You are on page 1of 18

Hasil Belajar Mandiri Blok 14 Nyeri pada Lutut Kanan dan Kiri disertai Krepitasi Saat Berjalan Selvi

Leasa 102009035 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 dulce_evita91@hotmail.com

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Osteoartritis merupakan suatu penyakit degeneratif dan berjalan secara progresif. Adapun perbandingan wanita dan pria sebelum usia 45 tahun adalah sama. Tetapi setelah wanita mengalami menopause, prevalensi wanita yang menderita penyakit ini lebih banyak dibandingkan pria. Osteoarthritis dapat ditemui di belahan dunia manapun, dan masingmasing wilayah mempunyai prevalensi penderita yang berbeda dan penyebabnya. Untuk itu diperlukan penanganan yang tepat. Pembahasan tentang osteroatritis akan diuraikan pada penulisan ini.

1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan yang dibahas dalam makalah ini, antara lain: Membahas anamnesis, pemeriksaan fisik, serta menentukan diagnosa suatu penyakit (Osteoartritis). Membahas etiologi, patofisiologi, serta epidemiologi penyakit Osteoartritis. Membahas penatalaksanaan, pencegahan, prognosis, serta komplikasi ditimbulkan dari penyakit Osteoartritis. yang

1.3 Skenario Ny. G, 58 tahun datang berobat ke poliklinik Penyakit Dalam RS UKRIDA dengan keluhan nyeri pada lutut kanan dan kiri sejak 2 tahun lalu. Nyeri pada lutut terutama bertambah saat berjalan, menekuk kaki, bangun dari duduk yang lama dan sholat. Pasien mengatakan sebelumnya sering berobat ke dokter di Puskesmas dan saat minum obat dari Puskesmas, dirasakan nyeri agak berkurang tetapi setelah obat habis, nyeri muncul kembali. Pasien juga mengatakan bahwa pada saat berjalan, sering terdengar kretek-kretek pada kedua lututnya. Pada pemeriksaan fisik, BB pasien 90 kg, TB 168 cm, KU: tampak sakit ringan, kesadaran: Compos Mentis, TD: 130/90mmHg, N:88x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,40C, pemeriksaan thorax (cor dan pulmo), abdomen, tidak ada kelainan. Pemeriksaan status lokalis: Regio genu sinistra: oedema (-), kalor (-), nyeri tekan(-), nyeri saat bergerak(+), deformitas(-).Regio genu dextra : oedema (-), kalor (-), nyeri tekan(-), nyeri saat bergerak(+), deformitas(-). Lab: Hb: 12g/dL, Leukosit 8000/uL, Ht: 36%, Trombosit: 200.000/uL, asam urat: 4,2mg/dL.

1.4 Hipotesis Nyeri pada lutut kanan dan kiri yang disertai bunyi kretek-kretek saat berjalan merupakan gejala Osteoartritis.

2. Isi 2.1 Anamnesis Anamnesis perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit. Adapun hal-hal yang perlu ditanyakan terhadap pasien yang mengalami keluhan tersebut antara lain riwayat penyakit, umur pasien, nyeri sendi yang dirasakan pasien, ditanyakan apakan ada kaku sendi, bengkak sendi dan deformitas. 2.2 Pemeriksaan 2.2.1 Pemeriksaan Fisik
2

Hambatan gerak Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini (secara radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur.

Krepitasi Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi digerakkan atau secara pasif.

Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya tak banyak (<100cc). Sebab lain ialah adanya osteofit, yang dapat mengubah permukaan sendi.

Tanda-tanda peradangan Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada OA karena adanya sinovitis. Tanda-tanda ini bias anya timbul belakangan, seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki dan sendi-sendi kecil tangan dan kaki.

Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang permanen Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi.

Perubahan gaya berjalan Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha dan OA tulang belakang dengan stenosis spinal.1
3

2.2.2 Pemeriksaan Penunjang a) Pemeriksaan radiologis Gambaran radiografi yang menyokong diagnosis OA ialah: Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban). Peningkatan densitas tulang subchondral. Kista tulang Osteofit pada pinggir sendi Perubahan struktur anatomi sendi. 1

Gambar 1. Gambaran radiologi OA pada lutut (tampak penyempitan pada celah sendi)

b) Pemeriksaan laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak berguna. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, LED) dalam batas normal. Pada OA yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein. 1
4

2.3 Diagnosa 2.3.1 Working Diagnosis Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi, maka dapat diketahui Working Diagnose yaitu Osteoartritis.

Gambar 2. Gambaran OA pada jari tangan. Sendi yang paling sering terserang OA adalah sendi-sendi penyangga beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan cervical, dan sendi-sendi pada jari. Gambaran OA yang khas adalah lebih seringnya keterlibatan sendi falang distal dan proksimal, sementara sendi metakarpofalangeal biasanya tidak terserang. Pada RA, sendi falang proksimal dan sendi metacarpal keduanya terserang, namun sendi interfalang distal tidak terlihat. 2

Adapun riwayat penyakit OA antara lain: Nyeri sendi Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih

dibandingkan dengan gerakan yang lain. Nyeri pada OA juga dapat berupa penjalaran atau akibat radikulopati, misalnya pada OA servikal dan lumbal. Kesulitan menggunakan persendian Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri. Kaku pagi Nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur. Krepitasi Rasa gemertak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit. Pembesaran sendi Salah satu sendinya (seringkali terlihat di lutut dan tangan) secara pelan-pelan membesar. Perubahan gaya berjalan Hampir semua pasien OA pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang.1 Adanya pembengkakan/peradangan pada persendian (Heberdens dan Bouchards nodes) Persendian yang sakit berwarna kemerah-merahan. 3

2.3.2 Differential Diagnosis Rheumatoid Arthritis Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan kronis pada sendi. Rheumatoid arthritis juga dapat menyebabkan peradangan pada jaringan sendi, serta organ-organ lain di dalam tubuh. Penyebab rheumatoid arthritis merupakan area penelitian yang sangat aktif di seluruh dunia. Hal ini diyakini bahwa kecenderungan untuk mengembangkan rheumatoid arthritis mungkin warisan genetik (keturunan). Hal ini juga diduga bahwa infeksi tertentu atau faktor-faktor dalam lingkungan yang mungkin memicu aktivasi dari sistem kekebalan pada individu rentan.4

Gambar 3. Gambaran gejala RA Gejala RA: Kaku pagi hari pada persendian dan sekitarnya, sekurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal. Poliartritis yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada rawan sendi dan tulang disekitarnya. Terdapat subkutan nodul rheumatoid pada lengan ekstensor. Nodul adalah nodule isi kolagen rusak yang tersusun palisade. Nodul rheumatoid ditemukan di daerah ulna, olekranon, jari tangan, tendon Achilles atau bursa olekranon. Pada jari tangan terdapat deviasi ulna, yang merupakan deviasi MCP dan jari-jari tangan ke arah ulna. Pada jari tangan juga terdapat deformitas leher angsa (swan-neck), yakni hiperekstensi PIP dan fleksi DIP dan deformitas boutonniere, yakni fleksi PIP dan hiperekstensi DIP.

Gout Arthritis

Gambar 4. Gambaran tophus pada gout arthtritis. Gout adalah penyakit yang hasil dari kelebihan asam urat dalam tubuh. Ini kelebihan asam urat mengarah pada pembentukan kristal kecil deposit asam urat yang di jaringan tubuh, terutama sendi. Ketika bentuk kristal pada sendi, menyebabkan serangan berulang dari peradangan sendi ( arthritis ). Gout dianggap sebagai penyakit kronis dan progresif. Gout kronis juga bisa menyebabkan endapan keras gumpalan asam urat dalam jaringan, khususnya di dan sekitar sendi dan dapat menyebabkan kerusakan sendi, penurunan fungsi ginjal, dan batu ginjal (nefrolisiasis). Hal ini sering berhubungan dengan kelainan mewarisi kemampuan tubuh untuk proses asam urat. Asam urat merupakan produk rincian purin yang merupakan bagian dari makanan yang dimakan. Kelainan dalam menangani asam urat dapat menyebabkan serangan radang sendi yang menyakitkan (serangan encok), batu ginjal, dan penyumbatan padapenyaringan tubulus ginjal dengan kristal asam urat, menyebabkan gagal ginjal.5 Kriteria klasifikasi artritis gout akut Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi. Tofi yang mengandung kristal urat yang dibuktikan dengan pemeriksaan kimiawi atau mikroskop polarisasi. Ditemukan 6 dari 12 fenomena klinik, laboratorium, dan sinar X yang tercantum di bawah ini : 1 2 Lebih dari satu kali serangan artritis akut Inflamasi maksimal terjadi dalam satu hari
8

3 4 5 6 7 8 9

Serangan artritis pada saw sendi (monoartritis) Terlihat kemerahan pada sendi Sendi Metatarsofalang I nycri dan bengkak Serangan satu sisi termasuk MTP I Serangan satu sisi termasuk sendi tarsal Kecurigaan adanya tofi Hiperurisemia

10 Pembengkakan asimetrik pada satu sendi (dengan sinar X) 11 Kista subkortikal tanpa erosi (sinar X) 12 Tidak ditemukan kuman pada saat serangan dan inflamasi.6

2.4 Etiologi Dibedakan menjadi 2, yakni: 1 OA primer penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan local pada sendi. 2 OA sekunder kelainan endokrin, inflamasi, metabolic, pertumbuhan, herediter, immobilisasi yang terlalu lama.1 Faktor-faktor resiko osteoarthritis Umur Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya umur. OA hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun. Jenis kelamin Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan, dan leher. Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada pria. Suku bangsa Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampakny aterdapat perbedaan di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya OA paha lebih jarang di antara orang-orang kulit
9

hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi pada kelainan kongenital dan pertumbuhan. Genetik Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya, pada ibu dari seorang wanita dengan OA pada sendi-sendi interfalang distal (nodus Heberden) terdapat 2 kali lebih sering OA pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung 3 kali lebih sering. Nodus Heberdens 10 kali lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki. Kegemukan dan penyakit metabolik Kegemukan tak hanya berkaitan dengan OA pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan OA sendi lain (tangan atau sternoclavicula). Peran faktor metabolik dan hormonal pada kaitan antara OA dan kegemukan juga disokong oleh adanya kaitan antara OA dengan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus dan hipertensi. Pasien OA ternyata mempunyai resiko penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi daripada tanpa osteoarthritis. Cacat sendi, pekerjaan dan olahraga Pekerjaan berat maupun dengan memakai satu sendi yang terus-menerus (misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan peningkatan resiko OA tertentu. Demikian juga cedera sendi dan olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan resiko OA yang lebih tinggi. Kelainan pertumbuhan Kelainan congenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit Perthes dan dislokasi congenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda. Faktor-faktor lain Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek. Faktor ini diduga berperan pada lebih tingginya OA pada

10

orang gemuk dan pelari (pada umumnya mempunyai tulang lebih padat) dan kaitan negatif antara osteoporosis dan OA.1

2.5 Patofisiologi

Gambar 5. Gambaran sendi normal dan sendi yang terkena osteoarthritis

Jaringan rawan sendi adalah jaringan elastis yang 95% terdiri dari air dan matriks ekstra selular, 5% sel kondrosit. Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan sendi. Dengan alasan-alasan belum diketahui, sintesis proteoglikan meningkat tajam pada OA. Tetapi substansi ini dihancurkan dengan kecepatan lebih tinggi, sehingga pembentukan tidak mengimbangi kebutuhan.2 Fungsinya sebagai penyangga atau shock breaker, juga sebagai pelumas, sehingga tidak menimbulkan nyeri pada saat pergerakan sendi. Apabila kerusakan jaringan rawan sendi lebih cepat dari kemampuannya untuk memperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan kehilangan pelumas sehingga kedua tulang akan bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi lutut.Setelah terjadi kerusakan tulang rawan, sendi dan tulang ikut berubah. Pada permukaan sendi yang sudah aus terjadilah pengapuran. Yaitu tumbuhnya tulang baru yang merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk menjadikan sendi kembali stabil, tapi hal ini justru membuat sendi kaku. Sendi yang sering menjadi sasaran penyakit ini adalah sendi yang sering digunakan sebagai penopang tubuh seperti lutut, tulang belakang, panggul, dan juga pada sendi tangan/kaki. Jika tidak diobati sakit akan bertambah dan
11

tidak bisa berjalan. Selain itu, tulang bisa mengalami perubahan bentuk atau deformitas bersifat permanen. Bengkok pada kaki bisa ke dalam maupun keluar.3

2.6 Epidemiologi Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degenaratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena OA. Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya sosio-ekonomik yang besar, baik di Negara maju maupun negara berkembang. Diperkirakan 1-2 juta lansia di Indonesia menderita cacat karena OA. Pada abad mendatang, tantangan terhadap dampak OA akan lebih besar karena semakin benyaknya populasi yang berumur tua.1

2.7 Penatalaksanaan Penatalaksanaan OA haruslah bersifat multifocal dan individual. Tujuan dari penatalaksaan adalah untuk mencegah atau menahan kerusakan yang lebih lanjut pada sendi tersebut, dan untuk mengatasi nyeri dan kaku sendi guna mempertahakan mobilitas.2

2.7.1 Terapi Non-farmakologis Edukasi dan Penerangan Maksud dari penerangan adalah agar pasien mengetahui sedikit seluk-beluk tentang penyakit, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak bertambah parah serta persendiannya tetap dapat dipakai.1 Memakai alat bantu Tongkat atau alat bantu berjalan dapat mengurangi berat badan yang harus ditanggung oleh sendi panggul dan lutut secara cukup berarti. 2

12

Terapi fisik dan rehabilitas Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.
1

Terapi fisik yang sering dilakukan adalah dengan pemanasan.

Untuk nyeri pada jari tangan dianjurkan merendam tangan dalam campuran parafin panas dengan minyak mineral pada suhu 47,8-520C atau mandi dengan air hangat.8 Penurunan berat badan Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan faktor yang memperberat penyakit OA, untuk itu harus diusahakan penurunan berat badan, kira-kira mendekati berat badan ideal. panggul. 2
1

Dengan

mengurangi berat badan dapat menurunkan beban yang harus dipikul oleh sendi lutut dan sendi

2.7.2 Terapi Farmakologis Analgesik Oral Non Opiat Pada umumnya pasien telah mencoba untuk mengobati sendiri penyakitnya terutama dalam hal mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Pada umumnya pasien mengetahui hal ini dari iklan pada media massa, baik cetak, radio maupun televisi.

Analgesik Topikal Pada umumnya pasien mencoba terapi cara ini sebelum memakai obat-obatan peroral lainnya. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) OAINS mempunyai efek analgetik dan efek anti inflamasi. Oleh karena pasien OA kebanyakan usia lanjut, maka pemberian obat-obatan jenis ini harus sangat berhati-hati. Jadi pemberian obat jenis ini yang efek sampingnya minimal dan dengan cara pemakaian yang sederhana, disamping itu pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya efek samping selalu harus dilakukan.
1

Obat

pereda nyeri (misalnya asetaminofen) mungkin merupakan satu-satunya obat yang diperlukan.

13

Obat anti peradangan non-steroid (misalnya Aspirin atau ibuprofen) bisa diberikan untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.8 Asetaminofen Efek analgesic asetaminofen yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, dan menurunkan suhu tubuh. Efek anti-inflamasinya sangat lemah dan tidak digunakan sebagai anti-reumatik. Asetaminofen diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Sebagai analgesic, asetaminofen sebaiknya tidak diberikan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan nefropati analgesic. Reaksi alergi terhadap asetaminofen jarang terjadi. Manifestasinya berupa eritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa. Hampir tidak mengiritasi lambung. Asetaminofen tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500mg atau sirup mengandung 120mg/5mL. Dosis asetaminofen untuk dewasa 300mg-1g per hari, dengan maksimum 4 kali sehari; untuk anak 6-12 tahun: 150-300 mg/kali, dengan maksimum 1,2g/hari. Untuk anak 1-6 tahun 60-120 mg/kali atau dibawah 1 tahun: 60mg/kali; pada keduanya diberikan maksimum 6 kali sehari. 7

Ibuprofen Ibuprofen merupakan derivate asam propionat yang bersifat analgesik dengan daya antiinflamasinya yang tidak terlalu kuat. Efek anti-inflamasinya terlihat dengan dosis 12002400mg/hari, absorpsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. Efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan aspirin, indometasin atau naproksen. Efek samping lainnya yang jarang ialah eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia. Dosis sebagai analgesic 4 kali 400mg/hari tetap sebaiknya dosis optimal pada tiap orang ditentukan secara individual. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui. 7

14

Chondroprotective Agent Yang dimaksud dengan Chondroprotective Agent adalah obat-obatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan (repair) tulang rawan sendi pada pasien OA. Yang termasuk kelompok ini adalah tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin-C,

superperoksida dismutase dan sebagainya. Asam hialuronat berperan dalam pembentukan matriks tulang rawan melalui agregasi dengan proteoglikan. Dapat diberikan secara intra-artikuler dan manfaatnya memperbaiki viskositas cairan sinovial. Glikosaminoglikan dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan dalam proses degradasi tulang rawan, antara lain hialuronidase, protease dan merangsang sintesis proteoglikan dan asam hialuronat pada kultur tulang rawan sendi manusia. Kondroitin sulfat merupakan komponen penting dalam jaringan kelompok vertebrata. Salah satu jaringan yang mengandung kondroitin sulfat adalah tulang rawan sendi dan zat ini merupakan bagian dari proteoglikan. Menurut penelitian Uebelhart dkk (1998) pemberian kondroitin sulfat pada kasus OA mempunyai efek protektif terjadinya kerusakan tulang rawan sendi. Vitamin C dalam penelitian ternyata dapat menghambat aktivitas enzim lisozim. Pada pengamatan ternyata vitamin C mempunyai manfaat dalam terapi OA.1 terhadap

2.7.3

Terapi Bedah:

o Malaligment, deformitas lutut valgus-varus o Arthroscopic debribement dan joint lavage Arthroscopic debribement merupakan suatu prosedur tindakan untuk diagnosis dan terapi pada kelainan sendi dengan menggunakan kamera, dengan alat ini dokter melakukan pembersihan dan pencucian sendi, selain itu dokter dapat melihat kelainan pada sendi yang lain dan langsung dapat memeperbaikinya. o Osteotomi Osteotomi adalah prosedur pengeluaran tulang yang dapat membantu meluruskan kembali beberapa dari keadaan cacat (deformity) pada pasien-pasien yang dipilih, umumnya mereka yang dengan penyakit lutut.
15

o Antroplasti sendi total Penggantian engsel (artroplasti). Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat lain yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis.1

2.8 Pencegahan Pencegahan timbulnya Osteoarthritis: 1. Menjaga berat badan 2. Olah raga yang tidak banyak menggunakan persendian 3. Aktifitas Olah raga sesuai kebutuhan 4. Menghindari perlukaan pada persendian. 5. Minum suplemen sendi 6. Mengkonsumsi makanan sehat 7. Memilih alas kaki yang tepat dan nyaman 8. Lakukan relaksasi dengan berbagai tehnik 9. Hindari gerakan yang meregangkan sendi jari tangan. 10. Jika ada deformitas pada lutut, misalnya kaki berbentuk O, jangan dibiarkan. hal tersebut akan menyebabkan tekanan yang tidak merata pada semua permukaan tulang.3

2.9 Prognosis OA biasanya berjalan lambat. problem utama yang sering dijumpai adalah nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstabilan bila harus menanggung beban, terutama pada lutut. Masalah ini berarti bahwa orang tersebut harus membiasakan diri dengan cara hidup yang baru. Cara hidup yang baru ini sering kali meliputi perubahan pola makan yang sudah terbentuk seumur hidup dan olahraga, manipulasi obat-obat yang diberikan dan pemakaian alat-alat bantu.2

16

2.10 Komplikasi Berbeda dengan rematik arthritis, OA tidak menyerang organ tubuh atau menyebabkan penyakit. Tapi, OA bisa memicu kecacatan yang mengganggu mobilitas. Hilangnya tulang rawan di persendian lutut bisa menyebabakan lutut melengkung. Tulang yang menonjol di sepanjang tulang belakang bisa mengganggu saraf, memicu rasa sakit, kesemutan, atau nyeri di beberapa bagian tubuh. Penurunan fungsi tulang ini akan berlanjut terus, beberapa penderita bahkan mengalami penurunan fungsi yang cukup signifikan, bahkan penderita akan berujung pada kehilangan kemampuan berdiri atau berjalan.

3. Penutup 3.1 Kesimpulan OA merupakan penyakit degenaratif yang perkembangannya secara progresif. Pemeriksaan yang dilakukan yakni pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan laboratorium (tetapi tidak terlalu dipakai). Etiologi dari OA terdiri atas 2, yakni OA primer dan OA sekunder. Selain itu terdapat faktor resiko yang memperberat penyakit OA, yakni umur, suku bangsa, genetik, jenis kelamin, kegemukan, cedera sendi, dan faktor-faktor lain. Sendi yang paling sering terserang OA adalah sendi-sendi penyangga beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan cervical, dan sendi-sendi pada jari. Adapun DD dari OA adalah rheumatoid arthritis dan gout. Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada penderita OA adalah secara nonfarmakologis, farmakologis, dan terapi bedah.

3.2 Saran OA merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah. Setelah mengetahui bagaimana cara mencegahnya, perlu dilakukan upaya yang nyata. Selain itu penatalaksaan perlu diperhatikan agar dapat mengurangi resiko-resiko yang dapat memperberat penyakit ini.

17

Daftar Pustaka 1. Aru W. Sudoyo, Bambang S., Idrus A., Marcellus S.K., Siti S. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid III, edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2010, hal. 2538-47. 2. Price, S. A., Wilson, L.M., Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, volume 2, edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006, hal. 1380-83. 3. Muki, Pratono. Osteoarthritis. Edisi 17 Februari 2009. URL:HIPERLINK http://www.jakartaorthopedic.com/article. , 29 Maret 2011. 4. Rheumatoid arthritis. Diunduh dari

www.medicinenet.com/rheumatoid_arthritis/article.htm 29 Maret 2011. 5. Gout and hiperuricemia. Diunduh dari www.medicinenet.com/gout/article.htm, 29 Maret 2011. 6. Padang, C.R., Nasution A. R., Isbagio, Harry. Kriteria diagnostik penyakit reumatik. Diunduh dari http://www.kalbe.co.id, 29 Maret 2011. 7. Farmakologi dan terapi, edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI; 2007, hal. 237-40. 8. Osteoartritis. Diunduh dari http://medicastore.com/penyakit/17/Osteoartritis.html, 21 Maret 2011.

18

You might also like