You are on page 1of 8

Ketoasidoasis Diabetikum

BAB III DISKUSI KASUS


Telah diperiksa seorang laki-laki berumur 45 tahun dengan keluhan utama sesak napas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan perjalanan penyakit didapatkan diagnosis banding sebagai berikut: 1. Ketoasidosis diabetikum e.c stop insulin 2. Ketoasidosis diabetikum e.c infeksi saluran kemih 3. Diabetes Mellitus Tipe 2 underweight terkontrol 4. Diabetes Mellitus Tipe 1 5. Kandidiasis Oral dan Genital 6. Tinea cruris 7. Dermatitis kontak alergi

III.1. Uraian Masalah


1. Ketoasidosis diabetikum e.c stop insulin Dari anamnesa didapatkan pasien mengeluh sesak napas, sesak napas tidak disertai nyeri dada, dada tidak berdebar-debar, suara napas tidak berbunyi, tidak alergi terhadap debu, tidak ada demam, pasien tidak pernah sakit kuning, tidak ada nyeri pinggang, pasien telah dinyatakan menderita sakit kencing manis sejak 3 tahun yang lalu dan 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien lupa menyuntikkan obat untuk sakit kencing manis-nya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi pernapasan 30 x / menit, cepat dan dalam (kusmaull), suhu tubuh 36,8 C, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 118 x / menit, regular, isi cukup, keadaan gizi kurang, kesadaran composmentis, aspek kejiwaan wajar, tekanan vena jugularis 5 2 cmH20, paru, jantung dan abdomen dalam batas normal. Dari pemeriksaan penunjang ditemukan : Gula darah tanggal 24 Mei 2006 Gula darah sewaktu : 415 g/dl Keton/acetone darah : ++ (positif 2)

28
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 8 Mei 16 Juli 2006 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Ketoasidoasis Diabetikum

Elektrolit tanggal 24 Mei 2006 Natrium Kalium Chlorida : 126 mEq/l : 4,7 mEq/l : 98 mEq/l

Analisa Gas Darah tanggal 24 Mei 2006 pH PCO2 PO2 HCO3 SBE Saturasi O2 : 7,1 : 10 mmHg : 183 mmHg :3 : - 26 : 99 %

Urine lengkap tanggal 27 Mei 2006 Keton : positif 1 Dari data diatas dapat dijadikan dasar diagnosa untuk Ketoasidosis diabetikum e.c stop insulin. 2. Ketoasidosis diabetikum e.c infeksi saluran kemih Dari anamnesa didapatkan pasien mengeluh sesak napas, sesak napas tidak disertai nyeri dada, dada tidak berdebar-debar, suara napas tidak berbunyi, tidak alergi terhadap debu, pasien tidak pernah sakit kuning, tidak ada nyeri pinggang, pasien telah dinyatakan menderita sakit kencing manis sejak 3 tahun yang lalu dan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit buang air kecil tidak lampias, warna kuning jernih, terasa nyeri saat ingin kencing, gatal dibuah zakar. Dari pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi pernapasan 30 x / menit, cepat dan dalam (kusmaull), suhu tubuh 36,8 C, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 118 x / menit, regular, isi cukup, keadaan gizi kurang, kesadaran composmentis, aspek kejiwaan wajar, tekanan vena jugularis 5 2 cmH20, paru, jantung dan abdomen dalam batas normal.

29
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 8 Mei 16 Juli 2006 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Ketoasidoasis Diabetikum

Dari pemeriksaan penunjang ditemukan Darah rutin tanggal 24 Mei 2006 Hb Leukosit Hitung jenis : 13,1 g % : 10.400 /l : 0-1/1-80/14-4 Elektrolit tanggal 24 Mei 2006 Natrium Kalium Clorida Analisa Gas Darah tanggal 24 Mei 2006 pH PCO2 PO2 HCO3 SBE Saturasi O2 : 7,1 : 10 mmHg : 183 mmHg :3 : - 26 : 99 % : 126 mEq/l : 4,7 mEq/l : 98 mEq/l LED Trombosit : 45 : 245.000 / l

Gula darah tanggal 24 Mei 2006 Gula darah sewaktu : 415 g/dl Keton/acetone darah : ++ (positif 2)

Urine lengkap tanggal 27 Mei 2006 Protein Reduksi pH BJ Bilirubin Sediment : negatif : negatif : 7,5 : 1010 : negatif : eritrosit Lekosit Silinder hialin Silinder granular Epitel 0-1 /LPB 4-8 /LPB : negatif : negatif : negative

30
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 8 Mei 16 Juli 2006 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Ketoasidoasis Diabetikum

Kristal ca oxalate Kristal asam urat Kristal amorf Kristal triple fosfat Bakteri Keton

: negatif : positif 1 : negatif : negatif : positif 1 : positif 1

Dari data diatas belum dapat disingkirkan kemungkinan diagnosa untuk Ketoasidosis diabetikum e.c infeksi saluran kemih 3. Diabetes Melitus Tipe 2 underweight terkontrol dan Diabetes Melitus Tipe 1 Dari anamnesa dan subjektif pada perjalanan penyakit didapatkan sejak 3 tahun terakhir, pasien merasa sering kencing terutama pada malam hari, sering haus, banyak makan tapi berat badan turun dari 65 kg sampai ke 45 kg. Pasien juga mengalami penurunan gairah seksual. Pasien sering merasa kesemutan di kedua telapak kaki, sering merasa pegal-pegal pada sendi dan cepat lelah. Dengan keadaan seperti ini pasien memeriksakan diri ke dokter dan dinyatakan menderita kencing manis dan berobat teratur mulai dari mengkonsumsi obat minum Glibenklamid 2 x 1 tablet (pagi dan malam) sampai pengobatan dengan suntikan Actrapid 3 x 1 suntikan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan Tinggi badan 170 cm, Berat badan:49 kg, Tekanan darah 140 / 80 mmHg, Nadi 118 x/menit, regular, isi cukup, Suhu 35,8 C, Pernapasan (Frekuensi dan tipe) 30 x/menit, cepat dan dalam (kusmaull), Keadaan gizi kurang, IMT = 16,95 kg/m2, Kesadaran composmentis. Dari pemeriksaan penunjang ditemukan : Gula darah tanggal 24 Mei 2006 Gula darah sewaktu : 415 g/dl Dari data diatas cukup untuk menegakkan diagnosa kerja Diabetes Melitus tipe 2 underweight terkontrol dan cukup untuk menyingkirkan diagnosa Diabetes Melitus tipe 1. 4. Kandidiasis oral dan genital dan Tinea kruris Dari anamnesa dan subjektif pada perjalanan penyakit didapatkan pasien mengeluh gatal dibuah zakar sampai di kedua lipat paha, sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien tidak mempunyai kebiasaan memakai celana ketat dan selalu mengganti pakaian 31
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 8 Mei 16 Juli 2006 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Ketoasidoasis Diabetikum

dalamnya setiap habis mandi. Pasien tidak punya riwayat alergi terhadap obat-obatan dan tidak alergi terhadap bahan pakaian tertentu. Lidah terasa sakit, pahit, dan berdarah sehingga nafsu makan berkurang. Pasien menderita kencing manis sejak 3 tahun terakhir. Dari pemeriksaan fisik didapatkan effloresensi kulit scrotum eritem dengan batas tegas dan kedua lipat paha. Lidah kotor tepi hiperemis, tidak tremor, 1/3 anterior licin tidak ada papil. Dari pengobatan selama dirumah sakit, untuk keluhan ini diobati dengan candistin drop 3 x 1 cc, miconazol salep keluhan rasa tidak nyaman di lidah (mulut) dan gatal berkurang. Pemeriksaan penunjang berupa kerokan kulit tidak dilakukan. Dari data diatas masih memungkinkan untuk diagnosa kandidiasis oral dan genital serta tinea kruris. 5. Dermatitis Kontak Alergi Dari anamnesa dan subjektif pada perjalanan penyakit didapatkan keluhan gatal dibuah zakar sampai kedua lipat paha sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien tidak mempunyai kebiasaan memakai celana ketat dan selalu mengganti pakaian dalamnya setiap habis mandi. Pasien tidak punya riwayat alergi terhadap obat-obatan dan tidak alergi terhadap bahan pakaian tertentu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan effloresensi kulit scrotum eritem dengan batas tegas dan kedua lipat paha. Dari pengobatan selama dirumah sakit, untuk keluhan ini diobati dengan candistin drop 3 x 1 cc, miconazol salep keluhan rasa tidak nyaman di lidah (mulut) dan gatal berkurang. Dari data diatas cukup untuk menyingkirkan diagnosa Dermatitis Kontak Alergik. Dari uraian diatas, maka kelompok kami dapat menegakkan diagnosa : Ketoasidosis Diabetikum e.c stop insulin Diabetes Melitus Tipe 2 underweight terkontrol Kandidiasis oral dan genital

32
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 8 Mei 16 Juli 2006 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Ketoasidoasis Diabetikum

Dengan Diagnosa Banding, sebagai berikut : Ketoasidoasis Diabetikum e.c Infeksi Saluran Kemih Tinea kruris

III.2. Uraian Penatalaksanaan


Dibawah ini penjelasan mengenai pengobatan yang diberikan kepada pasien 1. IVFD guyur, 2 kolf dalam jam, dilanjutkan 1 kolf dalam jam. Kemudian 2 kolf dalam 1 jam. Bila stabil lanjutkan 1 kolf/ 6jam. Hal ini dilakukan sesuai dengan panduan pengobatan KAD yaitu tahapan kerja pertama rehidrasi. 2. Oksigen 2 liter/menit Dilakukan untuk mengurangi sesak yang diderita pasien. 3. Insulin drip 24 IU dalam RL/12jam Hal ini dilakukan sesuai dengan panduan pengobatan KAD yaitu tahapan kerja kedua untuk menurunkan gula darah secepat mungkin. 4. Pasang Dower kateter Dilakukan untuk memantau jumlah cairan yang keluar (balance cairan). 5. Koreksi bicarbonat 50 mEq dalam RL/6jam. Hal ini dilakukan sesuai dengan panduan pengobatan KAD yaitu tahapan kerja ketiga dikarenakan pada pasien ini dari hasil analisa gas darah pH 7,1 sehingga diperlukan untuk mengatasi asidosis metabolik. 6. Taxegram IV 2 x 1 ampul. Pengobatan kausal untuk ISK dan mencegah meluasnya infeksi. 7. Sliding scale/6jam. Hal ini dilakukan untuk memperhitungkan kebutuhan insulin dalam sehari. 8. Asam folat dan Vitamin B12. Untuk mengatasi keluhan pada mulut. 9. Candistin drop 3x1cc. Pengobatan kausal untuk mengatasi candidiasis oral. 10. Konsul gizi. Dilakukan untuk perencanaan nutrisi.

33
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 8 Mei 16 Juli 2006 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Ketoasidoasis Diabetikum

11. Kurva harian pada hari Senin, Rabu, Jumat Sliding scale digantikan karena telah dapat diperkirakan kebutuhan insulin dalam sehari. 12. Laxadine sirup 3 x 1 sendok makan. Untuk mengatasi keluhan tidak dapat BAB. 13. Koreksi KCl 75 mEq/24jam dan Aspar K Untuk mengatasi Kalium yang rendah. 14. Klindamycin 300mg, 3 x 1. Untuk mengganti antibiotik IV dikarenakan kondisi pasien sudah lebih baik. 15. Microlax supp 1 x 1. Karena keluhan BAB belum teratasi. 16. Salep Mikonazole. Untuk mengatasi keluhan gatal pada scrotum dan lipat paha.

III.3. Prognosa
Ad vitam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam

34
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 8 Mei 16 Juli 2006 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Ketoasidoasis Diabetikum

35
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 8 Mei 16 Juli 2006 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

You might also like