You are on page 1of 5

Tiraikasih Website http://kangzusi.

com/

Jadi, Pak Hasan-lah sebenarnya yang memegang rahasia tentang siapa Kismi dan di mana Kismi. Tanpa memberitahukan kepada yang lain masalah Pak Hasan itu, Hamsad segera menghubungi Pak Hasan melalui telepon. Kebetulan, ketika Hamsad jalan-jalan di pantai, ia sempat bertemu dengan Pak Hasan dan disuruh menghubunginya sewaktu-waktu. Maka, kali ini ia ingin membuat janji untuk bertemu di sebuah restoran fast food. Pak Hasan sebenarnya punya bahan pembicaraan sendiri. Ia ingin berbicara tentang kematian Norman dan tawaran buat Hamsad mengenai penulisan tentang buku-buku. Tetapi, Hamsad lebih dahulu bertanya, "Siapa Kismi itu sebenarnya, Pak?" Pak Hasan kelihatan bingung, tak mengerti maksud Hamsad. Ia menggumam, "Kismi...?! Maksudmu, Kismi apa ini? Kismi makanan atau...?" "Norman bunuh diri sejak ia dibawa oleh Bapak ke Motel Seruni, dan di sana ia bercinta dengan Kismi." "Ya. Memang aku yang mengajaknya ke motel, tapi dia menolak perempuan yang kukirimkan untuknya. Malahan perempuan itu bilang, bahwa Norman telah mempunyai pasangan sendiri. Mungkin, perempuan itu yang bernama Kismi. Tapi, aku tak tahu, Norman dapat dari mana perempuan itu." tutur Pak Hasan kelihatan serius sekali. Hamsad masih curiga. "Jadi, Pak Hasan benar-benar tidak mengenal perempuan yang bernama Kismi?" "Tidak. Mendengar nama itu pun aku baru sekarang." Pak Hasan tertawa pendek. "Kusangka tadinya Kismi itu nama makanan. Jadi, tadi aku sedikit bingung." Hamsad tersenyum tawar, kemudian menghempaskan napas. Rona duka terlihat samar-samar di wajah itu, membuat Pak Hasan berbalik curiga kepada Hamsad. "Ada apa sehenarnya, Ham? Apa benar kematian Norman karena mengenal perempuan bernama Kismi?" 'Ya. Benar. Tempo hari, ketika saya bertemu Pak Hasan di pantai, saya dengan teman saya mencari perempuan yang
Dewi KZ

56

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bernama Kismi. Teman saya, Denny, berhasil bertemu dengan Kismi, tapi ia tidak sempat berbicara panjang lebar mengenai Norman. Ia terbuai dan bergumul dengan Kismi sampai pagi. Badannya lemas, wajahnya jadi pucat seperti mayat hidup. Beberapa hari yang lalu, Denny pun mati karena bunuh diri." "Hah...?!" Pak Hasan mendelik. "Denny menikam leher, jantung dan ulu hatinya dengan garpu makan di sebuah warung. Menurut saksi mata, ia menghempaskan napas terakhir sambil menyebutkan nama Kismi." Hamsad menelan ludahnya sendiri, seperti memendam suatu kepedihan. Pak Hasan melihat kesungguhan di wajah Hamsad, dan hal itu membuatnya berdebar-debar. Setelah Hamsad menceritakan secara detail tentang kematian Norman, juga proses kematian Denny, Pak Hasan pun akhirnya berkata, "Misterius sekali. Aku jadi tertarik untuk menemui perempuan itu." "Apakah Bapak bisa membujuk petugas motel?" "Kenapa tidak!? Pemilik motel itu temanku satu kampung." *** Bab 7 Memang benar. Pemilik motel itu adalah teman sekampung dengan Pak Hasan. Tetapi, sayangnya Pak Hasan merasa keberatan jika Ham-sad ikut menghadap pemilik motel itu. Hamsad hanya diizinkan menunggu di lobby, sementara Pak Hasan terlibat pembicaraan dengan pemilik motel di dalam kantornya. Sore itu, Hamsad merasa seperti kambing congek, terbengong sendirian di lobby. Hatinya dongkol, karena tak diizinkan ikut dalam pembicaraan tersebut. Alasan Pak Hasan, karena temannya yang menjadi pemilik motel itu dalam keadaan cacat, dan ia tak mau orang lain melihat kecacatan fisiknya. Mau tak mau Hamsad menerima alasan tersebut. Matahari hampir terbenam seluruhnya. Hamsad masih berharap, mudah-mudahan ia bisa bertemu dengan perempuan yang bernama Kismi di lobby itu. Paling tidak
Dewi KZ

57

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melihat perempuan dengan ciri-ciri seperti yang disebutkan Norman dan Denny, dan Hamsad akan berusaha mengenal perempuan itu. Sayangnya, tamu-tamu yang memasuki lobby tidak satu pun ada yang punya paras cantik dan punya pesona mirip ratu Mesir Kuno. Rata-rata perempuan yang masuk ke lobby mempunyai paras standar, biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa. Kalau tidak istimewa, berarti dia bukan Kismi. Sambil merenungkan misteri kematian Norman dan Denny, Hamsad berhasil menemukan satu kejanggalan. Kejanggalan itu, tempo hari dikatakan rusak AC-nya, dan sering tersumbat saluran airnya. Tetapi, nyatanya ketika Hamsad masuk menemui Denny, kamar itu ber-AC. Lancar. Timbul rasa curiga dalam hati Hamsad, mengapa bagian resepsionis waktu itu setengah tidak mengizinkan mereka membocking kamar, Seruni? Kamar masih ada dua yang kosong, tapi dikatakan: "Tinggal satu kamar yang belum di-bocking." Ini aneh dan janggal bagi Hamsad. Kecurigaan kedua, mengapa Norman dan Denny bisa bertemu dengan Kismi di kamar itu? Bagaimana dengan kamar lain? Apakah Kismi mau datang ke kamar lain juga? Mengapa pula Kismi tidak meminta uang lelah kepada Norman dan Denny? Bukankah Kismi bekerja sebagai wanita penghibur? Bukankah yang dibutuhkan dalam hal itu adalah uang? Iseng-iseng, Hamsad mendekati bagian resepsionis. Kali ini yang bertugas bukan orang yang dulu, tetapi orang yang sebenarnya pernah ditemui Denny dan Tigor. Hanya saja, Hamsad tidak tahu tentang pemuda tersebut. "Masih ada kamar kosong, Mas?" sapa Hamsad dengan ramah. "Masih," jawab bagian resepsionis dengan ramah pula. "Mau bocking kamar?" tawarnya. Hamsad hanya tersenyum dalam ketenangan sikapnya. "Saya tunggu keputusan dari teman saya yang sedang menemui pemilik motel ini. Kalau dia mengajak bermalam di sini, yah... mau tak mau kami bocking dua kamar." Padahal
Dewi KZ

58

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

rencana itu tidak ada dalam pembicaraan Hamsad dengan Pak Hasan. "Hari ini, agak sepi," kata petugas resepsionis. "Lain halnya jika malam Minggu. Kalau malam-malam seperti ini, apalagi ini malam Jumat, biasanya kamar kami banyak yang kosong. Kalau Bung jadi bermalam di sini, Bung bisa bebas memilih kamar sesuai selera." "O, begitu, ya?! Jadi, bisa saja saya memilih kamar Seruni, ya?" Pemuda petugas resepsionis itu sedikit menggeragap. "Hm... kalau kamar itu, wah... kebetulan tadi siang sudah ada yang bocking. Kamar itu sudah diisi, Bung." "Ooo...?!" Hamsad manggut-manggut. "Kalau boleh saya tahu, lelaki atau perempuan yang memakai kamar Seruni itu?" "Lelaki. Mungkin dia orang seberang." "Sendirian?" "Ya. Sendirian. Barangkali sebentar lagi partnernya datang." "Apa dia langganan di sini? Maksud saya, sering datang dan bermalam di sini dengan seorang perempuan?" makin lama pertanyaan Hamsad makin bersifat pribadi. Petugas itu agak sulit menjawab. Ia hanya tersenyum-senyum yang a-khirnya berkata, "Sebenarnya, kami tidak boleh bicara soal itu, Bung. Tapi, karena kebetulan tadi saya juga yang menerima tamu itu, jadi kalau boleh saya katakan, bahwa saya baru sekali ini bertemu dengan orang tersebut. Saya rasa, dia juga baru kali ini datang kemari, Bung." Hamsad manggut-manggut sambil menggumam. Petugas itu berkata lagi, "Kalau Bung mau, bisa memilih kamar yang lain. Kamar Seroja juga bagus. Bung. Strategis dan romantis letaknya. Dia ada di tepi pantai. Bung bisa melihat ombak dari terasnya." "Kalau saya mau, saya akan memilih kamar Seruni," kata Hamsad pelan, sepertinya sekadar basa-basi saja.
Dewi KZ

59

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kamar itu jarang dipakai, Bung," bisik petugas resepsionis, nada bicaranya mencurigakan. "Kenapa? AC-nya rusak? Saluran airnya tersumbat?" Petugas itu tertawa pendek. "Itu hanya alasan kami. Sebenarnya, kami menghindari kamar itu dari para tamu. Kalau tidak memaksa sama sekali, kami tidak izinkan para tamu menggunakan kamar tersebut." "Alasannya?" desak Hamsad semakin penasaran. "Kamar itu angker, Bung." Kali ini suaranya yang berbisik namun ditekankan kalimatnya itu, membuat Hamsad menjadi merinding seketika. Ia memandang ke arah luar, ternyata malam mulai datang. Suasana tak secerah waktu ia tiba di motel ini. Dan, suasana malam itu makin membuat Hamsad berdebar-debar setelah mendengar jawaban petugas tersebut. Sebenarnya Hamsad ingin bertanya lebih lanjut mengenai kamar Seruni, sayangnya petugas itu harus menemui tamu yang hendak mem-bocking kamar. Hamsad ditinggalkan, dan kini ia kembali ke meubel lobby, duduk di sana merenung diri. Hatinya menjadi galau. Resah. Batinnya bertanya-tanya, "Benarkah kamar itu angker? Jika benar begitu, mengapa begitu mudah petugas resepsionis itu mengatakannya kepadaku? Seharusnya dirahasiakan. Ini menyangkut prestise motel ini sendiri, kan? Ah, kurasa ia mengada-ada. Dengan cara begitu, diharapkan aku tidak kecewa dan mau memilih kamar lain. Brengsek! Itu hanya teknik propagandanya saja!" Hamsad mendesah kesal. Pak Hasan terlalu lama ngobrol di dalam dengan pemilik motel yang juga sebagai manager. Untuk menghilangkan kejenuhannya, Hamsad melangkah keluar dari lobby, menikmati udara malam di luar lobby. Dalam pikirannya sempat terlintas satu harapan. "Mudah-mudahan cewek yang akan datang ke kamar Seruni ituadalah Kismi. Kalau benar yang akan melayani tamu di kamar Seruni itu Kismi, maka ada baiknya kalau aku menghadangnya di sini. Kismi pasti akan berjalan lewat arah sini untuk menuju kamar Serani. Mungkin aku bisa menyapanya, setidaknya melihat
Dewi KZ

60

You might also like