Professional Documents
Culture Documents
5.asam Basa 1
5.asam Basa 1
Bronsted-Lowry Lewis
Usanovich
Defenition of pH
A high [H+] corresponds to a low pH, & a low [H+] corresponds to a high pH. Every unit change in pH actually represents a tenfold change in [H+] .
Products
H+ + HCO3H+ + HCO3-
Elimination
Lungs
24,000 mEq/day Volatile acid
Kidneys
50-100 mEq/day Non-volatile acid
Acid-Base Balance
Arterial blood is 7.4 Venous blood and interstitial fluid is 7.35 Intracellular fluid is 7.0
Alkalosis or alkalemia arterial blood pH rises above 7.45 Acidosis or acidemia arterial pH drops below 7.35.
Buffer Systems
Bufer adalah larutan yg mengandung zat yang dapat meminimalisasi perubahan pH apabila terjadi peningkatan asam atau basa. Larutan tersebut mengandung asam lemah HA dan garam dari asam tersebut dengan basa kuat misalnya NaA. Prinsip : garam menyediakan cadangan Auntuk menggantikan [A-] bila A- digunakan untuk bereaksi dengan H+.
ICF
Urine Bone
Protein, Phosphate
Phosphate , Ammonia Ca carbonate
The major buffer system in the ECF (responsible for about 80% of extracellular buffering). A mixture of carbonic acid (H2CO3) and its salt : sodium bicarbonate (NaHCO3)
(potassium or magnesium bicarbonates work as well)
It is the most important ECF buffer for metabolic acids but it cannot buffer respiratory acid-base disorders.
Henderson-Hasselbalch Equation
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3[H+] = K x [CO2]/[HCO3-] = 24 PCO2/[HCO3-]
pH = 6.1 + log ([HCO3-]/ [CO2]
The most plentiful buffers in the body fluids are the protein. Protein buffers in blood include haemoglobin (150g/l) and plasma proteins (70g/l). And intracellular proteins . Proteins are excellent buffers because they contains both acidic & basic groups that can give up or take up H+ . Most importance in buffering changes in [H+] in the ICF because of the abundance of intracellular proteins.
If pH climbs, the carboxyl group of amino acid acts as a weak acid If the pH drops, the amino group acts as a weak base Hemoglobin buffer system
terjadi asidosis sementara buffer fosfat telah tersaturasi,sel tubular ginjal mensekresi ammonia (NH3) ke cairan tubular . NH3 ini memungkinkan ginjal tetap mengeluarkan ion H+ yang berlebihan, dengan membentuk NH4+ Ammonium terbuang dalam urin dengan membawa ion H+ .
Bone can take up H+ in exchange for Ca++, Na+ and K+ (ionic exchange) or release of HCO3-, CO3- or HPO4-2.
Karbondioksida terlarut dan air Asam karbonat, dengan ion hidrogen dan ion bikarbonat
Bila Karbondioksida bertambah, maka akan semakin banyak ion hidrogen terlarut dalam air Dengan mengatur konsentrasi karbondioksida pengendalian pH
Pengaturan Respirasi
Sistem pernapasan mengatur konsentrasi ion hidrogen dengan mengontrol kecepatan pengeluaran CO2 dari plasma melalui penyesuaianpenyesuaian ventilasi paru.
Apabila terjadi hypercapnia, atau peningkatan kadar H+ plasma : Pernapasan menjadi lebih cepat dan dalam sehingga mengeluarkan lebih banyak karbondioksida konsentrasi ion hidrogen dikurangi
Penurunan kadar H+ plasma menyebabkan pernapasan lebih lambat dan tenang konsentrasi H+ bertambah
Sebaliknya Gangguan dalam sistem respirasi menyebabkan ketidakseimbangan asam-basa (asidosis respiratori atau alkalosis respiratori )
Perubahan level PCO2 dimonitor oleh kemoreseptor di batang otak. Karbondioksida dalam darah berdifusi ke CSF, kemudian terhidrasi menghasilkan disosiasi asam karbonat, melepaskan ion hidrogen. Maka, meskipun CO2 berperan sebagai stimulus, kontrol pernapasan diatur oleh konsentrasi ion hidrogen di otak.
Figure 22.26
Paru mengeluarkan H+ dari asam karbonat 100 kali lebih banyak dari pengeluaran ginjal untuk asam non-karbonat. Sist.pernapasan dapat menyesuaikan jumlah H+ yg ditambahkan ke cairan tubuh untuk memulihkan pH apabila terjadi fluktuasi [H+ ] dari sumber asam non-karbonat. Hanya dapat mengembalikan pH antara 50-75 % dari pemulihan ke pH normal.
Buffer kimiawi dapat mengikat kelebihan asam atau basa, tapi tidak dapat mengeluarkan dari tubuh Paru dapat menghilangkan asam karbonat dengan mengeluarkan karbon dioksida Tapi hanya ginjal yang dapat membuang asamasam metabolik (phosphoric, uric, dan lactic acids serta ketones) sehingga mencegah asidosis metabolik. organ regulator asam basa terpenting adalah ginjal
Ginjal mengontrol pH cairan tubuh dengan 3 cara yang saling berkaitan: Reabsorpsi bikarbonat hasil filtrasi ( 4.000 5.000 mmol/hr ) atau mengekskresikannya. Ekskresi fixed acids ,kira-kira 1 mmol/kg/hr. Sekresi amonia (NH3) Semua proses itu berlangsung dlm 2 mekanisme berdasarkan tempat berlangsungnya: Mekanisme tubular proksimal Mekanisme tubular distal
Figure 26.12
Ginjal membentuk ion bikarbonat dan menambahkannya ke dalam darah Sejumlah sama ion hidrogen dipindahkan ke urin.
Figure 26.13
Bila tubuh mengalami alkalosis, pada sel intercalated tipe B terjadi proses yang bertujuan sebaliknya :
Mendorong sekresi ion bikarbonat. Menahan ion hidrogen dan asidifikasi darah.
Apabila [H+ ] plasma yang melewati kapiler peritubulus meningkat sekresi H+ ke tubulus ekskresi di urin. Sekresi H+ berawal di sel tubulus dengan memproses CO2 yg berasal dari 3 sumber : difusi dari plasma atau dari lumen ke sel tubulus, dan hasil metabolisme dalam sel. Bila [H+] plasma berkurang ginjal menghemat H+ dgn menurunkan sekresi H+ nya ( ginjal tidak dapat mereabsorbsi H+ yg sudah difiltrasi.
Ion hidrogen yang diekskresikan harus terikat ke buffer dalam urin (sistem buffer fosfat)
Mekanisme ini berlangsung apabila pengeluaran ion hidrogen harus ditingkatkan. Untuk itu sel PCT menghasilkan ion NH3 dari asam amino glutamin . Glutamin yang digunakan berasal dari kapiler peritubular (80%) dan hasil filtrasi (20%).
Definisi
Asidemia : pH darah yg kurang dari 7,35 Asidosis : proses atau kondisi abnormal yang akan menurunkan pH arteri , ketika tidak terjadi perubahan sekunder terhadap faktor penyebab primer. Alkalemia : pH darah yang lebih besar dari 7,45 Alkalosis : proses atau kondisi abnormal yang akan menurunkan pH arteri , ketika tidak terjadi perubahan sekunder terhadap faktor penyebab primer.
20 / 1
Asidosis penekanan sistem saraf pusat Alkalosis eksitasi sistem saraf, mulai dari perifer kemudian saraf pusat.
Mengganggu pola normal aktivitas metabolisme yg dikatalisis enzim; reaksi kimia menjadi lebih cepat atau melambat.
Efek Asidosis
H+ difusi secara pasif ke intrasel K+ berdifusi keluar untuk mempertahankan keseimbangan muatan listrik. H+ yang masuk di buffer oleh protein intrasel muatan positif intrasel berkurang membran mengalami hiperpolarisasi saraf dan otot menjadi sulit terstimulasi. Susunan saraf pusat tertekan Confusion, disorientasi, koma
Efek Alkalosis
H+ ekstrasel H+ berdifusi secara pasif keluar sel. K+ berdifusi ke dalam sel untuk mempertahankan keseimbangan muatan listrik penambahan muatan positif intrasel membran mengalami hipopolarisasi saraf menjadi mudah terstimulasi Neuron melepaskan impuls-impuls spontan Otot rangka overstimulated
Sensasi geli, kedutan otot, spasme otot, tetani, kejang, spasme otot respirasi
Disebabkan fungsi respirasi berlangsung abnormal, sehingga kadar CO2 dalam ECF meningkat atau menurun.
Respiratory disorder
CO2 ratio pH alkalosis H+ buffer HCO3-ratioacidosis Metabolic disorder HCO3 - loss ratio acidosis H+ HCO3-ratioalkalosis
PCO2 adalah satu-satunya indikator penting apabila terjadi pernapasan yang tidak adekuat.
Kadar PCO2.
Normal PCO2 dapat berfluktuasi antara 35 dan 45 mm Hg Diatas 45 mm Hg : menandakan Asidosis Respiratori Dibawah 35 mm Hg : menandakan Alkalosis Respiratori
a. Asidosis Respiratorik
Ventilasi berkurang, dapat disebabkan oleh : Penyakit paru Depresi CNS (obat, peyakit) Gangguan persarafan Gangguan otot Henti bernafas
CO2
Figure 27.12a
pH arteri dan HCO3- plasma berbeda antara asidosis respiratorik akut dan kronik
Akut : buffer intrasel adalah hemoglobin, dan ektrasel protein, maka kompensasi yg dapat dilakukan hanya sedikit dan pH turun cukup banyak, sedangkan HCO3- sedikit meningkat.
Kronik : kompensasi oleh ginjal, berlangsung 2-3 hari, sehingga dapat terjadi peningkatan HCO3-, mengakibatkan timbul keadaan alkalosis metabolik hiperkapnea.
b. Alkalosis respiratorik
Sebab-sebab Alkalosis respiratorik (sebab Dasar = hiperventilasi)
Stres emosional yg memicu hiperventilasi Keadaan hipermetabolik : demam, tirotoksikosis Gangguan SSP, Tumor otak,cedera kepala atau gangguan pembuluh darah otak Intoksikasi salisilat
Hipoksia: Pneumonia, asma, edema paru Gagal jantung kongestif Fibrosis paru Tinggal di tempat yg tinggi Ventilasi mekanik yang berlebihan Mekanisme yang belum jelas: sepsis gram negatif, sirosis hepatis, latihan fisik.
Figure 27.12b
c. Asidosis Metabolik
Ditandai penurunan primer dari kadar HCO3plasma, sehingga terjadi peningkatan [H+ ] Sebab mendasar adalah penambahan asam non karbonat, kegagalan ginjal mengekskresi asam harian, atau kehilangan bikarbonat. Penyebab dapat dibedakan atas 2 kelompok, berdasarkan selisih anion; anion gap normal atau anion gap meningkat.
Anion Gap
AG = Na+ - (Cl- + HCO3-) Unmeasured anions in plasma (normally 10 to 12 mmol/L) Anionic proteins, phosphate, sulfate, and organic anions
Diare Iliostomi, uterosigmoidostomi Asidosis tubulus proksimal ginjal Asetazolamid (inhibitor CA) hipoaldosteronisme
2.
3.
Figure 27.13
d. Alkalosis Metabolik
Ditandai peningkatan primer dari kadar HCO3- plasma, atau kehilangan H+ sehingga terjadi peningkatan pH
Kehilangan H+ dari ECF Melalui saluran cerna : muntah, diare. Melalui ginjal : diuretik tiazid, kelebihan mineralokortikoid (hiperaldosteron, Cushing, licorice berlebihan), dan penisillin dosis tinggi.
1. 2.
3.
4.
Retensi HCO3Pemberian natrium bikarbonat berlebihan Sindrom susu alkali Penggunaan darah simpan (sitrat) yang banyak (> 8 unit) Penggunaan ventilasi mekanis pada asidosis respiratorik kronik)
Figure 27.14
TERIMA KASIH