You are on page 1of 11

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA I. II. III. IV.

NOMOR PERCOBAAN NAMA PERCOBAAN DALAM KASEIN TUJUAN PERCOBAAN LANDASAN TEORI : Menentukan kadar tirosin dalam : kasein serta dapat membuat kurva kalibrasinya. : VII : PENENTUAN KADAR TIROSINA

Kita dapat memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut dengan protein hewani,sedangkan protein yang berasal dari tumbuhan disebut dengan protein nabati. Beberapa makanan sumber protein ialah daging, telur, susu , ikan , beras, kacang, kedelai, gandum, jagung dan buah-buahan. Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Hewan yang makan tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Disamping digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi bila tubuh kita kekurangan karbohidrat atau lemak. Komposisi ratarata unsur kimia yang terdapat dalam protein ialah sebagai berikut : Karbon 50%, Hidrogen 7%, Oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0-3%, dan fosfor 0-3%. Dengan berpedoman pada kadar nitrogen sebesar 16% dapat dilakukan penentuan kandungan protein dalam suatu bahan makanan. Unsur nitrogen ditentukan secara kuatitatif, misalnya dengan cara Kjeldahl, yaitu dengan cara destruksi dengan asam pekat. Berat protein yang ditentukan adalah 6,25 kali berat unsur nitrogen. Protein juga memiliki molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. Asam-asam amino ini terikat satu dengan yang lainnya oleh ikatan

peptida. Protein mempunyai sifat yang sangat dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH, dan pelarut organik. Jenis asam amino yang kita gunakan adalah Tirosin dengan rumus :
O OH HO NH2

Tirosin adalah salah satu jenis asam amino dalam protein. Tirosin ini mempunyai gugus fenol dan bersifat asam lemah. Tirosin dapat diperoleh dari kasein, yaitu protein dalam keju atau susu. Pada percobaan ini kita akan melakukan pemurnian tirosin dari kaseinnya dengan melarutkan tirosin ke dalam berbagai larutan yang bersifat asam, alcohol, maupun senyawa yang mengandung logam berat. Dengan demikian, kita harus memperhatikan sifat-sifat protein antara lain : 1. ionisasi seperti asam amino, protein juga larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai muatan positif dan negative. Dalam suasanan asam molekul protein akan membentuk ion positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negative. Pada titik isolistriknya protein mempunyai muatan positif dan negative yang sama, sehingga tidak bergerak kea rah elektroda positif maupun negative apabila ditempatkan diantara kedua electrode tersebut. Ionisasi protein dapat digambarkan sebagai berikut : protein+ kation H+ + +proteinion zwitter

protein memiliki titik isolistrik yang berbeda-beda sebagaimana yang tertera dalam table berikut :

Tabel Titik Isolistrik Berbagai Protein : Protein Albumin telur Insulin Albumin serum Kasein Gelatine Globulin serum Fibroin Gliadin Sumber Telur Pancreas Darah Susu sapi Kulit sapi Darah Sutera Terigu pH isolistrik 4,55 4,90 5,3 5,35 4,88 4,6 4,8 4,85 5,4 5,5 2,0 2,4 6,5

Titik isolistrik protein mempunyai arti penting karena pada umunya sifat fisika, dan kimia erat hubungannya dengan pH isolistrik. Pada pH diatas titik isolistrik protein bermuatan negative, sedangkan di bawah titik isolistrik protein bermuatan negative. Oleh karena itu untuk megendapkan protein dengan ion logam, diperlukan pH larutan diatas titik isolistrik, sedangkan pengendapan oleh ion negative memerlukan pH dibawah titik isolistrik. Ion-ion posisitf yang mengendapkan protein antara lain ialah Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, CU++, dan Pb++, sedangkan ion negative yang dapat mengendapkan protein adalah ion salisilat, triklorasetat, pikrat, tanat dan sulfosalisilat. Berdasarkan sifat tersebut putih teluratau susu dapat digunakan sebagai antidotum atau penawar racun apabila orang keracunan logam berat. 2. Denaturasi Protein akan mengalami koalgulasi apabila dipanaskan pada suhu 50oC atau lebih. Koagulasi ini hanya terjadi apabila larutan protein berada pada titik isolistriknya. Protein yang terdenaturasi pada titik isolistriknya masih dapat alrut pada pH di luar titik isolistrik tersebut. Air ternyata diperlukan untuk proses denaturasi oleh panas. Disamping pH, sushu tinggi dan ion logam berat, denaturasi dapat pula terjadi oleh adanya gerakan mekanik, alcohol aseton, eter dan detergen.

3. Viskositas. Viskositas adalah tahanan yang timbul karena adanya gesekan antara molekulmolekul di dalam zat cair yang mengalir. Suatu larutan protein dalam air mempunyai viskositas atau kekentalan yang relative besar daripada viskositas air sebagai pelarutnya. 4. Kristalisasi Banyak protein yang telah diperoleh dalam bentuk kristal. Meskipun demikian proses kristalisasi untuk berbagai jenis protein tidak selalu sama, artinya ada yang dengan mudah dapat terkristalisasi, tetapi ada pula ynag sukar. 5. Sistem Koloid Molekul protein apabila dilarutkan dalam air mempunyai sifat koloid, yang tidak dapat menembus membrane atau kertas perkamen. Pemurnian Protein Langkah awal yang dalam pemurnian protein ini ialah menentukan bahan alam yang akan diproses. Penentuan ini didasarkan pada kadar protein yang terkandung didalamnya. Tentu saja dipilih bahan alam yang mempunyai kadar protein tinggi dan mudah diperoleh. Analisis terhadap kadar protein dalam bahan alam tersebut perlu dilakukan untuk memperoleh data tentang kadar protein yang akan dimurnikan. Setelah itu protein akan dilarutkan ke dalam air atau pelarut lainnya. Namun, disini juga harus diperhatikan sushu dan pH larutan agar tidak merusak protein. Dalam percobaan ini untuk menentukan kadar atau konsentrasi protein ini kita menggunakan spectrometer yang berfunsgi untuk menentukan transmittan maupun adsorbannya. V. ALAT DAN BAHAN tabung reaksi

1. Alat :

VI.

gelas ukur beker gelas spectrometer Erlenmeyer Refluks kondensor Penangas air Statif dan klem Pipet tetes Kasein 1 gram NaOH 6 N 20 ml H2SO4 7 N 30 ml Larutan Tirosina standard 1 ml HgSO4 (5%) 3 ml H2SO4 5 N H2SO4 7 N 2 ml NaNO2 (0,2%) 2 ml 12 ml air

2. Bahan :

PROSEDUR PERCOBAAN

Hidrolisa 1,0 gr Kaseina dengan 20, 0 ml NaOH 6 N pada refluks kondensor dalam penangas air selama 4 jam. Tambahkan hati-hati 30 ml H 2SO4 7 N. campur. Tempatkan 1,0 ml hidrolisat ke dalam tabung yang bersih dan kering. Pada tabung-tabung lain pipet masing-masing 1,0 ml larutan tirosina standard dengan lima macam kadar yang berbeda. Tambahkan 3 ml HgSO 4 5 % dalam H2SO4 5 N pada semua tabung. Panaskan dalam penangas air yang mendidih selama 10 menit. Dinginkan dan tambahkan ke dalam masing-masing tabung 2 ml H2SO4 7 N dan 2 ml NaNO2 0,2 %. Campur dan tambahkan 12 ml air ke dalam masingmasing tabung. Baca ekstingsinya pada spectrometer dengan maks = 470 nm.

VII.

HASIL PENGAMATAN % Transmittan 4,2 1,8 0,6 0,6 0,6 0,4 0,2 0,1 0,1 0,1

Pengukuran % Transmittan larutan Tirosina Standar : Mg/ml 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Dengan % Transmittan sample = 5,1

VIII. REAKSI KIMIA

O O HO

NH3

NaOH
HO NH2

Na

H 2O

O 2 HO NH3
+

H2SO 4 2
HO NH3
+

OH

SO 4

O OH HO NH2

HgSO4

O C O Hg HO CH2 CH NH2
++

O O C

+
CH CH2 OH

SO 4

NH2

IX.

ANALISA DATA

Mencari adsorban dari % Transmittan yang didapat : Dimana A = 2 - log (% T) 1. Untuk 1 mg/ml A = 2 log (4,2) = 1,38. 2. Untuk 2 mg/ml A = 2 log (1,8) = 1,74 3. untuk 3 mg/ml A = 2 log (0,6) = 2,22 4. Untuk 4 mg/ml A = 2 log (0,6) = 2,22 5. Untuk 5 mg/ml A = 2 log (0,6) = 2,22 6. Untuk 6 mg/ml A = 2 log (0,4) = 2,39 7. Untuk 7 mg/ml A = 2 log (0,2) = 2,69 8. Untuk 8 mg/ml A = 2 log (0,1) = 3 9. Untuk 9 mg/ml A = 2 log (0,1) = 3 10. Untuk 10 mg/ml A = 2 log (0,1) = 3 Adsorban untuk sample = A 2 log (5,1) = 1,29

Perhitungan regresi linier konsentrasi terhadap adsorbannya : X = konsentrasi

Y = Adsorban X 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 55 Y 1,38 1,74 2,22 2,22 2,22 2,39 2,69 3 3 3 23,86


n(xy ) (x )(y ) n(x 2 ) (x ) 2 10(145,67) (55)( 23,86) 10(385) (55) 2

XY 1,38 3,48 6,66 8,88 11,1 14,34 18,83 24 27 30 145,67

X2 1 4 9 16 25 36 49 64 81 100 385

Slope = A = = =

(1456,7) (1312,3) 3850 3025


(x 2 )(y ) (x )(xy ) n(x 2 ) (x ) 2

= 0,18 Intersept = B = = =

(385( 23,86) (55)(145,67) 10(385) (55) 2


9186,1 8011,85 825

= 1,42 Jadi, persamaan regresi liniernya adalah y = 0,18X + 1,42 X. PEMBAHASAN

Percobaan dalam pembuatan tirosin dalam kasein ini adalah untuk menghitung kadar tirosin yang berada dalam kasein susu. Setelah mendapat kadar tirosin maka kita juga akan mendapatkan adsorban pada masing-masing konsentrasi. Perhitungan adsorban didapat dari serapan dalam spectrophotometer. Pertama-tama larutan kasein dilarutkan dalam larutan NaOH, dengan begitu, larutan protein dilarutkan ke dalam larutan basa kuat. Sehingga asam amino yang ada dalam protein tersebut akan terdapat dalam bentuk dibawah ini :
NH 2 COO CH R

Hal ini disebabkan karena konsentrasi (OH-) yang tinggi mampu mengikat ion-ion H+ Yang terdapat pada gugus NH3+. Kemudian digunakan refluks pada penangas air yaitu pada titik didih air. Refluks dilakukan pada suhu awal sebesar 24,5oC dan suhu akhir adalah 82oC. Selama refluks larutan kasein ditambahkan dengan larutan H 2SO4 untuk mengikat basa oleh asam dari kasein. Tepat pada 1 jam 40 menit kasein yang semula berwarna putih kekuningan tepat menjadi endapan yang sebelumnya menggumpal menjadi warna putih. Refluks dilakukan selama 3 jam. Dari hasil refluks didapatkan larutan yang berwarna kuning dan berbau. Kemudian larutan tersebut dijadikan larutan sample yang kemudian akan diukur adsorbannya dan dibandingkan dengan larutan standarnya. Dari larutan standar Tirosin dilarutkan dengan HgSO4 dengan kadar yang berbeda pada 10 tabung. Hal ini bertujuan untuk mengendapkan protein dengan ion logam positif yaitu Hg++. Penambahan H2SO4 pada larutan protein akan menyebabkan struktur molekul asam amino menjadi :
H3 N
+ CH R COOH

Ini terjadi karena konsentrasi H+ yang tinggi mampu berikatan dengan ion COO-, sehingga membentuk gugus COOH. Sedangkan penambahan NaNO2 pada larutan tirosin bertujuan untuk memberikan warna. Warna yang terjadi akibat penambahan NaNO 2 yaitu terjadinya warna merah pada larutan protein. Adanya warna pada larutan protein karena kita akan menghitung adsorban pada larutan protein dengan menggunakan spektrofotometer. Karena alat ini menggunakan cahaya UV-Vis menggunakan warna dalam penganalisisannya. XI. KESIMPULAN utama dalam susu. Tirosin ini memiliki gugus Fenol dan bersifat asam lemah. 2. Penambahan asam pada asam amino akan menyebabkan konsentrasi H + berikatan dengan ion COO- membentuk gugus COOH. 3. Penambahan basa pada asam amino menyebabkan konsentrasi OH- mengikat ion-ion H+yang terdapat pada gugus NH3+. 4. Pada perhitungan analisa datanya, semakin besar konsentrasi larutan asam amino maka semakin besar pula nilai adsorbannya.

1. Tirosin adalah salah satu asam amino yang terdapat dalam protein yaitu kasein

DAFTAR PUSTAKA Lehninger, 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: ERLANGGA Poedjadi, Anna, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Khopkar, S.M, 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press

You might also like