni , pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi.Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu ( 28 persen) ,anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebabutama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utamaibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibudisebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persensampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelahmengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibatkekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalahkesehatan yang berkepanjangan.(WHO). Persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu yang adalah eklamsia (24persen), kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi(hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, danakan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidakkembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensisudah diderita ibu sebelum hamil. (Profil Kesehatan Indonesia, 2007), sedangkanpersentase tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11persen). Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masihrendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatanmenetapkan target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun2010. Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong olehtenaga medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi73 persen dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengannegara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand di mana angka pertolonganpersalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90%. Apabila dilihat dariproyeksi angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan nampak bahwa adapelencengan dari tahun 2004 dimana angka pertolongan persalinan oleh tenagakesehatan dibawah dari angka proyeksi, apabila hal ini tidak menjadi perhatian kitasemua maka diperkirakan angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatansebesar 90 % pada tahun 2010 tidak akan tercapai, konsekuensi lebih lanjut bisaberimbas pada resiko angka kematian ibu meningkat. Kondisi geografis, persebaranpenduduk dan sosial budaya merupakan beberapa faktor penyebab rendahnyaaksesibilitas terhadap tenaga pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, dantentunya disparitas antar daerah akan berbeda satu sama lain.

GrafikTempat Persalinan dan Penolong Persalinan dengan Kualifikasi Terendah

TabelDistribusi Persentase Anak Lahir Hidup TerakhirDalam Lima Tahun

Sementara dilihat dari latar belakang pendidikan, ibu dengan status tidak sekolah lebih banyak ditolong oleh Dukun bayi.

Apabila dilihat dari tren pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatandari tahun 2000-2007 menunjukkan bahwa pertolongan persalinan oleh dokter daritahun trendnya meningkat baik di desa maupun di kota. Bahkan di daerah perkotaanangka pertolongan persalinan oleh dokter pada tahun 2007 telah lebih dari 20%.Sedangkan cakupan pertolongan persalinan oleh bidan relatif tidak banyak bergerakbahkan apabila dibandingkan antara tahun 2007 dan 2004 secara total pertolonganpersalinan oleh bidan kecenderunganya menjadi turun. Rumus Menghitung Angka Kematian Ibu Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran Rumus

Dimana: Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu. Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu, di daerah tertentu. Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.

LO3. Memahami dan Menjelaskan Angka Kematian Bayi Definisi Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawahsatu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saatsetelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satutahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar,dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen daneksogen.Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal;adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, danumumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yangdiperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yangterjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yangdisebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar Fungsi Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakatdimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neonatal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak,program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anakdibawah usia 5 tahun Rumus Penghitungan

Dimana: AKB D0-<1th lahir hidup K

= Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR) =Jumlah Kematian Bayi (berumur kurang 1 tahun) pada satu tahuntertentu di daerah tertentu. = Jumlah Kelahiran Hidup pada satu tahun tertentu di daerahtertentu (lihat modul fertilitas untuk definisi kelahiran hidup). = 1000

Penyebab Kematian Pada bayi Tiga penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), komplikasi perinatal dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil bagi 75% kematian bayi. Pada 2001 pola penyebab kematian bayi ini tidak banyak berubah dari periode sebelumnya, yaitu karena sebab-sebab perinatal, kemudian diikuti oleh infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), diare, tetanus neotarum, saluran cerna, dan penyakit saraf.Pola penyebab utama kematian balita juga hampir sama yaitu penyakit saluran pernafasan, diare, penyakit syaraf termasuk meningitis dan encephalitis dan tifus. 1. Faktor Ibu a. Masa Kehamilan

ANC Infeksi ibu hamil : rubela, sifilis, gonorhoe, malaria Gizi ibu hamil Karakteristik ibu hamil : umur, paritas, jarak b. Persalinan Partus macet/ lama : letak sunsang, bayi kembar, distocia Tenaga Penolong Kehamilan Umur 0 7 hari : BBLR, Asfiksia Umur 8 28 hari : pneumonia, diare, tetanus, sepsis, kelainan kogenital.

2. Faktor Janin

Pencegahan Pencegahan Angka kematian bayi baru lahir dapat dicegah dengan intervensi lingkungan dan perilaku. Upaya penyehatan lingkungan seperti penyediaan air minum, fasilitas sanitasi dan higienitas yang memadai, serta pengendalian pencemaran udara mampu meredam jumlah bayi meninggal. "Untuk itu pemerintah tidak lelah mengampanyekan pentingnya upaya kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat. Perawatan sederhana seperti pemberian air susu ibu (ASI) dapat menekan AKB. Telah terbukti, pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13% kematian bayi dan bahkan 19/0 jika dikombinasikan dengan makanan tambahan bayi setelah usia 6 bulan.

LO 4. Memahami dan Menjelaskan Audit Maternal Perinatal Definisi : Pengertian Audit maternal-perinatal adalah proses penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian ibu dan perinatal serta penatalaksaannya, dengan menggunakan informasi dan pengalaman dari suatu kelompok terkait, untuk mendapatkan masukan mengenaai intervensi yang paling tepat dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayana KIA di suatu wilayah. Dengan demikian, kegiatan audit ini berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan dengan pendekatan pemecahan masalah. Dalam kaitannya dengan pembinaan, ruang lingkup wilayah dibatasi pada kabupaten/kota, sebagai unit efektif yang mempunyai kemampuan pelayanan obstetrik-perinatal dan didukung oleh pelayanan KIA sampai ke tingkat masyarakat. Audit maternal-perinatal merupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian di masa yang akan datang. Penelusuran ini memungkinkan tenaga kesehatan menentukan hubungan antara faktor penyebab yang dapat dicegah dan kesakitan/kematian yang terjadi. dengan kata lain istilah audit maternal-perinatal merupakan kegiatan Death and case follow-up. Lebih lanjut, kegiatan ini akan membantu tenaga kesehatan untuk menentukan pengaruh keadaan dan kejadian yang mendahului kesakitan/kematian. Dari kegiatan ini dapat ditentukan: Sebab dan faktor-faktor terkait dalam kesakitan/kematian ibu dan perinatal Dimana dan mengapa berbagai sistem dan program gagal dalam mencegah kematian Jenis intervensi dan pembinaan yang diperlukan Audit maternal-perinatal juga dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan evaluasi sistem rujukan. Agar fungsi ini dapat berjalan dengan baik, maka dibutuhkan: Pengisian rekam medis yang lengkap dan benar semua tingkat pelayanan kesehatan Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara otopsi verbal, yaitu wawancara kepada keluarga atau orang lain yang mengetahui riwayat penyakit atau gejala serta tindakan yang diperoleh sebelum penderita meninggal, sehingga dapat diketahui perkiraan sebab kematian. Azas AMP 1. NO NAME (tidak menyebutkan identitas) 2. NO SHAME (tidak mempermalukan) 3. NO BLAME (tidak menyalahkan) 4. NO PRO JUSTISIA (tidak untuk keperluan peradilan) 5. PEMBELAJARAN

Tujuan AMP : tujuan umum Tujuan umum audit maternal-perinatal adalah meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah suatu kabupaten/kota dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal Tujuan khusus Tujuan khusus audit maternal-perinatal adalah: Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara teratur dan berkesinambungan, yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, RS pemerintah/swasta dan puskesmas, rumah bersalin, bidan praktek swasta (BPS) di wilayah kabupaten/kota dan lintas batas kabupaten/kota/provinsi Menentukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pembahasan kasus Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan kabupaten/kota, RS pemerintah dan swasta, puskesmas, rumah bersalin dan BPS dalam perencanaan, pelaksaan, pemantauan dan evaluasi terhadap intervensi yang disepakati Kebijakan Dan Strategi Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. Berdasarkan hal tersebut, kebijaksanaan Indonesia Sehat 2010 dan strategi Making Pregnency Safer (MPS) sehubungan dengan audit maternal-perinatal adalah sebagai berikut: - Peningkatan mutu pelayanan KIA dilakukan secara terus menerus melalui program jaga mutu di puskesmas, disamping upayaperluasan jangakauan pelayanan. Upaya peningkatan dan pengendalian mutu antara lain dilakukan melalui kegiatan AMP - Peningkatkan fungsi kabupaten/kota sebagai unit efektif yang mampu memanfaatkan semua potensi dan peluang yang ada untuk meningkatkan pelayanan KIA di seluruh wilayahnya - Peningkatan kesinambungan pelayanan KIA di tingkat pelyanan dasar (puskesmas dan jajarannya) dan tingkat rujukan primer (RS kabupaten/kota) - Peningkatan kemampuan kabupaten/kota dalam perencanaan progrqm KIA dengan memanfaatkan hasil kegiatan AMP mampu mengatasi masalah kesehatan setempat - Peningkatan kemampuan menajerial dan keteampilan teknis dari para pengelola dan pelaksana proram KIA melalui kegiatan analisis manajemen dan pelatihan klinis Strategi yang diambil dalam menerapkan AMP adalah: - Semua kabupaten/kota sebagai unit efektif dalam peningkatan pelayanan program KIA secara bertahap menerapkan kendali mutu, yang antara lain dilakukan melalui AMP diwilayahnya ataupun diikutsertakan kabupaten/kota lain (lintas batas) - Dinas kesehatan kabupaten/kota berfungsi sebagai kodinator fasilitator yang bekerja sama dengan RS kabupaten/kota dan melibatkan puskesmas dan unit pelayanan KIA swasta lainnya dalam upaya kendali mutu diwilayah kbupaten/kota

Ditingkat kabupaten/kota perlu dibentuk tim AMP yang selalu mengadakan pertemuan rutin untuk menyeleksi kasus, membahas dan membuat rekomendasi tindak lanjut berdasarkan temuan dari kegiatan audit (penghargaan dan sanksi bagi pelaku) Perencanaan program KIA dibuat dengan memanfaatkan hasil temuan dari kegiatan audit sehingga diharapkan berorientasi kepada pemecahan masalah setempat Pembinaan dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, bersama-sama RS kabupaten/kota (untuk aspek teknik medis) dilaksanakan langsung pada saat audit atau secara rutin dalam bentuk yang disepakati oleh tim AMP

Langkah dan Kegiatan Langkah-langkah dan kegiatan ditingkat AMP di tingkat kabupaten/kota sebagai berikut: - Pembentukan tim AMP - Penyebarluasan informasi dan petunjuk teknis pelaksanaan AMP - Menyusun rencana kegiatan (POA) AMP - Orientasi pengelola program KIA dan pelaksanaan AMP - Pelaksanaan kegiatan AMP - Penyusunan rencana tindak lanjut terhadap temuan dari kegiatan audit oleh dinkes kabupaten/kota bekerja sama dengan RS - Pemantauan dan evaluasi Rincian kegiatan AMP yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. 1. Tingkat kabupaten/kota Menyampaikan informasi dan menyamakan persepsi dengan pihak terkait mengenai pengertian dan pelasksanaan AMP di kabupaten/kota Menyusun tim AMP di kabupaten/kota, yang susunannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Secara umum, susunan tim disarankan sebagai berikut: a. Pelindung : Bupati/walikota kepala daerah b. Ketua : Kadinkes kab/kota c. Wakil ketua : Direktur RS kab/kota d. Sekretaris :Dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan RS Dokter spesialis anak RS e. Tim ahli : 1. SPOG 2. SPA 3. Dokter ahli lainnya f. Anggota : 1. Kasubdin dan kasi yang menangani program KIA 2. Kasubdin dan kasi yang menangani Yankes dasar dan rujukan 3. Dokter umu dibagian kebidanan kandungan dan bagian anak di RS kab/kota 4. Wakil dari unit pelayanan KIA lainnya yang berpotensi dalam memberikan masukan atau sumbangan pemikiran ( misalnya RS swasta, puskesmas, organisasi profesi, dll) Tim ini juga menghimpun sumber daya yang dimanfaatkan dan mengidentifikasi siapa mengerjakan apa

2.

3. -

Melaksanakan AMP secara berkala dengan melibatkan: Para kepala puskesmas dan pelaksana pelayanan KIA di puskesmas dan jajarannya Dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan serta dokter spesialis anak/dokterahli lain RS kab/kota dan staf yang terkait Kepala dinas kab/kota dan staf pengelola program terkait Pihak yang terkait, sesuai kebutuhan, misalnya bidan praktik swasta, petugas rekam medik kab/kota, dll Pada awal kegiatan, pihak yang mutlak perlu dilibatkan adalah puskesmas di wilayah kab/kota dan RS kab/kota. Secara bertahap sesuai kebutuhan, dinkes kab/kota dapat melibatkan pihak lain tersebut diatas 4. 5. 6. 7. Melaksanakan kegiatan AMP lintas batas kab/kota/propinsi Melaksanakan kegiatan tindak lanjut yang telah disepakati dalam pertemuan tim AMP Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan audit serta tindak lanjutnya dan melaporkan hasil kegiatannya ke dinas kesehatan propinsi untuk memohon dukungan Memanfaatkan hasil kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan pengelolaan program KIA secara berkelanjutan Tingkat puskesmas Menyampaikan informasi kepada staf puskesmas terkait mengenai upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA melalui kegiatan AMP Melakukan pencatatan atas kasus kesakitan dan kematian ibu serta perinatal dan penanganannya atau rujukannya untuk kemudian dilaporkan ke dinas kesehatan kan.kota Mengikuti pertemuan AMP kab/kota Melakukan pelacakan sebab kematian ibu/perinatal (otopsi verbal) selambat-lambatnya 7 hari setelah menerima laporan. Informasi ini harus dilaporkan ke dinkes kab/kota selambat-lambatnya dalam waktu 1 bulan. Temuan otopsi verbal dibicarakan dalam pertemuan audit di kab/kota. Mengikuti atau melaksanakan kegiatan peningkatan kualitas pelayanan KIA sebagai tindak lanjut dari temuan kegiatan audit Membahas kasus pertemuan AMP di kab/kota Membahas hasil tindak lanjut AMP non medis dengan LS terkait Tingkat propinsi Menyebarluaskan pedoman teknis AMP kepada seluruh kab/kota Menyamakan kerangka pikir dan menyusun rencana kegiatan pengembangan kendali mutu pelayanan KIA melalui AMP bersama kab/kota yang akan difasilitasi secara intensif Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan di kab/kota Memberikan dukungan teknis dan manajerial kepada kab/kota sesuai kebutuhan Merintis kerjasama dengan sektor lain untuk kelancaran pelaksanaan tindak lanjut temuan dari kegiatan audit yang berkaitan dengan sektor diluar kesehatan Memfasilitasi kegiatan AMP lintas batas kab/kota/profinsi

b. 1. 2. 3. 4.

5. 6. 7. c. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

d. Tingkat pusat Melakukan fasilitasi pelaksanaan AMP sebagai salah satu bentuk upaya peningkatan mutu pelayanan KIA di wilayah kab/kota serta peningkatan kesinambungan pelayanan KIA ditingkat dasar dan di tingkat rujukan primer Metoda Metoda pelaksanaan AMP sebagai berikut: Penyelenggaraan pertemuan dilakukan teratur sesuai kebutuhan oleh dinas kesehatan kab/kota bersama dengan RS kab/kota, berlangsung sekitar 2 jam. Pertemuan sebaiknya dilakukan di RS kab/kota dan kadinkes/direktur RS memimpin acara tetapi moderator pembahasan klinik adalah dokter ahli. Presentasi kasus dilakukan oleh dokter/bidan RS kab/kota atau puskesmas terkait, tergantung dimana kasus ditangani Kasus yang dibahas dapat berasal dari kab/kota atau puskesmas. Semua kasus ibu/perinatal yang meninggal di RS kab/kota/puskesmas hendaknya di audit, demikian pula kasus kesakitan yang menarik dan dapat diambil pelajaran darinya Audit yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat penanganan kasus sejak dari: Timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh keluarga/tenaga kesehatan dirumah Siapa saja yang memberikan pertolongan dan apa saja yang telah dilakukan Sampai kemudian meninggal atau dapat dipertahankan hidup. Dari pengkajian tersebut diperoleh indiksai dimana letak kesalahan/kelemahan dalam penanganan kasus. Hal ini memberi gambaran kepada pengelola program KIA dalam menentukan apa yang perlu dilakukan untuk mencegah kesakitan/kematian ibu/perinatal yang tidak perlu terjadi. Kesimpulan hasil dicatat dalam from MA untuk kemudian disampaikan dan dibahas oleh tim AMP dalam merencanakan kegiatan tindak lanjut secara nyata Pertemuan ini bersifat pertemuan penyelesaian masalah dan tidak bertujuan untuk menyalahkan atau memberi sanksi salah satu pihak Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir, notulen hasil pertemuan dan rencana tindak lanjut yang akan disampaikan dan dibahas dalam pertemuan tim AMP yang akan datang RS kab/kota dan puskesmas membuat laporan bulanan kasus ibu perinatal ke dinas kab/kota dengan memakai format yang disepakati Pencatatan Dan Laporan Dalam melaksanakan AMP ini diperlukan mekanisme pencatatan yang akurat baik ditingkat puskesmas maupun di tingkat RS kab/kota. Pencatatan yang diperlukan adalah sebagai berikut: Tingkat puskesmas Selain menggunakan rekam medis yang suadah ada di puskesmas, ditambahkan pula; 1. Form R (formulir Rujukan Maternal dan Perinatal) 2. Form OM dan OP (formulir otopsi Verbal maternal dan perinatal) form OM digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/bersalin/nifas dan perinatal yang meninggal, sedangkan form OP untuk otopsi verbal perinatal yang meninggal. Untuk

mengisi formulir tersebut dilakukan wawancara terhadap keluarga yang meninggal oleh tenaga puskesmas

RS kabupaten/kota Formulir yang dipakai adalah 1. Form MP (formulir maternal dan perinatal) form ini mencatat semua data dasar ibu bersalin/nifas dan perinatal yang masuk ke RS. Pengisiannya dapat dilakukan oleh perawat 2. Form MA (formulir Medical Audit) form ini dipakai untuk menulis hasil/kesimpulan dari audit maternal maupun perinatal, yang mengisi format ini adalah dokter yang bertugas di bagian kebidanan dan kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus perinatal) Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang yaitu: 1. Laporan dari RS kab/kota ke dinkes (LAP RS) laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab kematian) ibu dan bayi baru lahir bagian kebidanan dan penyakit kandungan serta bagian anak 2. Laporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kab/kota (LAP PUSK) 3. Laporan dari dinkes kab/kota ke tingkat dinkes propinsi (LAP KAB/KOTA) laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan perinatal yang ditangani oleh RS kab/kota, puskesmas dan unit pelayanan KIA lainnya serta tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi. Laporan ini merupakan rekapitulasi dari form MP dan form R yang hendaknya diusahakan agar tidak terjadi duplikasi pelaporan untuk kasus yang dirujuk ke RS. pada tahap awal, jenis kasus yang dilaporkan adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada ibu maternal dan perinatal. Sumber : http://mega-purnama-sari.blogspot.com/2012/05/satuan-acara-penyuluhan.html

LO5. Hukum Aborsi dan Melakukan Hubungan Seksual DIluar Nikah dalam pandangan Islam

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. ( Q.S. Al Israa: 33 ) Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan di luar pernikahaan, terutama para pelajar dan mahasiswa hari ini sudah sampai batas yang sangat mengkawatirkan. Ini akibat hilangnya nilainilai agama dalam kehidupan masyarakat, ditambah dengan gencarnya mass media yang menawarkan kehidupan glamor, bebas dan serba hedonis yang menyebabkan generasi muda terseret dalam jurang kehancuran. Pacaran sudah menjadi aktivitas yang lumrah, bahkan sebagian orang tua mlinder dan merasa malu jika anaknya tidak mempunyai pacar, karena menurut pandangan mereka orang yang tidak pacaran, adalah orang yang tidak bisa bergaul dan masa depannya suram,serta susah mencari jodoh. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya melakukan hubungan seks di luar pernikahan dan hamil, kemudian berakhir dengan pengguran kandungan dengan paksa. Data statistis BKBN ( Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) menunjukkan bahwa sekitar 2.000.000 kasus aborsi terjadi setiap tahun di Indonesia. Untuk kasus aborsi di luar negeri khususnya di Amerika data-datanya telah dikumpulkan oleh dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease Control (CDC) dan Alan Guttmacher Institute (AGI) yang menunjukkan hampir 2 juta jiwa terbunuh akibat aborsi. Jumlah ini jauh lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang manapun dalam sejarah negara itu. Begitu juga lebih banyak dari kematian akibat kecelakaan, maupun akibat penyakit . ( Aborsi.com ) Dengan demikian, aborsi secara umum merupakan perbuatan keji, tidak berperikemanusiaan dan bertentangan hukum dan ajaran agama. Walaupun demikian, hukum Aborsi secara khusus perlu dikaji secara lebih mendalam, karena Aborsi bukanlah dalam satu bentuk, tetapi mempunyai berbagai macam. Sementara itu Islam bukanlah agama yang kaku, tetapi agama yang memandang kehidupan manusia ini dari berbagai sudut, sehingga ditemukan di dalamnya solusi ats segala problematika yang dihadapi oleh manusia. Pengertian Aborsi dan Pembagiannya Aborsi menurut pengertian medis adalah mengeluarkan hasil konsepsi atau pembuahan, sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibunya. Sedang menurut bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari kata ajhadha yajhidhu yang berarti wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya. Atau juga bisa berarti bayi yang lahir karena dipaksa atau bayi yang lahir dengan sendirinya. Aborsi di dalam istilah fikih juga sering disebut dengan isqhoth ( menggugurkan ) atau ilqaa ( melempar ) atau tharhu ( membuang ) ( al Misbah al Munir , hlm : 72 )

Aborsi tidak terbatas pada satu bentuk, tetapi aborsi mempunyai banyak macam dan bentuk, sehingga untuk menghukuminya tidak bisa disamakan dan dipukul rata. Diantara pembagiaan Aborsi adalah sebagai berikut : Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa makna Aborsi adalah pengguguran. Aborsi ini dibagi menjadi dua : Pertama : Aborsi Kriminalitas adalah aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena suatu alasan dan bertentangan dengan undang-undang yang berlaku. Kedua : Aborsi Legal, yaitu Aborsi yang dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak yang berwenang. Menurut medis Aborsi dibagi menjadi dua juga : 1. Aborsi spontan ( Abortus Spontaneus ), yaitu aborsi secara secara tidak sengaja dan berlangsung alami tanpa ada kehendak dari pihak-pihak tertentu. Masyarakat mengenalnya dengan istilah keguguran. 2. Aborsi buatan ( Aborsi Provocatus ), yaitu aborsi yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan tertentu. Aborsi Provocatus ini dibagi menjadi dua : a. Jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan, maka disebut dengan Abortus Profocatus Therapeuticum b. Jika dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlak, maka disebut Abortus Profocatus Criminalis Yang dimaksud dengan Aborsi dalam pembahasan ini adalah : menggugurkan secara paksa janin yang belum sempurna penciptaannya atas permintaan atau kerelaan ibu yang mengandungnya . Pandangan Islam Terhadap Nyawa, Janin dan Pembunuhan Sebelum menjelaskan secara mendetail tentan hukum Aborsi, lebih dahulu perlu dijelaskan tentang pandangan umum ajaran Islam tentang nyawa, janin dan pembunuhan, yaitu sebagai berikut : Pertama: Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik dengan merubah ciptaan tersebut, maupun mengranginya dengan cara memotong sebagiananggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjual belikannya, maupun dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu dengan membunuhnya, sebagaiman firman Allah swt : .

Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia ( Qs. al-Isra:70)

Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.

Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya. (Qs. Al Maidah:32) Ketiga: Dilarang membunuh anak ( termasuk di dalamnya janin yang masih dalam kandungan ) , hanya karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah swt :

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar. (Qs al Isra : 31) Keempat : Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah swt, sebagaimana firman Allah swt

Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi. (QS al Hajj : 5) Kelima : Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan yang benar ( Qs al Isra : 33 ) Hukum Aborsi Dalam Islam.

Di dalam teks-teks al Quran dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt : Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar( Qs An Nisa : 93 ) Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Masud bahwasanya Rosulullah saw bersabda :

Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumlah darah beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga , berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat perkara, yaitu penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun yang bahagia. ( Bukhari dan Muslim ) Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut : 1. Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi tiga pendapat : Pendapat Pertama : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat. ( Hasyiat Al Qalyubi : 3/159 ) Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, SyafiI, dan Hambali. Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya,( Syareh Fathul Qadir : 2/495 ) Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Masud di atas yang menunjukkan bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan. Pendapat kedua : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika sampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram. Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi untuk kehati-hatian . Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab SyafiI . ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416 ) Pendapat ketiga : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya bahwa air mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan kejahatan . Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386)

Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) , telah dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat. Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu bentuk Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam katagori Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. 1. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu Masud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat. Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat: Pendapat Pertama : Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama. Dalilnya adalah firman Allah swt :

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. ( Q.S. Al Israa: 33 ) Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka sesuai dengan kaidah fiqhiyah : Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh dihilanngkan dengan sesuatu yang masih ragu ., yaitu tidak boleh membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang merupakan sesuatu yang pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya yang merupakan sesuatu yang masih diragukan. ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 1/602 ). Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu akan tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi jika sebagian penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak dibolehkan. Pendapat Kedua :

Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya, jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari kematian. Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan keberadaannya terakhir.( Mausuah Fiqhiyah : 2/57 ) Prediksi tentang keselamatan Ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu kedokteran, walaupun hal itu tidak mutlak benarnya. Wallahu Alam. Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu alasan syarI hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa yang diharamkan Allah swt.

Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa, khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya. Hukuman Berzinah Menurut Islam Imam Bukhori meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda: "Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan". Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda: "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan haq, memakan riba, makan harta anak yatim, kabur dari medan peperangan dan menuduh seorang wanita mu'min yang suci berbuat zina".

Sedangkan sangsi seorang pezina yang telah menikah lebih berat dari yang belum menikah yaitu dibunuh dengan cara dirajam karena orang itu telah mengetahui dan merasakan kenikmatan dari jima dengan pasangannya baik suami atau istrinya melalui suatu akad pernikahan yang sah menurut syariat. Sedangkan bagi orang yang belum menikah dihukum cambuk seratus kali dan diasingkan selama setahun, sebagaimana dalil-dalil berikut :

1. Firman Allah swt :

Artinya : Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan

hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (QS. An Nuur : 2)

2. Dari Abu Hurairoh ra bahwasanya Rasulullah saw pernah memberikan hukuman kepada orang yang berzina (belum menikah) dengan hukuman dibuang (diasingkan) satu tahun dan pukulan seratus kali. (HR. Bukhori)

3. Rasulullah saw menanyakan kepada seorang laki-laki yang mengaku berzina,Apakah engkau seorang muhshon (sudah menikah)? Orang itu menjawab,Ya. Kemudian Nabi bersabda lagi,Bawalah orang ini dan rajamlah'. (HR Bukhori Muslim)

4. Yang memiliki hak untuk menerapkan hukuman tersebut hanya khalifah (kepala negara Khilafah Islamiyyah) atau orang-orang yang ditugasi olehnya seperti qadhi atau hakim . Qadhi (hakim) memutuskan perkara pelanggaran hukum dalam Mahkahmah pengadilan. Dalam memutuskan perkara tersebut qadhi itu harus merujuk dan mengacu kepada ketetapan syara. Yang harus dilakukan pertama kali oleh qadhi adalah melakukan pembuktian benarkah pelanggaran hukum itu benar-benar telah terjadi.

Dalam Islam, ada empat hal yang dapat dijadikan sebagai bukti, yakni: (1) saksi, (2) sumpah, (3) pengakuan, dan (4) dokumen atau bukti tulisan. Dalam kasus perzinaan, pembuktian perzinaan ada dua, yakni saksi yang berjumlah empat orang dan pengakuan pelaku. Tentang kesaksian empat orang, didasarkan Qs. an-Nuur 24 : 4. "Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita ( muslimah ) yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik." Dan untuk pengakuan pelaku, berdasarkan beberapa hadits. Maiz bin al-Aslami, sahabat Rasulullah Saw dan seorang wanita dari al-Ghamidiyyah dijatuhi hukuman rajam ketika keduanya mengaku telah berzina.

Selain kedua bukti tersebut, berdasarkan Qs. an-Nuur: 6-9, ada hukum khusus bagi suami yang menuduh isterinya telah berzina.

Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar.Qs. an-Nuur: 6 Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta Qs. an-Nuur:7 Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta.Qs. an-Nuur: 8 dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar.Qs. an-Nuur: 9

Menurut ketetapan ayat tersebut seorang suami yang menuduh isterinya berzina sementara ia tidak dapat mendatangkan empat orang saksi, ia dapat menggunakan sumpah sebagai buktinya. Jika ia berani bersumpah sebanyak empat kali yang menyatakan bahwa dia termasuk orang-orang yang benar, dan pada sumpah kelima ia menyatakan bahwa laknat Allah SWT atas dirinya jika ia termasuk yang berdusta, maka ucapan sumpah itu dapat mengharuskan isterinya dijatuhi hukuman rajam. Namun demikian, jika isterinya juga berani bersumpah sebanyak empat kali yang isinya bahwa suaminya termasuk orang-orang yang berdusta, dan pada sumpah kelima ia menyatakan bahwa bahwa laknat Allah SWT atas dirinya jika suaminya termasuk orang-orang yang benar, maka itu dapat menghindarkan dirinya dari hukuman rajam. Jika ini terjadi, keduanya dipisahkan dari status suami isteri, dan tidak boleh menikah selamanya.Inilah yang dikenal dengan lian.

Dikarenakan syaratnya harus ada empat orang saksi, seseorang tidak dapat dijatuhi hukuman. Pengakuan dari salah satu pihak tidak dapat menyeret pihak lainnya untuk dihukum. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah di ceritakan bahwa ada seorang budak laki-laki yang masih bujang mengaku telah berzina dengan tuan nya perempuan. Kepada dia, Rasulullah menetapkan hukuman seratus cambukan dan juga di asingkan selama satu tahun. Namun demikian Rasulullah Saw tidak secara otomatis juga menghukum wanitanya. Rasulullah Saw memerintahkan Unais (salah seorang sahabat) untuk menemui wanita tersebut, jika ia mengaku baru ia diterapkan hukuman rajam (lihat Bulugh al-Maram bab Hudud). Hasil visum dokter juga tidak dapat dijadikan sebagai bukti perbuatan zina. Hasil visum itu hanya dapat dijadikan sebagai petunjuk saja.

Tuduhan perzinaan harus dapat dibuktikan dengan bukti-bukti di atas. Tidak boleh menuduh seseorang melakukan zina, tanpa dapat mendatangkan empat orang saksi. Hal lain dapat berbeda bagi kasus perkosaan. Maka yang memperkosalah yang akan menghadapi hukuman di atas, sedangkan bagi korbannya di bebaskan dari hukuman tersebut di atas dan di anggap masih suci bersih

Namun demikian Allah SWT Maha Pengampun dan Maha penerima taubat hamba-hamba-Nya yang mau kembali kepada-Nya, bertaubat dengan taubat nasuha, yaitu : memohon ampunan kepada-Nya, menyesali perbuatan buruknya itu, bertekad untuk tidak mengulanginya di masamasa yang akan datang dan melakukan berbagai amal shaleh, sebagaimana firman Allah swt :

Artinya : Dan sesungguhnya aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar. (QS. Thaha : 82)

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Anas bin Malik ia berkata; saya mendengar Rasulullah saw berkata: "Allah tabaraka wa ta'ala berfirman: "Wahai anak Adam, tidaklah engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku melainkan Aku ampuni dosa yang ada padamu dan Aku tidak perduli, wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu telah mencapai setinggi langit kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku niscaya aku akan mengampunimu, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan kepenuh bumi kemudian engkau menemui-Ku dengan tidak mensekutukan sesuatu dengan-Ku niscaya aku akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi." Abu Isa berkata; hadits adalah hadits hasan gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini.

Untuk itu tidak sepatutnya seorang yang telah melakukan suatu dosa sekali pun ia adalah dosa besar berputus asa karena pintu taubat masih terus dibuka selama nyawa belum berada di tenggorokan dan selama matahari belum terbit dari barat. Bahkan Allah swt menjanjikan bagi setiap orang yang berdosa lalu bertaubat dengan sebenar-benarnya akan dihapuskan kesalahannya itu bagaikan seorang yang tidak dosa serta memberikan kemenangan baginya di akherat dengan surga-Nya.

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-

kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungaisungai." (QS. At Tahrim : 8)

Artinya : Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An Nuur : 31)

Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu 'Ubaidah bin Abdullah dari ayahnya dia berkata; Rasulullah saw bersabda: "Orang yang bertaubat dari dosa, bagaikan seorang yang tidak berdosa."

Kemudian hendaklah si pelaku setelah bertaubat tidak membuka aibnya itu kepada siapapun setelah Allah menutupi aibnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw ,Setiap umatku mendapat pemaafan kecuali orang yang menceritakan (aibnya sendiri). Sesungguhnya diantara perbuatan menceritakan aib sendiri adalah seorang yang melakukan suatu perbuatan (dosa) di malam hari dan sudah ditutupi oleh Allah swt kemudian dipagi harinya dia sendiri membuka apa yang ditutupi Allah itu. (HR. Bukhori dan Muslim)

Walaupun ada jaminan dari Allah SWT mendapat ampunan bagi yang bertaubat, bukan berarti kita bisa seenaknya berbuat dosa lalu setelah itu bertaubat karena taubat yang di terima Allah SWT adalah Taubat nasuha. Taubat yang benar benar sepenuh jiwa dan tidak pernah di ulangi lagi berbuat dosa.

You might also like