You are on page 1of 30

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker sepertinya menjadi penyakit yang harus benar-benar diperhatikan oleh semua orang, kalau negara-negara maju dihebohkan dengan kanker serviks, bahkan indonesia juga kabarnya lagi rame dengan panyakit kanker serviks karena seks bebas kini ancaman penyakit leukimia atau yang sering disebut kanker darah juga mulai mengancam orang di seluruh dunia. Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah). Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi kembali Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya. Leukemia atau lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker (istilah medis: neoplasma) pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel
1

pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih) Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia memengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita. B. Rumusan masalah Adapun rumusan masalah dari askep ini adalah 1. Bagaimana etiologi dari leukimia ? 2. Bagaiman pengklasifikasi dari leukimia? 3. Bagaiman patologi dan pathway dari leukimia ? 4. Apa saja manifestasi dari leukimia ? 5. Bagaiman pemeriksaan diagnostik dari leukimia ? 6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari leukimia ? 7. Apa saja penatalaksanaan dari leukimia ? C. Manfaat Manfaat dari pembuatan askep ini adalah mahasiswa mampu mengaplikasikan apa yang ada di askep in dan dapat di gunakan bila terjun ke rumah sakit nanti sebagai bahanatau referensi dari pembutan askep

BAB II PEMBAHASAN 1. Konsep Medik A. Definisi Leukimia Leukemia adalah istilah umum yang digunakan untuk keganasan pada sumsum tulang dan sistem limpatik (Wong, 1995). Sedangkan menurut Robbins & Kummar (1995), leukemia adalah neoplasma ganas sel induk hematopoesis yang ditandai oelh penggantian secara merata sumsum tulang oleh sel neoplasi. Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175). Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sumtulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002: 248 ). Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulangdalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495). Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah. Leukimia atau biasa disebut dengan kanker darah adalah sebuah sindrom, dimana sel darah putih yang masih imatur berkembang secara abnormal didalam sumsum tulang karena beberapa faktor tertentu. Sel darah putih yang berkembang tersebut akan mendesak dan merusak sumsum tulang dan akhirnya akan keluar dari sumsum tulang dan masuk ke pembuluh darah. Sehingga sel darah putih imatur tersebut akan beredar ke seluruh tubuh dan akan menyerang sel darah yang lain, bisa juga sel darah putih tersebut masuk ke jaringan dan menyerang organ-organ dan jaringan tertentu sehingga terjadi kerusakan pada organ atau jaringan tersebut, bahkan dapat menyebabkan kematian.
3

B. Etiologi Meskipun pada sebagian besar penderita leukimia faktor-faktor penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, tetapi ada beberapa faktor yang terbukti dapat menyebabkan leukimia, yaitu faktor genetik, sinar radioaktif, dan virus dan leukemogenik. 1) Faktor genetik Insiden leukimia akut pada anak-anak penderita sindrom Down adalah 20 kali lebih banyak dari pada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukimia akut. Insiden leukimia akut juga meningkatkan pada penderita kelainan kongenital dengan aneuloidi, misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis van Greveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, sindrom trisomi D, sindrom klenefelter. Kelainan kromosom, seperti pada seseorang yang menderita sindrom down memiliki resiko 20x lebih besar terserang leukemia. 2) Sinar radioaktif Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukimia pada binatang maupun pada manusia. Angka kejadian leukimia mieloblastik akut (AML) dan leukimia granulositik kronis (LGK) jelas sekali meningkat sesudah sinar radioaktif. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa penderita yang diobati dengan sinar radioaktif akan menderita leukimia paa 6% klien, dan baru terjadi sesudah 5 tahun. 3) Virus Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukimia pada binatang. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukimia pada manusia adalah virus. Meskipun demikian, ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai penyebab leukimia, yaitu enzyme reverse transcriptase ditemukan dalam darah manusia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tpie C, yaitu jenis virus RNA
4

yang menyebabkan leukimia pada binatang. Enzim tersebut menyebabkan virus yang bersangkutan dapat membentuk bahan genetik yang kemudian bergabung dengan genom yang terinfeksi. 4). Leukemogenik Beberapa zat kimia telah diidentifikasi dapat mempengaruhi frekuensi Leukemia, misalnya racun lingkungan seperti benzena, bahan kimia industri seperti insektisida serta obat-obatan yang digunakan untuk kemoterapi. Leukemia pada umumnya sudah muncul pada diri seseorang sejak usia dini, dimana sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal. Secara normal, sel darah putih me-reproduksi ulang bila diperlukan oleh tubuh atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan sinyal atau tanda secara teratur apabila sel darah dibutuhkan untuk be-reproduksi kembali Pada kasus Leukemia, sel darah putih ternyata tidak merespon terhadap sinyal yang diberikan sehingga produksi berlebihan dan tidak terkontrol dan akhirnya keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Seseorang dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan gejala deperti ini : mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan pendarahan. C. Klasifikasi Klasifikasi leukemia terdiri dari akut dan kronik, Klasifikasi kronik didasarkan pada ditemukannya sel darah putih matang yang mencolok granulosit (leukemia granulositik/mielositik) atau limfosit (leukememia limfositik) 1. Leukemia myeloid : a. Leukemia granulositik kronik/LGK(leukemia mieloid/mielositik/ mielogenus kronik /LMK) Adalah suatu penyakit mieloproliferatif karena sumsum tulang penderita
5

ini menujukan gambaran hiperselular disertai adanya proliferasi pada semua garis diferensiasi sel, yang ditandai dengan produksi berlebihan seri granulosit yang relatif matang, jumlah garanulosit umumnya lebih dari 30.000/mm3 dan paling sering terlihat pada orang dewasa usia pertengahan tetapi juga dapat timbul pada setiap kelompok umur lainnya. Tanda dan gejala berkaitan dengan keadaan hipermetabolik yaitu kelelahan, kehilangan berat badan, diaforesis meningkat dan tidak tahan panas, limpa membesar pada 90 % kasus yang mengakibatkan penuh pada abdomen dan mudah merasa kenyang. Angka harapan hidup mediannya sekitar 3 tahun, baik dengan pengobatan maupun tanpa pengobatan. Pengobatan dengan kemoterapi intermiten ditujukan pada penekanan hematopoesis yang berlebihan dan mengurangi ukuran limpa, berbagai penderita berkembang menjadi lebih progresif, fase resisten diseertai dengan pembentukan mieloblas yang berlebihan (tansformasi blas). Kematian terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa bulan setelah transformasi blas, transplantasi sumsum tulang dari individu lain (allogenik) yang dilakukan pada fase kronik stabil penderita LGK memberikan suatu harapan kesembuhan , walaupun morbiditas dan mortalitas selama transplantasi tetap tinggi. b. Leukemia mielositik akut atau leukemia granulositik akut/ LGA (leukemia mieloid/mielositik/granulositik/ mielogenus akut/LMA) Merupakan neoplasma uniklonal yang berasal dari trasformasi suatu atau beberapa sel hematopoietik. Sifat sebenarnya dari lesi molekular yang bertanggung jawab atas sifat-sifat neoplasmik dari sel yang berubah bentuknya tidak jelas, tapi defek kritis adanya intrisik dan dapat diturunkan oleh keturunan sel tersebut (Clarkson, 1988). Tanda dan gejala leukemia akut berkaitan dengan netropenia dan trombositopenia, ini adalah infeksi berat yang rekuren disertai dengan timbulnya tukak pada membran mukosa, abses perirektal, pneumonia, septikemia disertai menggigil, demam, takikardia, dan takipnea. Trombositopenia mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan dengan
6

petekie dan ekimosis, epistaksis, hematoma pada membran mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan sistem saluran kemih, tulang mungkin sakit dan lunak yang disebabkan oleh infark tulang atau infiltrat periosteal. Anemia bukan merupakan manifestasi awal disebabkan oleh karena umur eritrosit yang panjang (120 hari), jika terdapat anemia maka akan terdapat gejala kelelahan, pusing dan dispnea waktu kerja fisik serta pucat yang nyata. Diagnosis LGA ditegakan dengan melalui hitung jenis darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang serta pemeriksaan kromosom. Hitung sel darah tepi dapat meninggi, normal atau menurun disertai mieloblas dalam sirkulasi. Sumsum tulang hiperseluler disertai adanya kelebihan (50%) mieloblas yang mengandung badan Auer. Perubahan metabolik juga putih II. Leukemia limfoid a. Leukemia limfositik kronik (LLC) Merupakan suatu gangguan limfoproliferatifyang ditemukan pada kelompok umur tua (sekitar 60 tahun) yang dimanifestasikan oleh poliferasi dan akmulasi limfosit matang kecil dalam sumsum tulang, darah perifer,dan tempat-tempat ekstramedular dengan kadar yang mencapai 100.000/mm3 atau lebih, limposit abnormal umumnya adalah limposit B. b. Leukemia limfoblastik akut(LLA) Penyakit ini terdapat pada 20% orang dewasa yang menderita leukemia, keadaan ini merupakan kanker yang paling sering menyerang anak-anak dibawah umur 15 tahun denga puncak insidens antara umur 3 dan 4 tahun. Manifestasi berupa poliferasi limfoblas abnormal dalam sumsum tulamg dan tempat-tempat ekstramedular. terlihat disertai peningkatan asam urat yang disebabkan oleh tingginya pergantian sel darah

Perbedaan Lekemia Akut Dan Lekemia Kronik : Pembeda Onset penyakit Perjalanan penyakit Sel lekemia Jumlah lekosit Pembesaran kelenjar Pembesaran limpa Lekemia akut Semua umur Tiba-tiba < 6 bulan Sel-sel tidak matang Bervariasi Ringan Ringan Anemi, trombositopeni Menonjol Lekemia kronik Dewasa Perlahan 26 tahun Sel matang Ringan Meningkat Jelas Jelas

D. Patofisiologi dan Pathway 1. patofisiologi Adanya proliferasi sel kanker sehingga sel kanker bersaing dengan sel normal untuk mendapatkan nutrisi dengan cara infiltrasi sel normal digantikan dengan sel kanker. Dengan adanya sel kanker akan terjadi depresi sumsum tulang yang akan mempengaruhi eritrosit, leukosit, faktor pembekuan dan jaringan meningkat karena adanya depresi dari sumsum tulang maka produksi eritrosit menurun dan terjadi anemia, produksi leukosit juga menurun sehingga sistem retikoloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi yang manifestasinya berupa demam. Faktor pembekuan juga mengalami penurunan sehingga terjadi perdarahan yang akan menimbulkan trombositopenia. Dengan adanya pergantian sel normal oleh sel kanker terjadi infiltrasi ekstra medular sehingga terjadi pembesaran limpa, lifer, nodus limfe dan tulang sehingga bisa menimbulkan nyeri tulang dan persendian. Hal tersebut juga
8

akan mempengaruhi SSP (sistem saraf pusat) yakni adanya infiltrasi SSP sehingga timbullah meningitis leukemia, hal tersebut juga akan mempengaruhi metabolisme sehingga sel akan kekurangan makanan 2. Pathway

E. Manifestasi Klinis 1. Anemia, pada penderita leukemia biasanya akan terjadi anemia karena banyaknya
10

sel darah merah (eritrosit) yang dirusak oleh sel darah putih imatur sehingga tubuh kekurangan darah. Padahal fungsi sel darah merah adalah membawa oksigen dan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh untuk metabolisme sel dan menghasilkan energi. Maka pada penderita leukemia orang tersebut akan cenderung terlihat lemah, letih, lesu, mudah capek bahkan terlihat pucat. 2. Perdarahan, terjadi karena keping darah yang fungsinya untuk pembekuan darah. Sehingga tubuh yang kekurangan keping darah (trombosit) beresiko besar terjadi perdarahan. Biasanya terjadi mimisan, perdarahan pada gusi dan perdarahan gastrointestinal. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi secara wajar karena didominasi oleh sel darah putih, sehingga menyebabkan penderita akan mengalami pendarahan di jaringan kulit (bisa berup banyaknya jentik merah lebar atau kecil pada jaringan kulit). 3. Resiko infeksi, pada penderita leukemia sel darah putih imatur yg berkembang sangat cepat sehingga akan mendesak sel darah putih yang normal, sehingga tubuh kekurangan sel darah putih (leukosit) dan beresiko terserang infeksi. Karena sel darah putih tidak bisa berfungsi secara maksimal sebagai pelindung daya tahan tubuh, sehingga tubuh penderita mudah terkena virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya mengalami demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan batuk. 4. Nyeri perut, terjadi karena organ hati, lambung, ginjal, pankreas, empedu terserang sel darah putih imatur sehingga terjadi peradangan karena kerusakan organ tersebut (hati, lambung, pankreas, ginjal dsb). Maka timbul nyeri pada daerah perut penderita.Nyeri perut juga bisa menjadi indikasai gejala Leukemia, dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ organ tubuh dan timbullah nyeri. 5. Nyeri tulang dan sendi, terjadi karena peradangan sendi dan kerusakan tulang yang disebabkan oleh invasi sel darah putih imatur tersebut. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang mendesak padat oleh sel darah putih. 6. Pembengkakan Kelenjar Lympa. Yang bisa terjadi di bawah leher, lengan dada dan lainnya. Kelenjar Lympa bertugas menyaring darah, karena tidak berfungsi dengan baik sehingga sel leukemia terkumpul dan mengakibatkan pembengkakan

11

F. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan darah tepi. Hemoglobin/Hb rendah. Trombositopenia Leukosit meningkat dapat lebih dari 200.000/mm3, normal atau Mal atau menurun, dapat kurang dari 1000/mm3. 2. Sum-sum tulang Merupakan tes diagnostik yang sangat penting untuk Mendiagnostik dan menentukan tipe sel maligna. Adanya hiperseluler, sel sum-sum tulang diganti sel leukosit. 3. Radiografi MRI dan ST Scan kepala dan tubuh untuk mendeteksi adanya Lesi dan infeksi di tempat lain. G. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui seseorang menderita leukemia atau tidak, atau juga untuk mengukur tingkat keperahannya antara lain: 1. Pemeriksaan fisik (head to toe) untuk memeriksa pembengkakan yang terjadi pada kelenjar getah bening, limfa, hati dan organ lain di area abdomen. Juga dilakukan pada area thorax jika sudah terjadi komplikasi pada jantung dan paruparu. 2. Pemeriksaan LED atau tes darah, pada penderita leukemia kadar leukosit meningkat sangat tinggi, dan kadar eritrosit, Hb dan trombosit menurun. Selain itu juga untuk mengetahui adanya kelainan pada hati atau ginjal. 3. Biopsi, prosedur ini dilakukan dengan cara mengambil sumsum tulang dari tulang pinggul atau tulang besar lainnya. Kemudian sumsum tulang tersebut akan diteliti, ada atau tidaknya sel kanker dalam sumsum tulang tersebut. 4. Sitogenetik, adalah pemeriksaan laboratorium dengan cara mengambil dan memeriksa sel kromosom dari sampel darah tepi, sumsum tulang atau kelenjar
12

getah bening. 5. Processus spinosus, prosedur ini menggunakan jarum yang panjang dan tipis, yang digunakan untuk mengambil cairan cerebrospinal (yaitu cairan yang mengisi ruang di otak dan di sumsum tulang belakang). Sebelum prosedur ini dimulai pasien akan dilakukan pembiusan lokal terlebih dahulu. Kemudian cairan yang sudah diambil tersebut akan diteliti di laboratorium untuk mengetahui ada atau tidaknya sel leukemia di dalam otak, atau untuk memeriksa penyakit lainnya. 6. Foto rontgen thorax, untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan di area dada pasien. Seperti pembesaran jantung (kardiomegali), udem paru ataupun penyakit lainnya. 7. Asam urat serum, pemeriksaan untuk mengetahui kadar asam di dalam darah, atau perubahan pH darah. H. Penatalaksanaan 1. Terapi Biologi

Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.

2.

Terapi Radiasi
13

Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh. (Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang.)

3.

Transplantasi Sel Induk (Stem Cell) Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell). Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi ini. Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan selsel darah putih dalam jumlah yang memadai.

4.

Kemoterapi Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi, antara lain: a. Fase induksi Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%. b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial
14

dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat. c. Konsolidasi Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

15

2. . Konsep keperawatan A. Pengkajian 1). Riwayat Kaji faktor resiko dan faktor penyebab. Usia penting karena kejadian leukemia meningkat seiring dengan usia. Pekerjaan dan hobi dapat mengungkapkan paparan lingkungan yang dapat meningkatkan resiko leukemia. Kaji riwayat sakit yang lalu dan pengobatan mungkin menunjukkan terdapatnya paparan radiasi ion atau pengobatan yang dapat meningkatkan resiko. Karena leukemia berhubungan dengan perubahan fungsi imun, resiko infeksi meningkat pada klien dengan leukemia. Kaji frekwensi dan tingkat keparahan proses infeksi selama 6 bulan awal seperti influenza, pneumonia, bronkhitis dan demam yang tidak diketahui sebabnya. Karena fungsi platelet mungkin berkurang, kaji tanda-tanda perdarahan : Mudah terjadi memar Perdarahan hidung Peningkatan mentruasi Perdarahan gusi Perdarahan rektum Hamaturia Perdarahan yang lama setelah laserasi atau abrasi kecil Bila klien telah mengalami kejadian seperti di atas, tanya apakah jenis dan luasnya berdarahan tersebut nerupakan respon biasa klien terhadap injuri atau mencerminkan perubahan di dalam pola injuri. Klien dengan anemia sering mengalami kelemahan dan petekie akibat dari anemia dan peningkatan metabolik serta tuntutan energi dari sel-sel leukemik. Tanya klien apakah mengalami : Sakit kepala Perubahan perilaku

16

Peningkatan somnolen Penurunan kewaspadaan Penurunan lama perhatian Letargi, kelemahan otot Nafsu makan menurun Kehilangan BB Peningkatan fatique Tanya klien apakah ada intoleransi aktivitas, jelaskan berapa lama klien

mengalami kejadian-kejadian di atas. 2). Pengkajian Fisik a. Sistem Kardiovaskuler Denyut jantung mungkin meningkat Tekanan darah menurun Murmur dan bising mungkin positif Waktu pengisian kapiler meningkat b. Sistem respirasi Meningkatnya RR seiring dengan peningkatan derajat anemia Jika terdpat infeksi saluran pernafasan, terdapat tanda-tanda dan gejala pneumonia seperti batuk dan nafas pendek Auskultasi terdapat suara nafas abnormal c. Sistem integumen Kulit mungkin pucat dan teraba dingin Pucat tampak di wajah, sekitar mulut dan dasar kuku, konjungtiva Petekia mungkin ditemukan terutama dibagian ekstremitas bawah Inspeksi adanya infeksi kulit atau area trauma yang tidak dapat sembuh Kaji adanya perdarahan gusi, luka atau lesi rongga mulut yang menunjukkan infeksi d. Sistem gastrointestinal Kehilangan BB, mual dan anoreksia
17

Kaji area rektum dan periksa tinja untuk mengetahui darah tersembunyi Bunyi usus mungkin menurun, bisa konstipasi Mungkin dijumpai hepatomegali dan nyeri abdomen pada infiltrasi leukemia ke visera abdomen e. Menifestasi sumsum tulang Nyeri tulang atau persendihan akibat dari keterlibatan sumsum dan resorpsi tulang Pertumbuhan sel atau infiltrasi mungkin mengakibatkan pembesaran kelenjar limpa atau massa 3). Pengkajian psikososial Kecemasan muncul pada diagnosa awal leukemia Ketahui pemahaman klien/keluarga dan harapannya Klien dapat merasa bosan dan kesepian karena hospitalisasi terutama pada terapi awal Kaji pola koping klien 4). Pengkajian laboratorium Pasien leukemia akut biasanya mempunyai : Penurunan Hb dan kadar hematokrit Penurunan jumlah platelet Perubahan jumlah SDP, biasanya meningkat 20 100 ribu Pada aspirasi / biopsi, sumsum tulang penuh dengan sel-sel leukemik fase blast. Variabel koagulasi biasanya bnormal pada leukemia akut, penurunan kadar fibrinogen.Waktu pembekuan darah meningkat meningkat Analisis kromosom dari sel-sel sumsum tulang maligna diperlukan untuk : a) membantu mendiagnosa jenis leukemia b) memprediksi prognosis c) menjelaskan efektifitas terapi
18

5). Pengkajian radiografi Dilakukan bila dijumpai tanda khusus, misalnya adanya dispneu dilakukan foto thorak untuk mengetahui apakah leukemia berinfiltrasi ke paru. B. Diagnosa Keperawatan a. Resiko infeksi Domain 11 Kelas 1 Definisi Faktor resiko : keamanan/ perlindungan : infeksi : mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik : ketidak adekuatanya pertahanan sekunder - penurunan hemoglobin - imunosupresi (mis, imunitas didapat tidak adekuat, agen farmaseutikal termasuk imunosupresan, steroid, anti bodi monoklonal,imunomodulator) - leukopenia - supresi respon inflamasi b. Intoleransi aktivitas Domain 4 Kelas 4 Definisi : aktivitas/istrahat : respons kardiovaskuler/pulmonar : Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas kehidupan seharihari yang harus atau yang ingin di lakukan Batasan karakteristik : - respon tekanan abnormal terhadap aktivitas - ketidak nyamanan setelah beraktivitas - dispnea setelah beraktivitas - menyatakan merasa letih - menyatakan merasa lemah Faktor yang berhubungan : ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

19

c. Resiko terhadap cedera Domain 11 Kelas 2 Definisi : keamanan/perlindungan : cedera fisik : beresiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defentif individu Faktor resiko : Ekternal -biologis (mis, tingkat imunisasi komunitas, mikroorganisme) -zat kimia ( mis, racun, polutan, obat, agens farmasi alkohol nikotin, pengawet, kosmetik, pewarna) - fisik (mis, desain, struktur, dan pengaturan komunitas) Internal - profil darah yang abnormal (mis, leukositosis/leukopenia, gangguan faktor koagulasi, trombositopenia, penurunan Hb - disfungsi imun-autoimun - malnutrisi - fisik( mis, integritas kulit tidak utuh, gangguan mobilitas d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan Domain 2 Kelas 5 Definisi : nutrisi : hidrasi : beresiko mengalami dehidrasi vaskuler, seluler, atau intra seluler Faktor resiko : - kehilangan volume cairan aktif
20

- kehilanga berlebihan melalui rute normal (mis, diare) e. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Domain 2 Kelas 1 Definisi : nutrisi : makanan : Asupan nutrisibtidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik Batasan karakteristik : - nyeri abdomen - menghindari makanan - berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan idea - kurang makan - kurang minat pada makanan - membran mukosa pucat - Mengeluh gangguan sensasi rasa - cepat kenyang setelah makan Faktor yang berhubungan : - faktor biologis - ketidak mampuan untuk mengabsorpsi nutrien - ketidak mampuan untuk mencerna makanan - ketidak mampuan untuk menelan makanan f. Nyeri Domain 2 Kelas 5 Definisi : nutrisi : hidrasi : Pengalaman sensori dan emosionala yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
21

intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dipredoksi dan berlangsung < 6 bulan Batasan karakteristaik : - perubahan selera makan - perubahan tekanan darah - perubahan frekuensi jantung - perubahan frekuensi pernapasan - masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus - sikap melindungi area nyeri - indikasi nyeri yang dapat di amati - melaporkan nyeri secara verbal - ganguan tidur g. Kerusakan Integritas Kulit Domain 11 Kelas 5 Definisi : keamanan/ perlindungan : cedera fisik : Perubahan/ gannguan epidermis dan/atau dermis - Pengurangan lapisan-lapisan kulit (dermis) - Gangguan struktur tubuh - Gangguan permukaan kulit Faktor-faktor yang berhubungan: Eksternal - Hipertermia/hipotermia - Zat kimia - Usia ekstrem Internal - Perubahan metabolik - Perubahan sensasi - Perubahan turgor - Perubahan nutrisi
22

Batasan karakteristik:

- Immobilisasi fisik - Kelembaban

- Radiasi - Pengobatan

- Faktor-faktor mekanik

- Perubahan pigmentasi

- Defisiensi imunologi

- Faktor-faktor perkembangan - Perubahan sirkulasi - Perubahan keseimbangan cairan C. Intervensi NIC a. Resiko infeksi 1) skrining kesehatan Mendeteksi resiko atau masalah kesehatan dengan memanfaatkan riwayat kesehatan, pemeriksaan kesehatan, dan prosedur lainnya. 2) Manajemen imunisasi/vaksinasi Memantau status imunisasi, memfasilitasi akses untuk memperoleh imunisasi dan memberikan imunisasi untuk mencegah penyakit menular 3) Perawatan luka Mencegah terjadinya komplikasi pada luka dan memfasilitasi proses penyembuhan luka 4) pengendalian infeksi Meminimalkan penyebaraan dan penularan agens infeksius 5) perlindungan infeksi Mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien yang beresiko b. Intoleransi Aktivitas 1) terapi aktivitas Memberi anjuran tentang dan bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif, sosial, dan spritual yang spesifik untuk meningkatkan rentang, frekuensi atau durasi aktifitas individu 2). Manajemen energi Mengatur penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi 3). Manajemen lingkungan Memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk memperoleh manfaat terapeutik, stimulasi sensorik, dan kesejahtraan psikologis
23

4). Terapi latihan fisik mobilitas sendi Menggunakan gerakan tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendi 5). Terapi latihan fisik pengendalian otot Menggunakan aktifitas atau protokol latihan yang spesifik untuk meningkatkan atau memulihkan gerakan tubuh yang terkontrol 6). Promosi latihan fisik, latihan kekuatan Memfasilitasi latihan otot resistif secara rutin untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot c. Resiko terhadap cedera 1). Manajemen lingkungan, keamanan Memantau dan memanipulasi lingkungan fisik untuk memfasilitasi keamanan 2). Identifikasi resiko Menganalisis faktor resiko potensial, menentukan resiko kesehatan, dan memprioritaskan strategi penurunan resiko untuk individu atau kelompok 3). Surveilans keamanan Mengumpulkan dan menganalisis informasi secara terarah mengenai pasien dan lingkungan untuk di manfaatkan dalam meningkatkan dan memelihara keamanan pasien d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan 1). Manajemen elektrolit Meningkatkan keseimbangan elektrolit dan mencegah komplikasi akibat kadar elektrolit serum yang tidak normal atau di luar harapan 2). Manajemen cairan Meningkatkan keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal atau di luar harapan 3). Pemantauan cairan Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan cairan
24

4). Terapi intra vena Memberikan dan memantau cairan dan obat intra vena 5). Pemantauan nutrisi Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau meminimalkan malnutrisi e. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 1). Manajemen gangguan makan Mencegah dan menangani pembatasan diet yang sangat ketat dan aktivitas berlebihan atau memasukkan makanan dan minuman dalam jumlah baxk kemudian berusaha mengeluarka semuanya. 2). Terapi nutrisi Pemberian makanan dan cairan untuk mendukung proses metabolik pasien yang mal nutrisi atau beresiko tinggi terhadap malnutrisi 3). Pemantauan nutrisi Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah dan meminimalkan kurang gizi 4). Bantuan perawatan -diri, makan Membantu individu untuk makan 5). Bantuan menaikkan berat badan Memfasilitasi pencapaian kenaikan berat badan f. Nyeri 1). Pemberian analgesik Menggunakan agens- agens farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri 2). Manajemen medikasi Memfasilitasi penggunaan obat resep obat bebas secara aman dan efektif 3). Manajemen nyeri Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien
25

g. Kerusakan integrits kulit 1). Pemeliharaan akses dialisis Memelihara area akses pembuluh darah (arteriovena) 2). Pemberian obat Mempersiapkan, memberikan, dan mengefaluasi keefektifan obat resep dan obat non resep 3). Surveilans kulit Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mempertahankan integritas kulit dan membran mukosa. D. Hasil NOC a. Resiko infeksi 1). Status imun Resistensi alami dan dapatan yang bekerja tepat terhadap antigen internal maupun eksternal 2). Keparahan infeksi Tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait b. Intoleransi aktivitas 1). Toleransi aktivitas Respon fisiologis terhadap gerakan yang memakan energi dalam aktivitas seharihari 2). Ketahanan Kapasitas untuk menyelesaukan aktivitas 3). Penghematan energi Tindakan individu dalam mengelola energi untuk memulai dan menyelesaikan aktivitas 4). Kebugaran fisik Pelaksanaan aktifitas fisik yang penuh vitalitas

26

c. Resiko terhadap cedera 1). Perilaku keamanan personal Tindakan individu dewasa untuk mengendalikan perilaku yang menyebabkan cedera fisik 2). Pengendalian resiko Tindakan individu untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi ancaman kesehatan yang dapat di modifikasi d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan 1). Keseimbangan elektrolit dan asam basa Keseimbangan elektrolit dan dan non elektolit dalam kompartemen intra sel dan ekstra sel tubuh 2). Keseimbangan cairan Keseimbangan cairan dalam ruang intra sel dan ekstra sel tubuh 3). Hidrasi Jumlah air dan kompartemen intra sel dan ekstra sel tubuh yang adekuat 4). Status nutrisi: makanan dan cairan Jumlah makanan dan cairan yang masuk kedalam tubuh selama periode 24 jam e. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 1). Selera makan keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau sedang menjalani pengobatan 2). Status gizi asupan makanan dan cairan Jumlah makanan dan cairan yang masuk kedalam tubuh selama periode 24 jam 3). Perawatan diri : makanan Kemampuan untuk memepersiapkan dan mengingesti makanan dan cairan secra mandiri dengan atau tanpa alat bantu 4). Berat badan , massa tubuh Tingkat kesesuaian berat badan, otot, dan lemak dengan tinggi badan, rangka tubuh, jenis kelamin, dan usia
27

f. Nyeri 1). Tingkat kenyamanan Tingkat presepsi positsif terhadap kemudahan fisik dan psikologi 2). Pengendalian nyeri, tindakan individu untuk mengendaikan nyeri 3)Tingkat nyeri keprahan nyeri yang dapat diamati atau di laporkan g. Kerusakan integrits kulit .1). Respon alergi, setempat Tingkat keperahan hiper sensivitas imun setempat terhadap anti gen lingkungan (eksogen) tertentu. 2). Integritas jaringan, membran mukosa dan kulit Keutuhan struktur dan fungsi fisiologi kulit dan membran mukosa E. Evaluasi a. Faktor resiko infeksi akan hilang dibuktikan dengan status imun dan keparahan infeksi b. Menoleransi aktifitas yang bisa dilakukan yang dibuktikan oleh toleransi aktivitaas ketahana, penghemat energi dan kebugaran fisik c. Resiko cedera akan menurun yang dibuktikan oleh keamanan personal dan pengendalian resiko d. Kekurangan volume cairan akan dicegah yang dibuktikan dengan keseimbangan elektrolit dan asam basa, hidrasi, dan status nutrisi, makanan dan cairan e. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalan bataas normal f. Memperlihatkan pengendalia yang dibuktikan oleh indikator kadang- kadang g. Menunjukan integritas jaringan kulit dan membran mukosa yang di buktikan denga perfusi jaringan tidak ada gangguan

28

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atai darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita. Leukemia dapat dibagi menjadi : Leukemia limfosik akut (LLA) merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih. Leukemia mielositik akut (LMA) lebih sering terjadi pada dewasa dari pada anak-anak. Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut. Leukemia limfositik kronis (LLK) sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hamper tidak ada pada anak-anak. Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit.

29

B. Saran Diharapkan kepada mahasiswa keperawatan agar mempelajari perjalanan hingga terjadinya suatu penyakit atau yang berhubungan dengan suatu penyakit sebelum menentukan suatu diangnosa dan apa yang di erita pasien

30

You might also like