You are on page 1of 16

1. PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Penelitian adalah suatu proses yang merupakan rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Pada suatu penelitian diperlukan 11 langkah penelitian yang meliputi identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah, penelaahan kepustakaan, penyusunan hipotesis, identifikasi, klasifikasi, dan pemberian definisi operasional variabel, pemilihan atau pengembangan alat pengambilan data, penyusunan rancangan penelitian, penentuan sampel, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, interpretasi hasil analisis, dan penyusunan laporan.1 Berdasarkan kesebelas langkah tersebut, maka dalam suatu penelitian perlu adanya metodologi penelitian yang membahas mengenai variabel-variabel penelitian, metode pengambilan data, rancangan penelitian, penentuan sampel, pengumpulan data, serta pengolahan dan analisis data. Pemahaman tentang metodologi penelitian dewasa ini sangat penting bagi para mahasiswa, terutama untuk mahasiswa pada program bergelar S1, S2, maupun S3. Pemahaman terhadap metodologi penelitian merupakan dasar kemampuan untuk melakukan penelitian khususnya dalam rangka menyusun Skripsi (S1).2 Oleh karena itu, pembahasan mengenai metodologi penelitian perlu dibahas secara lebih mendalam oleh mahasiswa untuk mempermudah pada saat melakukan penelitian nantinya. Pada laporan hasil diskusi ini, pembahasan yang dipaparkan terkait dengan kasus yang ada di dalam pemicu 2 yakni mengenai penelitian yang berjudul Karies gigi sulung (ECC) pada anak balita dihubungkan dengan umur, jenis kelamin, kebiasaan menyusu dan kebiasaan menyikat gigi di Kecamatan Medan Kota. Pembahasan pada laporan hasil diskusi ini meliputi rancangan penelitian, variabel penelitian, skema rancangan penelitian, besar sampel, kuesioner, rumus risiko relative, uji statistic, serta keunggulan dan kelemahan rancangan penelitian. Adapun kasus yang menjadi inti dari pembahasan pada laporan diskusi ini dapat dilihat pada bagian deskripsi topik. 1.2 Deskripsi Topik Saudara ingin melakukan penelitian yang berjudul Karies gigi sulung (ECC) pada anak balita dihubungkan dengan umur, jenis kelamin, kebiasaan menyusu dan kebiasaan menyikat gigi di Kecamatan Medan Kota. Diskusi: 1. Rancangan penelitian yang cocok dengan judul tersebut. Berikan alasan saudara. 2. Tuliskan variabel-variabel penelitian (yang mana faktor risiko dan efek). 3. Buat bagan/skema penelitian tersebut (hubungan antar variabel).

4. Bila diketahui deft rata-rata ECC kelompok yang menyikat gigi baik yaitu 3,30 1,5 dan kelompok tidak menyusu dengan botol 1,6 1,1 dan jumlah populasi balita 2000 orang di Kecamatan Medan Kota, berapa jumlah sampel yang diperlukan untuk penelitian ini? (derajat kepercayaan 95% dan presisi mutlak 0,2). 5. Buat kuesionernya. 6. Jenis risiko relatif apa yang dapat diperoleh. Tuliskan rumusnya. 7. Untuk melihat hubungan faktor risiko dan efek dari penelitian ini, jelaskan uji statistic yang tepat. 8. Apa keunggulan dan kelemahan dari rancangan penelitian tersebut.

2. PEMBAHASAN 2.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang tepat untuk kasus pada pemicu 2 ini adalah cross sectional. Pada rancangan penelitian ini dipelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek yang berupa penyakit atau status kesehatan tertentu dengan model pendekatan point time. Variabelvariabel yang termasuk faktor risiko dan variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada saat yang sama, yakni tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja dan faktor risiko serta efek diukur menurut keadaan atau status waktu observasi.1,2 Alasan lain yang mendukung bahwa pada penelitian tersebut digunakan rancangan penelitian cross sectionaladalah: Angka rasio prevalensi memberi gambaran tentang prevalensi suatu penyakit di dalam populasi yang berkaitan dengan faktor risiko yang dipelajari atau yang timbul akibat faktor-faktor risiko tertentu secara metodologik merupakan penelitian yang paling mudah dan sederhana

serta murah, sebab tidak memerlukan follow-up tidak dijumpai hambatan yang berupa pembatasan-pembatasan tertentu, terutama yang berkaitan dengan subjek penelitian1 Alasan tidak digunakannya rancangan penelitian cohort pada penelitian ini adalah waktu yang lama dan rancangan penelitian cohort dilakukan pada sampel yang belum sakit/mengalami karies. Sedangkan alasan penelitian ini tidak menggunakan rancangan penelitian eksperimen adalah karena tidak diberlakukannya perlakuan terhadap variabel penelitian tersebut.1,2 2.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada penelitian pada kasus tersebut terdiri atas: 1. Faktor risiko

Faktor risiko ialah faktor-faktor atau keadaan-keadaan yang mempengaruhi perkembangan suatu penyaki atau status kesehatan tertentu. Faktor risiko dapat dibagi menjadi dua, yakni1,2: i. Faktor risiko intrinsik, merupakan faktor risiko yang berasal dari dalam diri organisme. Pada kasus, yang termasuk ke dalam faktor risiko ini adalah umur dan jenis kelamin ii. Faktor risiko ekstrinsik, merupakan faktor risiko yang berasal dari lingkungan. Pada kasus, yang termasuk ke dalam faktor risiko ini adalah kebiasaan menyusu dan kebiasaan menyikat gigi. 1. Efek

Pada kasus, yang merupakan efek adalah karies gigi sulung (ECC).1,2

2.3 Skema Penelitian Secara umum. skema rancangan penelitian cross sectional sebagai berikut.1,2

Bagan 1. Skema rancangan penelitian cross sectional secara umum Pada kasus yang ada pada pemicu 2 ini, skema penelitian yang berjudul Karies gigi sulung (ECC) pada anak balita dihubungkan dengan umur, jenis kelamin, kebiasaan menyusu dan kebiasaan menyikat gigi di Kecamatan Medan Kota dapat di lihat pada bagan di bawah ini.

Bagan 2. Skema rancangan penelitian berjudul Karies gigi sulung (ECC) pada anak balita dihubungkan dengan umur, jenis kelamin, kebiasaan menyusu dan kebiasaan menyikat gigi di Kecamatan Medan Kota 2.4 Besar Sampel Pada kasus diketahui bahwa 1 (standar deviasi) sebesar 1,5, 2 sebesar 1,1, jumlah populasi balita (N) sebesar 2000 orang, derajat kepercayaan 95% (z=1,96) dan presisi mutlak (d) sebesar 0,2. Berdasarkan data tersebut, maka untuk menghitung besar sampel dapat menggunakan rumus estimasi rata-rata dengan presisi mutlak yakni3,4:

n=

z21-/2 2N d2(N-1)+ z21-/2 2

Perhitungan besar sampel dengan 1 = 1,5: n= (1,96)2 (1,5)2 (2000) (0,2)2 (2000-1) + (1,96)2 (1,5)2 n=195,115 n=196 Pada perhitungan besar sampel dengan 1 = 1,5, diperoleh jumlah sampel minimum yakni sebanyak 196 orang.

Perhitungan besar sampel dengan 2 = 1,1: n= (1,96)2 (1,1)2 (2000) (0,2)2 (2000-1) + (1,96)2 (1,1)2 n=109,88 n=110 Pada perhitungan besar sampel dengan 1 = 1,1, diperoleh jumlah sampel minimum yakni sebanyak 110 orang. Dari kedua hasil perhitungan di atas, maka didapat bahwa jumlah sampel minimal adalah 196 orang.

2.5 Kuesioner Berdasarkan judul dan variabel-variabel yang ada pada penelitian pada kasus pemicu 2, maka dapat dibuat kuesioner sebagai berikut.5

KARIES GIGI SULUNG (ECC) PADA ANAK BALITA

DIHUBUNGKAN DENGAN UMUR, JENIS KELAMIN, KEBIASAAN MENYUSU, DAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI DI KECAMATAN MEDAN KOTA

NO. KARTU : Tanggal :

: :

1. Identitas Responden

Nama ibu Nama anak

: :

1 Alamat :

1. Umur anak :

2 1. Jenis kelamin anak : 1. Laki-laki 2. Perempuan

I. TULISLAH JAWABAN YANG SESUAI PADA KOTAK YANG DISEDIAKAN

Apakah jenis susu yang ibu berikan kepada anak ibu? 1. ASI 2. Susu botol 3. ASI dan susu botol 4.

Berapa kali anak ibu minum susu dalam sehari?

4 2 kali 1. 3 kali 2. Lebih dari 3 kali 3. Apakah ibu memberikan susu kepada anak ibu sebagai pengantar tidur?

Ya 1. Tidak 2. Bagaimana posisi anak ibu pada waktu minum susu?

Duduk 1. Berdiri 2. Berbaring 3. Apakah gigi anak ibu dibersihkan setelah makan atau minum susu?

1. Tidak 2. Jika jawaban no. 7 Ya, bagaimana cara ibu membersihkan gigi anak ibu?

Dengan kassa/cotton bud 1. Dengan sikat gigi 2. Kumur-kumur 3. Kapan gigi anak ibu dibersihkan?

Setiap setelah makan/minum susu dan malam sebelum tidur 1. Saat mandi 2. Tidak tentu waktunya

1. Indeks deft

10

V IV III II I I II III IV V

V IV

III II I I II III IV V

Skor Kriteria Keterangan d Decayed (gigi susu dengan satu lesi karies atau lebih dan masih dapat

ditambal) e Extracted (gigi susu yang proses kariesnya sudah sedemikian rupa sehingga

tidak mungkin dapat ditambal lagi dan terpaksa harus dicabut) f Filled (gigi susu yang mempunyai satu atau lebih tambalan yang sempurna)

periodontal sehat, tidak ada perdarahan, karang gigi maupun poket) Skor deft 0 1 d e f def = = = = Bila gigi tak ada kelainan Bila ada kelainan dan dimasukkan dalam kategori d atau e atau f

2.6 Risiko Relatif Pada penelitian cross sectional besar risiko relatif dicerminkan dengan angka rasio prevalensi (RP).1,2 Keterangan :

A = subjek dengan faktor risiko dan efek positif B = subjek dengan faktor risiko positif dan efek negatif C = subjek dengan faktor risiko negatif dan efek positif D = subjek dengan faktor risiko serta efek negatif

2.7 Uji Statistik Pada penelitian ini, uji statistik yang digunakan adalah uji T unpaired dan uji Anova. Uji T digunakan untuk uji hipotesis komparatif variabel numerik dua kelompok. Pada kasus ini uji T digunakan pada variabel jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Adapun uji Anova digunakan pada uji hipotesis komparatif variabel numerik lebih dari dua kelompok.4 Pada kasus ini, uji Anova digunakan untuk variabel umur, kebiasaan menyusu, dan kebiasaan menyikat gigi. Pada variabel umur bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat karies pada kelompok umur; 0,5-1 tahun, 2-3 tahun, dan 4-5 tahun. Pada variabel kebiasaan menyusu, uji ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat karies antara balita yang menyusu dengan ASI, susu botol, maupun kombinasi ASI dan susu botol, serta posisinya. Pada variabel kebiasaan menyikat gigi, uji ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat karies setelah minum susu antara balita yang rutin menyikat gigi setiap setelah makan/minum susu dan sebelum tidur, pada saat mandi saja, maupun yang tidak tentu waktunya. 2.8 Keunggulan dan Kelemahan Rancangan Penelitian Keunggulan rancangan penelitian cross sectional, yakni1: 1. Mudah dilaksanakan karena ekonomis dari segi waktu. 2. Hasilnya dapat diperoleh dengan cepat. 3. Banyak variabel, baik berupa faktor risiko maupun efek yang dapat dieksplorasi dan dipelajari korelasi atau pengaruhnya.

Adapun kelemahan rancangan penelitian cross sectional, yakni1: 1. Dibutuhkan subjek penelitian yang besar, apalagi bila variabel yang dipelajari banyak. 2. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara lebih akurat. 3. Faktor risiko kadang-kadang sulit diukur dengan akurat. 4. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan (nilai prognostiknya lemah).

5. Kesimpulan korelasi faktor risiko dengan efek paling lemah dibanding rancangan epidemiologik yang lain.

3. PENUTUP Simpulan Rancangan penelitian untuk penelitian pada kasus adalah cross sectional yang memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Variabel pada penelitian ini terdiri atas beberapa faktor risiko yakni; umur, jenis kelamin, kebiasaan menyusu, dan kebiasaan menyikat gigi serta efek yakni; ECC. Berdasarkan faktor faktor risiko dan efek tersebut, maka kita dapat membuat suatu skema rancangan penelitian. Selanjutnya untuk menghitung besar sampel pada penelitian ini, digunakan rumus estimasi rata-rata dengan presisi mutlak. Adapun pembuatan kuesioner didasarkan pada variabel-variabel yang akan diteliti yang hubungannya diuji dengan menggunakan uji Anova dan uji T. Untuk risiko relatif digunakan angka rasio prevalensi (RP). DAFTAR PUSTAKA 1. Pratiknya A W. Dasar-dasar metodologi penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2001 : 164-75;184.

http://id.scribd.com/doc/61729665/Soft-Liner-Kudu-Diprint

BAB I. PENDAHULUAN1.1Latar Belakang Pasien dengan kasus edentulous sering mengalami trauma yang diakibatkanoleh basis gigi tiruan yang keras. Hal ini diakibatkan material yang dipakai pada gigitiruan tersebut terbuat dari resin akrilik. Resin akrilik merupakan bahan kedokterangigi dengan konsistensi yang keras. Penyebaran beban gigi tiruan yang tidak merata juga menyebabkan ketidaknyamanan pasien dalam penggunaan gigi tiruan tersebut.(Mutluay, 2008)Pada pasien tertentu, ketidaknyamanan ini mungkin dapat ditoleransi. Namun pada pasien lainnya, hal ini akan berakibat pada injuri mukosa yang menyebabkanretendi gig tiruan sendiri juga berkurang. Pada pasien seperti ini, diperlukan suatumaterial tertentu yang dapat mengurangi resiko trauma akibat pemakaian gigi tiruantersebut. (Mutluay, 2008)Soft liner merupakan bahan yang dapat digunakan untuk tujuan ini. Pada suatulaporan kasus, diungkapkan bahwa sebagian besar pasien membutuhkan aplikasi bahan ini ketika pertama kali menggunakan gigi tiruan. Pemakaian ini dilakukanselama lebih kurang 7-8 bulan lamanya. (Mutluay, 2008)Soft liner berfungsi dalam absorbsi (penyerapan) beban kunyah yangdiakibatkan oleh penggunaan gigi tiruan. Dengan penggunaan softliner, maka penyebaran beban akan menjadi lebih merata selain itu, material ini juga berfungsiketika mukosa yang akan

diaplikasikan gigi tiruan mengalami inflamasi. Soft liner akan berfungsi sebagai bantalan yang nyaman dalam menggunakan gigi tiruan. Halini akan mempercepat penyembuhan. (Kulkarni, dkk. 2011 dan Zhang, H. dkk. 2010)Kekerasan bahan merupakan keadaan penting bagi bahan soft liner dan harusdapat bertahan lama sehingga bahan tersebut dapat memiliki fungsi yang maksimaldalam rongga mulut. Meskipun ini merupakan sarat utama, namun beberapa studiakhir-akhir ini menyebutkan bahwa softliner memiliki batas efisiensi fungsi.Sehingga dalam penelitian sekarang ini ditujukan dalam hal peningkatan kestabilankekerasan bahan tersebut. Kekerasan yang ideal akan dapat menyediakankenyamanan bagi pasien yang menggunakan gigi tiruan, hal ini disebabkan kemampuan bahan akan lebih baik dalam menyerap beban kunyah. (Zhang, H. dkk.2010)Dalam suatu penelitian lainnya, soft liner mampu menambah retensi gigitiruan yang digunakan. Namun hal ini masih menjadi perdebatan, mengingat perbedaan bahan yang digunakan, antara basis protesa dan soft liner. (Segundo, dkk.2008)Penelitian lain juga menyebutkan bahwa ikatan antara soft liner dan basis protesa merupakan masalah utama pemakaian gigi tiruan. Beberapa faktor yangdianggap mempengaruhinya adalah kekerasan dari softliner itu sendiri. Sepertidiketahui, soft liner adalah bahan lunak, yang cenderung tidak dapat bertahan lamadalam rongga mulut. Hal ini bisa diatasi dengan memeperluas permukaan yang akandiaplikasikan softliner. Ini akan menambah kekuatan softliner dalam menahan babankunyah dan retensi soft liner itu sendiri. Selain itu, pemakaian pembersih gigi tiruan juga dapat menambah retensi softliner.(Segundo, dkk. 2008). Dalam penelitian laindiungkapkan juga bahwa kegagalan pemakaian softliner juga disebabkan karenaakumulasi mikroba pada protesa yang digunakan.(Goiato. 2009) 1.2Tujuan 1.Mengetahui pengertian denture soft liner 2.Mengetahui macam dan fungsi denture soft liner 3.Mengetahui perkembangan bahan dan tehnik aplikasi denture soft liner

BAB II. ISI2.1Pengertian Soft liner merupakan suatu material yang lunak namun memiliki kontur yangulet, membentuk suatu lapisan yang berfungsi sebagai bantalan dan terletak di antara basis gigi tiruan yang keras dan mukosa rongga mulut. Bahan ini berfungsi galammengabsorsbsi beban kunyah dan mengurangi energi yang di transmisikan ke jaringan dibawahnya. Material ini memiliki fungsi mirip dengan sebuah bantalanyang dapat meningkatkan kenyamanan dalam pemakaian gigi tiruan. Tanpa adanya pemakaian soft liner, maka permukaan basis gigi tiruan yang keras akanmengakibatkan rasa sakit yang kronis. tiruan. (Santawisuk, dkk. 2010)Soft liner yang ideal haruslah lembut untuk menghilangkan tekanan terhadaprongga mulut dan mengatasi keluhan pasien terhadap adanya beban kunyah yangditimbulkan oleh penggunaan gigi tiruan. Selain itu, bahan softliner juga harusmemiliki fungsi sebagai bantalan untuk mengurangi energi akibat adanya tekanan dari pemakaian gigi tiruan. (Santawisuk, dkk. 2010)Elastomer silicon secara luas telah digunakan sebagai soft liner permanentkarena memiliiki viskoelasitas yang bagus dan tahan lama. Meskipun begitu, materialini masih memiliki tingkat kekerasan yang cukup tinggi, sehingga juga menyebabkan beban kunyah yang cukup tinggi pula. (Santawisuk, dkk. 2010)Beberapa pasien edentulous yang mengalami

resorbsi alveolar yang besar, juga sangat membuthkan penggunaan softliner. Material silicon elastomer sebagaisoft liner permanent akan lebih cocok digunakan pada pasien seperti ini. (Santawisuk,dkk. 2010)Sifat viskoelastisitas softliner, secara luas telah banya diteliti oleh para dokter gigi. Sifat ini diprediksi mengalami perubahan sepanjang waktu, namun tidak dapatditunjukkan dalam beban kunyah dengan frekuensi yang besar. Dalam penggunaanklinisnya, soft liner menghadapi 2 macam fungsi, yaitu menahan beban kunyah secaracepat dalam jangka waktu yang lama, dan kekuatan ringan karena tekanan funsional,maupun perubahan selama mukosa rongga mulut beristirahat. (Murata.2002)

2.2Macam1.Soft liner sementara Bahan ini sangat mirip dengan tissue conditioner. Terdiri dari bubuk dancairan. Bahan ini tidak selunak tissue conditioner sesaat sebelum setting, namunketika setting bahan ini akan menjadi lunak dalam bentuk lama. Bahan inimemiliki viscoelastisitas yang alami dan memberikan efek bantalan akibat adanya beban dinamik ketika aktifitas oenggunaan gigi tiruan. (Cabe, M. 2008: 128-129)Cara dalam memanipulasi bahan ini sama dengan tissue conditioner, tetapikarena bahan ini bertahan lebih lama dalam bentuk lunaknya, maka bahan initidak perlu deganti sesering pada tissue conditioner. (Cabe, M. 2008: 128-129)Perhatian lebih harus diberikan ketika pemilihan denture cleanser yangdigunakan sebagai pembersih gigi tiruannya. Tipe oksigenasi dari pembersih gigitiruan tersebut terutama menyebabkan degradasi permukaan dan permukaan softliner menjadi berlubang. (Cabe, M. 2008: 128-129)Dalam sebuah penelitian lebih lanjut, didapatkan hasil yang berhubungandengan oksigenasi ini. Soft liner yang dilakukan pemberian suatu perawatanoksigen, oksigen yang mengandung grup C-O dan C=O efektiv melekat pada permukaan resin akrilik karena oksigen plasma memiliki tingkat reaktifitas yangtinggi. Hal ini menyebabkan permukaan soft liner menjadi lebih hidrofilik karenaadanya oksigen plasma inim oleh karena itu akan meningkatkanpenetrasi akrilik pada permukaan akrilik yang tidak teratur. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan perlekatan dari basis gigi tiruan dengan softliner. Namun hal ini juga akanmenyebabkan permukaan softliner menjadi berlubang, seperti yang telahdisebutkan sebelumnya. (Zhang, H. dkk. 2010)Soft liner jenis ini sering digunakan pada tempat seperti tissue conditioner,dalam kasus ketika tidak memungkinkan untuk mengganti tissue conditioner selama 2-3 hari sekali. Selain itu juga digunakan ketika dilakukan untuk meningkatkan retensi gigi tiruan sementara. (Cabe, M. 2008: 128-129)Penggunaan lainnya adalah untuk pertolongan diagnostic apakah pasien tersebutmemerlukan soft liner permanen.

Baik pada tissue conditioner maupun soft liner temporer akan menjadikeras seiring dengan bertambahnya waktu. Dan hal ini akan menyebabkan permukaan menjadi lebih kasan dan meningkatkan resiko trauma. Hal ini jugaakan meningkatkan resiko perlekatan koloni Candida albicans yang dapatmenyebabkan denture stomatitis. Ini dapat dikurengi dengan cara pembersihangigi tiruan dengan menggunakan sodium hipoklorid pada malam hari, ketika gigitiruan tidak digunakan. (Cabe, M. 2008: 128-129)

2.Soft liner permanen Soft liner jenis ini sering digunakan pada pasien yang tidak dapatmentoleransi basis gigi tiruan yang keras. Masalah ini umumnya terjad pada pasien yang memiliki alveolar ridge yang tertutupi oleh mukosa yang tipis dantidak kenyal. Hal ini akan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa ketika penggunaan gigi tiruan dengan basis yang keras. Dalam kasus ini soft liner jenisini akan membantu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kenyamanan dalam penggunaan gigi tiruan (Cabe, M. 2008: 128-129)Syarat yang harus dipenuhi ketika pemakaian soft liner jenis ini lebih banyak jika dibandingkan dengan soft liner temporer, karena diharapkan soft liner permanen dapat bertahan lebih lama. (Cabe, M. 2008: 128-129)Bahan yang digunakan harus lebih lembut jika dibandingkan dengan softliner sementara, karena akan digunakan lebih lama. Bahan harus lebih elasticuntuk memberikan efek bantalan dan mencegah perubahan bentuk yang tidak diinginkan selama penggunaan. Harus melekat pada basis gigi tiruan dengan baik.Tidak toksik dan non irritant dan tidak dapat ditumbuhi jamur ataupun bakterilainnya. (Cabe, M. 2008: 128-129)Elastomer silicon telah digunakan secara luas untuk pembuatan soft liner permanenkarena memilili elastisitas yang tinggi, namun memiliki efek bantalanyang rendah dan mudah sobek.

Banyak penelitian yang dilakukan dalammenemukan bahan pengganti elastomer silicon sebagai soft liner permanent.(Santawisuk, W. dkk. 2011)

Untuk mendapatkan sifat mekanis yang lebih bagus pada silicon, makametode yang dapat digunakan adalah dengan penggabungan bahan ini dengan bahan pengisi silica dalam ukuran yang kecil, sehingga akan meningkatkan perlekatannya terhadap basis gigi tiruan. (Santawisuk, W. dkk. 2011)Bahan pengisis tersebut diharapkan akan dapat menurunkan derajat perubahan bentuknya, karenea meningkatkan kekuatan elastomer melalui penghilangan energi akibat beban kunyah, dengan cara pemutusan rantai polimer di dalamnya dan akan berikatan dengan rantai sebelahnya. (Santawisuk, W. dkk.2011)Penambahan bahan filer ini juga akan merubah kepadatan silicon sehinggaakan mengurangi absorbsi air, sehingga akan meningkatkan sifat mekanis darisilicon itu sendiri. Pemberian bahan pengisi ini juga dapat meningkatkanviskoelastisitas silicon, namun hal ini masih menjadi perdebatan dalam kalangan peneliti. (Santawisuk, dkk. 2010) 2.3Perkembangan Soft liner Retensi soft liner terhandap basis gigi tiruan akrilik, menjadi salah satumasalah utama dalam aplikasi soft liner. Dalam suatu penelitian terhadap masalah ini,ditemukan sebuah cara untuk meningkatkan retensi soft liner terhadap basis gigitiruan, yaitu dengan pemberian aliran plasma oksigen. Dalam penelitian tersebut,ditemukan bahwa dengan penambahan aliran oksigen pada permukaan softliner, makaakan meningkatkan sifat hidrofilik soft liner, sehingga akan meningkatkan perlekatannya terhadap basis gigi tiruan dengan permukaan yang tidak teratur. (Zhang, H. 2010)

Mesin pengalir oksigen plasma pada permukaan soft liner (Zhang, H. 2010)

Dalam penelitian lain didapatkan hasil yang memuaskan, dimana penggunaanlarutan denture cleanser dapat meningkatkan retensi basisi gigi tiruan dengan softliner. Dalam penelitian tersebut digunakan akrilik plomerisasi panas yangmengandung cross linhking agent yang memiliki fungsi untuk meningkatkanresistensi solvents dan permukaan basis gigi tiruan. Meskipun begitu, peneliti lainnyatelah meneliti kelemahan ikatan resin akrilik karena adanya air. Sebaliknya pengarangmenemukan bahwa difusi air pada daerah perlekatan basis gigi tiruan dengan softliner tidak memiliki efek merusak pada kemampuan adesi antara 2 bahan tersebut.(Segundo, A. dkk. 2008)Peningkatan resistensi soft liner terhadap basis gigi tiruan dan mukosa mulutdapat ditingkatkan dengan cara pemulasan bagian basis gigi tiruan yang kontak dengan soft liner menggunakan sandblasting. Hal ini lebih efektiv daripada dengan penggunaan bahan adesiv, seperti penambahan monomer akrilik. Penggunaansandblasting akan menimbulkan kekasaran pada permukaan basis gigi tiruan sehingga permukaan menjadi tidak teratur. Inilah yang akan menjadi retensi mekanik yang dianggap lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan bahan adesiv. (Akin, dkk.2011)Dalam suatu studi lain mengungkapkan perubahan permukaan softliner yangdiakibatkan perendaman soft liner pada larutan alkalin efervesen. Hal ini memangakan meningkatkan kebersihan gigi tiruan, namun akan menyebabkan kekasaran padasoft liner yang digunakan. Penyebabnya adalah adanya efek oksigenasi yangdiakibatkan oleh kerja efek pembersih tersebut. (Segundo, A. dkk. 2008)Kakasaran ini sebenarnya juga terjadi pada basis gigi tiruan, namun karena basis gigi tiruan memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan soft liner,maka kerusakan permukaan yang terjadi tidak menyebabkan adanya pengurangankekeuatan pada basisi gigi tiruan itu sendiri. (Segundo, A. dkk. 2008)Dalam suatu penelitian terbaru, mengkombinasikan antara penggunaan softliner dengan bahan anti fungal. Hal ini didasari pada banyaknya kasus, di mana seringditemukan adanya kolonisasi jamur, terutama Candida albicans pada permukaan softliner, terutama soft liner jenis permanent yang diaplikasikan pada basis gigi tiruan.(Chladek, dkk. 2011)Penelitian tersebut menggunakan bahan perak AgNPs sebagai zat antifunginya, dalam penelitian tersebut digunakan silicon elastomer, yang merupakan bahan soft liner permanent. Silicon elastomer dan perak AgNPs ternyata mampu berikatan secara utuh dengan melakukan evaporasi gugus hexane pada basis dankatalis yang digunakan. (Chladek, dkk. 2011)Konsentrasi perak AgNPs yang digunakan dalam penelitian tersebut bervariasimulai dari 80 ppm hingga konsentrasi yang lebih besar. Hasil yang didapatkan adalahdengan peningkatan konsentrasi perak AgNPs di atas 20 ppm memberikan pengulangan hasil yang positif pada efek anti fungi soft liner. (Chladek, dkk. 2011)Kombinasi bahan ini juga diujicobakan untuk efek anti bakterinya, yaitu pada S. mutans. Hasilnya, dengan konsentrasi 0,2 % (w/w) dapat menghambat pertumbuhan bakteri hingga mencapai 52,4 % dari total jumlah bakteri sebelumnya.Hingga saat ini belum diketahui dosis optimal penggunaan perak AgNPs. Karenamenurut literatur, konsentrasi perak AgNPs di atas 80 ppm merupakan dosis toksik

untuk penggunanya. Para peneliti tersebut kemudian menyimpulkan bahwa dosisaman untuk penggunaan kombinasi ini adalah 20-40 ppm saja. (Chladek, dkk. 2011)Dalam penelitian yang membahas mengenai penyebaran beban yang diterimasoft liner akibat adanya beban kunyah, memang masih menjadi perdebatan. Suatu penelitian mengungkapkan bahwa persebaran beban kunyah yang diterima soft liner tidak sama dalam setiap bagian gigi tiruan. Hal ini sering menimbulakn beberapamasalah seperti adanya trauma pada mukosa dan rasa sakit yang berlebihan jika softliner yang digunakan tidak adekuat. Penggunaan soft liner hanya mngurangi bebankunyah pada area central saja, sedangkan pada bagian lain tidak berpengaruh terlalu besar pada pengurangan rasa sakit. Dalam hal ini penggunaan soft liner disarankanmenggunakan ketebalan kurang lebih sebesar 2 mm. Dengan ketebalan ini beberapainjuri yang diakibatkan beban kunyah akan dapat dikurangi, baik injuri yang terjadi pada begian central dari gigi tiruan maupun pada residual ridge yang terlibat.Terutama apabila ditemukan kasus dimana residual ridge sudah mengalami atrofiataupun injuri. Pada kasus ini, penggunaan soft liner akan mengurangi beban kunyahakibat adanya saddle gigi tiruan (pada gigi tiruan sebagian lepasan). (Yoneyama, Y.dkk. 2010)

You might also like