You are on page 1of 29

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Maksud Adapun maksud dari pembuatan laporan ini yaitu: 1.1.1. Memahami tekstur dan struktur batuan sedimen klastik. 1.1.2. Memahami bagaimana proses pembentukkan batuan sedimen klastik (petrogenesa). 1.1.3. Menganalisa berbagai komposisi dalam batuan sedimen klastik. 1.1.4. Memahami cara penamaan batuan sedimen dengan klasifikasi berdasarkan ukuran butir sesuai Wentworth

1.2 Tujuan Tujuan dari dilaksanakanya praktikum ini agar praktikan: 1.2.1. Dapat mengidentifikasi tekstur dan struktur batuan sedimen klastik. 1.2.2. Dapat memahani bagaimana proses pembentukkan batuan sedimen klastik (petrogenesa). 1.2.3. Dapat menganalisa berbagai komposisi dalam batuan sedimen klastik 1.2.4. Dapat memahami cara penamaan batuan dengan klasifikasi

berdasarkan ukuran butir sesuai Wentworth

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Petrologi, Acara: Batuan Sedimen Klastik telah dilaksanakan pada: hari / tanggal Waktu : Rabu, 1 Mei 2013. : 16.00 18.00 WIB

Bertempat di Laboratorium Mineralogi, Petrologi, dan Petrografi Gedung Pertamina Sukowati UNDIP.

BAB II DASAR TEORI


2.1 Pengertian Batuan Sedimen Batuan Sedimen adalah batuan yang paling banyak tersingkap di permukaan bumi, kurang lebih 75 % dari luas permukaan bumi, sedangkan batuan beku dan metamorf hanya tersingkap sekitar 25 % dari luas permukaan bumi. Oleh karena itu, batuan sediment mempunyai arti yang sangat penting, karena sebagian besar aktivitas manusia terdapat di permukaan bumi. Fosil dapat pula dijumpai pada batua sediment dan mempunyaiarti penting dalam menentukan umur batuan dan lingkungan pengendapan. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh siklus sedimentasi. Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagnesis dari material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi, Sedimentasi ini meliputi proses pelapukan, erosi, transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses erosidan transportasi dilakukan oleh media air dan angin. Proses deposisi dapat terjadi jika energi transport sudah tidak mampu mengangkut partikel tersebut. (Doddy Setya, 1987).

2.2. Proses Pembentukan Batuan Sedimen Batuan sedimen terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada sebelumnya oleh kekuatan-kekuatan yaitu pelapukan, gaya-gaya air, pengikisan-pengikisan angina angina serta proses litifikasi, diagnesis, dan transportasi, maka batuan ini terendapkan di tempat-tempat yang relatif lebih rendah letaknya, misalnya: di laut, samudera, ataupun danau-danau. Mula-mula sediment merupakan batuan-batuan lunak,akan tetapi karean proses diagnosi sehingga batuan-batuan lunak tadi akan menjadi keras. Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada sediment selama terpendamkan dan terlitifikasikan, sedangkan litifikasi adalah
2

proses perubahan material sediment menjadi batuan sediment yang kompak. Proses diagnesis ini dapat merupakan kompaksi yaitu pemadatan karena tekanan lapisan di atas atau proses sedimentasi yaitu perekatan bahan-bahan lepas tadi menjadi batuan keras oleh larutan-larutan kimia misalnya larutan kapur atau silisium. Sebagian batuan sedimen terbentuk di dalam samudera. Bebrapa zat ini mengendap secara langsung oleh reaksi-reaksi kimia misalnya garam (CaSO4.nH2O). adapula yang diendapkan dengan pertolongan jasadjasad, baik tumbuhan maupun hewan. (Tim Asisten Petologi, 2011).

2.2.1. Transprotasi dan Deposisi Oleh Fluida Pada transportasi partikel oleh fluida, partikel dan fluida akan

bergerak secara bersama. Sifat fisik fluida yang berpengaruh terutama adalah densitas dan viskositas. Densitas akan mempengaruhi diketahui bahwa

kemampuan fluida mengangkut partikel, seperti

densitas kemampuan fluida untuk mengalir. Jika viskositas rendah maka kecepatan mengalirnya akan rendah dan sebaliknya. Viskositas akan membentuk kemampuan erosi dan pengagkatan partikel fluida. Pengangkuta sedimen oleh fluida dapat berupa bedload atau suspended. 2.2.2. Transportasi dan Deposisi Oleh Gravity Flow Pada transprotasi ini partikel sedimen tertransport langsung oleh pengaruh gravitasi , disini material akan bergerak lebih dulu baru kemudian medianya. Jadi disini partikel bergerak tanpa bantuan fluida, partikel sedimen bergerak karena perubahan energi potensial gravitasi menjadi energi kinetik. Yang termasuk dalam system sedimen graivity flow antara lain debris flow ,grain flow dan arus turbid. Secara umum batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 2 golongan berdasarkan cara pengendapanya yaitu batuan sedimen klastik dan non klastik. Klastis berarsal dari kata klastos yang berarti broken; sehingga klastik (detrtirus) berarti akumulasi partikel yang berasal dari pecahan batuan lain dan sisa rangka dari organisme.

(Flint & skinner,1997) 2.3 Pengertian Batuan Sedimen Klastik Batuan sedimen klastik adalah batuan yang tersusun oleh klastikaklastika yang terjadi karena proses pengendapan secara mekanis dan banyak dijumpai allogenic minerals. Allogenics minerals adalah mineral yang tidak terbentuk pada lingkungan sedimentasi atau pada saat sedimentasi terjadi. Mineral ini berasal dari batuan asal yang telah mengalami transportasi dan kemudian terendapkan pada lingkungan sedimentasi. Pada umumnya mineral yang memiliki resistensi tinggi. Contohnya : kwarsa.biotit ,

hornblende,plagioklas, dan garnet. Terbentuknya dari pengendepan kembali denritus atau perencanaan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, batuan sedimnen dan batuan metamorf. Dalam pembentukkan batuan sedimen klastik ini mengalami diagnesa yaitu perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sediment selama dan sesudah litifikasi. Adapun beberapa proses yang terjadi dalam diagenesis, yaitu : 1. Kompaksi Kompaksi terjadi jika adanya tekanan akibat penambahan beban. 2. Authigenesis Mineral baru terbentuk dalam lingkungan diagnetik, sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silika, klastika, illite, gypsum dan lain-lain. 3. Metasomatisme Metasomatisme yaitu pergantian mineral sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal. 4. Rekristalisasi Rekristalisasi yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama diagnesa atau sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukkan batuan karbonat. Sedimentasi yang terus berlangsung di bagian atas

sehingga volume sedimen yang ada di bagian bawah semakin kecil dan cairan (fluida) dalam ruang antar butir tertekan keluar dan migrasi kearah atas berlahan-lahan. 5. Larutan (Solution) Biasanya pada urutan karbonat akibat adanya larutan menyebabkan terbentuknya rongga-rongga di dalam jika tekanan cukup kuat

menyebabkan terbentuknya struktur iolit. (Endarto, 2005)

2.4.

Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik Klasifikasi batuan sedimen klastik yang umum digunakan adalah berdasarkan ukuran butirnya (menurut ukuran butir dari Wenworth), namun akan lebih baik lagi ditambahin mengenai hal-hal lain yang dapat memperjelas keterangan mengenai batuan sedimen yang dimaksud seperti komposisi dan strukturalnya. Misalnya batupasir silang siur, batulempung kerikil, batupasir kuarsa. (Endarto. 2005)

2.5.

Struktur Sedimen klastik Struktur Pada batuan Sedimen klastik yang biasa ditemukan adalah Sebagai berikut: Laminasi Struktur laminasi menunjukkan pola perlapisan, dimana tebal antara lapisan tersebut kurang dari 1 cm. Perlapisan Struktur perlapisan menunjukkan pola perlapisan yang tebal nya lebih dari 1 cm. Rain mark Kenampakan pada permukaan sedimen akibat tetesan air hujan Ripple Mark Bentuk permukaan yang bergelombang karena adanya arus.
5

Gambar 2.1 Ripple Marks

Load coast Struktur yang terjadi karena deformasi yang lekukan pada permukaan lapisan akibat gaya tekan dari beban di atasnya.

Gambar 2.2. Load Cast

Flute Cast Bentuk gerusan pada permukaan lapisan akibat aktivitas arus

Gambar 2.3. Flute Cast

Graded Bedding

Struktur geaded beding merupakan struktur yang khas sekali dimana butiran makin ke atas makin halus. Graded Bedding sangat penting sekali artinya dalam penelitian untuk menentukan yang mana atas (up) dan yang bawah (bottom) dimana yang halus merupakan bagian atasnya sedangkan bagian yang kasar adalah bawahnya. Convolute Struktur yang terjadi akibat adanya deformasi yang liukan pada batuan sedimen akibat proses deformasi.

2.6.

Tekstur Sedimen Klastik Dalam pengamatan mengenai tekstur batuan sedimen klastik, yang perlu diperhatikan adalah hal-hal sebagai berikut. Fragmen Butiran yang ukurannya lebih besar daripada pasir. Matriks Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen dandiendapkan bersama-sama fragmen. Semen Material halus yang menjadi pengikat , semen, diendapkan setelah fragmen dan matrik . Semen umumnya berupa silica . kalsit, sulfat atau oksida besi Ukuran Butir Ukuran butir yang digunakan adalah skala Wentworth (1992) yaitu:

Gambar 2.4. Skala ukuran butir Wentworth (1922)

Besar butir dipengaruhi oleh: 1. Jenis pelapukan 2. Jenis transportasi 3. Waktu/ jarak transportasi 4. Resistensi

Bentuk Butir Tingkat kebundaran butir yang dipengaruhi oleh komposisi butir , ukuran butir , jenis proses transportasi dan jarak transport (Boggs, 1987). Butiran dari mineral yang resisten seperti kwarsa dan zircon akan berbentuk kurang bundar dibandingkan butiran dari mineral kutang resisten seperti feldspar dan pyroxene. Butiran berukuran lebih besar dari kerakal akan lebih mudah membundar daripada butiran berukuran pasir. Jarak transport akan mempengaruhi tingkat kebundaran dari jenis butir yang sama makin jauh jarak tranport butiran akan makin membundar.

Gambar 2.5. Derajat Kebundaran (Roundness)

Sortasi (pemilahan) o Sortasi Baik : bila besar butir merata atau sama besar o Sortasi Buruk : Bila besar butir tidak merata , terdapat matrik dan fragmen.

Kemas

o Kemas Terbuka: bila butiran tidak saling bersentuhan o Kemas Tertutup: butiran saling bersentuhan satu sama lainnya

BAB III HASIL DESKRIPSI

3.1 Peraga No. 15 Hari / Tanggal No.Urut Jenis Batuan Dimensi Deskripsi Megaskopis Warna Struktur Tekstur : Rabu, 1 Mei 2013 :1 : Batuan sedimen klastik : 15 x 6 cm :

: Coklat kekuningan : Laminasi : : Pasir Halus (1/4 - 1/8 mm) : Tertutup : Baik (Well-sorted) : Rounded :

Ukuran Butir Kemas Sortasi Bentuk butir

Deskripsi Komposisi Fragmen Matriks Semen

: Pasir Halus (1/4 - 1/8 mm) : Non Visible : Non-Karbonat

Petrogenesa

Batuan yang bernomor 15 ini adalah batu jenis batuan sedimen klastik. Batu ini memiliki struktur laminasi. Dilihat dari ukuran butir, bentuk butir, sortasi, dan kemas batu ini, maka batu ini telah mengalami jarak transport yang sudah cukup jauh. Transport yang cukup jauh ini menyebabkan sortasi pada batu ini baik sehingga kemasnya tertutup. Kemas tertutup ini adalah hasil dari proses diagenesis misalnya desikasi dan kompaksi. Sedimen ini

diendapkan oleh arus yang memiliki energi transportasi yang rendah dan diangkut dengan mekanisme suspended load karena ukuran butir yang kecil. Lingkungan pengendapan pada batu ini adalah daerah hilir dan pantai. Memiliki jarak transport yang cukup jauh Foto Batuan :

Foto 3.1 Batu Peraga 15

Nama Batuan

: Batupasir Halus (Wentworth, 1922)

10

3.2 Batu Peraga BSK 001 Hari / Tanggal No.Urut Jenis Batuan Dimensi Deskripsi Megaskopis Warna Struktur Tekstur : Rabu, 1 Mei 2013 :2 : Batuan sedimen klastik : 20 x 10 cm :

: Keabuan : Massif : : Lempung (< 1/256 mm) : Tertutup : Verywell- Sorted (Sangat Baik) : Invisible :

Ukuran Butir Kemas Sortasi Bentuk butir

Deskripsi Komposisi Fragmen Matriks Semen

: Lempung (1/256 mm) : Non Visible : Non-Karbonat

Petrogenesa

Batu yang bernomor BSK 001 ini adalah batu jenis batuan sedimen klastik. Batu ini memiliki struktur massif. Dilihat dari ukuran butir, sortasi, dan kemas batu ini, maka batu ini telah mengalami jarak transport yang sudah sangat jauh. Transport yang sangat jauh ini menyebabkan sortasi pada batu ini sangat baik sehingga kemasnya tertutup. Kemas tertutup ini adalah hasil dari proses diagenesis setelah pengendapan misalnya desikasi dan kompaksi. Sedimen ini diendapkan oleh arus deras yang memiliki energi transportasi yang besar dan diangkut dengan mekanisme suspensi karena ukuran butir

11

yang sangat kecil. Lingkungan pengendapan pada batu ini adalah daerah hilir, pantai, dan teluk

Foto Batuan

Foto 3.2 Batu Peraga 001

Nama Batuan

: Batulempung (Claystone) (Wentworth, 1922)

12

3.3 Batuan Peraga no. 117 Hari / Tanggal No.Urut Jenis Batuan Dimensi Deskripsi Megaskopis Warna Struktur Tekstur : Rabu, 1 Mei 2013 :3 : Batuan sedimen klastik :8x5 :

: Putih Kecoklatan : Massif : : Lanau (1/256 - 1/16 mm) : Tertutup : Verywell Sorted (Sortasi sangat baik) : Invisible :

Ukuran Butir Kemas Sortasi Bentuk butir

Deskripsi Komposisi Fragmen Matriks Semen

: Lanau (1/256 - 1/16 mm) : Non Visible : Silika :

Petrogenesa

Batu yang bernomor 117 ini adalah batu jenis batuan sedimen klastik. Batu ini memiliki struktur massif. Dilihat dari ukuran butir, sortasi, dan kemas batu ini, maka batu ini telah mengalami jarak transport yang sudah sangat jauh. Transport yang sangat jauh ini menyebabkan sortasi pada batu ini sangat baik sehingga kemasnya tertutup. Kemas tertutup ini adalah hasil dari proses diagenesis setelah pengendapan misalnya desikasi dan kompaksi. Sedimen ini diendapkan oleh arus deras yang memiliki energi transportasi yang besar dan diangkut dengan mekanisme suspension karena ukuran butir yang sangat

13

kecil. Lingkungan pengendapan pada batu ini adalah daerah hilir, pantai, dan delta. Memiliki jarak transport yang sangat jauh

Foto Batuan

Foto 3.3 Batu Peraga 117

Nama Batuan

: Batulanau (Wentworth, 1922)

14

3.4 Batuan Peraga no. 3 Hari / Tanggal No.Urut Jenis Batuan Dimensi Deskripsi Megaskopis Warna Struktur Tekstur : Kamis, 2 Mei 2013 :4 : Batuan sedimen klastik : 10 x 7 cm :

: Hitam keabuan : Massif : : (4 mm 6.4 cm) : Terbuka : Verypoorly- Sorted (Sortasi sangat buruk) : Subrounded :

Ukuran Butir Kemas Sortasi Bentuk butir

Deskripsi Komposisi Fragmen Matriks Semen

: Andesit, kuarsa, rijang (4 mm 6.4 cm) : Pasir sangat halus : Karbonat :

Petrogenesa

Batu yang bernomor 3 ini adalah batu jenis batuan sedimen klastik. Batu ini memiliki struktur massif. Dilihat dari ukuran butir, sortasi, dan kemas batu ini, maka batu ini telah mengalami jarak transport yang tidak terlalu jauh dari sumber sedimen Transport yang tidak terlalu jauh ini menyebabkan sortasi pada batu ini sangat buruk sehingga kemasnya terbuka. Batu ini belum mengalami diagenesis lebih lanjut karena belum terlalu kompak. Sedimen ini diendapkan oleh arus yang memiliki energi transportasi yang besar dan diangkut dengan mekanisme bed load (sedimen dasar) karena ukuran butir

15

yang besar. Lingkungan pengendapan pada batu ini adalah daerah hulu. Memiliki jarak transport yang sangat jauh

Foto Batuan

Fragmen Andesit Kuarsa

Rijang (nodular)

Foto 3.4 Batu Peraga 3

Nama Batuan

: Konglomerat Polimik (Wentworth, 1922)

16

3.5 Batuan Peraga no. BSK 002 Hari / Tanggal No.Urut Jenis Batuan Dimensi Deskripsi Megaskopis Warna Struktur Tekstur : Kamis, 4 Mei 2013 :5 : Batuan sedimen klastik : 10 x 15 cm :

: Hitam : Massif : : Kerakal (4 64 mm) : Terbuka : Verypoorly Sorted (Sortasi sangat buruk) : Angular :

Ukuran Butir Kemas Sortasi Bentuk butir

Deskripsi Komposisi Fragmen Matriks Semen

: Kerakal, andesit, batuan lain, kuarsa, rijang (4 64 mm) : Pasir sangat halus : Silika :

Petrogenesa

Batu yang bernomor BSK 002 ini adalah batu jenis batuan sedimen klastik. Batu ini memiliki struktur massif. Dilihat dari ukuran butir, sortasi, dan kemas batu ini, maka batu ini telah mengalami jarak transport yang masih dekat dengan sumber sedimen. Transport yang tidak cukup jauh ini menyebabkan sortasi pada batu ini sangat buruk sehingga kemasnya terbuka. Proses diagensis pada batu ini sudah cukup lama berlangsung sehingga batu ini kompak, berat dan fragmen-fragmen seperti rijang dapat muncul. Sedimen ini diendapkan oleh arus yang memiliki energi transportasi yang besar dan

17

diangkut dengan mekanisme bed load (sedimen dasar) karena ukuran butir yang besar. Lingkungan pengendapan pada batu ini adalah daerah hulu sungai.

Foto Batuan

Matrik

Kuarsa

Rijang Fragmen batuan lain

Foto 3.5 Batu Peraga BSK 002

Nama Batuan

: Breksi (Wentworth, 1922)

18

3.6 Batuan Peraga no. BSK 007 Hari / Tanggal No.Urut Jenis Batuan Dimensi Deskripsi Megaskopis Warna Struktur Tekstur : Kamis, 2 Mei 2013 :6 : Batuan sedimen klastik : 22 x 15 cm :

: Coklat : Massif : : Berangkal ( 64 mm- 256 mm) : Terbuka : Medium Sorted (Sortasi medium) : Very Angular ( sangat menyudut) :

Ukuran Butir Kemas Sortasi Bentuk butir

Deskripsi Komposisi Fragmen Matriks Semen

: Berangkal, batuan lain (64 mm -256 mm) : Pasir halus : Silika :

Petrogenesa

Batu yang bernomor BSK 007 ini adalah batu jenis batuan sedimen klastik. Batu ini memiliki struktur massif. Dilihat dari ukuran butir, sortasi, dan kemas batu ini, maka batu ini telah mengalami jarak transport yang masih dekat dengan sumber sedimen. Transport yang tidak cukup jauh ini menyebabkan sortasi pada batu ini sangat buruk sehingga kemasnya terbuka. Proses diagensis pada batu ini sudah cukup lama berlangsung sehingga batu ini kompak, berat dan fragmen-fragmen seperti rijang dapat muncul. Sedimen ini diendapkan oleh arus yang memiliki energi transportasi yang sangat besar dan

19

diangkut dengan mekanisme bed load (sedimen dasar) karena ukuran butir yang sangat besar. Lingkungan pengendapan pada batu ini adalah daerah hulu sungai

Foto Batuan

Matrik pasir Fragmen batuan lain

Foto 3.6 Batu Peraga BSK 007

Nama Batuan

: Breksi (Wentworth, 1922)

20

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Peraga 15 Batu peraga pada nomor 15 memiliki warna kuning kecoklatan. Batu ini membentuk struktur laminasi karena lapisanya berukuran < 1 cm. Batu ini memiliki tekstur klastik karena terdiri dari debris-debris batuan yang lain. Tekstur pada batu ini yaitu ukuran butirnya pasir halus antara 1/4 - 1/8 mm. Bentuk butir dari batu ini diamati menggunakan lup termasuk ke dalam well-rounded (membundar baik). Pada batu ini dapat diamati bahwa sortasinya baik dimana butir sedimen merata distribusinya. Kemas pada batu ini tertutup karena hubungan antara butirnya rapat. Komposisi mineral pada batu berikut ialah komposisi mineral klastik, dimana mineral klastik tersebut terbentuk dari batu-batuan yang sudah ada sebelumnya, yang kemudian batu tersebut mengalami proses sedimentasi sehingga membentuk batu sedimen ini. Pada batu ini mineral penyusunya berupa butir kuarsa berukuran pasir. Batu ini berdasarkan definisi terdiri atas fragmen, matriks, dan semen. Pada batu ini fragmenya berupa pasir halus, matriksnya tidak terlihat karena terlalu halus dimana matriks ini biasanya diamati menggunakan SEM, sedangkan semenya berupa nonkarbonatan yaitu dapat berupa silika yang komposisnya sama dengan kuarsa atau mineral lempung. Semen silika ini dapat berasal dari pelapukan mineral silika yang melarutkan silika di air, sedangkan mineral lempung dapat berasal dari

21

proses pelapukan mineral-mineral mika pada saat pengendapan (authigenik) atau sebagai detrital clays. Petrogenesa dari batu ini ialah batuan asal terkena weathering kemudian batuan ini terpecah-pecah membentuk klastika. Klastika ini kemudian mengalami transportasi dan mengalami proses sedimentasi di lingkungan pengendapanya. Dilihat dari ukuran butir bentuk butirnya, dan sortasinya maka batu ini butir-butir sedimenya telah mengalami transportasi yang sudah cukup jauh dari sumber sedimen sehingga mengecil dan membundar. Transport yang cukup jauh ini menyebabkan sortasi pada batu ini baik disebabkan oleh aksi arus air sehingga kemasnya tertutup. Dilihat dari kemas yang tertutup maka batu ini mengalami proses diagenesis seperti desikasi dan kompaksi sehingga air yang terkandung keluar atau berkurang menyebabkan batu sedimen ini berkurang volumenya tetapi memadat sehingga batu ini ringan. Dilihat dari ukuran butirnya maka sedimen ini terbentuk dari hasil transportasi dan deposisi material sedimen yang diangkut oleh arus dengan energi yang rendah. Berdasarkan diagram Hjlustrom menunjukan bahwa sedimen berukuran pasir ini tererosi dan diangkut dengan arus 20-25 cm/s. Material pasir halus ini terdeposisi pada kecepatan 1 cm/s 2 cm/s sebagai suspended load. Lingkungan pengendapan yang mungkin seperti hilir sungai, delta, dan pantai. Jadi berdasarkan ciri-ciri dan keterangan yang tertera di atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Wenworth (1922) batu peraga 15 merupakan Batupasir halus (fine-sandstone). Batu pasir adalah pada batuan sediment dengan ukuran butir antara 1/16 milimeter dan 2 mm. (untuk siltstone terbentuk dari butiran yang lebih halus). Walaupun batupasir tidak menandakan adanya mineral istimewa, tetapi pada kenyataannya batu pasir biasanya banyak mengandung mineral kuarsa. Kebanyakan batu pasir tetap mengandung sejumlah besar dari mineral mineral clays dan sedikit hematite, ilmenite, feldspar dan mica, yang menambah warna dan karakter dari matrix kuarsa. Batupasir yang

22

mempunyai kandungan mineral pengotor dalam jumlah besar digolongkan sebagai wacke atau graywacke. Batu pasir terbentuk ketika pasir jatuh dan terendapkan pada bagian offshore dari delta delta sungai, tetapi gurun pasir dan pantai dapat membentuk perlapisan batu pasir apabila dikaji pada rekaman geologi. Batu pasir biasanya tidak mengandung fosil-fosil, sebab energi yang terdapat pada lingkungan ketika lapisan lapisan pasir terbentuk tidak mendukung untuk terpeliharanya fosil-fosil tersebut. Sebagai pemandangan dan pembentuk batuan, batupasir penuh dengan karakter, warna yang khas dan cepat terawetkan. Butiran dari kuarsa di dalam batu pasir tersement bersama dengan silika ( yang secara kimiawi sama dengan kuarsa), atau kalsium karbonate atau oksida besi. Warna coklat dan belang pada batu pasir yang kasar disebabkan sejumlah kecil dari mineral mineral besi. Pada saat batupasir terendapkan pada kedalaman yang dalam, tekanan dan temperatur menjadi tinggi dan membuat mineral-mineral batuan menjadi terlarutkan atau berubah menjadi lebih mobile. Butiran-butiran batuan menjadi sedikit lebih kompak. Akibat dari panas dan temperature tersebut batupasir berubah menjadi batuan metamorf kuarsit atau gneiss, yaitu berupa batuan yang keras dengan butiran butiran mineral yang sangat kompak.

Gambar 4.1 Bentuk butir klastika well-rounded pada batupasir

4.2

Peraga BSK 001

23

Batu peraga pada nomor BSK 001 memiliki warna keabuan. Batu ini membentuk struktur massif karena batu ini kompak dan pejal. Batu ini memiliki tekstur klastik karena terdiri dari debris-debris batuan yang lain. Tekstur pada batu ini yaitu ukuran butirnya lempung < 1/256 mm. Permukaan batu ini sangat halus dan jika dilewatkan air, air yang lewat susah menembus. Pada batu ini dapat diamati warnaya keabuan cerah (lightgray). Warna abu ini diakibatkan oleh kandungan karbon yang terdapat pada batu ini dimana semakin rendah kandungan karbon makin cerah warna abuabunya sedankan jika makn tinggi kandungan karbonya maka akan berubah warna menjadi abu-abu kelam (dark-gray) sampai hitam. Pada batu ini dapat diamati bahwa sortasinya sangat baik dimana butir sedimen sangat merata distribusinya tanpa terlihat adanya butir yang berbeda ukuran atau berbeda jenis. Kemas pada batu ini tertutup karena hubungan antara butirnya sangat rapat. Komposisi mineral pada batu berikut ialah komposisi mineral klastik, dimana mineral klastik tersebut terbentuk dari batu-batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil pelapukanya, yang kemudian batu tersebut mengalami proses sedimentasi sehingga membentuk batu sedimen ini. Batu ini berdasarkan definisi terdiri atas fragmen, matriks, dan semen. Pada batu ini fragmenya berupa lempung, matriksnya tidak terlihat karena terlalu halus dimana matriks ini biasanya diamati menggunakan SEM, sedangkan semenya berupa nonkarbonatan yaitu dapat berupa silika yang komposisnya sama dengan kuarsa atau mineral lempung. Semen silika ini dapat berasal dari pelapukan mineral silika yang melarutkan silika di air, sedangkan mineral lempung dapat berasal dari proses pelapukan mineralmineral mika pada saat pengendapan (authigenik) atau sebagai detrital clays. Petrogenesa dari batu ini ialah batuan asal terkena weathering kemudian batuan ini terpecah-pecah membentuk klastika. Klastika ini kemudian mengalami transportasi dan mengalami proses sedimentasi di lingkungan pengendapanya. Dilihat dari ukuran butir bentuk butirnya, dan sortasinya maka batu ini butir-butir sedimenya telah mengalami transportasi yang

24

sudah sangat jauh dari sumber sedimen sehingga mengecil dan membundar. Transport yang sangat jauh ini menyebabkan sortasi pada batu ini sangat baik disebabkan oleh aksi arus air sehingga kemasnya tertutup. Dilihat dari kemas yang tertutup maka batu ini mengalami proses diagenesis seperti desikasi dan kompaksi sehingga air yang terkandung keluar atau berkurang menyebabkan batu sedimen ini berkurang volumenya tetapi memadat sehingga batu ini ringan. Dilihat dari ukuran butirnya maka sedimen ini terbentuk dari hasil transportasi dan deposisi material sedimen yang diangkut oleh arus deras dengan energi yang besar. Berdasarkan diagram Hjlustrom menunjukan bahwa sedimen berukuran lempung ini tererosi dan diangkut dengan arus 100-300 cm/s. Material lempung ini terdeposisi pada kecepatan 0.1 cm/s 10 cm/s sebagai suspension. Hal ini dapat dipahami karena material lempung cenderung kohesif, sekali terendapkan cenderung terikat bersama, dan resisten terhadap air sehinggga dibutuhkan energi yang besar untuk mengerosinya Jadi berdasarkan ciri-ciri dan keterangan yang tertera di atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Wenworth (1922) batu peraga BSK 001 merupakan Batulempung (claystone). Claystone adalah bentuk lain dari mudstone. Menurut data 50% dari batuan sedimen adalah mudstone. Hal ini sesuai dengan Goldich Weethering series dimana mineral silikat yang terlapukan pada akhitnya menjadi clay mineral yang merupakan penyusun paling dominan dari mudstone. Mud didefinisikan oleh gelologist sebagai batuan sediment yang mempunyai ukuran butir lebih kecil dari 0.06 milimeter, cara

pembentukannya adalah melalui media transportasi sungai dan diendapkan di dasar lautan membentuk perlapisan yang tebal, dan hasilnya disebut mudstone. Apabila ukuran partikel dari sediment pembentuknya semua berukuran clay yakni lebih kecil dari 0.004 mm, batuannya disebut claystone. Apabila terdiri dari lebih banyak dan murni unsur silt dengan ukuran butir lebih besar dari clay dan lebih kecil dari ukuran pasir maka batuannya disebut

25

Siltstone. Bentuk butir penyusun mudstone (lempung, lanau, dan shale) tidak seperti bentuk butir pada batupasir atau conglomerate dan breksi yang terbundarkan karena proses transport. Bentuk butir pada mudstone hanya sedikit terbundarkan oleh proses transport, erosi, atau proses eolian. Contohnya, Kuenen (1959, 1960) mendemonstrasikan bahwa partikel kuarsa berukuran sangat halus (< ~ 0.1mm) tidak membundar secara efektif karena proses eolian dan transport sungai. Bentuk butir pada butir lempung dan lanau dalam mudstone merefleksikan bentuk asli dari material detrital atau merefleksikan bentuk butir yang terbentuk selama proses diagenesis. Oleh sebab itu, bentuk butir pada mudstone sangat menyudut. Banyak butir sedimen seperti mineral lempung dan butir mika berukuran sangat kecil memiliki tingkat kebundaran yang rendah. Hasil analisan SEM (e.g. Sudo et al., 1981) membuktikan bahwa kebanyakan mineral lempung mempunyai bentuk yang datar (platy), tidak beraturan, atau acicular.

Gambar 4.2 Bentuk butir pada mudstone (silt, clay, shale)

4.3

Batu peraga 117

26

Batu peraga pada nomor BSK 117 memiliki warna kekunigan. Batu ini membentuk struktur massif karena batu ini kompak dan pejal. Batu ini memiliki tekstur klastik karena terdiri dari debris-debris batuan yang lain. Tekstur pada batu ini yaitu ukuran butirnya lempung < 1/256 mm. Permukaan batu ini sangat halus dan jika dilewatkan air, air yang lewat susah menembus. Pada batu ini dapat diamati warnaya keabuan cerah (light-gray). Warna abu ini diakibatkan oleh kandungan karbon yang terdapat pada batu ini dimana semakin rendah kandungan karbon makin cerah warna abuabunya sedankan jika makn tinggi kandungan karbonya maka akan berubah warna menjadi abu-abu kelam (dark-gray) sampai hitam. Pada batu ini dapat diamati bahwa sortasinya sangat baik dimana butir sedimen sangat merata distribusinya tanpa terlihat adanya butir yang berbeda ukuran atau berbeda jenis. Kemas pada batu ini tertutup karena hubungan antara butirnya sangat rapat. Komposisi mineral pada batu berikut ialah komposisi mineral klastik, dimana mineral klastik tersebut terbentuk dari batu-batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil pelapukanya, yang kemudian batu tersebut mengalami proses sedimentasi sehingga membentuk batu sedimen ini. Batu ini berdasarkan definisi terdiri atas fragmen, matriks, dan semen. Pada batu ini fragmenya berupa lempung, matriksnya tidak terlihat karena terlalu halus dimana matriks ini biasanya diamati menggunakan SEM, sedangkan semenya berupa nonkarbonatan yaitu dapat berupa silika yang komposisnya sama dengan kuarsa atau mineral lempung. Semen silika ini dapat berasal dari pelapukan mineral silika yang melarutkan silika di air, sedangkan mineral lempung dapat berasal dari proses pelapukan mineralmineral mika pada saat pengendapan (authigenik) atau sebagai detrital clays. Petrogenesa dari batu ini ialah batuan asal terkena weathering kemudian batuan ini terpecah-pecah membentuk klastika. Klastika ini kemudian mengalami transportasi dan mengalami proses sedimentasi di lingkungan pengendapanya. Dilihat dari ukuran butir bentuk butirnya, dan sortasinya maka batu ini butir-butir sedimenya telah mengalami transportasi yang

27

sudah sangat jauh dari sumber sedimen sehingga mengecil dan membundar. Transport yang sangat jauh ini menyebabkan sortasi pada batu ini sangat baik disebabkan oleh aksi arus air sehingga kemasnya tertutup. Dilihat dari kemas yang tertutup maka batu ini mengalami proses diagenesis seperti desikasi dan kompaksi sehingga air yang terkandung keluar atau berkurang menyebabkan batu sedimen ini berkurang volumenya tetapi memadat sehingga batu ini ringan. Dilihat dari ukuran butirnya maka sedimen ini terbentuk dari hasil transportasi dan deposisi material sedimen yang diangkut oleh arus deras dengan energi yang besar. Berdasarkan diagram Hjlustrom menunjukan bahwa sedimen berukuran lempung ini tererosi dan diangkut dengan arus 100-300 cm/s. Material lempung ini terdeposisi pada kecepatan 0.1 cm/s 10 cm/s sebagai suspension. Hal ini dapat dipahami karena material lempung cenderung kohesif, sekali terendapkan cenderung terikat bersama, dan resisten terhadap air sehinggga dibutuhkan energi yang besar untuk mengerosinya Jadi berdasarkan ciri-ciri dan keterangan yang tertera di atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Wenworth (1922) batu peraga BSK 001 merupakan Batulanau (claystone). Siltstone adalah bentuk lain dari mudstone. Menurut data 50% dari batuan sedimen adalah mudstone. Hal ini sesuai dengan Goldich Weethering series dimana mineral silikat yang terlapukan pada akhitnya menjadi clay mineral yang merupakan penyusun dominan dari mudstone. Mud didefinisikan oleh gelologist sebagai batuan sediment yang mempunyai ukuran butir lebih kecil dari 0.06 milimeter, cara pembentukannya adalah melalui media transportasi sungai dan diendapkan di dasar lautan membentuk perlapisan yang tebal, dan hasilnya disebut mudstone. Apabila ukuran partikel dari sediment pembentuknya semua berukuran clay yakni lebih kecil dari 0.004 mm, batuannya disebut claystone. Apabila terdiri dari lebih banyak dan murni unsur silt dengan ukuran butir lebih besar dari clay dan lebih kecil dari ukuran pasir maka batuannya disebut Siltstone. Bentuk butir penyusun mudstone (lempung, lanau, dan shale) tidak seperti bentuk butir pada

28

batupasir atau conglomerate dan breksi yang terbundarkan karena proses transport. Bentuk butir pada mudstone hanya sedikit terbundarkan oleh proses transport, erosi, atau proses eolian. Contohnya, Kuenen (1959, 1960) mendemonstrasikan bahwa partikel kuarsa berukuran sangat halus (< ~ 0.1mm) tidak membundar secara efektif karena proses eolian dan transport sungai. Bentuk butir pada butir lempung dan lanau dalam mudstone merefleksikan bentuk asli dari material detrital atau merefleksikan bentuk butir yang terbentuk selama proses diagenesis. Oleh sebab itu, bentuk butir pada mudstone sangat menyudut. Banyak butir sedimen seperti mineral lempung dan butir mika berukuran sangat kecil memiliki tingkat kebundaran yang rendah. Hasil analisan SEM (e.g. Sudo et al., 1981) membuktikan bahwa kebanyakan mineral lempung mempunyai bentuk yang datar (platy), tidak beraturan, atau acicular.

29

You might also like