You are on page 1of 8

FILARIASIS BANKROFTI Agen : Wuchereria bancrofti Hospes : Manusia dan nyamuk Vektor : Kota : Nyamuk Culex quinque-fasciatus

Desa : Nyamuk Culex dan nyamuk Anopheles Definisi Filariasis bancrofti adalah infeksi yang disebabkan oleh Wuchereria bancrofti. Cacing dewasa hidup di dalam kelenjar dan saluran limfe, sedangkan mikrofilia ditemukan dalam di dalam darah. Secara klinis, infeksi biasa terjadi tanpa gejala atau manifestasinya berupa peradangan dan sumbatan saluran limfe. Manusia merupakan satu satunya hospes yang diketahui. (Soedarmo, et al. eds. 2008. Infeksi dan pediatrik Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI: Jakarta) Etiologi Wuchereria bancrofti yang akan mencapai kematangan seksual di kelenjar dan saluran limfe. Cacing dewasa berwarna putih dan kecil seperti benang. Cacing jantan berukuran 40 mm x 0,1 mm, sedangkan cacing betina berukuran dua kali cacing jantan yaitu 80 - 100 mm x 0,2 - 0,3 mm. (Soedarmo, et al. eds. 2008. Infeksi dan pediatrik Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI: Jakarta) Daur Hidup Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan kelenjar limfe, bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung. Mikrofilaria hidup di dalam darah dan terdapat di aliran darah tepi pada waktu-waktu tertentu saja, jadi mempunyai periodisistas. Pada umunya, mikrofilaria W.bancrofti bersifat periodisitas nokturna, artinya mikrofilaria hanya terdapat di dalam darah tepi pada waktu malam. Pada siang hari, mikrofilaria terdapat di kapiler alat dalam (paru, jantung, ginjal dan sebagainya). ( Supali, et al. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi keempat. Hal.32-33. FK UI:Jakarta)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi periodisitas mikrofilaria adalah kadar zat asam dan zat lemak di dalam darah, aktivitas hospes, irama sikardian, jenis hospes dan jenis parasite, tetapi secara pasti mekanisme periodisitas mikrofilaria tersebut belum diketahui. ( Supali, et al. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi keempat. Hal.32-33. FK UI:Jakarta) Di daerah perkotaan, parasit ini ditularkan oleh nyamuk Culex quinquefasciatus. Di pedesaan, vektornya berupa nyamuk Anopheles atau nyamuk Aedes. Parasit ini tidak ditularkan oleh nyamuk mansonia. ( Supali, et al. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi keempat. Hal.32-33. FK UI:Jakarta) Daur hidup parasit ini memerlukan waktu sangat panjang. Masa pertumbuhan parasit di dalam nyamuk kurang lebih dua minggu. Pada manusia, masa pertumbuhan tersebut belum diketahui secara pasti, tetapi diduga kurang lebih 7 bulan. Mikrofilaria yang terisap oleh nyamuk, melepaskan sarungnya di dalam lambung, menembus dinding lambung dan bersarang di antara otot otot toraks. Mula mula parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis dan disebut larva stadium I. dalam waktu kurang lebih seminggu, larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang, di larva stadium II. Pada hari ke sepuluh dan selanjutnya, larva bertukar kulit sekali lagi, tumbuh makin panjang dan lebih kurus, disebut larva stadium III. ( Supali, et al. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi keempat. Hal.32-33. FK UI:Jakarta) Gerak larva stadium III sangat aktif. Bentuk ini bermigrasi, mula mula ke rongga abdomen kemudian ke kepala dan alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk yang mengandung larva stadium III 9bentuk infektif) mengigit manusia, maka larva tersebut secara aktif masuk melalui luka tusuk ke dalam tubuh hospes dan bersarang di saluran limfe setempat. Di dalam tubuh hospes, larva mengalami dua kali pegantian kulit, tumbuh menjadi larva stadium IV lalu stadium V atau cacing dewasa. ( Supali, et al. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi keempat. Hal.32-33. FK UI:Jakarta)

http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/images/ParasiteImages/AF/Filariasis/W_bancrofti_LifeCycle.gif Epidemiologi Wuchereria bancrofti terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Diperkirakan bahwa 250 juta orang telah terinfeksi parasit ini, terutama di asia Selatan dan Afrika sub-saharan. Di Asia, parasit ini endemik di daerah pedesaan dan perkotaan India, Srilangka, dan Myanmar. Selain itu parasit ini juga ditemukan sedikit di daerah pedesaan Thailand dan Vietnam. Di Indonesia, penyakit ini ditemukan dengan prevalensi rendah di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Lombok. (Soedarmo, et al. eds. 2008. Infeksi dan pediatrik Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI: Jakarta) Nyamuk Anopheles dan Culex merupakan vector yang menggigit pada malam hari untuk tipe Wuchereria bancrofti periodik nokturna, sedangkan strain yang subperiodik ditularkan oleh nyamuk Aedes yang menggigit pada siang hari. Di daerah endemic, pemaparan dimulai pada masa anak anak, angka mikrofilaria meningkat bersamaan dengan meningkatnya usia, meskipun infeksi tidak disertai dengan gejala klinis yang nyata. (Soedarmo, et al. eds. 2008. Infeksi dan pediatrik Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI: Jakarta)

Manifestasi Klinis Tanda dan gejala filariasis bancrofti sangat berbeda dari satu daerah endemic dengan daerah endemic lainnya. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan intensitas paparan terhadap vector yang infektif diantara daerah endemic tersebut. (Soedarmo, et al. eds. 2008. Infeksi dan pediatrik Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI: Jakarta) Asymtomatic amicrofilaremia adalah suatu keadaan yang terjadi apabila seseorang yang terinfeksi mengandung cacing filariasis dewasa, tetapi tidak ditemukan mikrofilaria di dalam darah, atau karena mikrofilaremia sangat rendah sehingga tidak terdeteksi dengan prosedur laboratorium biasa. Sedangkan asymptomatic microfilaremia adalah suatu keadaan dimana pasien mengalami mikrofilaremia berat tetapi tanpa gejal sama sekali. Adapun manifestasi klinis dari filariasis bancrofti adalah sebagai berikut: a. Manifestasi Akut Manifestasi akut filariasis bancrofti yaitu demam tinggi (demam filarial atau elefantoid), mengigil, lesu, limfangitis, dan limfadenitis yang berlangsung selama 3 15 hari serta dapat terjadi beberapa kali dalam setahun. Pada banyak kasus, demam filarial tidak menunjukkan mikrofilaremia. Limfangitis akan meluas ke daerah distal dari daerah yang terkena tempat cacing filaria tinggal. Limfangitis dan limfadenitis berkembang lebih sering di ekstremitas bawah daripada atas. Selain pada tungkai, limfangitis dan limfadenitis dapat mengenai payudara dan alat kelamin yang merupakan tanda khas infeksi Wuchereria bancrofti. b. Manifestasi Kronis Manifestasi kronis berlangsung beberapa bulan sampai dengan bertahun tahun serta bervariasi mulai dari ringan sampai dengan berat yang diikuti dengan berkembangnya penyakit obstruksi yang kronis yang disebabkan oleh berkurangnya fungsi saluran limfe. Kejadian tanda klinis utama ( hydrocele, lymphedema, elephantiasis, dan chyluria) meningkat sesuai bertambahnya usia. c. Manifestasi Genital Pada banyak daerah endemis filariasis, gambaran kronis yang terjadi adalah hydrocele. Selain itu, pada pria dapat dijumpai epididimitis kronis, funikulitis, dan edema karena penebalan kulit skrotum. Sedangkan pada wanita biasa dijumpai lymphedema vulva. Pada Wuchereria bancrofti infeksi di daerah paha dan ekstremitas bawah sama seringnnya berbeda dengan brugia malayi yang hanya mengenai ekstremitas bawah saja. Chyluria terjadi apabila terdapat kenaikan tekanan pada saluran

limfe masuk ke dalam traktus urinarius. Chyluria sering terlihat nyata pada pagi hari dan bersifat intermiten. Manifestasi klinis lain yang berhubungan dengan filariasis bancrofti adalah glomerulonephritis, monoarthritis sendi lutut, dan tenosynovitis. (Soedarmo, et al. eds. 2008. Infeksi dan pediatrik Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI: Jakarta) Diagnosis 1. Diagnosis parasitologi a. Deteksi parasit yaitu menemukan mikrofilaria di dalam darah, cairan hidrokel atau cairan kiluria pada pemeriksaan sediaan darah tebal dan teknik konsentrasi Knott, membran filtrasi. Pengambilan darah harus dilakukan pada malam hari (setelah pukul 20.00) mengingat periodisitas mikrofilaria umumnya nokturna. Pada pemeriksaan histopatologi, kadang kadang potongan cacing dewasa dapat dijumpai di saluran dan kelenjar limfe dari jaringan yang dicurigai sebagai tumor. (Soedarmo, et al. eds. 2008. Infeksi dan pediatrik Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI: Jakarta) b. Teknik biologi molekuler dapat digunakan untuk mendeteksi parasit melalui DNA parasit dengan menggunakan reaksi rantai polymerase (polymerase Chain Reaction/PCR). Teknik mampu memperbanyak DNA sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi pada cryptic infection. (Soedarmo, et al. eds. 2008. Infeksi dan pediatrik Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI: Jakarta) 2. Radiodiagnosis a. Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar getah bening inguinal pasien akan memberikan gambaran cacing yang bergerak gerak. Ini berguna terutama untuk evaluasi hasil pengobatan. (Soedarmo, et al. eds. 2008. Infeksi dan pediatrik Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI: Jakarta) b. Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang ditandai dengan zat radioaktif menunjukkan adanya abnormalitas system limfatik sekalipun pada penderita yang asimptomatik mikrofilaremia. (Soedarmo, et al. eds. 2008. Infeksi dan pediatrik Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI: Jakarta) hematuria,

3. Diagnosis imunologi Deteksi antigen dengan immunochromatographic test (ICT) yang menggunakan antibodi monoklonal telah dikembangkan untuk mendeteksi antigen W. bancrofti dalam sirkulasi darah. Hasil tes positif menunjukkan adanya infeksi aktif walaupun mikrofilaria tidak ditemukan dalam darah. Infeksi parasit filaria ditandai dengan induksi respon tipe alergi, terlihat peningkatan jumlah eosinofil pada darah tepi dan peningkatan IgE spesifik, IgG4, dan IL-4. Respon imunitas seluler juga berkembang pada orang yang tinggal di daerah endemic filariasis sehingga keadaan ini berperan untuk menekan timbulnya gejala klinis pada sebagian orang. (Soedarmo, et al. eds. 2008. Infeksi dan pediatrik Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI: Jakarta) Deteksi antibodi tidak dapat membedakan infeksi lampau dan infeksi aktif. Pada stadium obstruktif, mikrofilaria sering tidak ditemukan lagi dalam darah. Kadang kadang mikrofilaria tidak dijumpai di dalam darah, tetapi ada di dalam cairan hidrokel atau cairan kiluria. ( Supali, et al. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi keempat. Hal.35-36. FK UI:Jakarta) Pengobatan Pengobatan filarisis dilakukan dengan pemberian dietil carbamazine citrate (DEC). dietil carbamazine citrate adalah derivate piperazin yang dengan cepat membunuh mikrofilaria dan sebagian cacing dewasa Wuchereria bancrofti. Dosis 6 mg/kgBB/oral selama 10 14 hari atau dosis kumulatif 72mg/kgBB/oral dapat mengurangi mikrofilaria sampai 80 90% dalam beberapa hari. Level mikrofilaria akan bertahan dalam jumlah sedikit lebih dari 6 12 bulan. Efek samping seperti demam, sakit kepala, mialgia, muntah, lemah, dan asma biasanya disebabkan oleh karena destruksi mikrofilaria dan kadang kadang disebabkan oleh destruksi cacing dewasa terutama pada infeksi yang berat. Gejala ini berkembang dalam 2 hari pertama, kadang kadang dalam 12 jam setelah pemberian obat dan bertahan selama 3 4 hari. Pernah dilaporkan terjadinya abses di skrotum dan sela paha setelah pengobatan yang diperkirakan sebagai reaksi matinya cacing. DEC tidak dianjurkan pada perempuan hamil. (Soedarmo, et al. eds. 2008. Infeksi dan pediatrik Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI: Jakarta) Obat lain yang juga aktif terhadap mikrofilaria adalah ivermectin dan albendazole. Ivermectin hanya membunuh mikrofilaria tetapi dapat diberikan dengan dosis tunggal 400 ug/kg BB. Bila ivermenctin dosis tunggal digabung dengan DEC menyebabkan hilangnya mikrofilaria lebih cepat. Akhir akhir ini telah diketahui bahwa albendazole 400 mg dosis tunggal lebih efektif daripada ivermectin.

(Soedarmo, et al. eds. 2008. Infeksi dan pediatrik Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI: Jakarta) Pengobatan akan memberikan kesembuhan pada penderita mikrofilaria, stadium akut, limfedema stadium 1 2, kiluria, dan stadium dini elenfantiasis. Bila sudah mencapai hidrokel dan elephantiasis lanjut biasanya ditanggulangi dengan cara pembedahan. ( Supali, et al. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi keempat. Hal.36-37. FK UI:Jakarta) Untuk mengurangi serangan akut oleh infeksi bakteri dan jamur serta mencegah perkembangan lanjut limfedema perlu diajarkan cara membersihkan kaki dengan air dan sabun terutam di daerah lipatan kulit dan sela jari. Bila ditemukan luka harus segera diobati dengan antibiotik dan antimikotik. ( Supali, et al. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi keempat. Hal.36-37. FK UI:Jakarta) Kelangsungan hidup filarial di dalam tubuh hospes dipengaruhi oleh adanya Wolbachia yang merupak endobakteri dari family ricketsiaceae. Endobakteri ini berperan pada perkembangan, reproduksi dan kelangsungan hidup parasit filarial dalam tubuh hospes sehingga dapat dijadikan target pada pengobatan filariasis. Pengobatan DEC pada filariasis akan membunuh parasit sehingga keluarnya Wolbachia atau molekul lipopolisakarida menyebabkan efek samping pengobatan. Antibiotic golongan makrolid (tetrasiklin, doksisiklin) efektif membunuh Wolbachia dalam parasit filarial. Pemberian antibiotic pada filariasis dapat membunuh Wolbachia dan parasit filarial serta mengurangi efek samping pengobatan DEC. ( Supali, et al. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi keempat. Hal.37. FK UI:Jakarta) Prognosis Pada kasus-kasus dini dan sedang, prognosis baik terutama bila pasien pindah dari daerah endemik. Pengawasan daerah endemik tersebut dapat dilakukan dengan pemberian obat, serta pemberantasan vektornya. Pada kasus-kasus lanjut terutama dengan edema pada tungkai, prognosis lebih buruk. (Soedarmo, et al. eds. 2008. Infeksi dan pediatrik Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI: Jakarta) Umumnya prognosis yang ditimbulkannya baik terlebih lagi bila penderita diajarkan cara membersihkan kaki air dan sabun terutama di daerah lipatan kulit atau sela-sela jari. Bila ditemukan

luka segera diobati dengan antibiotik dan antimikotik. Hal ini bertujuan untuk memotong transmisi penyebaran W.bancrofti khususnya di daerah epidemic. ( Supali, et al. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi keempat. Hal.37. FK UI:Jakarta) Pencegahan WHO telah merencanakan eradikasi filariasis di dunia pada tahun 2020. Pengobatan missal pada populasi yang menderita filariasis dengan DEC atau pengulangan ivermenctin sekali per tahun secara nyata mereduksi mikrofilaremia. Pengobatan missal diberikan selama 5 tahun karena secara teoritis pengobatan sekali setahun efektif bila diberikan minimal 5 tahun. (Soedarmo, et al. eds. 2008. Infeksi dan pediatrik Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI: Jakarta) Pencegahan dapat dilakukan dengan memutuskan mata rantai antara sumber penularan dengan media transmisi. Contohnya dapat dilakukan dengan membersihkan tempat tempat perindukan nyamuk, menutup barang barang bekas, menguras tempat tempat penampungan air, penyemprotan massal agar dapat mencegah penyebarluasan penyakit, menggunakan pelindung diri disaat bekerja di kebun misalnya baju lengan panjang, menggunakan obat nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, tidak keluar di saat malam hari dll. (Soedarmo, et al. eds. 2008. Infeksi dan pediatrik Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI: Jakarta)

You might also like