You are on page 1of 10

adalah sekumpulan gejala berupa gangguan fisik & mental, dialami 7-10 hari menjelang menstruasi dan menghilang

beberapa hari setelah menstruasi.

Keluhan yang dialami bisa bervariasi dari bulan ke bulan, bisa menjadi lebih ringan ataupun lebih berat dan berupa gangguan mental (mudah tersinggung, sensitif) maupun gangguan fisik. Diperkirakan kurang lebih 85% wanita usia produktif antara usia 25-35 tahun mengalami satu atau lebih gejala dari PMS. Hanya 2-10% menunjukkan gejala PMS berat (Premenstrual Dysphoric Disoder/PMDD).

Penyebab pasti dari PMS belum di ketahui hingga kini. Banyak teoriteori yang dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya adalah peranan dari hormon estrogen dan progesteron.

Ditemukan peningkatan kadar estrogen darah menjelang haid.

wanita dengan PMS ditemukan peningkat an kadar estrogen, sehingga diduga ada faktor lain yang berperan dalam kejadian PMS

Kadar estrogen yang tinggi ini, selain memicu aktivitas sel-sel otak berlebihan, juga menyebabkan terjadinya retensi cairan tubuh, seperti di payudara, tungkai, dan juga di otak. Wanita mengeluh payudara sakit, kaki terasa berat, dan sakit kepala yang berlebihan, dan kadang-kadang dapat terjadi kejang. Kejang-kejang menjelang haid kadang didiagnosis sebagai epilepsi, sehingga tidak jarang diberikan obat-obat anti kejang.

Karena penyebabnya oleh kadar estrogen yang tinggi, maka pengobatannya adalah dengan pemberian hormon anti estrogen. hormon anti estrogen yang terkenal adalah progesteron. Biasanya progesteron diberikan dengan dosis 10 mg/hari, dari hari ke 16-ke 25 siklus haid. Untuk mengeluarkan cairan dari jaringan tubuh, dapat diberikan obat diuretika sampai menjelang haid berikutnya. Selanjutnya sangat dianjurkan diet rendah garam.

hormon progesteron memerlukan waktu lama, sehingga sangat dituntut kesabaran dari pihak wanita. Efeksamping yang ditimbulkan oleh progesteron sangat sedikit. Jenis progesteron yang dianjurkan adalah jenis progesteron alamiah, seperti didrogesteron, atau medroksi progesteron asetat (MPA), karena jenis hormon ini memiliki khasiat antidepresif. Jenis progesteron sintetik justru menyebabkan depresif (ringan).

Pada keadan tidak dijumpai peningkatan hor mon estrogen, atau tidak respon dengan pengobatan dengan progesteron, maka dewasa ini, terutama di negara-negara maju, diberikan obat antidepresan. Salah satu antidepresan yang populer pada PPMD adalah fluoxetine hydrochlorid. Bila dengan progesteron maupun antidepresan tetap juga tidak memberikan hasil, maka perlu dicari predisposisi faktor, yang dapat menggangu sistim saraf wanita tersebut, seperti stres, konflik di keluarga, atau di tempat kerja.

akhir ini telah dicoba pengobatan dengan menekan cara keseluruhan fungsi dari ovarium, yaitu dengan menggunakan Gn-RH, analog, dan hasilnya jauh lebih baik, bila dibanding kan dengan pemberian progesteron saja. Cuma saja pengobatan cara ini relatif mahal, dan dapat menimbulkan keluhan seperti pada wanita menopause, sehingga selama pemberian GnRH-analog harus selalu diberikan tambahan hormon estrogen dan progesteron. Di Inggris telah dicoba pemakaian susuk estrogen, dikombinasikan dengan tablet progesteron, dan dengan pengobatan cara ini, 2/3 wanita dengan PMS dapat di sembuhkan.

Cara sederhana dan murah untuk menangani PMS adalah dengan pemberian pil kontrasepsi kombinasi, atau pil yang hanya mengandung komponen progesteron saja. Cara ini sangat cocok digunakan di Indonesia, karena pil kontrasepsi relatif mudah diperoleh, dan harganyapun terjangkau.*

You might also like